Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Kisah si Badan Babi (NO SARA)

Wanita mana yang seharusnya dipilih Faza?

  • Zahra

    Votes: 282 55,7%
  • Hani

    Votes: 113 22,3%
  • Winda

    Votes: 232 45,8%

  • Total voters
    506
  • Poll closed .
Bimabet
suhu-suhu sekalian, ane belum bisa janji apdate kapan huhuhuhu, soalnya masih banyak kerjaan yang harus di selesaikan. jadi ane cuman bisa mondar-mandir di trit ini dan trit suhu lain karena butuh refreshing. otak ane berasa berhenti mikirin RL yang ga kelar2 :pusing:hahaha.
Sekali lagi ane minta maaf :hua:
calm down suhu...RL is number 1. :victory::victory::victory:
 
Kirain bener si faza bakal ngegarap yanti :pandajahat: twnya cuman lamunan toh :bacol:
Saran hu.. rasanya janggal klo ank cwe atu2nya diijinin pergi nginep ma cwo yg br dikenal.. ya menurut ane sih gitu
 
Kirain bener si faza bakal ngegarap yanti :pandajahat: twnya cuman lamunan toh :bacol:
Saran hu.. rasanya janggal klo ank cwe atu2nya diijinin pergi nginep ma cwo yg br dikenal.. ya menurut ane sih gitu
niatnya mah mau asli hahaha, tapi nanti kayak gak wajar aja, kayak gampang banget tuh ngekse orang hahaha
 
suhu-suhu sekalian, ane belum bisa janji apdate kapan huhuhuhu, soalnya masih banyak kerjaan yang harus di selesaikan. jadi ane cuman bisa mondar-mandir di trit ini dan trit suhu lain karena butuh refreshing. otak ane berasa berhenti mikirin RL yang ga kelar2 :pusing:hahaha.
Sekali lagi ane minta maaf :hua:
Relax aja suhu kita kan cuma bisa mendoakan supaya rl lancar dan semoga updatean juga lancar hehe
 
Part 15


[HIDE] Tia:

Zakiyah:

[/HIDE]
Hari keberangkatan tiba

Sebelum berangkat mungkin lebih baik kuceritakan secara singkat apa yang terjadi sebelum hari keberangkatan.

Setelah Tama berhasil mengajak Zakiyah pergi untuk pertama kalinya, ia hampir setiap hari mengajak Zakiyah pergi entah untuk makan atau hanya keluar saja. Aku tidak tau mereka sudah pacaran atau belum karena Tama tidak menceritakannya kepadaku yang aku tau hampir tiap malam ia selalu telefonan dengan seseorang yang kuduga adalah Zakiyah. Ia selalu menggunakan motorku untuk pergi karena motor dari orang tuanya tak kunjung datang. Aku tak bisa menolak karena selain aku yang memang tidak ada rencana kemana-mana, motorku selalu dibelikan bensin hingga full setelah Tama selesai menggunakannya (haha). Ia juga pernah sekali mengajaknya ke kosan dan Zakiyah hanya melihat-lihat kamarnya dan sesekali membereskannya karena kamarnya berantakan. Tapi hanya itu yang kutahu, Tama sedikit tertutup jika masalah perempuan, apalagi perempuan yang memiliki hubungan dengannya.

Sedangkan Dimas. Setelah Dimas sudah bisa berdiri dan berjalan walau pincang, ia langsung menengok kekasihnya dan mereka saling menceritakan kejadian yang mereka alami. Hari-hari berikutnya, saat Dimas benar-benar bisa berjalan normal kembali, dan Tia yang sudah tidak terlalu shock, Dimas selalu mengajak Tia keluar untuk sekedar makan atau pergi kemanapun mereka mau dan menceritakan niatnya ingin pergi ke Dieng sekaligus ke rumah untuk sekedar berkenalan dengan orang tuanya.

Melihat mereka berdua sedikit membuatku iri karena saat ini Zahra, Hani, maupun Winda sedang tak bersamaku sehingga aku tak bisa berbuat apa-apa (huhu).

"Siap tam?" Ujarku seraya menaiki motorku.

"Siap, yuk ke Dimas dulu ngambil motor"

"Okeehh"

Kami menuju kosan Dimas untuk mengambil motor Dimas. Jadi formasi nya adalah aku menggunakan motorku sendiri, sedangkan Tama dan Zakiyah menggunakan motor Dimas dan Dimas dan Tia menggunakan motor Tia. Sesampainya di Kos Dimas, kami disambut oleh Dimas dan Tia yang menginap di kosan Dimas semalam sebelumnya.

"Gapapa kan za sendirian? Hahahah" ledek Dimas kepadaku

"Santai lah, nanti juga gue dapet pas sampe sana. Awas kalian hahaha"

Aku tiba-tiba dijitak oleh Tia saat Dimas dan Tama mengambil motornya yang ada di dalam kosannya.

“itu untuk semua yang kamu lakukan terhadapku”

“hahahah maaf ya ti. Dimas udah cerita ya?”

“iyaa semalem. Aku akhirnya berani nanya kenapa dia sama Tama tiba-tiba masuk ke kosanku waktu itu”

“hehehe. Abisan aku sebel sama Wahyu tuh. Sekali lagi maaf ya ti”

“yaudah gapapa, ati-ati kamu sama Zahra sama Winda sama Hani” ujarnya lalu menjitakku sekali lagi.

“aduhhh”

Setelah Tama siap dengan motornya, kami semua berangkat menuju rumah Zakiyah untuk menjemputnya. Sedikit lama kami berada di rumah Zakiyah, karena ibunya beberapa kali mengajukan pertanyaan pada kami karena mengkhawatirkan Zakiyah, kamipun berjanji akan saling melindungi saat diperjalanan dan tidak ngebut di jalan.

"Winda, aku berangkat sekarang hehe. Share location rumahmu yaa. Nanti kalo udah sampe alun-alun wonosobo aku kabarin lagi" tulisku di sebuah aplikasi pengirim pesan.

"iyaa hati-hati dijalan yaa. Jangan ngebut-ngebut. Perjalanan biasanya 3-4 jam. Kalo 2 jam kamu udah dateng berarti kamu ngebut, dan aku gamau nerima kamu dirumah nanti" jawabnya cukup cepat.

"Laah masa gitu sih win -_-"

"Hahahaha. Canda zaaa. Pokoknya jangan ngebut-ngebut. Aku pengen ketemu kamu dengan keadaan utuh hehehe"

"Iyaaa-iyaaa hahaha, sampai ketemu nanti yaa"

Ia lalu hanya membalas dengan sticker cium dan peluk dan serta lokasi rumahnya. Jawaban itu membuatku makin tidak sabar bertemu dengannya.

Kami lalu berangkat menuju alun-alun wonosobo dengan kecepatan sedang, dan beberapa kali kami berhenti dikarenakan perjalanan yang cukup jauh dan cukup melelahkan.

==========######==========​

"Papah bangga sama kamu nak. Kamu sepertinya mewarisi sifat papah" ucap seorang laki-laki paruh baya kepada anaknya dengan pembatas berupa kaca yang dilubangi sedikit agar suara dari seberang dapat terdengar di seberang satunya. "Kamu di vonis berapa tahun?" Lanjutnya.

"5 tahun pah, harusnya 10 tahun, tapi ngeliat umurku yang masih muda jadinya dikurangin"

"Hmmmm. Berarti kamu berhenti kuliah?"

"Mau gimana lagi pah"

"Gausah lah kamu kuliah-kuliah. Abis keluar dari sini, kamu harus lanjutin bisnis papah. "Dikasih enak malah sok-sok an kuliah. Siapa nama anak yg bisa bikin kamu masuk kesini?"

"Faza pah, Fazarul Nirham. Orang Jakarta. Mungkin sekarang dia udah pulang ke Jakarta dan aku tidak mau masuk ke dalam bisnis papah yg menjijikkan itu"

"Waktu habis!!" Teriak seorang penjaga.

"Oke nak waktunya ternyata sudah habis. Persiapkan barang-barangmu karena papah akan segera mengeluarkanmu dari sini dan mau tidak mau kamu harus melanjutkan bisnis papah" ujarnya berbisik lalu meninggalkan anaknya yang kini sedang digiring menuju selnya kembali.

Sementara itu di luar kawasan penjara. Seorang laki-laki paruh baya sedang masuk ke dalam mobil mewahnya diikuti oleh dua pengawal pribadinya.

Di dalam mobil tersebut, sudah ada seorang wanita yang kira-kira umurnya 21 tahun sedang terkulai lemas dan hanya menyisakan jilbab sebagai penutup tubuhnya. Wanita itu tidak bisa berbuat apa-apa karena selain tubuhnya yang lemas, rasanya tidak mungkin keluar dari situasi dimana ia dikerubungi oleh tiga laki-laki yang memiliki tenaga cukup kuat. Wanita tersebut pasrah dan memutuskan untuk terlelap untuk mengisi tenaga.

*TRING*TRING

“Halo, Pak Hasan. Ada apa tiba-tiba mnelfon?”

“Halo Pak Roy, bisakah kau mengirim barang ke alamat biasanya?”

“Pak Hasan sedang di……..?”

“tentu saja!!. Buat apa aku menelfon kamu jika aku tidak sedang berada disni. aku sedang menemani istri dan anak liburan, tapi istri dan anakku sedang asik berdua sehingga aku ditinggal. Aku sedang kesepian hahaha”

“baiklah pak, kebetulan saya baru saja mendapatkannya belum lama ini”

“hmmmm. Baiklah. Kalau kau mengecewakanku akan kubunuh kau hahahaha”

“kau tidak akan kecewa Pak Hasan, karena barang ini kualitasnya sungguh sempurna”

“baiklah-baiklah aku sudah tidak sabar hahaha”

“baik Pak Hasan, tunggu kira-kira 30 menit. Barang ini akan sampai di alamat biasanya”

*TUUUUT*TUUUT

Panggilan ditutup.

Pria itu lalu menyuruh supirnya untuk segera pergi ke alamat yang dimaksud.

==========######==========​

Siang ini dikala matahari sudah hampir berada di atas kepala para manusia.

“hhhhhhhhhhh hhhhhhhhhhhh akhirnya sampai juga”

“hhhhhhh iyaa broooo. Gilaaaaaa. Gue kira gue bakal mati kemarin hahahaha”

“kalo gak gue tendang kemarin si Reza, kita pasti udah di penjara sekarang hahaha”

“tetep aja cuy, mobilnya jatuh ke jurang jadinya. kalo lu ga buru-buru loncat kebelakang, lu bakal mati hahaha”

“kan gue juga udah ngira-ngira cuy hahaha. Yaudah gue balik ke kosan yak. Seminggu di jalan hahaha kaga mandi. Lengket beudh badan gue”

“sama coy hahaha. Lain kali kalo ketemu Yanti, kita lanjutin yang kemarin sempet ke tunda hahaha. Omong-omong, lu punya motor ga ton?”

“siap, Yanti kan kosannya deket sama gue. Barangkali dia belum balik hahaha. Nanti gue kabarin kalo ada apa-apa. Ada nih. Buat apaan?”

“boleh minjem ga? Rumah gue rada jauh dari sini, dan gue gabawa motor”

“lohh lu orang sini? Kok logatnya beda haha”

“ceritanya panjang cuy haha. Boleh gue pinjem ga?”

“boleh-boleh. Yaudah langsung ke kosan gue aja. Udah deket kok”

“sip. Makasih ton”

Mereka berdua kemudian berjalan kembali menuju kosan Toni. Sesampainya di kosan Toni, mereka mendapati kos sepi karena orang-orangnya sudah pulang ke daerahnya masing-masing. Mamat lalu mengambil motor Toni dan menuju rumahnya sementara Toni langsung menuju kamar mandi untuk segera mandi karena badannya sudah bersimbah keringat.

Sementara itu Mamat mengendarai sepeda motor yang dipinjamkan oleh Toni. Perjalanan cukup memakan waktu karena jarak antara kampus dan rumahnya cukup jauh. Mamat tinggal sendiri di rumahnya saat ini dikarenakan orangtuanya berada di Ibu Kota untuk bekerja. Dahulu memang kedua orangtuanya hidup bersama dengan Mamat dirumah tersebut tetapi karena tuntutan ekonomi, kedua orang tuanya pindah ke ibu kota untuk mengadu nasib.

Sesampainya dirumah, Mamat tidak sengaja melihat mobil mewah berhenti di depan rumahnya. Hal tersebut jarang terjadi karena lingkungan sekitar rumahnya memang tidak sesuai dengan mobil mewah itu. Karena penasaran, ia kemudian memutuskan untuk langsung masuk ke dalam rumah dan mengamati mobil tersebut dari dalam lewat jendela rumahnya.

“HAH?? Mba Kintan??” ujar Mamat karena terkejut saat melihat seorang wanita turun dari mobil mewah tersebut.

Penampilan wanita itu terlihat sangat lusuh. Pakaian yang dipakainya sudah sangat kusut. Bahkan, jilbab yang digunakan pun sudah hampir lepas dari kepalanya. Tak berapa lama mobil tersebut pergi meninggalkan wanita tersebut sendirian bersama dengan pria setengah baya yang sedang menggunakan celana pendek dan kutang saja.

Mamat masih mengamati wanita tersebut yang semakin lama di dekati oleh pria setengah baya itu. Sang wanita terlihat ingin pergi namun tidak bisa karena tenaganya habis.

“ngapain Pak Hasan sama Mba Kintan?” tanya Mamat dalam hati karena penasaran.

Mamat lalu melihat pemandangan bahwa wanita tersebut sudah berada di genggaman pria itu dan kini sedang ditarik ke dalam rumah olehnya. Tarikan itu terlihat seperti paksaan dan wanita tersebut sangat terlihat meronta-ronta namun karena tenaganya habis, maka ia tidak bisa berbuat apa-apa.

“Gila gila gilaaa. Setau gue Pak Hasan kerja di Jakarta deh. Ngapain dia disini. Sama Mba Kintan lagi” batin Mamat. “masa bodo laah, gue capek. Mandi dulu aaahh” lanjutnya seraya meninggalkan tempatnya.

Mamat lalu bergegas mandi dan ia merasakan kesegaran karena sudah hampir satu minggu ia tidak mandi dan ia harus menyusuri jalan setapak yang terjal. Kejadian itu terjadi saat malam dimana ia tertangkap oleh Jordi tempo hari karena tertangkap basah sedang memperkosa seorang wanita. Setelah Toni dan Mamat tertangkap, ia diserahkan ke Reza untuk segera dilaporkan ke pihak yang berwajib. Sepanjang perjalanan, Reza selalu memaki-maki karena telah melakukan hal yang tidak pantas. Geram dengan kelakuan Reza, Toni menendang sangat keras Reza yang sedang menyetir mobilnya. Karena kaget dengan hal tersebut, Reza kehilangan keseimbangan dan akhirnya mobil yang dikendarai masuk ke jurang yang berada di tepi jalan. Toni langsung meloncat ke kursi belakang dan berlindung di belakang kursi hingga mobil jatuh dengan sempurna di dasar jurang. Mamat pun mengikuti pergerakan Toni dengan berlindung di belakang kursi. Saat mobil sudah ada di jurang dan penyot dimana-mana, Mamat dan Toni berhasil keluar dari mobil tersebut, namun naas bagi Reza, wajahnya hancur menghantam kemudi. Awalnya Mamat dan Toni mengalami luka memar di sekujur tubuhnya dan mereka memutuskan untuk beristirahat di sana hingga pagi. Esoknya, luka mereka sudah mendingan dan memutuskan untuk berjalan menuju kosan dengan keadaan seperti itu.

Setelah selesai mandi, ia mendapatkan pesan dari Toni yang berisi “motornya pake aja gapapa, tapi besok tolong anterin gue ke stasiun yak. Mau balik gue”. Mamat lalu membalas “okedeh. Makasih ton”. Pesan tersebut tidak dibalas lagi oleh orang itu.

Karena badan yang letih ditambah dengan segar karena telah mandi, saat Mamat membaringkan diri ke kasur, ia langsung terlelap tidur.

==========######==========​

[HIDE] Winda:

Tia:

Zakiyah:

[/HIDE]
“fyuuuuhhh akhirnya sampai juga” ujarku saat memakirkan motorku di kawasan alun-alun Wonosobo.

Aku kemudian diikuti oleh Tama dan Dimas dalam memakirkan motor.

“zaa, gak ke Winda dulu?” ucap Tama

“istirahat bentar disini. Kalo diliat-liat di maps sih, rumahnya gak jauh dari sini. Ini berarti nginepnya di Tia kan?” ujarku sambil melihat-lihat lokasi yang dikirim oleh Winda di aplikasi chat

“iyaaa zaaa” ucap Tia kali ini.

“yaudah good luck ya za hahaha” ucap Tama

“iyeee hahaha”

Kami lalu mencari-cari penjual makanan. Aku penasaran dengan makanan khas Wonosobo yaitu ‘mie ongklok’. Akhirnya kami mendapatkan penjual mie tersebut lalu memesannya.

“zaaa, mendingan lo ke Winda dulu gihh. Biar gak kemaleman nanti nyampe di Tia. Katanya masih agak jauh rumah Tia dari sini” ucap Dimas saat Tia memesankan makanan.

“iyaa diiim, gue selonjoran bentar laah haha, capek yak. Mau ikut ga ke Winda?”

“gausah lah zaa, nanti ganggu hahah” ujar Dimas yang diiringi senyuman oleh semua orang yang ada di sana.

“yaelaaah, apa coba. Yaudah deh”

Aku lalu mengambil HP dan membuka aplikasi chat dan menuliskan pesan kepada seseorang yang berisi “aku udah di alun-alun hehe, sebentar yaa aku istirahat bentar nanti kerumahmu”. Tak berapa lama pesan tersebut di balas “akhirnyaaa hahahaha. Aku nunggu-nunggu kabar dari kamu terus ini hehehe. Yaudah zaaa. Aku tunggu yaa. Jangan makan dulu, aku udah bilang ke ibuku kalo kamu mau dateng jadi udah masak banyak hehe”. Aku membalas pesan itu lagi “waduhh padahal kan niatnya cuman ngejemput kamu doang hahaha, yaudah dehh. Aku otw yaaa”

Aku lalu memberi tau Tia dkk untuk tidak memesankan makanan untukku. Aku lalu pamit dan beranjak pergi dari tempatku menuju rumah Winda dengan tidak sabar karena ingin segera bertemu dengannya.

SKIP SKIP SKIP

Setelah cukup lama di perjalanan menuju rumah Winda aku akhirnya sampai di rumah Winda. Sebenarnya jarak antara alun-alun dengan rumah Winda tidak terlalu jauh, namun karena kondisi jalan yang memang hanya satu arah dan aku bingung harus kemana sehingga beberapa kali aku memutar jalan. G-Maps terasa tidak berguna di kondisi ini (hahaha).

“aku udah di depan nihh. Yang pagernya biru bukan sih?” ucapku dalam pesan dan langsung ku mengirimnya.

Tak berapa lama, sesosok wanita membuka pintu gerbang dan aku sangat senang melihatnya. Aku langsung turun dari motorku dan mendekatinya setengah berlari. Tak kusangka ia meloncat dan memelukku dengan cukup erat. Pelukan itu sebentar karena ia sadar sedang diluar rumah dan kondisinya memang sedang ramai orang berlalu-lalang kala ini.

“hehehehe maaf ya zaaa. Aku kangen banget sama kamu. Ayoo masuk zaaa”

“udah sembuh ya win? Hahaha” ujarku mengikutinya masuk ke dalam rumah.

“iyaa zaaa udah hehe. Liat nih” ucapnya sambil mengungkit-ungkitkan kakinya kebawah dan keatas. “mamaaahhh ini Faza hehehe” lanjutnya saat seorang wanita paruh baya keluar dari dalam rumahnya

Aku lalu mencium tangan wanita itu dan aku langsung dipersilahkan duduk oleh wanita itu.

“dari Purwokerto jam berapa nak faza?”

“tadi jam 8 an bu kalo tidak salah hehe”

“oohh lama juga ya perjalanan”

“iya bu. Soalnya tadi ada beberapa insiden tadi di jalan hehe”

“insiden apa itu?”

“tadi ada ban motor teman saya bocor bu, jadinya nyari-nyari tambal ban. Agak susah nyarinya karena lagi di tengah hutan tadi hehe”

“oalaaah” ucapnya sambil melihat anaknya yang sedang duduk disamping tamunya. “tiap hari Winda cerita kamu terus nak, kuping ibu sampai bosen dengernya hahaha”

Aku yang mendengar ucapan itu hanya senyum-senyum saja sambil melihat Winda yang mukanya merah sekali saat ini.

“ihhh apaan si maaaahh. Engga zaaa. Mamah booong” ucap Winda.

“hahahaha, kamu yang boong win. Jadi apa urusan kamu datang jauh-jauh kesini nak?”

“iya bu. Saya mau mengajak Winda untuk ke Dieng bareng-bareng sama teman-teman saya”

“berapa anak?”

“enam orang bu. 3 laki-laki dan 3 perempuan kalo ditambah Winda hehe”

“untuk penginapan bagaimana?”

“sudah dipersiapkan bu. Kebetulan salah satu teman saya rumahnya dekat dengan Dieng sehingga kami menginap disana nanti”

“rencana mau berangkat kapan?”

“secepatnya sih bu hehe agar tidak kemalaman juga saat sampai di rumah teman saya. Biar bisa istirahat cukup buat mendaki esok harinya. Sekarang teman-teman saya sedang di alun-alun sedang beristirahat, karena memang perjalanan cukup melelahkan”

“lhoo kenapa ga diajak sekalian kesini”

“mereka pada gak mau bu hehe, nanti katanya ganggu saya dengan Winda. Sudah saya ajak padahal bu hahaha”

“ooohh gitu. Iyaa Winda juga udah cerita kalo mau ke Dieng dan udah dapet izin juga tapi dengan syarat Winda harus bawa kamu ke rumah ini dulu hahaha”

Aku hanya diam saja saat mendengar pernyataan itu karena sejujurnya aku bingung saat ini, karena aku belum pernah berkunjung ke rumah teman wanita apalagi terlibat percakapan dengan orangtuanya.

“nak, makan dulu yaa. Ibu sudah masak banyak. Nanti setelah makan baru kamu boleh melanjutkan perjalanan bersama Winda”

“yaampuun buu, gausah. Ngerepotin hehehe”

“hadeuh basi dehh hahahaha. Winda, ajak Fazanya buat makan. Kalo gabisa, mamah ga ngizinin kamu pergi. Nanti mamah bilang ke ayah kalo kamu gajadi pergi.”

“iiihhhh. Iyaadeh maaaa. Ayoo zaaa mamamm hehehe” ujarnya sambil menarik-narik lenganku yang masih duduk di kursi yang ada diruang tamu.

Kami lalu menuju ke dapur dan alangkah terkejutnya aku saat melihat masakan-masakan yang sudah dibuat oleh Ibu Winda memang benar-benar sangat banyak dan memang sebagian besar merupakan makanan favoritku saat dimasakkan oleh ibuku dirumah.

Winda lalu mengambilkanku nasi lalu membebaskanku untuk memilih lauk. Setelahnya ia lalu meninggalkanku.

“lohh kemana win?” tanyaku.

“siap-siap hehehe, udah kamu makan ajaa. Aku udah tadi, maaf ngeduluin hehe” ujarnya seraya pergi ke kamarnya.

Sejujurnya aku kagum dengan kondisi rumahnya. Rumahnya terkesan sederhana dari luar namun saat masuk ke dalamnya, akan disuguhkan interior yang menjunjung nilai estetika tinggi. Hampir di setiap ruangan terdapat foto-foto keluarnya yang terpampang di dinding rumahnya. Ukiran-ukiran di pintunya makin menambah kesan mewah rumah ini.

“assalamulaikum” teriak seseorang pria paruh baya dari luar.

“waalaikumsalam” jawab seorang wanita paruh baya.

Aku tidak mendengar ucapan apapun lagi. Namun tak berapa lama sesosok pria paruh baya muncul di dapur dan mendapatiku sedang makan.

“ini ya mah yang namanya Faza?”

“iyaa paah hahaha” ucap Ibu Winda sedikit berteriak karena berada berbeda ruangan dengan suaminya saat ini.

Aku lalu menghentikan makanku lalu mencium tangan pria tersebut.

“udah lama nak?”

“engga pak, barusan hehe”

“waaaah. Mamah masak banyak ya kali ini” ujarnya saat melihat meja makannya. “papah makan ya maah. Udah laper hehe” lanjutnya.

“iya paaah, makan bareng Faza tuh hahaha”

“iyaa dehh” ujarnya seraya mengambil nasi dan mengambil beberapa lauk.

Kami lalu mengobrol dengan bahasan yang tidak jauh berbeda dengan obrolan dengan ibu Winda tadi.

Setelah kami berdua selesai makan, Winda datang dan mengatakan bahwa ia telah siap. Ayahnya sedikit memberi wejangan-wejangan agar tidak macam-macam karena melihat proporsi orang-orang yang ikut. Setelah pamit-pamit dengan kedua orang tua Winda, kami lalu menuju alun-alun untuk bertemu dengan teman-teman yang lain.

Sesampainya di alun-alun kami mendapati Dimas dan Tia yang sedang tidur saling menyender. Kami juga melihat Zakiyah yang sedang mendaratkan kepalanya di pundak Tama.

“weehh weeehh udah pas banget sih ini hahaha” ujarku mengagetkan mereka semua.

“lama banget dah lo zaa, ngapain aja hahaha” ujar Tama diikutin Zakiyah yang mengangkat kepalanya dari pundak Tama.

“diajak makan dulu tadi hehe, sorry yaakk. Lagian tadi diajak gamau hahaha”

“Zakiyaaaaahhhhhhhhh” teriak Winda sambil berlari saat menyadari bahwa wanita yang berada di sebelah Tama merupakan teman lamanya.

Zakiyah langsung bangkit dan menerima pelukannya. Hampir saja Zakiyah jatuh kalo tidak di pegangi oleh Tama saat tubuh Winda menubruk Zakiyah.

“liar banget si Winda sekarang hahaha” ujar Tama.

“enak aja loo tam” ujar Winda masih memeluk temannya itu. “Cuman gara-gara gak sekelas kok berasa jauh banget ya zak” lanjutnya.

“kalian kenal dimana?” tanyaku.

“dulu dia rumahnya di sebelah rumahku zaa, yang pager merah tadi yang ada pohon jambunya” ujarnya sambil melepas pelukannya. “terus pas SMA dia pindah. Mana pas pindah gaada perpisahan atau apa gitu. Tau-tau ilang. Nyebelin emang hahaha”

“ahahaha maaf ya win, soalnya kalo perpisahan sama kamu aku makin sedih. Jadinya ya mending aku gak bilang-bilang hehehe”

“jadi kamu orang mana sih zak. Bingung aku hahaha”

“ceritanya panjang banget za hahaha”

Mereka lalu berpelukan sekali lagi. Selagi mereka berpelukan, Tama membangunkan Dimas dan Tia lalu menyuruh mereka untuk cuci muka agar tidak terlihat kumal.

Setelah semuanya siap, kami melanjutkan perjalanan agar tidak terlalu malam saat sampai di rumah Tia.

==========######==========

[HIDE] Kintan:

Nayla:

[/HIDE]​

Seorang wanita baru saja bangun dari tidurnya dan terkejut mendapati dirinya sedang berada di sebuah ruangan yang ia tidak ia kenali. “urrghhh” ucap wanita itu karena berusaha bangun dari tidurnya. Ia merasakan rasa pegal di seluruh tubuhnya. Ia berusaha mengingat-ingat kejadian mengapa ia bisa sampai kesini.

Wanita tersebut menitihkan air matanya karena berhasil mengingat alasan mengapa sekarang ia berada di kamar ini. Iya sangat menyesali perbuatannya saat menerima seorang pria yang tidak ia kenal untuk masuk ke dalam kosannya. Pria itu bilang ingin menawarkan suatu produk yang akan menambah kecantikannya. Ia sedikit tertarik dengan produk yang ditawarkan, selain memang merk produk itu yang cukup terkenal, ia juga sedang mencari-cari produk kecantikan. Saat itu kosannya sudah sangat sepi karena sebagian besar penghuninya sudah pergi ke kampung halaman masing-masing. Namun saat pria itu sedang menjelaskan produknya, tiba-tiba masuklah 3 orang berbadan kekar kedalam kosannya. Ketiga pria itu langsung menyekap tubuhnya. Karena perbedaan tenaga terlalu jauh ditambah ia harus melawan tiga orang, menyebabkan ia tidak bisa melakukan apapun. Ketiga pria itu lalu membuka secara paksa pakaian yang menutupi tubuhnya. Saat sudah tidak ada sehelai benangpun yang menutupi tubuhnya, pria yang menawarkan produk lalu melepaskan semua pakaiannya dan langsung menuju tubuh wanita itu. Bayangan selanjutnya tidak bisa lanjutkan karena terlalu pedih saat mengetahui mahkota kehormatannya direnggut secara paksa oleh orang bahkan tidak ia kenal.

*KREETT*

“oohh sudah bangun anak manis” ujar seorang pria yang tiba-tiba masuk ke dalam ruangan. Pria itu langsung menutup pintu kamar

Wanita itu langsung menutup dirinya menggunakan selimut yang ada di kasurnya. Wanita itu menggigil ketakutan di dalam selimut itu.

“tenang anak manis. Om gaakan nyakitin kamu” ujarnya sambil berusaha melepas selimut dari wanita itu.

Cukup kuat tenaga pria itu menyebabkan selimut yang menutupi tubuh wanita itu lepas. Wanita itu langsung meloncat ke pojok kasur sambil menyilangkan tangannya menutupi tubuhnya. Tak sadar, air matanya meleleh keluar dari matanya

Pria itu langsung menuju wanita itu lalu meraih dagu wanita itu sambil mengamatinya dalam-dalam wajah wanita itu.

“Roy emang terbaik kalo masalah ini” gumamnya. “namaku Hasan, kau bisa memanggilku Hasan atau om terserah kau saja” ujarnya kini melepas dagu wanita itu dan menjauhi tubuh wanita itu. “namamu siapa? Pasti wanita cantik punya nama kan?” ujarnya sambil melepas semua pakaian yang masih melekat di tubuhnya.

Alangkah terkejutnya wanita itu saat melihat pemandangan seorang pria telanjang persis di depan matanya. Wanita itu kian gemetaran dan makin mendorong tubuhnya ke pojok. Ia sekarang membayangkan kejadian di kosan itu lagi. Kejadian dimana kehormatannya direnggut paksa oleh seseorang yang tidak dikenal. Bayangan mengerikan itu membuat wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya sambil mendertakkan giginya yang gemetar.

“jawab aku wanita manis? Siapa namamu? Agar kita bisa lebih akrab lagi” ujarnya mendekati wanita itu. “kau tak usah takut. Aku tak tau apa yang Roy lakukan kepadamu. Tapi percayalah, aku tak akan melakukan apa yang Roy lakukan terhadapmu. Aku akan lebih lembut kepadamu” lanjutnya yang kini sudah berada persis di depan tubuh wanita itu.

Wanita itu secara reflek menendang pria itu, dan tendangan itu berhasil mendarat tepat di atas selangkangan pria itu. Tendangan itu mengakitbatkan pria itu sedikit terdorong ke belakang, namun karena spring bed sangat empuk, mengakibatkan tubuh pria itu terjungkal. Melihat kondisi pria itu, wanita itu langsung meloncat turun dari kasur itu dan langsung menuju pintu keluar. Wanita itu berhasil keluar dari kamar itu. Karena tergesa-gesa dan panik, wanita itu kebingungan mencari pintu keluar. Saat berhasil menemukan pintu keluar, ia langsung berlari menuju pintu itu. Namun sayangnya, pintu itu terkunci dan kuncinya sedang tidak menggantung di pintu tersebut.

Wanita itu terus-terusan menarik gagang pintu itu dengan putus asa dan memukul-mukul pintu itu sambil menangis.

“percuma manis, kau hanya membuang-buang tenagamu saja” ujar pria itu sambil menenteng sebuah kunci.

Wanita itu kian putus asa dan ia terus memukul pintu itu sambil menangis sampai akhirnya ia akhirnya membalikkan badan dan terus menekan tubuhnya ke pintu itu.

“aku mohon jangan lakukan itu. Ooomm, huhuhuhu” tangisnya pecah.

Pria itu melemparkan kunci entah kemana dan langsung mendekati tubuh wanita itu. Wanita itu menggeleng-gelengkan kepalanya saat pria itu berada persis di depannya. Pria itu lalu meraih kedua tangan wanita itu dan menariknya cukup keras. Wanita itu sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Pria itu lalu menggendong wanita itu kembali ke kamar tadi.

Sesampainya di kamar. Wanita itu langsung direbahkan di kasur. Pria itu langsung melepas semua kancing kemeja wanita itu dan melepaskan kemeja itu.

“oohhh dalemanmu dimana?” ujarnya saat mendapati wanita itu tidak menggunakan BH-nya.

Wanita itu hanya diam saja.

“jilbabnya gausah di lepas ya manis, biasanya model-model kayak kamu, cantikan pake jilbab daripada gak pake jilbab. Siapa yang tanggung jawab nanti apabila nafsuku hilang saat melihatmu tanpa menggunakan jilbab” ujarnya kini melepas rok jeans yang digunakan wanita itu.

Wanita itu masih tidak mengeluarkan kata-kata apapun. Pria itu mendapati vagina yang gundul dan berwarna merah merekah saat berhasil melepas rok-nya. Jari-jari pria itu langsung berusaha membuka liang vagina itu dan menyodok-nyodokkan jarinya ke dalam vagina itu. Hal itu membuat wanita itu merem-melek.

“oomm ampuun ommm aaahhhhhhh” desah wanita itu.

“akhirnya kau berkata juga. Sekarang kau jawab pertanyaanku. Siapa namamu? Aku ingin tau dengan siapa aku akan bercinta nanti” ujarnya sambil menaikkan ritme sodokkan jarinya ke vagina wanita itu.

“aaahhhh kintaaann oomm ahhhhh. Stoppp ooommm sakiiittt aahhhh”

“naahh sekarang om kan tau namamu. Nama yang cocok untuk wanita manis sepertimu” ujarnya sambil menghentikan sodokan jarinya. Ia lalu mengulum jarinya sendiri yang tadi digunakan untuk menyodok vagina Kintan.

Kintan sudah cukup ngos-ngosan mendapat perlakukan seperti tadi. Ia lalu mengarahkan tangannya untuk menutupi vaginanya.

“manis juga vaginamu Kintan. Sekarang aku ingin merasakan susumu. Kalo dilihat-lihat bentuknya sangat bagus. Sangat cocok dengan tubuh mungilmu ini. Kalo aku tebak, mungkin ukurannya 34B? benar tidak?”

Kintan hanya diam saja sambil mengarahkan salah satu tangannya menutupi kedua payudaranya.

“ayolah, tidak usah malu-malu. Kita akan bersenang-senang” ujarnya sambil menarik tangan Kintan yang menutupi payudaranya.

Hasan lalu meremas pelan payudara Kintan lalu mengecup puting merah muda itu. Kedua tangan Hasan kini meremas payudara Kintan dan mulutnya mengulum secara bergantian puting payudara Kintan. Jilatan-jilatan terhadap payudaranya membuat Kintan makin kehilangan diri. Kintan seakan menikmati saat payudaranya diperlakukan seperti itu oleh Hasan. Bahkan tanpa terasa ia mengelurkan lenguhan yang cukup panjang saat tubuhnya mengejang. Menyadari hal itu, Kintan langsung menutup mulutnya seakan tidak percaya bahwa ia tubuhnya menikmati perlakuan bejat yang dilakukan oleh seorang pria yang bahkan ia tidak ia kenal sebelumnya.

Merasakan tubuh Kintan mengejang, Hasan lalu melepaskan payudara dan kini ia mengurut penisnya yang akan masuk ke dalam sangkar baru. Melihat Hasan melakukan itu, Kintan menutup vagina menggunakan kedua tangannya. Sekiranya sudah tegang sempurnya, Hasan lalu menarik tangan yang menutupi vagina dan membuka lebar pahanya agar memudahkan penisnya masuk ke dalam vagina. Hal itu dilakukan dengan mudahnya karena Kintan tidak menunjukkan perlawanan yang berarti. Hasan lalu menempelkan kepala penisnya di bibir vagina Kintan.

“Heemmpphhhh” desah Hasan saat penisnya mulai masuk ke dalam vagina Kintan.

Hasan mendorong pelan-pelan penisnya hingga mentok.

“oooohhhh aahhhhhh” desah Kintan saat mendapati penis yang masuk ke dalam vaginanya sudah menyentuh bibir rahimnya.

Hasan lalu menggenggam tangan Kintan dan mengarahkan ke samping kepalanya. Kintan hanya bisa memasang ekspresi yang tidak bisa dilukiskan oleh kata-kata saat Hasan menatap matanya dalam-dalam. Hasan menatap wajah Kintan seolah-olah Kintan adalah istrinya sehingga membuat Kintan sedikit salah tingkah.

Hasan memulai genjotannya dengan perlahan karena memberi kesempatan vaginanya untuk beradaptasi dengan penisnya. Cukup lama Hasan menggenjot Kintan perlahan karena ia masih merasakan sedikit nyeri saat penisnya keluar-masuk vagina yang masih sempit itu.

Hasan lalu mempercepat ritme genjotannya. Hal itu membuat Kintan mengeluarkan desahannya dan menutup matanya. Ia lalu menggeliat-geliat menunjukkan Kintan sudah menikmati persetubuhan ini.

*PLOK*PLOK*PLOK

Suara saat pangkal paha kedua insan itu saling beradu. Hasan makin mempercepat gerakannya. Desahan-desahan yang keluar dari kedua mulut itu makin tidak karuan, apalagi Kintan. Ia mendesah dengan cukup keras. Tak lama setelahnya tubuh Kintan kembali mengejang dan membuat cairan nikmatnya itu menyemprot penis yang ada di dalam vaginanya. Hasan lansgung menghentikan gerakannya tanpa melepaskan penisnya karena melihat Kintan yang begitu tersiksa akibat orgasmenya. Hasan lalu menarik tubuh Kintan sehingga keduanya kini duduk. Ia memeluk tubuh Kintan yang masih ngos-ngosan akibat orgasmenya. Keringat keluar kian derasnya dari pori-pori kedua orang itu.

Setelah sekiranya cukup istirahat, hasan membaringkan tubuhnya sendiri sehingga kini Kintan berada di atasnya. Ia lalu menggenggam pantat Kintan dan menaik-turunkan pantatnya sehingga penisnya dapat keluar-masuk vaginanya. Hasan menyuruh Kintan untuk mengangkat tubuhnya sehingga kini ia bisa melihat payudaranya yang kencang naik-turun seiring genjotannya. Sesekali ia menyingkap jilbabnya karena terkadang jatuh menutupi payudaranya. Hasan lalu meremas payudara Kintan sambil Kintan menaik turunkan tubuhnya sendiri. Kintan makin kehilangan dirinya. Ia menaik-turunkan tubuhnya sendiri kian cepat.

“kintaaann jangan cepet-cepet nanti aku tiba-tiba mengeluarkannya di dalam. Santai saja. Nikmati permainan kita” ujarnya menggoda Kintan.

Kintan menurut saja dengan Hasan. Ia memperlambat genjotannya. Hasan memelintir puting Kintan dan membuat Kintan makin kehilangan diri. Kintan masih menggenjot tubuhnya namun kini ia menutup matanya karena rasa nikmat yang diberikan oleh Hasan. Tanpa terasa Kintan mencapai orgasmenya lagi. Kintan lalu ambruk diatas tubuh Hasan karena sudah kehabisan tenaga. Hasan lalu merebahkan tubuh Kintan lalu melepas penisnya. Ia lalu mengarahkan penisnya ke dalam mulut Kintan. Tanpa disuruh, Kintan langsung membuka mulutnya dan mengulum penisnya. Hasan menggenjot penisnya di dalam mulut Kintan sehingga membuat Kintan gelagapan. Hasan tidak peduli dengan hal itu. Ia terus menggenjot penisnya hingga akhirnya ia mencapai klimaksnya dan menyemprotkan semua spermanya ke dalam mulut Kintan dan langsung melepas penisnya saat sudah selesai menyemprotkan spermanya. Kintan yang tidak siap, akhirnya beberapa kali terbatuk-batuk dan mengeluarkan sperma yang ada di dalam mulutnya ke kasur, membuat spreinya basah oleh sperma. Hasan lalu merebahkan diri di samping tubuh Kintan.

“gimana? Enak kan sama Om? hahaha” ujarnya.

Kintan tidak berkata apa-apa dan ia masih ngos-ngosan. Hasan lalu bangkit dari tidurnya lalu mengambil pakaian wanita itu lalu melemparkannya.

“tuhh langsung pakai. Abis ini om mau nelfon Roy buat balikin kamu. Makasih ya Kintan manis. Vaginamu benar-nikmat. Hampir sama saat aku bercinta dengan istriku untuk pertama kalinya.

Mendengar kata Roy, Kintan langsung memasang ekspresi pucat. Ia tidak mau bertemu dengan pria itu lagi.

“oomm please jangan kasih aku ke Pak Roy lagi” ujarnya sambil bangkit dari tidurnya.

“terus? Kau tidak boleh disini terus. Bisa bahaya kalo istri dan anakku melihatmu disini”

“terserah om, tapi please jangan Pak Roy lagi. Ia orang jahat”

Hasan mulai iba, karena tak dapat dipungkiri, ia telah memberikan pengalaman bercinta yang sangat hebat. Berbeda dengan wanita-wanita yang Roy sediakan di waktu-waktu lalu. Kintan merupakan refleksi dari istrinya saat masih muda dulu. Saat mereka mulai berpacaran, saat mereka berkenalan dengan yang namanya “sex”

“baiklah-baiklah aku tidak akan memberikanmu ke Roy lagi, tapi akupun kini tidak bisa kemana-mana karena mobil sedang dipakai oleh anak dan istri belanja” ujarnya sambil memakai pakaiannya.

Sedang berpikir untuk solusinya, tiba-tiba terdengar suara mobil berhenti di depan rumahnya. Ia lalu langsung bergegas mengenakan pakaiannya. Ia lalu menyuruh Kintan untuk segera memakai pakaiannya dan keluar dari rumahnya lewat pintu belakang. Kintan yang kaget lalu hanya memakai roknya dan memakai kemejanya tanpa dikancing. Ia lalu mengikuti Hasan ke belakang.

Hasan lalu buru-buru membuka pintu belakang dan menyuruh Kintan untuk segera keluar. Hasan lalu buru-buru menutup pintu dan menguncinya. Ia lalu langsung menuju ruang kamar tadi untuk mengambil sprei. Karena sudah banyak keringat dan cairan yang terserap ke sprei itu, dan pastinya aromanya pun sudah sangat menyengat. Akan mencurigakan apabila istrinya mencium spreinya. Namun, saat ingin kembali ke kamar itu, istri dan anaknya sudah masuk ke dalam rumah dan kini sedang mengeluarkan belanjaannya dari dalam mobil.

“ehh papaah, abis ngapain pah?” tanya istrinya.

“biasa abis mengeluarkan isi perut hahaha”

“sini sih yaah, bantuin. Banyak nih belanjaannya hehehe” ujar anaknya.

“bentar papah ada urusan bentar”

Hasan lalu langsung menuju kamar itu dan melepas sprei dari kasurnya. Ia lalu langsung menggantinya dengan yang baru. Dengan cepat spreinya sudah berganti ke yang baru. Yang jadi masalahnya kini adalah bagaimana cara mengeluarkan sprei yang sudah kotor ini ke tempat cucian.

Sedang memikirkan cara terbaik, Hasan melihat dari jendela Kintan yang sedang berjalan di depan rumahnya. Hal itu membuat Hasan semakin tidak berpikir jernih ia langsung melipat-lipat asal-asalah sprei itu dan langsung memasukkannya ke ke kolong kasur. Ia langsung keluar dari kamar dan mulai membantu anak dan istrinya mengeluarkan belanjaannya.

“banyak banget sih mah belanjanya. Kan kita juga besok ke Jakarta lagi dan Nayla juga ga tinggal di rumah ini”

“makanya itu, mamah beli banyak barang. Daripada Nayla ngekos, mending dia disini aja. Tadi mamah udah ngomong ke Nayla dan Nayla kayaknya malah lebih seneng kalo disini”

“nanti Nayla naik apa ke kampus? Lumayan jauh lohh”

“tadi mamah udah beli motor hehe, maaf gak bilang-bilang dulu. Tadi mamah bilang bulan depan baru dikirim biar kita bisa ke Jakarta dulu, nanti pas Nayla udah masuk kuliah lagi, motornya udah dateng”

“yaampuuun. Yaudah deh. Kalo Nayla udah oke ya terserah dia”

Di tempat tak jauh dari situ

Sedang asik-asiknya menurunkan barang, Nayla tiba-tiba melihat seorang wanita berjalan di depan rumahnya. Ia mengira bahwa ia temannya di kampus.

“Kintaaaaannn” panggil Nayla cukup keras.

Wanita itu lalu menoleh dan sangat terkejut karena yang memanggil adalah teman sekelasnya di kampus.


Bersambung……………………
 
Terakhir diubah:
Thats the Update.

Mohon maaf kalo ga sesuai ekspektasi hahaha.
Mohon maaf juga ane ingkar janji karena ane ketiduran tadi hahaha
Seperti biasa ane mengharapkan ijo-ijonya hahah dan komenan dari para suhu dimari karena ane butuh masukkan biar cerita ini makin menarik hehe.

Enjoyyy
 
Terakhir diubah:
Weis .. Hasan dapat tunggangin temen anaknya .. asik bener, suruh tinggal bareng nayla Aja Jadi kapanpun bisa dikunjungin Dan ditunggangin lagi .. hahaha

Eh .. itu si Roy bokapnya Wahyu .. ? Kelakuan sama bejatnya, berarti yg jebol paksa kintan juga Roy dong ...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Kintan diajak tinggal dirumah pak Hasan....jadi pak Hasan bisa menikmati Kintan sewaktu waktu
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd