Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Kutukan Gunung Kemukus

Status
Please reply by conversation.
Chapter 4


"Eh, i ya...!" Jawab Satria jengah mendapatkan godaan seperti itu, dia terlalu asyik dengan khayalannya menggeluti tubuh molek Hajjah Ijah yang terus bergelayut pada tangganya sehingga tidak menyadari Jalu yang berjalan naik menuju bangsal Sonyoyuri. Ada perasaan iri yang memenuhi hati Satria melihat Jalu kini berjalan diapit dua orang wanita yang salah satunya dia kenal bernama Desy dan satunya lagi dia tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup masker dan kaca mata hitam besar.


"Ya sudah, teruskan ritual kalian. Aku akan ikut mendoakanmu agar semua hajat kamu terkabul, Sat. Oh ya, siapa nama lengkap kamu dan nama ayahmu agar aku bisa mendoakanmu?" Tanya Jalu, entah kenapa dia begitu tertarik untuk mengetahui asal usul pemuda yang baru saja dikenalnya itu.


Mendengar pertanyaan Jalu, Lastri yang berdiri di sampingnya dengan mengenakan masker serta kaca mata hitam berubah menjadi sangat ketakutan. Sepertinya Jalu mencurigai Satria, tapi dari mana Jalu mengenal Satria? Atau hanya nalurinya yang bicara, itu kemungkinan paling masuk akal.


"Satria Arya bin Ujang...!" Jawab Satria ragu saat menyebut nama ayah yang belum pernah dikenalnya, bahkan nama itu tidak tertulis di akta kelahirannya, hanya ada nama ibunya di akta kelahiran.


"Ayooo !" Seru Hajjah Ijah jengkel, ternyata Jalu sudah melupakannya seakan keperawanannya yang hilang adalah sesuatu yang tidak berharga sama sekali dan tidak pernah membekas di hatinya. Hajjah Ijah menarik tangan Satria meninggalkan Jalu dan kedua wanita yang entah siapa namanya dan Hajjah Ijah merasa tidak perlu untuk mengetahuinya, dia hanya ingin secepat masuk ke dalam melakukan ritual dengan Satria pemuda tampan yang dipaksa menjadi pasangan ritualnya.


"Iya...!" Jawab Satria berusaha menjaga keseimbangannya yang sempat goyah saat Hajjah Ijah menariknya menuruni anak tangga yang lumayan curam, dia lupa mengucapkan salam perpisahan pada Jalu dan ke dua wanitanya.


"Siapa wanita itu, sepertinya aku pernah mengenalnya?" Gumam Jalu ragu, terlalu banyak wanita yang pernah dikenalnya.


"Wanita cantik, selalu saja itu yang A Ujang pikirkan." Jawab Desy mencibir, rasanya cintanya tak pernah terbalaskan hingga akhirnya dia harus menikah dengan pria lain dari pada harus menunggu sesuatu yang tidak pasti. Jalu tidak akan pernah bisa menjadi miliknya secara utuh, hubungan mereka sebagai saudara sepupu membuat harapannya kandas.


Lastri tidak tertarik dengan perdebatan Jalu dan Desy, dia menoleh ke belakang menatap kepergian Satria dengan perasaan lega karena Satria tidak mengenalnya karena masker dan kaca mata hitam yang dipakainya. Entah apa yang akan dipikirkan Satria kalau mengenalnya, kehebohan apa yang akan terjadi dan Lastri tidak berani membayangkannya. Pada saat itulah Satria menoleh ke arahnya dan tersenyum disertai sebuah anggukan kecil, Lastri membalasnya dengan sebuah lambaian memberi restu agar Ritual yang dilakukan anaknya berhasil, siapapun pasangan ritualnya.


"Aku seperti mengenal wanita yang memakai masker itu, sepertinya aku tidak asing dengannya." Gumam Satria berjalan menjadi langkah Hajjah Ijah, wanita itu sama sekali tidak mau melepaskan rangkulannya pada tangan.


"Hemmm, pikirkanlah ritual yang akan segera kita lakukan. Ingat, batin kita sudah terikat menjadi suami istri." Jawab Hajjah Ijah, rasa jengkel dan marahnya kepada Jalu belum juga hilang. Pria itu benar benar bajingan, keperawanannya yang hilang dianggap tidak berharga.


"Iya, aku mengerti." Jawab Satria singkat, kontolnya bereaksi cepat dalam waktu singkat sehingga Satria membetulkan posisi kontolnya agar tidak terjepit.


"Hihihi, kontol kamu sudah ngaceng ya ?" Goda Hajjah Ijah, dia pun merasakan birahinya semakin memuncak membayangkan kontol besar Satria akan segera mengaduk aduk memeknya tanpa ampun memberikannya kenikmatan maksimal yang selama ini belum pernah didapatkan dari suaminya.


"Eh, iya !" Gumam Satria malu karena perbuatannya diketahui oleh Hajjah Ijah, dia hanya ingin secepatnya sampai kamar penginapan Hajjah Ijah dan melakukan ritual yang dibayangkan beberapa malam ini sehingga membuatnya sulit tidur.


"Sabar, ini tempat aku menginap.!" Seru Hajjah Ijah menarik tangan Satria masuk ke dalam warung yang lumayan bersih dan lantainya terbuat dari keramik, hal yang jarang ditemui di Gunung Kemukus karena sebagian besar bangunan warung yang menyediakan kamar hanyalah berdinding kayu bilik bambu dan lantainya sebagian besar hanyalah tanah yang dikeraskan. Hajjah Ijah memang sengaja memilih tempat ini karena lumayan bagus dan kasurnya masih lumayan baru.


Hajjah Ijah langsung memesan sarana untuk umbi rampe dan beberapa macam sarat yang akan digunakan untuk memulai ritual menurut kepercayaan yang diperolehnya dari tempat asalnya, Sang ibu pemilik warung langsung menyanggupinya dan akan segera mengantarkan ke dalam kamar yang ditempati Hajjah Ijah, tidak lupa dia tersenyum genit pada pemuda tampan yang berdiri canggung di samping Hajjah Ijah yang terus memegangi tangannya.


"Yuk masuk, kita akan mulai ritualnya setelah sesajen disiapkan oleh ibu warung, oh ya kamu mau kopi apa kopi susu?" Tanya Hajjah Ijah dia hampir lupa menyiapkan kopi untuk Satria yang sebentar lagi kejantanannya dikuras habis habisan. Setidaknya dia harus memberi asupan suplemen penambah stamina agar Satria tidak mudah letoy.


"Kopi aja, Jah...!" Jawab Satria, suaranya agak bergetar. Sebentar lagi saat saat yang paling berkesan dalam hidupnya, saat yang akan membuatnya menjadi pria dewasa yang sesungguhnya.


Setelah semua keperluan selama ritual selesai dipesan, Hajjah Ijah segera mengajak Satria masuk ke dalam kamar yang sudah disewanya dengan tarif sewa hanya 100 ribu permalam. Kamar ini memang sempit, lebarnya hanya 150 centimeter dan panjang dua meter.


"Sabar ya Sat, sampai sesajen yang kita butuhkan tersedia. " Kata Hajjah Ijah duduk dengan santai, bibirnya tersenyum geli melihat wajah Satria yang terlihat tegang berdiri mematung. Hajjah Ijah segera menariknya agar duduk di sisinya menghadap dinding papan sebagai sekat ke kamar sebelahnya.


Satria hanya mengangguk gelisah, beberapa kali dia melirik Hajjah Ijah yang tetap menempel padanya sehingga aroma tubuhnya tercium jelas. Pandangannya beralih ke gundukan payudara jumbo Hajjah Ijah yang sempat dilihatnya di dalam bilik sendang, tangannya gemetar membayangkan meremas payudara Hajjah Ijah. Untung si ibu pemilik warung segera datang dengan membawa semua sesajen yang dipesan dengan menggunakan nampan lebar, dengan sigap Hajjah Ijah meletakkannya di atas meja kecil di sisi ranjang berdesakan dengan sebuah kipas angin kecil yang terpaksa harus mengalah ke pojok.


"Ayo kita mulai ritualnya, cepat buka pakaianmu hingga bugil..!" Seru Hajjah Ijah tanpa menunggu Satria menuruti perintahnya, dia sudah membuka seluruh pakaiannya hingga bugil membuat Satria yang sejak tadi memperhatikannya, melotot tidak berkedip menatap keindahan tubuh montok Hajjah Ijah dengan payudara jumbonya.


"Hei, cepat buka bajumu. Kita akan segera melakukan ritual secepatnya, semakin cepat semakin baik..!" Seru Hajjah Ijah tidak bisa menahan tawanya melihat Satria begitu terpesona oleh keindahan tubuhnya. Ternyata usia tidak membuat keindahan tubuhnya berkurang, payudara jumbonya yang kendur membuatnya terlihat seperti buah pepaya yang menggantung ranum.


"Iya...!" Jawab Satria gugup, dengan tergesa-gesa dia membuka seluruh pakaiannya hingga tidak ada lagi yang menempel di tubuhnya yang kekar, kontolnya yang sudah sejak tadi tegang terlihat begitu perkasa membuat Hajjah Ijah memandangnya takjub.


"Syukur deh kontol kamu sudah ngaceng, jadi kita bisa langsung ritual..!" Seru Hajjah Ijah takjub, dia meraih kontol Satria yang besar dan panjang, batangnya terasa keras dan hangat dalam genggamannya membuat tubuh Satria mengejang kaget.


"Jah!" Seru Satria merasakan tangan halus Hajjah Ijah di batang kontolnya, jantungnya berdegup kencang karena sebentar lagi kontolnya akan merasakan jepitan memek berbulu jarang milik Hajjah Ijah.


"Ya sudah kamu segera bersila, kita akan melakukan meditasi dalam keadaan alat kelamin kita bersatu seperti ini..!" Seru Hajjah Ijah menunjukkan sebuah photo dari handphone miliknya.





"Kamu ngerti kan, Sat?" Tanya Hajjah Ijah, dia masih tetap menggenggam batang kontol Satria, ada perasaan ngeri membayangkan kontol itu akan segera masuk ke dalam memeknya. Masih terbayang jelas oleh Hajjah Ijah saat dia menduduki kontol Jalu sehingga selaput daranya robek, rasa sakit yang tak terhingga berusaha ditahannya demi perlindungan dari Jalu. Hanya Jalu yang diharapkannya bisa melindunginya dari sindikat penjual wanita, musuh dari ayah kandungnya yang berniat menjadikannya dan kakaknya sebagai pelacur. Rasa takut itu membuatnya nekad menyerahkan keperwananku kepada Jalu, pria asing yang ditemuinya.


"I ya, Bu. !" Jawab Satria, dia segera bersila di ranjang kayu seperti permintaan Hajjah Ijah dan juga photo yang dilihatnya. Kontolnya mengacung tegak seperti tugu Monas, Satria menunggu gelisah Hajjah Ijah yang sebentar lagi akan duduk di pangkuannya seperti yang dilihatnya di photo.


"Tenang, jangan tegang seperti itu..!" Seru Hajjah Ijah berusaha menutupi rasa tegangnya sendiri, membayangkan kontol Satria masuk ke dalam memeknya sudah membuat memeknya terasa ngilu. Namun kembali Hajjah Ijah mengalami situasi yang hampir sama seperti yang pernah dialaminya saat keperawanannya sobek oleh kontol sebesar milik pemuda itu, seharusnya dia tidak perlu merasa setegang ini. Dia bukanlah gadis perawan, bahkan memeknya sudah merasakan sodokan beberapa kontol yang walaupun tidak sebesar milik Satria tapi setidaknya memeknya sudah berpengalaman menghadapi berbagai macam kontol.


"Hahhhhh....!" Hajjah Ijah menarik nafas panjang saat mulai mengangkangi kontol Satria, dia meraih kontol Satria dan menggesek gesekkan ke lobang memeknya yang memang sudah basah sejak tadi. Perlahan Hajjah Ijah mulai menurunkan pinggulnya sehingga kepala kontol Satria terjepit oleh memeknya. Hajjah Ijah terdiam beberapa saat hingga dia yakin memeknya bisa menampung kontol Satria, Hajjah Ijah kembali menurunkan pinggulnya perlahan lahan membenamkan batang kontol Satria. Memeknya terbuka lebih lebar dari biasanya, berusaha menampung batang kontol besar yang panjang hingga akhirnya kontol Satria terbenam seluruhnya membuat Hajjah Ijah mendelik ngilu saat ujung kontol menyentuh mulut rahimnya.


"Ah, masukkkkk...!" Gumam Hajjah Ijah takjub, memeknya nampung menampung batang besar dan panjang kontol Satria, rasanya tidaklah sesakit saat kontol Jalu merobek robek selaput daranya, bahkan rasa ngilu yang dirasakannya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Hajjah Ijah memejamkan matanya, menikmati sensasi dahsyat yang menguasai jiwanya sehingga dia hampir lupa membaca mantra dalam posisi ini.


"Gila, kontol kamu besar sekali dan sangat panjang sampai menyentuh rahimku...!" Seru Hajjah Ijah takjub, dia menatap wajah tampan Satria yang masih bengong dengan keadaan kontolnya yang terjepit dalam lobang Hajjah Ijah yang terasa lembut dan hangat.


"Iya, Jah..!" Jawab Satria, konsentrasinya tertuju pada kontolnya yang terbenam dalam memek Hajjah Ijah. Dia tidak pernah membayangkan perjakanya hilang oleh memek wanita cantik yang lebih pantas jadi ibunya dari pada kekasihnya.


"Sudah, kita mulai membaca mantra untuk membuka pintu alam ghaib agar restu dari Dewi Ontrowulan dan Pangeran Samudera bisa menyatu pada diri kita sehingga semua hajat kita bisa dikabulkan." Kata Hajjah Ijah, ritual ini bukanlah finalnya. Mereka harus memulai ritual ini dengan sebuah meditasi panjang disertai alunan mantra untuk membangkitkan energi positif dan negatif yang berada di tubuh mereka agar menyatu hingga menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat. Kekuatan yang akan membuka pintu alam ghaib agar restu Dewi Ontrowulan dan Pangeran Samudera mereka peroleh sehingga hajat mereka akan menjadi nyata.


"Baik, Jah..." Gumam Satria berusaha berkosentrasi membaca mantra yang diterimanya dari Kang Bejo, namun hal itu sangat sulit dilakukan dalam keadaan memangku Hajjah Ijah dan kontolnya terjepit memek Hajjah Ijah yang seperti berkedut memijat mijat kontolnya. Perjuangan yang tidak mudah melakukan meditasi dalam posisi seperti ini, bahkan berkali-kali Satria salah mengucapkan mantra yang terbolak-balik urutannya, bahkan ada kalanya dia lupa dengan bacaannya.


Satria hampir putus asa, dia gagal membaca setiap kalimat dalam mantra. Matanya terbuka menatap wajah cantik Hajjah Ijah yang sangat dekat sehingga dia bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat dan semakin membakar birahinya, perlahan Satria mendekati bibir Hajjah Ijah yang sensual namun keberaniannya lenyap saat bibirnya hampir menyentuh bibir Hajjah Ijah yang sedang berkomat-kamit dengan khusuk. Kembali Satria memejamkan matanya, nafasnya mulai diatur sedemikian rupa agar tidak terpengaruh oleh Hajjah Ijah yang berada di pangkuannya. Perlahan-lahan Satria mulai larut dalam bacaan mantranya, sehingga dia bisa melupakan kontol dan juga tubuh Hajjah Ijah.


"Akhhhh, akhirnya selesai...!" Seru Hajjah Ijah menarik nafas lega setelah selesai membaca mantra hingga 100 X, hampir saja dia gagal melakukannya. Kontol Satria terasa begitu mengganjal memeknya sehingga dia harus berkali-kali mengedut-ngedutkan otot-otot memeknya


Hajjah Ijah membuka matanya, Satria begitu khusuk membaca mantra, matanya terpejam rapat dan nafasnya begitu halus membelai wajahnya yang cantik. Hajjah Ijah memandang wajah tampan pemuda yang menjadi pasangan ritualnya, kontol pemuda itu terasa sangat mengganjal memeknya. Perlahan-lahan Hajjah Ijah mengangkat pinggul dan kemudian menurunkan lagi hingga kontol Satria kembali terbenam seluruhnya


"Ahhhhh...!" Hajjah Ijah menggigit bibir, rasa nikmat yang dirasakan melebihi apa yang dibayangkan sebelumnya. Otot-otot memeknya seperti mencengkeram kontol Satria saat pinggulnya terangkat, sekujur tubuhnya merinding menikmati sensasi dahsyat yang membuatnya hampir berteriak. Namun sekuat tenaga Hajjah Ijah berusaha mengontrol dirinya agar tidak mengganggu meditasi Satria, di bergerak perlahan memompa kontol Satria.


Entah berapa lama dia memompa kontol Satria dengan lembut tanpa mengganggu meditasi pemuda itu, cairan memeknya semakin banyak membasahi kontol dan selangkangan Satria. Berkali kali dia hampir berteriak histeris merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah dirasakannya, namun dia berhasil mengendalikan dirinya.


Kontol Satria terasa sangat keras menusuk nusuk memeknya hingga menyentuh mulut rahimnya, hanya ada dua kontol pria yang berhasil menyentuh bagian terdalam memeknya dan itu adalah Jalu. Hajjah Ijah mengeram menahan birahinya agar tidak berubah menjadi liar seperti yang selama ini terjadi, ritual ini bukan hanya sekedar mengumbar syahwat dan mencari kenikmatan seks semata. Hajjah Ijah berusaha keras menahan keinginannya menciumi wajah tampan Satria yang semakin membangkitkan nafsunya.


Akhirnya Satria menyelesaikan mantranya, dia membuka matanya dan melihat wajah cantik Hajjah Ijah yang bersemu merah dan basah oleh peluh, wanita itu bergerak menaik turunkan berat dengan lembut sehingga dia merasakan kontolnya seperti bergerak mengocok memek sempit yang berkedut kedut lunak. Nikmat sekali rasanya, melebihi rasa nikmat saat dia beronani. Tubuh wanita itu bergerak naik turun, beberapa kali tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan.


"Ahhh, ennnnakkk.... Kamu sudah selesai, sayang...?" Tanya Hajjah Ijah memandang wajah Satria dengan mata sayu, binar binar kenikmatan terpancar jelas dari matanya yang belum kehilangan keindahannya.


"Su dah, Bu...!" Seru Satria gugup, tubuh montok wanita yang sedang memacu kontolnya begitu menggairahkan, payudara jumbonya bergesekan dengan dada bidangnya menimbulkan rasa geli yang nikmat. Dan gesekan itu semakin terasa saat Hajjah Ijah memeluknya, payudara kenyal itu menempel pada dadanya dan berguncang dahsyat menambah sensasi nikmat yang baru kini dirasakannya.


"Akkku nggak kuatttt, akkku kelllllluaarrrrr...!" Seru Hajjah Ijah tidak bisa lagi bertahan, gelombang dahsyat itu menghantam jiwanya, melemparkannya pada langit ke tujuh. Hajjah Ijah semakin erat memeluk tubuhnya, bibirnya menghisap leher Satria sebelum akhirnya dia kehabisan tenaga setelah badai orgasmenya reda


"Jah, Koko diam aja?" Tanya Satria heran, kocokan memek Hajjah Ijah berhenti, sehingga orgasmenya yang hampir tiba menjadi gagal.


"Aku cape sayang, memekku agak ngilu karena kontol kamu kegedean. Jawab Hajjah Ijah, tanpa persetujuan Satria dia merebahkan tubuhnya dalam keadaan kontol Satria masih terbenam di memeknya membuat Satria mengaduh kesakitan.


"Aduh...!" Seru Satria, dia bergerak mengikuti tubuh Hajjah Ijah untuk mengurangi rasa sakit pada kontolnya yang tertekuk, posisinya berubah menindih Hajjah Ijah yang tergolek pasrah menanti serangan balasan Satria.


"Ayo Say, entot aku dengan kontol perkasamu...!" Seru Hajjah Ijah mengalungkan kedua tangannya pada leher Satria, pinggulnya bergerak alami naik turun memacu kontol Satria yang kembali amblas menyentuh dasar memeknya.


"I iiya.." jawab Satria pelan, dia tidak mau kehilangan momen ini yang membuatnya menjadi pria sejati. Satria bertekad menundukkan kebinalan Hajjah Ijah sebagai balas jasanya memberikan memeknya secara cuma-cuma, perlahan dia mulai menggerakkan pinggulnya memacu memek Hajjah Ijah. Tidak perlu buku atau kamus untuk memompa memek seorang wanita, nalurinya yang menggerakkan pinggulnya sehingga kontolnya bergerak cepat di lobang memek Hajjah Ijah walau kadang kadang kontolnya terlepas dari jepitan memek karena terlalu tinggi mengangkat pinggulnya.


"Nikmat, oh ohhhhh, yaaa terussss....!" Seru Hajjah Ijah tidak bisa lagi mengendalikan diri, kebiasannya yang berisik saat ngentot terbawa begitu saja. Suara jeritannya pasti akan terdengar oleh orang yang berada di dalam warung, untungnya hal itu sudah biasa terjadi di sini dan orang tidak peduli dengan hal itu.


"Aku juga ennak Jah, lebih enak dari pada onani." Kata Satria berterus terang, ini pengalaman pertama yang tidak akan bisa dilupakan.


"Kamu belum pernah ngentot sebelumnya, Sat?" Tanya Hajjah Ijah tidak percaya, bagaimana mungkin pria setampan Satria belum pernah mencicipi memek seorang wanita. Dia yakin, akan banyak wanita yang tergila gila dan memberikan memeknya secara suka rela, terutama para istri kesepian yang tidak mendapatkan kepuasan dari suaminya.


"Ohhhh, benar Jah baru sekarang aku merasakan ngentot. Nikmat sekali Jah, memekmu..!" Seru Satria takjub, kontolnya semakin cepat memompa memek Hajjah Ijah menimbulkan bunyi yang terasa asing bagi Satria, namun bunyi terdengar merdu.


"Ohhhh, akkku beruntung dapat perjaka kamu... Terus yang kencang, entot memekku...!" Seru Hajjah Ijah histeris, dia merasakan badai orgasme kembali mendekatinya


"Aku juga beruntung, bisa ngentotin wanita secantik kamu, untipasangan ritualku tidak datang." Jawab Satria jujur, bila dibandingkan dengan Hajjah Ijah, kecantikan dan kemontokan tubuh Yuk Darmi jelas kalah jauh.


"Iyya, kontol kamu ennakkk. Terusssss Sat, akkku mau keluar lagiiiii...!" Rintihan Hajjah Ijah bergema di telinga Satria, rintihan yang terdengar merdu bagi Satria sehingga dia semakin bersemangat menggerakkan kontolnya di dalam memek Hajjah Ijah.


"Aaakku nggak tahan, akkku kelllllluaarrrrr....!" Seru Satria takjub oleh perasaan yang sedang dialaminya, badai orgasme maha dahsyat yang baru pertama dialami membuatnya mengeram keras sambil mencengkeram sprei di kiri kana tubuh Hajjah Ijah.


Pada saat yang bersamaan, Hajjah Ijah yang merasakan semprotan pejuh Satria membanjiri memeknya menjerit histeris, lebih keras dari saat orgasme pertama tadi.


"Akkku ngecroti...!" Hajjah Ijah semakin erat memeluk Satria, dia berusaha bertahan dari seretan gelombang orgasme terdahsyat yang dirasakannya. Tanpa sadar dia menggigit punggung Satria yang mencapai puncak orgasmenya sehingga tidak merasakan gigitan Hajjah Ijah yang meninggalkan bekas luka.


Hening, kedua tubuh itu saling berpelukan menikmati sisa-sisa orgasme yang hanya berlangsung beberapa detik. Perlahan Satria bangkit dari atas tubuh Hajjah Ijah yang segera memeluknya erat, dia masih ingin merasakan sensasi kontol Satria berada dalam jepitan memeknya. Ingin merasakan kontol itu mengecil di dalam memeknya.


"Jangan cabut dulu, Sat..!" Gumam Hajjah Ijah, diciuminya dada bidang Satria yang berkeringat setelah pertarungan yang melelahkan tadi, lidahnya menjilati butir butir keringat Satria yang terasa asin. Keringat pejantan tangguh yang baru saja memberikan kenikmatan maksimal.


"Belum pernah aku merasakan yang senikmat ini, Sat. Kamu hebat, kamu berhasil memberikan kepuasan maksimal." Bisik Hajjah Ijah diakhiri jilatan pada telinga Satria yang terpejam menikmatinya.


"Masa, Jah ?" Tanya Satria bangga, ternyata dia berhasil menaklukkan wanita secantik Hajjah Ijah. Satria merasakan kedutan kedutan dinding memek Hajjah Ijah meremas kontolnya dan hal itu membuatnya kembali bernafsu. Kontolnya yang belum sepenuhnya lemas, kembali mengeras dengan cepat.


"Ich, gilaaaaa. Kontol kamu ngaceng lagiii!" Seru Hajjah Ijah takjub, gerakkan isengnya mengerakkan otot otot memeknya justru membangkitkan macan tidur, kontol Satria kembali mengeras maksimal. Mendorong dinding memeknya ke kiri dan kanan, rasanya sungguh menakjubkan. Belum pernah Hajjah Ijah mengalami hal ini sebelumnya, ini adalah pengalan barunya dan dia merasa beruntung mendapatkan pasangan ritual pemuda yang bernama Satria ini.


"Habis memek kamu kedut kedutan bikin kontol aku ngaceng lagi, Jah.." jawab Satria malu, dia tidak tahu apakah hal ini membuat Hajjah Ijah senang atau malah sebaliknya.






Bersambung.....
 
Chapter 4


"Eh, i ya...!" Jawab Satria jengah mendapatkan godaan seperti itu, dia terlalu asyik dengan khayalannya menggeluti tubuh molek Hajjah Ijah yang terus bergelayut pada tangganya sehingga tidak menyadari Jalu yang berjalan naik menuju bangsal Sonyoyuri. Ada perasaan iri yang memenuhi hati Satria melihat Jalu kini berjalan diapit dua orang wanita yang salah satunya dia kenal bernama Desy dan satunya lagi dia tidak bisa melihat wajahnya yang tertutup masker dan kaca mata hitam besar.


"Ya sudah, teruskan ritual kalian. Aku akan ikut mendoakanmu agar semua hajat kamu terkabul, Sat. Oh ya, siapa nama lengkap kamu dan nama ayahmu agar aku bisa mendoakanmu?" Tanya Jalu, entah kenapa dia begitu tertarik untuk mengetahui asal usul pemuda yang baru saja dikenalnya itu.


Mendengar pertanyaan Jalu, Lastri yang berdiri di sampingnya dengan mengenakan masker serta kaca mata hitam berubah menjadi sangat ketakutan. Sepertinya Jalu mencurigai Satria, tapi dari mana Jalu mengenal Satria? Atau hanya nalurinya yang bicara, itu kemungkinan paling masuk akal.


"Satria Arya bin Ujang...!" Jawab Satria ragu saat menyebut nama ayah yang belum pernah dikenalnya, bahkan nama itu tidak tertulis di akta kelahirannya, hanya ada nama ibunya di akta kelahiran.


"Ayooo !" Seru Hajjah Ijah jengkel, ternyata Jalu sudah melupakannya seakan keperawanannya yang hilang adalah sesuatu yang tidak berharga sama sekali dan tidak pernah membekas di hatinya. Hajjah Ijah menarik tangan Satria meninggalkan Jalu dan kedua wanita yang entah siapa namanya dan Hajjah Ijah merasa tidak perlu untuk mengetahuinya, dia hanya ingin secepat masuk ke dalam melakukan ritual dengan Satria pemuda tampan yang dipaksa menjadi pasangan ritualnya.


"Iya...!" Jawab Satria berusaha menjaga keseimbangannya yang sempat goyah saat Hajjah Ijah menariknya menuruni anak tangga yang lumayan curam, dia lupa mengucapkan salam perpisahan pada Jalu dan ke dua wanitanya.


"Siapa wanita itu, sepertinya aku pernah mengenalnya?" Gumam Jalu ragu, terlalu banyak wanita yang pernah dikenalnya.


"Wanita cantik, selalu saja itu yang A Ujang pikirkan." Jawab Desy mencibir, rasanya cintanya tak pernah terbalaskan hingga akhirnya dia harus menikah dengan pria lain dari pada harus menunggu sesuatu yang tidak pasti. Jalu tidak akan pernah bisa menjadi miliknya secara utuh, hubungan mereka sebagai saudara sepupu membuat harapannya kandas.


Lastri tidak tertarik dengan perdebatan Jalu dan Desy, dia menoleh ke belakang menatap kepergian Satria dengan perasaan lega karena Satria tidak mengenalnya karena masker dan kaca mata hitam yang dipakainya. Entah apa yang akan dipikirkan Satria kalau mengenalnya, kehebohan apa yang akan terjadi dan Lastri tidak berani membayangkannya. Pada saat itulah Satria menoleh ke arahnya dan tersenyum disertai sebuah anggukan kecil, Lastri membalasnya dengan sebuah lambaian memberi restu agar Ritual yang dilakukan anaknya berhasil, siapapun pasangan ritualnya.


"Aku seperti mengenal wanita yang memakai masker itu, sepertinya aku tidak asing dengannya." Gumam Satria berjalan menjadi langkah Hajjah Ijah, wanita itu sama sekali tidak mau melepaskan rangkulannya pada tangan.


"Hemmm, pikirkanlah ritual yang akan segera kita lakukan. Ingat, batin kita sudah terikat menjadi suami istri." Jawab Hajjah Ijah, rasa jengkel dan marahnya kepada Jalu belum juga hilang. Pria itu benar benar bajingan, keperawanannya yang hilang dianggap tidak berharga.


"Iya, aku mengerti." Jawab Satria singkat, kontolnya bereaksi cepat dalam waktu singkat sehingga Satria membetulkan posisi kontolnya agar tidak terjepit.


"Hihihi, kontol kamu sudah ngaceng ya ?" Goda Hajjah Ijah, dia pun merasakan birahinya semakin memuncak membayangkan kontol besar Satria akan segera mengaduk aduk memeknya tanpa ampun memberikannya kenikmatan maksimal yang selama ini belum pernah didapatkan dari suaminya.


"Eh, iya !" Gumam Satria malu karena perbuatannya diketahui oleh Hajjah Ijah, dia hanya ingin secepatnya sampai kamar penginapan Hajjah Ijah dan melakukan ritual yang dibayangkan beberapa malam ini sehingga membuatnya sulit tidur.


"Sabar, ini tempat aku menginap.!" Seru Hajjah Ijah menarik tangan Satria masuk ke dalam warung yang lumayan bersih dan lantainya terbuat dari keramik, hal yang jarang ditemui di Gunung Kemukus karena sebagian besar bangunan warung yang menyediakan kamar hanyalah berdinding kayu bilik bambu dan lantainya sebagian besar hanyalah tanah yang dikeraskan. Hajjah Ijah memang sengaja memilih tempat ini karena lumayan bagus dan kasurnya masih lumayan baru.


Hajjah Ijah langsung memesan sarana untuk umbi rampe dan beberapa macam sarat yang akan digunakan untuk memulai ritual menurut kepercayaan yang diperolehnya dari tempat asalnya, Sang ibu pemilik warung langsung menyanggupinya dan akan segera mengantarkan ke dalam kamar yang ditempati Hajjah Ijah, tidak lupa dia tersenyum genit pada pemuda tampan yang berdiri canggung di samping Hajjah Ijah yang terus memegangi tangannya.


"Yuk masuk, kita akan mulai ritualnya setelah sesajen disiapkan oleh ibu warung, oh ya kamu mau kopi apa kopi susu?" Tanya Hajjah Ijah dia hampir lupa menyiapkan kopi untuk Satria yang sebentar lagi kejantanannya dikuras habis habisan. Setidaknya dia harus memberi asupan suplemen penambah stamina agar Satria tidak mudah letoy.


"Kopi aja, Jah...!" Jawab Satria, suaranya agak bergetar. Sebentar lagi saat saat yang paling berkesan dalam hidupnya, saat yang akan membuatnya menjadi pria dewasa yang sesungguhnya.


Setelah semua keperluan selama ritual selesai dipesan, Hajjah Ijah segera mengajak Satria masuk ke dalam kamar yang sudah disewanya dengan tarif sewa hanya 100 ribu permalam. Kamar ini memang sempit, lebarnya hanya 150 centimeter dan panjang dua meter.


"Sabar ya Sat, sampai sesajen yang kita butuhkan tersedia. " Kata Hajjah Ijah duduk dengan santai, bibirnya tersenyum geli melihat wajah Satria yang terlihat tegang berdiri mematung. Hajjah Ijah segera menariknya agar duduk di sisinya menghadap dinding papan sebagai sekat ke kamar sebelahnya.


Satria hanya mengangguk gelisah, beberapa kali dia melirik Hajjah Ijah yang tetap menempel padanya sehingga aroma tubuhnya tercium jelas. Pandangannya beralih ke gundukan payudara jumbo Hajjah Ijah yang sempat dilihatnya di dalam bilik sendang, tangannya gemetar membayangkan meremas payudara Hajjah Ijah. Untung si ibu pemilik warung segera datang dengan membawa semua sesajen yang dipesan dengan menggunakan nampan lebar, dengan sigap Hajjah Ijah meletakkannya di atas meja kecil di sisi ranjang berdesakan dengan sebuah kipas angin kecil yang terpaksa harus mengalah ke pojok.


"Ayo kita mulai ritualnya, cepat buka pakaianmu hingga bugil..!" Seru Hajjah Ijah tanpa menunggu Satria menuruti perintahnya, dia sudah membuka seluruh pakaiannya hingga bugil membuat Satria yang sejak tadi memperhatikannya, melotot tidak berkedip menatap keindahan tubuh montok Hajjah Ijah dengan payudara jumbonya.


"Hei, cepat buka bajumu. Kita akan segera melakukan ritual secepatnya, semakin cepat semakin baik..!" Seru Hajjah Ijah tidak bisa menahan tawanya melihat Satria begitu terpesona oleh keindahan tubuhnya. Ternyata usia tidak membuat keindahan tubuhnya berkurang, payudara jumbonya yang kendur membuatnya terlihat seperti buah pepaya yang menggantung ranum.


"Iya...!" Jawab Satria gugup, dengan tergesa-gesa dia membuka seluruh pakaiannya hingga tidak ada lagi yang menempel di tubuhnya yang kekar, kontolnya yang sudah sejak tadi tegang terlihat begitu perkasa membuat Hajjah Ijah memandangnya takjub.


"Syukur deh kontol kamu sudah ngaceng, jadi kita bisa langsung ritual..!" Seru Hajjah Ijah takjub, dia meraih kontol Satria yang besar dan panjang, batangnya terasa keras dan hangat dalam genggamannya membuat tubuh Satria mengejang kaget.


"Jah!" Seru Satria merasakan tangan halus Hajjah Ijah di batang kontolnya, jantungnya berdegup kencang karena sebentar lagi kontolnya akan merasakan jepitan memek berbulu jarang milik Hajjah Ijah.


"Ya sudah kamu segera bersila, kita akan melakukan meditasi dalam keadaan alat kelamin kita bersatu seperti ini..!" Seru Hajjah Ijah menunjukkan sebuah photo dari handphone miliknya.





"Kamu ngerti kan, Sat?" Tanya Hajjah Ijah, dia masih tetap menggenggam batang kontol Satria, ada perasaan ngeri membayangkan kontol itu akan segera masuk ke dalam memeknya. Masih terbayang jelas oleh Hajjah Ijah saat dia menduduki kontol Jalu sehingga selaput daranya robek, rasa sakit yang tak terhingga berusaha ditahannya demi perlindungan dari Jalu. Hanya Jalu yang diharapkannya bisa melindunginya dari sindikat penjual wanita, musuh dari ayah kandungnya yang berniat menjadikannya dan kakaknya sebagai pelacur. Rasa takut itu membuatnya nekad menyerahkan keperwananku kepada Jalu, pria asing yang ditemuinya.


"I ya, Bu. !" Jawab Satria, dia segera bersila di ranjang kayu seperti permintaan Hajjah Ijah dan juga photo yang dilihatnya. Kontolnya mengacung tegak seperti tugu Monas, Satria menunggu gelisah Hajjah Ijah yang sebentar lagi akan duduk di pangkuannya seperti yang dilihatnya di photo.


"Tenang, jangan tegang seperti itu..!" Seru Hajjah Ijah berusaha menutupi rasa tegangnya sendiri, membayangkan kontol Satria masuk ke dalam memeknya sudah membuat memeknya terasa ngilu. Namun kembali Hajjah Ijah mengalami situasi yang hampir sama seperti yang pernah dialaminya saat keperawanannya sobek oleh kontol sebesar milik pemuda itu, seharusnya dia tidak perlu merasa setegang ini. Dia bukanlah gadis perawan, bahkan memeknya sudah merasakan sodokan beberapa kontol yang walaupun tidak sebesar milik Satria tapi setidaknya memeknya sudah berpengalaman menghadapi berbagai macam kontol.


"Hahhhhh....!" Hajjah Ijah menarik nafas panjang saat mulai mengangkangi kontol Satria, dia meraih kontol Satria dan menggesek gesekkan ke lobang memeknya yang memang sudah basah sejak tadi. Perlahan Hajjah Ijah mulai menurunkan pinggulnya sehingga kepala kontol Satria terjepit oleh memeknya. Hajjah Ijah terdiam beberapa saat hingga dia yakin memeknya bisa menampung kontol Satria, Hajjah Ijah kembali menurunkan pinggulnya perlahan lahan membenamkan batang kontol Satria. Memeknya terbuka lebih lebar dari biasanya, berusaha menampung batang kontol besar yang panjang hingga akhirnya kontol Satria terbenam seluruhnya membuat Hajjah Ijah mendelik ngilu saat ujung kontol menyentuh mulut rahimnya.


"Ah, masukkkkk...!" Gumam Hajjah Ijah takjub, memeknya nampung menampung batang besar dan panjang kontol Satria, rasanya tidaklah sesakit saat kontol Jalu merobek robek selaput daranya, bahkan rasa ngilu yang dirasakannya dengan rasa nikmat yang luar biasa. Hajjah Ijah memejamkan matanya, menikmati sensasi dahsyat yang menguasai jiwanya sehingga dia hampir lupa membaca mantra dalam posisi ini.


"Gila, kontol kamu besar sekali dan sangat panjang sampai menyentuh rahimku...!" Seru Hajjah Ijah takjub, dia menatap wajah tampan Satria yang masih bengong dengan keadaan kontolnya yang terjepit dalam lobang Hajjah Ijah yang terasa lembut dan hangat.


"Iya, Jah..!" Jawab Satria, konsentrasinya tertuju pada kontolnya yang terbenam dalam memek Hajjah Ijah. Dia tidak pernah membayangkan perjakanya hilang oleh memek wanita cantik yang lebih pantas jadi ibunya dari pada kekasihnya.


"Sudah, kita mulai membaca mantra untuk membuka pintu alam ghaib agar restu dari Dewi Ontrowulan dan Pangeran Samudera bisa menyatu pada diri kita sehingga semua hajat kita bisa dikabulkan." Kata Hajjah Ijah, ritual ini bukanlah finalnya. Mereka harus memulai ritual ini dengan sebuah meditasi panjang disertai alunan mantra untuk membangkitkan energi positif dan negatif yang berada di tubuh mereka agar menyatu hingga menjadi sebuah kekuatan maha dahsyat. Kekuatan yang akan membuka pintu alam ghaib agar restu Dewi Ontrowulan dan Pangeran Samudera mereka peroleh sehingga hajat mereka akan menjadi nyata.


"Baik, Jah..." Gumam Satria berusaha berkosentrasi membaca mantra yang diterimanya dari Kang Bejo, namun hal itu sangat sulit dilakukan dalam keadaan memangku Hajjah Ijah dan kontolnya terjepit memek Hajjah Ijah yang seperti berkedut memijat mijat kontolnya. Perjuangan yang tidak mudah melakukan meditasi dalam posisi seperti ini, bahkan berkali-kali Satria salah mengucapkan mantra yang terbolak-balik urutannya, bahkan ada kalanya dia lupa dengan bacaannya.


Satria hampir putus asa, dia gagal membaca setiap kalimat dalam mantra. Matanya terbuka menatap wajah cantik Hajjah Ijah yang sangat dekat sehingga dia bisa merasakan hembusan nafasnya yang hangat dan semakin membakar birahinya, perlahan Satria mendekati bibir Hajjah Ijah yang sensual namun keberaniannya lenyap saat bibirnya hampir menyentuh bibir Hajjah Ijah yang sedang berkomat-kamit dengan khusuk. Kembali Satria memejamkan matanya, nafasnya mulai diatur sedemikian rupa agar tidak terpengaruh oleh Hajjah Ijah yang berada di pangkuannya. Perlahan-lahan Satria mulai larut dalam bacaan mantranya, sehingga dia bisa melupakan kontol dan juga tubuh Hajjah Ijah.


"Akhhhh, akhirnya selesai...!" Seru Hajjah Ijah menarik nafas lega setelah selesai membaca mantra hingga 100 X, hampir saja dia gagal melakukannya. Kontol Satria terasa begitu mengganjal memeknya sehingga dia harus berkali-kali mengedut-ngedutkan otot-otot memeknya


Hajjah Ijah membuka matanya, Satria begitu khusuk membaca mantra, matanya terpejam rapat dan nafasnya begitu halus membelai wajahnya yang cantik. Hajjah Ijah memandang wajah tampan pemuda yang menjadi pasangan ritualnya, kontol pemuda itu terasa sangat mengganjal memeknya. Perlahan-lahan Hajjah Ijah mengangkat pinggul dan kemudian menurunkan lagi hingga kontol Satria kembali terbenam seluruhnya


"Ahhhhh...!" Hajjah Ijah menggigit bibir, rasa nikmat yang dirasakan melebihi apa yang dibayangkan sebelumnya. Otot-otot memeknya seperti mencengkeram kontol Satria saat pinggulnya terangkat, sekujur tubuhnya merinding menikmati sensasi dahsyat yang membuatnya hampir berteriak. Namun sekuat tenaga Hajjah Ijah berusaha mengontrol dirinya agar tidak mengganggu meditasi Satria, di bergerak perlahan memompa kontol Satria.


Entah berapa lama dia memompa kontol Satria dengan lembut tanpa mengganggu meditasi pemuda itu, cairan memeknya semakin banyak membasahi kontol dan selangkangan Satria. Berkali kali dia hampir berteriak histeris merasakan kenikmatan yang selama ini belum pernah dirasakannya, namun dia berhasil mengendalikan dirinya.


Kontol Satria terasa sangat keras menusuk nusuk memeknya hingga menyentuh mulut rahimnya, hanya ada dua kontol pria yang berhasil menyentuh bagian terdalam memeknya dan itu adalah Jalu. Hajjah Ijah mengeram menahan birahinya agar tidak berubah menjadi liar seperti yang selama ini terjadi, ritual ini bukan hanya sekedar mengumbar syahwat dan mencari kenikmatan seks semata. Hajjah Ijah berusaha keras menahan keinginannya menciumi wajah tampan Satria yang semakin membangkitkan nafsunya.


Akhirnya Satria menyelesaikan mantranya, dia membuka matanya dan melihat wajah cantik Hajjah Ijah yang bersemu merah dan basah oleh peluh, wanita itu bergerak menaik turunkan berat dengan lembut sehingga dia merasakan kontolnya seperti bergerak mengocok memek sempit yang berkedut kedut lunak. Nikmat sekali rasanya, melebihi rasa nikmat saat dia beronani. Tubuh wanita itu bergerak naik turun, beberapa kali tubuhnya menggeliat seperti cacing kepanasan.


"Ahhh, ennnnakkk.... Kamu sudah selesai, sayang...?" Tanya Hajjah Ijah memandang wajah Satria dengan mata sayu, binar binar kenikmatan terpancar jelas dari matanya yang belum kehilangan keindahannya.


"Su dah, Bu...!" Seru Satria gugup, tubuh montok wanita yang sedang memacu kontolnya begitu menggairahkan, payudara jumbonya bergesekan dengan dada bidangnya menimbulkan rasa geli yang nikmat. Dan gesekan itu semakin terasa saat Hajjah Ijah memeluknya, payudara kenyal itu menempel pada dadanya dan berguncang dahsyat menambah sensasi nikmat yang baru kini dirasakannya.


"Akkku nggak kuatttt, akkku kelllllluaarrrrr...!" Seru Hajjah Ijah tidak bisa lagi bertahan, gelombang dahsyat itu menghantam jiwanya, melemparkannya pada langit ke tujuh. Hajjah Ijah semakin erat memeluk tubuhnya, bibirnya menghisap leher Satria sebelum akhirnya dia kehabisan tenaga setelah badai orgasmenya reda


"Jah, Koko diam aja?" Tanya Satria heran, kocokan memek Hajjah Ijah berhenti, sehingga orgasmenya yang hampir tiba menjadi gagal.


"Aku cape sayang, memekku agak ngilu karena kontol kamu kegedean. Jawab Hajjah Ijah, tanpa persetujuan Satria dia merebahkan tubuhnya dalam keadaan kontol Satria masih terbenam di memeknya membuat Satria mengaduh kesakitan.


"Aduh...!" Seru Satria, dia bergerak mengikuti tubuh Hajjah Ijah untuk mengurangi rasa sakit pada kontolnya yang tertekuk, posisinya berubah menindih Hajjah Ijah yang tergolek pasrah menanti serangan balasan Satria.


"Ayo Say, entot aku dengan kontol perkasamu...!" Seru Hajjah Ijah mengalungkan kedua tangannya pada leher Satria, pinggulnya bergerak alami naik turun memacu kontol Satria yang kembali amblas menyentuh dasar memeknya.


"I iiya.." jawab Satria pelan, dia tidak mau kehilangan momen ini yang membuatnya menjadi pria sejati. Satria bertekad menundukkan kebinalan Hajjah Ijah sebagai balas jasanya memberikan memeknya secara cuma-cuma, perlahan dia mulai menggerakkan pinggulnya memacu memek Hajjah Ijah. Tidak perlu buku atau kamus untuk memompa memek seorang wanita, nalurinya yang menggerakkan pinggulnya sehingga kontolnya bergerak cepat di lobang memek Hajjah Ijah walau kadang kadang kontolnya terlepas dari jepitan memek karena terlalu tinggi mengangkat pinggulnya.


"Nikmat, oh ohhhhh, yaaa terussss....!" Seru Hajjah Ijah tidak bisa lagi mengendalikan diri, kebiasannya yang berisik saat ngentot terbawa begitu saja. Suara jeritannya pasti akan terdengar oleh orang yang berada di dalam warung, untungnya hal itu sudah biasa terjadi di sini dan orang tidak peduli dengan hal itu.


"Aku juga ennak Jah, lebih enak dari pada onani." Kata Satria berterus terang, ini pengalaman pertama yang tidak akan bisa dilupakan.


"Kamu belum pernah ngentot sebelumnya, Sat?" Tanya Hajjah Ijah tidak percaya, bagaimana mungkin pria setampan Satria belum pernah mencicipi memek seorang wanita. Dia yakin, akan banyak wanita yang tergila gila dan memberikan memeknya secara suka rela, terutama para istri kesepian yang tidak mendapatkan kepuasan dari suaminya.


"Ohhhh, benar Jah baru sekarang aku merasakan ngentot. Nikmat sekali Jah, memekmu..!" Seru Satria takjub, kontolnya semakin cepat memompa memek Hajjah Ijah menimbulkan bunyi yang terasa asing bagi Satria, namun bunyi terdengar merdu.


"Ohhhh, akkku beruntung dapat perjaka kamu... Terus yang kencang, entot memekku...!" Seru Hajjah Ijah histeris, dia merasakan badai orgasme kembali mendekatinya


"Aku juga beruntung, bisa ngentotin wanita secantik kamu, untipasangan ritualku tidak datang." Jawab Satria jujur, bila dibandingkan dengan Hajjah Ijah, kecantikan dan kemontokan tubuh Yuk Darmi jelas kalah jauh.


"Iyya, kontol kamu ennakkk. Terusssss Sat, akkku mau keluar lagiiiii...!" Rintihan Hajjah Ijah bergema di telinga Satria, rintihan yang terdengar merdu bagi Satria sehingga dia semakin bersemangat menggerakkan kontolnya di dalam memek Hajjah Ijah.


"Aaakku nggak tahan, akkku kelllllluaarrrrr....!" Seru Satria takjub oleh perasaan yang sedang dialaminya, badai orgasme maha dahsyat yang baru pertama dialami membuatnya mengeram keras sambil mencengkeram sprei di kiri kana tubuh Hajjah Ijah.


Pada saat yang bersamaan, Hajjah Ijah yang merasakan semprotan pejuh Satria membanjiri memeknya menjerit histeris, lebih keras dari saat orgasme pertama tadi.


"Akkku ngecroti...!" Hajjah Ijah semakin erat memeluk Satria, dia berusaha bertahan dari seretan gelombang orgasme terdahsyat yang dirasakannya. Tanpa sadar dia menggigit punggung Satria yang mencapai puncak orgasmenya sehingga tidak merasakan gigitan Hajjah Ijah yang meninggalkan bekas luka.


Hening, kedua tubuh itu saling berpelukan menikmati sisa-sisa orgasme yang hanya berlangsung beberapa detik. Perlahan Satria bangkit dari atas tubuh Hajjah Ijah yang segera memeluknya erat, dia masih ingin merasakan sensasi kontol Satria berada dalam jepitan memeknya. Ingin merasakan kontol itu mengecil di dalam memeknya.


"Jangan cabut dulu, Sat..!" Gumam Hajjah Ijah, diciuminya dada bidang Satria yang berkeringat setelah pertarungan yang melelahkan tadi, lidahnya menjilati butir butir keringat Satria yang terasa asin. Keringat pejantan tangguh yang baru saja memberikan kenikmatan maksimal.


"Belum pernah aku merasakan yang senikmat ini, Sat. Kamu hebat, kamu berhasil memberikan kepuasan maksimal." Bisik Hajjah Ijah diakhiri jilatan pada telinga Satria yang terpejam menikmatinya.


"Masa, Jah ?" Tanya Satria bangga, ternyata dia berhasil menaklukkan wanita secantik Hajjah Ijah. Satria merasakan kedutan kedutan dinding memek Hajjah Ijah meremas kontolnya dan hal itu membuatnya kembali bernafsu. Kontolnya yang belum sepenuhnya lemas, kembali mengeras dengan cepat.


"Ich, gilaaaaa. Kontol kamu ngaceng lagiii!" Seru Hajjah Ijah takjub, gerakkan isengnya mengerakkan otot otot memeknya justru membangkitkan macan tidur, kontol Satria kembali mengeras maksimal. Mendorong dinding memeknya ke kiri dan kanan, rasanya sungguh menakjubkan. Belum pernah Hajjah Ijah mengalami hal ini sebelumnya, ini adalah pengalan barunya dan dia merasa beruntung mendapatkan pasangan ritual pemuda yang bernama Satria ini.


"Habis memek kamu kedut kedutan bikin kontol aku ngaceng lagi, Jah.." jawab Satria malu, dia tidak tahu apakah hal ini membuat Hajjah Ijah senang atau malah sebaliknya.






Bersambung.....
Iki joss hu......crotinnn ....eh lancrotkan....eh lanjutin
 
Wes ewes ewes.... Blablas masuk... Lancrotkeun suhu....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd