Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Bimabet
Cadasss suhuu..

Sudah ada 2 cerita yg punya jalan cerita mirip kek gini.


Sama2 punya obsesi di bunuh krn sange.

Gw pantau ini cerita apakah ada twist atau endingnya seperti part 1


:beer:

hah ada 2 cerita hu
apa saja kedua cerita itu hu?
 
Harus dilestarikan ini genre kayak gini, akhir2 ini genre di mari terlalu monoton. Harus banyak2 variasinya...
 
makan :kaget: toket!?
itu gimana :ngiler: rasanya yo?? Selama ini cuma sempat gigit-gigit saja sich..
hkk:bata:kkt
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Jam istirahat sudah habis dan baru aja selesai makan siang, ku sambi buka forum. Terimakasih atas responnya. Cerita "Silahkan Nikmati Tubuhku" bagus. Selain cerita itu, cerita "Semayam" milik om Jaya S, cerita karya bramloser, pimlord, dan beberapa penulis dalam LKTCP 2018 merupakan tambahan wawasan dalam ceritaku ini.

Kalau dari penulis luar, cerita "Girl wants to be eaten" ditulis oleh Elminster ialah cerita yang menginspirasi cerita ini. Bisa dilihat ada kemiripan, cuma aku tulis dengan cara yang berbeda.

Sebagai penulis, aku sampaikan progress cerita ini baru 2339 kata.
 
Bimabet
BAGIAN 2

Chef Yongki berjalan didepan dan aku mengekor di belakangnya. Jaraknya kurang lebih 2 meteran. Selepas meninggalkan ruang makan, kami melangkahkan kaki menuju lantai bawah. Menuruni puluhan anak tangga bermarmer dengan lembaran karpet merah dan motif garis dedaunan di pinggirannya, melindungi kami agar tidak terpeleset. Chef Yongki menuntunku hingga membuka sebuah pintu kayu dengan 4 buah kaca berbentuk persegi panjang. Aku lihat pintu itu seperti sebuah koridor panjang. Terdengar derap langkah kami memantul-mantul didalam lorong koridor yang kami lalui, memberikan sebuah efek suara berupa delay dan reverb. Disisi kiri dan kanan dinding, terpajang lukisan seni menggambarkan pemandangan, hewan, bunga, dan manusia telanjang dengan sayap putih di punggungnya. Tiap lukisan diterangi oleh sebuah lampu sorot LED yang terletak diatasnya.

Oh iya, chef Yongki ini tinggi dan gagah lho. Ideal banget deh, tidak gemuk ya tidak kurus. Wajahnya cukup tampan dan bersih. Ada tahi lalat di bawah bibir sebelah kiri. Postur tubuhnya tinggi, tinggiku aja dikasih sebahunya dia.

Tiba-tiba teringat sesuatu. Tadi nama masakan yang kumakan bareng pak Borgan sepertinya aneh deh… aku tanya aja kali ya.

"Chef, mengapa masakan yang tadi Siska makan dinamakan gadis guling? Bukankah Vivi sudah tidak perawan?" Tanyaku.

"Oh itu… Menurut penjelasan Vivi, kemaluannya saja yang diperawani. Sedangkan lubang lainnya tidak. Jadi, ketika saya memutuskan untuk memanggang seperti kambing atau babi guling, saya harus menusukkan sebatang besi dari anus atau kemaluan hingga menembus sampai kerongkongan. Karena anusnya masih perawan, saya pilih menusuk bagian itu. Hahaha" jelas Chef dengan menoleh kesamping kanan.

"Hihihi sesederhana itu ya?" Tanyaku.

"Begitulah" Singkatnya.

"Eh chef, ngomong ngomong alat buat manggang Vivi seperti apa? Siska penasaran" Tanyaku lagi.

"Nanti sampai dapur saya tunjukkan" jawabnya.

Setelah melalui koridor, kami sampai di sebuah pintu. Chef Yongki membuka pintu itu. Saat itu, langsung suara gesekan penggorengan dan spatula, suara desis tumisan, dan hiruk pikuk kesibukan orang-orang memasak. Aku melihat rekan-rekan Chef Yongki yang tadi berdiri berbaris di ruang tengah bersama pak Borgan. Kulihat mereka serius memasak tidak memperdulikan kehadiran kami.

"Ini dapur, ruang kerja kami. Mari masuk dik" ucap Chef Yongki

"Iya chef" ucapku.

Aku masuk lalu chef Yongki menutup kembali pintunya. Chef Yongki melanjutkan langkah kakinya, aku mengekor lagi.

"Ini pemanggangnya dik" ucap chef Yongki.

Dihadapanku terdapat pemanggang sebesar almari. Tingginya kurang lebih 4 meter, lebar 1 meter, dan panjangnya 3 meter. Pada ruang pemanggang, terdapat silinder besi panjang dengan pintu kaca sebagai penutupnya. Hampir mirip etalase.

"Chef, bisa nggak dijelaskan ke Siska prosesnya bagaimana?" Tanyaku.

"Bisa dik. Prosesnya gak jauh beda dengan hewan berkaki 4 kok dik. Tubuh Vivi yang sudah tak bernyawa dan tak berkepala diletakkan disini..." ia menunjuk pada sebuah meja dapur.

"..ditidurkan telentang. Saya iris garis lurus dari uluh hati sampai dibawah pusar untuk dikeluarkan seluruh organ dalamnya. Setelah itu, tubuh siska dibawa ke ruang sebelah untuk saya bersihkan sisa-sisa darah yang masih berada di dalam dan juga seluruh tubuhnya, termasuk kulit luar." lanjutnya.

"Ruangan buat bersihin Vivi dimana chef?" Tanyaku penasaran.

"Mari ikut saya dik" jawabnya.

Aku diajak memasuki pintu model 2 daun berbahan kaca bening jenis kaca es, yang letaknya tak jauh dari tempatku berdiri. Woow, tempatnya cukup luas cuma sekedar bersihin bangkai..hihihi. Ruangan ini benar-benar bersebelahan dengan dapur. Mungkin biar proses memasak lebih cepat. Didalam ruangan ini, lantai dan dinding berkeramik putih, langit langitnya berwarna putih dengan 9 kap lampu neon, masing-masing kap terpasang 2 neon panjang menggantung membentuk pola 3x3 persegi empat. Terdapat banyak sekali kail yang tersebar diruangan ini. Coba kuhitung….1...2..3...4..5..6...7...8...9..10..11…..aaaahh pokoknya banyak. Aku tidak bisa menghitungnya. Jangan bilang ukurannya kailnya sama dengan kail ikan. Itu sih gak ada apa-apanya dengan ini yang diameternya besar.

"Chef, itu ukuran diameter kailnya berapa?" Tanyaku penasaran dengan menunjuk telunjuk tangan kananku.

"1,1 cm dik" jawabnya.

Bau anyir dan amis tercium olehku. Di arah jam 2 kulihat ada chef wanita sedang membersihkan babi yang bagian perutnya terbelah vertikal. Di bawahnya terdapat 2 ember berisi jeroan babi. Kepalanya dikaitkan menggantung ke kail. Ia bersihkan dengan selang air yang bisa diatur tekanannya. Air bercampur darah yang jatuh ke lantai mengalir ke lubang persegi panjang yang berbahan besi stainless. Mirip saringan pembuangan air kamar mandi dirumahku dengan motif yang berbeda. Cuma disini lebih banyak jumlahnya.

"Jes!!! Babi itu mau di panggang?" Ucap chef Yongki ke arah chef yang membersihkan babi.

"Iya Ki" jawabnya kearah kami.

"Dik Siska ingin lihat proses pemanggangan Vivi seperti apa?" Tanya chef Yongki

"Iya chef" jawabku

"Yuk lihat chef Jessica masak babi" ajaknya.

"Ayuk" ucapku singkat.

Kulihat chef Jessica sudah membersihkan babi, lalu ia menurunkan babi di kail dengan menurunkan rantai kerekan. Ia letakkan babi tersebut ke gerobak dorong beroda 4. Lalu membawanya ke dapur.

"Dik Siska mau lihat gimana Jessica masak ya?" Ucap Chef jessica ketika lewat diantara aku dan chef Yongki.

"Iya" jawabku.

Aku dan chef Yongki mengikutinya menuju dapur. Di dalam dapur, chef Jessica dengan cekatan mengangkat babi ke meja lalu mengambil pipa silinder dari besi yang ujungnya runcing mengerucut.

"Ki tolong bantuin" ucap chef Jessica

"Ok..ok..." jawab chef Yongki segera membantu mendorong pipa itu ketika chef Jessica mengarahkan ke pantat babi. Suara gesekan pipa menyodomi babi terdengar olehku. Sambil melihat, aku membayangkan Vivi digituin juga. Senasib sama seperti babi itu.

"Chef Yongki, apa Vivi digituin juga?" Tanyaku

"Iya, tapi pakai pipa yang berbeda" jawabnya.

"Bedanya apa chef?" tanyaku lagi.

"Diameternya lebih besar dik" jawabnya.

Bener sih, berat tubuh dan panjangnya saja beda antara babi ini dan Vivi. Kira-kira aku dibeginikan juga nggak ya? Hihihi. Awww, kenapa aku jadi horny sih. Kulihat pipa besi itu sudah tembus ke mulut babi. Chef Jessica mengambil wadah berisi adonan. Dari jarak satu meter, aku dapat menghirup aromanya. Ohh, itu adonan bumbu dan rempah-rempah. Ia memasukkannya kedalam perut babi yang telah dikeluarkan organ dalamnya. Chef Yongki mengambil kelapa yang sudah dikupas serabutnya lalu memecahkannya, airnya diguyurkan ke babi. Mereka letakkannya kedalam pemanggangan modern berbentuk etalase. Kulihat, pipa yang menusuk babi, pada bagian pantatnya terdapat gear yang terhubung oleh dinding mesin pemanggang. Chef Jessica menekan tombol lalu memutar knob pada mesin pemanggang, babi itu berputar dan api ukuran sedang menyala dari bawah. Woow prosesnya seperti ini. Aku jadi paham.

"Jess, aku tinggal ya. Aku lanjut ngantar dik Siska ke ruang freezer" ucap chef Yongki.

"Beres, thanks ya atas bantuannya" ucap chef Jessica

"You are welcome" jawab chef Yongki.

"Yuk dik" ajak chef Yongki.

Aku mengikuti chef Yongki dari belakang. Ia membuka almari dan memberikan jaket kepadaku, lalu berjalan membuka pintu ke ruangan yang buat bersihin babi tadi. Disebelahnya ada sebuah pintu aluminium. Chef Yongki mengambil remote, lalu menekan saklar disamping pintu. Ketika pintu dibuka, asap putih dari sela pintu keluar menjalar ke kakiku. Rasanya dingin.

Inikah freezer? Freezer ukuran besar berbentuk ruangan. Lebih besar dari kamar tidurku. Dari luar, aku dapat melihat didalam ruangan itu serba putih. Kristal es membentuk stalakmit ada dimana-mana.

"Ayo masuk dik, suhunya sudah saya atur agar tidak terlalu dingin....hati-hati ya dik….licin" ucap chef Yongki.

Akupun masuk ke ruangan itu, kulangkahkan kaki kiri, hawa dingin menyelimuti kakiku, di ikuti langkah kaki kananku berjalan sehingga kedua kaki dan merasakan hawa dingin menusuk kulitku yang berasal dari gas freon terkurung memenuhi ruangan. Tampak di dinding angka digital LED berwarna merah menunjukkan angka 16 derajat celcius. Mirip ruang perpustakaan, disini terdapat banyak rak etalase tinggi yang tertata rapi, akan tetapi bukanlah buku yang terletak di atasnya, melainkan organ dalam, beberapa jenis ikan laut, dan potongan tubuh hewan. Semua yang terdapat disini sudah bersih, tidak ada darah berserakan yang membeku. Aku lihat sih, kebanyakan didalam sini potongan hewan dan ikan.

"Ini dik, organ dalam Vivi" chef Yongki menunjukkan sebuah rak yang diatasnya berjajar organ tubuh manusia.

"Ini semua organ dalam Vivi?" Tanyaku ke sebuah rak yang dimaksud.

"Betul, ini otak Vivi" jelas chef Yongki.

Aku mengamati dengan mendekat ke rak. Aku bisa melihat dengan sangat jelas sebuah organ pusat saraf Vivi yang masih segar dengan mata telanjang, bukan dari sebuah video 3gp amatir apalagi video resolusi 8K profesional sekalipun. Bukan juga foto yang diambil dari kamera 100 Megapixel sekalipun. Tentu saja mata manusia ribuan pixel lebih tajam.

"Dik Siska boleh pegang kok" ucapnya seperti bisa membaca pikiranku.

Aku coba menyentuhnya dengan tangan telanjangku. Kurasakan otak yang membeku di ujung jari tanganku, lalu ku genggam. Tangan kiriku ikut membantu tangan kanan memegang otak. Oooh, seperti inikah ukuran otak Vivi? Bisakah aku melihat memory didalamnya? Memori saat dia diperkosa, nikmatnya bagaimana. Yang kubisa hanya menyentuh dan merasakan suhu dingin dan guratan, lekukan-lekukan dengan tangan. Ku balik, dan kulihat bagian bawah belakang terdapat otak kecil. Aku pernah belajar biologi di SMA, cerebellum ini berfungsi untuk mengontrol keseimbangan tubuh.

"Chef, ini namanya apa ya?" Tanyaku.

"Itu lobus temporalis yang berfungsi untuk mengendalikan indera pendengaran, ingatan dan emosi. Lobus temporalis juga mengendalikan fungsi bicara" penjelasannya.

"Yang ini lobus oksipital yang berfungsi untuk mengendalikan penglihatan, ini lobus parietal mengendalikan sensasi, seperti sentuhan, tekanan, nyeri dan suhu. Ini lobus frontal mengendalikan gerakan, ucapan, perilaku, memori, emosi, kepribadian dan fungsi intelektual, seperti proses berpikir, penalaran, pemecahan masalah, pengambilan keputusan, dan perencanaan." Lanjutnya

Selayaknya seorang guide, chef Yongki menjelaskan sangat baik. Eh emangnya ini tour guide ya? Dan, bukannya dia itu seorang Chef? Mengapa sekarang dia mirip dokter patologi anatomi gitu ya?.

"Chef Yongki sekarang mirip dokter jelasinnya" celetukku.

"Sebagai chef, diharuskan untuk menguasai bahan makanan, kandungan nutrisi, serta kesesuaian bahan dengan bumbu dan cara memasak yang cocok dik….selebihnya ilmu tambahan saja" jelasnya.

Aku mengangguk-angguk. Berarti aku tidak salah pilih nih. Dia bakal masak diriku. Gak kebayang deh nanti matangnya seperti apa. Hihihi.

Aku berjalan ke organ berikutnya.

"Chef ini pasti ginjal" ucapku dengan percaya diri menunjuk ke organ dihadapanku.

"Bukan, itu limpa dik" jawabnya.

Waduh, sudah pede ngomong malah salah. Aku jadi malu >,,<

"..itu berfungsi sebagai sistem imun dalam tubuh dik" ucapnya.

Oh gitu ya. Ukurannya mirip ginjal. Eh, kok aku bisa nyimpulkan mirip ginjal? Padahal belum tau secara jelas dengan mata kepala ginjal manusia itu sebesar apa. Siska...siska...kamu sok tau. >,,<

"Ginjal itu seperti ini dik" ucap chef Yongki memberikan 2 organ yang berfungsi sebagai pembersih kotoran dalam darah yang dikeluarkan melalui urin.

Aku menerima 2 ginjal Vivi lalu kuletakkan bersandingan dengan limpa. Oh iya, beda banget. Ukuran limpa lebih besar.

"Limpa Vivi beratnya 435 gram, sedangkan ginjal Vivi beratnya 153 gram" chef Yongki memberi penjelasan.

Setelah cukup aku lanjut ke organ selanjutnya

"Ini pasti hati" ucapku

"Benar dik" jawabnya.

Aku bisa tahu dari wujudnya. Wuiiih, ukurannya besar. Warnanya merah kegelap-gelapan.

"Berat hati Vivi berapa chef?" Tanyaku.

"1,46 Kg dik.. Hati berfungsi…"

" Siska tau chef...berfungsi sebagai penawar racun kan?" Ucapku memotong penjelasan chef Yongki.

"Benar.." ucapnya

"Yeeeeeey.. jawaban Siska benar..." ucapku disambut tepuk tangan chef Yongki.

"Selain sebagai penawar racun, hati juga berfungsi mengatur hormon dan mengatur menyeimbangkan darah dari kandungan lemak, gula, protein, dan zat lain-lain sesuai kebutuhan tubuh. Pernah tahu dik, lebih bagus makan telur ayam atau telur puyuh? Ada yang beranggapan makan telur puyuh bisa membuat kolesterol naik. Itu tidak benar dik… Jika manusia makan beberapa telur puyuh yang beratnya sama dengan sebutir telur ayam, maka hati akan menyeimbangkannya dengan mengurangi produksi kolesterol. Jadi, yang memproduksi kolesterol terbesar dalam darah ialah hati. Itu kalau hati manusia yang sehat dik." jelasnya

"Oh begitu. Siska jadi paham" ucapku

Kira-kira Hatiku sehat nggak ya? Mungkinkah hatiku sebesar milik Vivi? Mudah-mudahan lebih besar sih. Ku elus-elus hati Vivi. Merasakan cinta yang tersimpan didalamnya. Eh, bener gak ya menyimpan cinta. Itukan lambang cinta. Ah masa bodoh. Hihihi

Kuletakkan organ hati lalu berlanjut ke organ selanjutnya.

"Chef ini lambung ya?" Tanyaku.

"Betul, ini lambung Vivi yang sudah saya bersihkan dan dikeluarkan sisa-sisa makanan yang belum tercerna" jelasnya.

Oooh pantes, lambungnya kempes dan ada luka sayatan bekas di iris dengan pinggirannya terlipat keluar memperlihatkan lapisan jaringan didalamnya. Besar lambung Vivi segini.

"Lambung Vivi ini beratnya 132 gram, bisa menampung 1400 cc makanan dan minuman" jelasnya

"Oh… gitu…. Yang disebelahnya ini pasti usus ya chef?" Ucapku setelah paham penjelasannya lalu melirik organ disebelah lambung.

"Betul" ucapnya.

Kulihat usus vivi senasib dengan lambung. Terdapat sayatan panjang. Pasti habis dikeluarin juga makanan di dalamnya. Gak mungkin juga dimasukin freezer dalam keadaan tidak bersih, sisa-sisa makanan dan feses masih didalam ikut membeku. Hihihi

"Chef, lembaran-lembaran daging yang menempel di usus ini namanya apa?"

"Jaringan Itu disebut peritoneum dik, berfungsi sebagai penyalur darah yang mengirim dan membawa makanan" jelasnya.

"Hmmm..kalau usus 12 jari mana chef?" Tanyaku

"Ini" dia mengangkat dan menunjukkan usus 12 Vivi yang membeku.

"Kalau usus buntu yang mana chef?" Tanyaku lagi.

"Tidak ada… karena sewaktu saya membersihkan usus Vivi, saya melihat usus buntunya sudah terpotong. Menurut saya, dipastikan karena pembengkakan. Di perut dekat pinggang tubuh Vivi terdapat luka bekas jahitan. Dipastikan akibat operasi usus buntu dik" jelasnya.

"Oooh gitu" singkatku.

Kalau usus besar sih tidak perlu ditanyakan, aku sudah tahu dari ukurannya yang besar dan ada benjolan sebesar kelereng di sekelilingnya. Di ujungnya aku melihat rektum. Ku pegang dan kulihat. Beberapa ruas jari tanganku masuk ke rektum yang membeku. Menyodominya. Hihihi.

Aku jalan ku organ selanjutnya. Woow, ini jantung, jantung Vivi.

"Chef, ini jantung Vivi ya?" Tanyaku.

"Iya dik" jawabnya.

Woow, kuambil dengan tangan kanan dan mengepalkan tangan kiriku, membandingkannya. Ukurannya lebih besar mana antara jantung Vivi dan kepalan tanganku. Dan… ternyata ukurannya sedikit lebih besar. Warnanya merah dengan beberapa warna kuning di sekelilingnya.

"Tolong dijelasin chef, ini apa?" Tanyaku

"Ini lemak dik" jawabnya.

"Normal ya ada lemak nempel di jantung?"tanyaku lagi

"Untuk Jantung Vivi normal…… tapi kalau ini tidak normal, karena efek kegemukan" ucap chef Yongki membandingkan 2 jantung yang ia ambil di rak sebelah.

"Itu jantung siapa chef?" Tanyaku penasaran karena melihat ukurannya yang lebih besar dan banyak lemak menyelimutinya.

"Ini jantung kekasihnya chef Jessica, dan Chef Jessica sendiri yang membunuhnya" ucapnya, lalu memberikan jantung Vivi dan jantung kekasih chef Jessica kepadaku.

"Kenapa dibunuh chef?" Tanyaku kepo sambil memandang jantung kekasih chef Jessica.

"Chef Jessica memergoki kekasihnya selingkuh, lalu chef Jessica sakit hati dan menceritakannya ke pak Borgan. Dengan perencanaan pak Borgan, chef Jessica disuruh menjebak kekasihnya ke suatu tempat...akhirnya begini jadinya" ucapnya.

Aku melongo mendengarnya. Tak kusangka dibalik wajah cantik, senyum dan suara lembut, chef Jessica punya keberanian menghilangkan nyawa kekasihnya. Dibutakan oleh Cinta yang telah ternoda.

"Tubuh kekasih Jessica ada dimana chef?" Tanyaku.

"Di masak oleh Jessica, ia kirimkan sebagian masakan ke keluarga kekasihnya" ucapnya.

"Mengapa keluarganya tidak tahu kalau itu daging kekasih chef Jessica?"tanyaku lebih jauh.

"Dagingnya diolah menjadi bakso dik" ucapnya.

"Bakso?.." aku tercengang.

"Betul.. memang tidak semua daging bisa diolah menjadi bakso. Jadi untuk menyiasati, chef Jessica mencampurkan dengan daging sapi" ucapnya singkat.

"Kok chef bisa tau?" Tanyaku

"Karena saya ikut membantu mengolahnya dik" jawabnya.

I see...I see… Aku tidak bisa mikir sejauh itu. Cara chef Jessica mengolah campuran daging manusia dan sapi menjadi bakso. Hebat…

"Oh iya...seluruh tubuh kekasihnya sudah dimasak semua chef?" Tanyaku.

"Iya, menyisakan 2 organ, salah satunya Jantung yang adik pegang sekarang" Jawabnya.

Kusatukan jantung vivi dan kekasih Jessica yang berada dikedua tanganku dengan saling menempelkannya. Kupersatukan kalian berdua di tanganku… jangan sedih ya di alam sana… hihihi. Aku cukup lama menempelkan dua jantung yang nasib masing-masing pemiliknya berbeda, satunya karena diperkosa, satunya lagi karena selingkuh. Hihihi.

"Chef, lubang di jantung ini sepertinya berbeda dengan lubang di jantung Vivi" ucapku ketika menempelkan kulihat kedua lubang mirip selang.

"Itu mungkin karena chef Jessica emosi dik, jadi waktu motong aorta, vena, dan arteri hasilnya tidak rapi seperti potonganku ke jantung Vivi" jelasnya.

"Iya chef, potongan chef Yongki bagus. Nanti jantung Siska dipotong serapi ini ya chef?" Pintaku.

"Siap dik, saya potong rapi" ucapnya tegas.

"Iya dong chef, nanti biar peserta lelang yang memenangkan lelang puas dengan jantung Siska hihihi" ucapku

"Iya..iya, saya janji tidak akan mengecewakan pembeli jantung adik" ucapnya meyakinkanku.

Crrrtttt…. Aaww, cairan memekku basah. Aku yakin celana dalam yang kupakai juga basah. Tangan kanan yang memegang jantung Vivi ku turunkan kebawah sambil menahan perut bawah. Otot memekku berkedut.. aku sampai agak membungkuk.

"Dik...dik Siska sakit?" Ucap chef Yongki mendekatiku dengan menjulurkan kedua tangannya mau menolongku.

"Tidak..chef… tidak kenapa-napa" ucapku sambil menolaknya.

Kedut otot memekku sudah mereda. Aku menaruh dua jantung, milik Vivi dan kekasih chef Jessica ke rak. Dengan sedikit tertatih-tatih aku melanjutkan langkahku ke organ berikutnya.

"Ini paru-paru ya chef?"

"Betul, dik Siska pintar " ucapnya memujiku.

"Hihihi… makasih" ucapku tersipu malu.

"Ngomong-ngomong, semua chef di sini sudah pernah memasak daging manusia ya?"

"Iya dik, kami sudah pernah dan memiliki pengalaman memasak daging dan organ manusia" jawabnya.

"Kalau chef sendiri, sudah berapa kali masak daging manusia? Khususnya cewek" tanyaku penasaran.

"Saya sudah memasak 7 wanita dik" jelasnya.

"Jadi besok Siska cewek ke-8 masakan chef ya" tanyaku

"Iya dik" jawabnya sambil mengangguk.

"Kira-kira dari 7 cewek yang chef masak, Siska cantik nggak?" Tanyaku.

"Hmmm.. dik Siska cantik..paling Cantik yang pernah saya temui sebagai bahan masakan"

Aku berbalik badan, melepaskan jaket, lalu disusul dress terusan. Kulihat pandangannya tertuju padaku. Chef Yongki sepertinya membiarkan apa yang kulakukan. Coba ku goda dia…

"Chef, tolong lepaskan kaitan bra di punggung Siska dong" ucapku dengan memasang wajah imut.

"Baiklah dik, tapi apa adik tidak kedinginan? Saya naikin suhunya ke suhu normal dulu dik" ucapnya sambil mengeluarkan remote di sakunya.

"Gak usah chef, biar seperti ini saja" ucapku langsung berbalik badan. Tangangku memegang tangan yang memegang remote lalu ku bimbing untuk memasukkan remote kembali ke sakunya.

"Biarkan Siska merasakan seperti organ-organ yang ada disini. Siska ingin tahu seberapa kuat tubuh Siska" lanjutku.

"Tolong ya chef lepasin" pintaku dengan memutar badan memunggunginya.

Kurasakan tangannya menyentuh kulit punggungku, lalu terdengar suara tali pengait bra ku lepas. Kulepas braku lalu kuturunkan celana dalamku. Kini aku telanjang bulat didepannya, alas kaki sebagai benda terakhir yang ku pakai juga sudah kulepas.

"Naaah...kalau badan Siska bagaimana chef?" Ucapku dengan membalikkan badan dan mempertontonkan bagian depan tubuhku. Ku lihat kepalanya sedikit miring 10 derajat dan tangan kirinya mengelus dagunya yang tak berjenggot. Ku biarkan chef Yongki melihat ujung rambut sampai ukung kaki ku.

"Hmmmm...overall 87/100 dik" ucapnya.

Aaaah aku jadi tersipu malu. Pasti dia bisa melihat wajahku memerah.

"Umur dik Siska berapa?" Tanyanya tiba-tiba.

"20" Jawabku singkat

"Dik Siska wanita termuda ke-2 yang akan saya masak" ucapnya.

Waah, jadi ada korban yang lebih muda dariku.

"Yang paling muda umur berapa chef?" Tanyaku penasaran.

"19 Tahun dik, tapi dik Siska yang paling cantik dan memiliki tubuh bagus" jawabnya.

"Oh, yang umur 19 tahun dan Vivi overall badannya berapa chef?"

"Vivi 78/100, sedangkan yang umur 19 tahun 84/100" ucapnya.

Sekarang aku jadi paham. Yang penting aku terbaik. Iiiih, mau dimasak kok bangga sih. Aaaah, cairan di memekku meleleh keluar, kulit pahaku merasakan cairan dari kemaluanku menuruni paha dalam sebelah kiri...turun perlahan sampai di betis, turun lagi hingga mata kaki, lalu jatuh di ke lantai. Chef Yongki melihatnya, meski dia melihatku bugil dan melihat cairan kewanitaanku. Wajahnya tetap biasa saja, tidak ada respon yang berbeda. Melempem mirip mas Heri si fotografer. Padahal, kalau mau mas Heri bisa saja sih nyentuh tubuhku. Apa kucoba lebih aktif ya… I wanna try to teas him..

Chef Yongki mengambil seluruh pakaian yang ku lepas dan tergeletak di lantai. Ketika berdiri, kupegang salah satu pergelangan tangannya, kubimbing dan ku tarik perlahan ke arah payudaraku.

"Maaf dik, saya tidak boleh menyentuh property barang lelang pak Borgan." ucapnya lalu menarik tangannya dengan cepat, melepaskan dari genggaman tanganku.

Uuuuuuuuggh padahal kurang dikit lagi. Sebel deh. Aku putar badan mengamati paru-paru Vivi.

"Dik Siska tau fungsi paru-paru?" Tanyanya kemudian.

Aku terdiam cukup lama. Ya sudahlah, mungkin keinginan pak Borgan melelang tubuhku agar aku tetap menjaga orisinalitas kulitku tak disentuh lelaki. Aku hargai komitmen itu.

"Siska tahu fungsi paru-paru, yaitu sebagai menangkap oksigen dan melepaskan karbon dioksida dan uap air" jawabku 6 menit setelah aku diam membisu.

"100 buat dik Siska" ucapnya.

"Kok seratus? Sejuta atau satu milyar gitu chef" gurauku mencairkan suasana.

"Kalau ditulis di buku rapor, kolomnya tidak cukup dik" jawabnya.

"Eh..iya ya hihhihi" jawabku.

"Berat paru-paru Vivi berapa chef?" Lanjutku dengan mengambil paru-paru beku ke dada, menyentuh kedua payudaraku. Rasanya dingin sekali…. >..<

"Paru-paru sebelah kiri beratnya 623 gram, sedangkan yang sebelah kanan 631 gram, jadi totalnya 1254 gram dik" ucapnya dengan menunjuk paru-paru Vivi yang nempel di payudaraku.

"Kira-kira punya Siska sebesar ini ya chef?" Tanyaku.

"Bisa lebih besar, bisa sama, dan bisa juga lebih kecil. Nanti akan saya timbang juga paru-paru dik Siska. Biasanya beratnya antara 1000 gram sampai 1500 gram dik" jelasnya.

"Paru-paru ini sehat atau tidak chef?" Tanyaku lagi.

"Sehat dik, saya sudah memeriksanya. Tidak ada paparan yang disebabkan asap rokok atau bibit kanker TBC. Kalau yang tidak sehat, kami langsung buang ke tempat sampah. Coba lihat ini, bukannya warnanya masih segar?" ucapnya.

"Iya chef" jawabku.

"Kalau yang tidak sehat warnanya tidak seperti ini, melainkan hitam atau ada bercak-bercak hitam" lanjutnya.

Kuletakkan sepasang paru-paru Vivi, lalu melanjutkan langkahku ke organ berikutnya yang berupa segumpal daging merah, sedikit pipih, dan ada lapisan daging berwarna putih. Apa ini organ atau potongan daging ya?

"Chef ini apa?" Tanyaku.

"Bladder"

Wooow… seperti ini kandung kemih Vivi. Ku pegang dan kuangkat dengan kedua tanganku.

"Ini masih ada urinnya Vivi chef?" Tanyaku.

"Sudah tidak ada dik" Jawabnya.

Memeknya sudah kumakan. Aku ingat sewaktu ku mengiris memek dan anusnya ada yang aneh, ku lihat dibaliknya terdapat bekas potongan. Jadi bekas potongan yang diambil itu adalah kandung kemih Vivi. I see… I see.. aku teringat cita rasa memek Vivi. Lubang kencingnya yang kecil, lorong sempit vagina, klistoris, labia minora, dan area sekitarnya kutaburi cabai bubuk. Rasa pedas bercampur saus dari kaldu membuat lidahku bergoyang. Memikirkannya, air liurku sedikit keluar di antara bibir sebelah kiri. Tak terasa tangan kiriku meremas payudaraku, sedangkan tangan kanan menempelkan kandung kemih ke selangkanganku. Aaaaaah…. Suhu badanku sedikit lebih hangat...aku...aku... horny…

Kuangkat tangan kananku yang memegang kandung kemih Vivi. Aku mengamati terdapat bekas potongan dan beberapa garis potong. Kudekatkan ke hidungku. Kuhirup aromanya.. tak ada aroma pesing, yang ada hanyalah aroma amis.

"Dik Siska tau ini organ apa?" Dari sebelah kiriku chef Yongki menyodorkan sebuah gumpalan daging sedikit panjang dan berwarna kuning.

"Lemak ya chef?" Ucapku.

"Bukan….ayo apa dik?" Tanyanya berusaha menebaknya.

"Iiih.. apa yaa…. Hmmmm.. pankreas ya?" Ucapku setelah berfikir lama.

"Benar dik.. 100 buat adik.. hebat..hebat" ucapnya dengan bertepuk tangan.

"Makasih hihihihi" ucapku tertawa kecil.

Gak nyangka tebakanku benar. Aku teringat gambar 2 dimensi organ dalam manusia di puskesmas, ada gambar dibawah perut berwarna kuning memanjang secara horizontal. Eh gak taunya pankreas. Beda banget sama gambar yang terpajang di dinding puskesmas, pankreas yang sebenarnya bentuknya seperti ini.

"Dik Siska tahu fungsinya buat apa?" Tanyanya.

Seperti perkiraanku, chef Yongki pasti akan bertanya seperti itu.

"Tau dong. Pankreas berfungsi untuk memproduksi insulin" ucapku.

"Salah satunya itu. Pankreas memproduksi hormon dan enzim yang terdiri dari 2 fungsi, yaitu fungsi eksokrin dan endokrin dik. Kelenjar eksokrin memproduksi suatu zat yang keluar dari tubuh. Misal, keringat dan air liur. Sedangkan kelenjar endokrin memproduksi suatu enzim yang masuk kedalam darah dan pencernaan, salah satunya insulin dik" jelasnya.

"Makasih penjelasannya.. hihihi" ucapku.

"Apa letaknya seperti ini ya chef?" Lanjut kubertanya sambil meletakkan pankreas Vivi ke bawah payudara kiriku. Brrr… rasanya dingin.

"Terbalik dik, seperti ini.." ia membimbing tanganku membenarkan posisi pankreas Vivi.

"Tangkap dik" chef Yongki mengambil sesuatu lalu melemparkannya padaku seperti gaya upper cut dalam pertandingan tinju atau MMA. Aku kaget dan tidak siap, tangan kiriku memegang pankreas yang masih kutempel di bawah payudara kiriku. Jalan satu-satunya ialah tangan kananku. Kulihat benda yang dilempar mengarah ke perutku. Secara otomatis tangan kananku yang berada di pinggang mengambil benda itu dari bawah.

DAAGG

Telapak tangan kananku tidak berhasil menangkap benda itu, meleset membentur tulang pengumpil pada pergelangan tanganku hingga benda itu terpental ke atas mengenai payudara kanan dibawah aerolaku.

"Aawwww" jeritku merespon rasa sakit. Aku melihat payudara kananku berguncang, sedangkan benda itu jatuh kelantai.

"Aduh...maaf dik maaf" ucapnya seraya menghampiriku.

"Mananya yang terluka dik?" Ia melihat bagian payudara kananku. Aku membiarkannya karena tangan kiriku sedang mengusap pergelangan tangan kananku. Sekejap, arah pandangnya tertuju ke tangan kananku.

"Tangannya ya yang sakit?" Ucapnya melihat lenih dekat ke tangan kananku.

"Gak apa-apa chef, ini sudah gak terasa sakit. Siska tadi kaget aja tiba-tiba chef main lempar… iiih jahat" ucapku dengan mencubitnya pakai tangan kanan. Akhirnya kamipun tertawa.

Aku membungkuk, tangan kananku menjulur kebawah mengambil benda yang jatuh di lantai. Kukembali posisi badan tegap, menaruh pankreas di tangan kiriku ke rak etalase. Kudekatkan benda itu ke wajahku untuk memperjelas wujudnya.

"Ini apa chef?" Tanyaku.

"Adik tidak tahu?" Chef malah balik bertanya. Iiih sebel deh.

Aku melihat ujung benda ini tumpul berbentuk half sphere dan di tengahnya terdapat lubang sempit vertikal yang panjangnya ¾ lebar kuku jari telunjukku. Di sekitarnya terdapat sedikit lembaran daging yang sebagian terpotong. Ruas dibagian tengah mirip silinder, sedikit lebih besar. Lalu, pada bagian pangkalnya lebih besar dan tebal. Diatas pangkal, terdapat gumpalan daging sebesar kelereng yang tersambung oleh jaringan otot kecil panjang dengan lapisan membran tipis yang terhubung ke bagan utama. Begitu juga pada bagian bawahnya, sama terdapat gundukan daging kecil juga. Ku pencet daging itu agak lunak. Mungkin suhu ruangan 16 derajat melunakkannya.

"Jangan-jangan ini…. pe..nis ya chef?" Ucapku.

"Penis? Bukan dik" Balasnya.

Masak sih? Setahuku penis itu seperti ini deh. Ujungnya mirip, ini lubang kencing, lalu ini kulup yang sebagian dipotong. Mungkin disunat tapi sunat tanggung. Nah, gumpalan daging mirip kelereng ini testis. Ada 2 pula, kan testis memang sepasang. Dari testis, otot kecil ini jalannya sperma.

"Itu rahim Vivi dik" ucapnya.

Oooh my God...Ini rahim. Jadi yang kusangka lubang kencing pada ujung penis ini ternyata servik. Yang kukira kulup, jangan jangan ini potongan jaringan vagina, terakhir yang kukira testis ternyata ovarium.

"Kenapa diam dik?" Tanyanya.

"Eeeh nggak nyangka saja chef hihihi" ucapku. Ah jadi malu salah tebak.

"Ini vagina kan chef?" Tanyaku dengan menunjukkannya.

"Yang ini dik?" Ucapnya.

"Iya chef" ucapku.

"Betul, ini sebagian lapisan vagina Vivi" ucapnya.

"Sebagian? Berarti ada sebagiannya lagi?" Tanyaku sangat penasaran.

"Iya ada………… ini dia vagina Vivi" ucapnya mengambil vagina yang bentuknya pipih persegi panjang diletakkan di rak disampingku.

"Pantesan chef, waktu Siska makan memek Vivi, Siska merasa ada yang kurang…. Ternyata bagian vaginanya gak ada. Pantas aja ketika ku potong, lalu ku letakkan memek dan anus Vivi ke piring, kubuka lebar memeknya kok bolong mirip cincin gitu… gak taunya vaginanya gak ada" jelasku.

"Hahahaha.." tawanya

" iiidih… malah ketawa" ledekku lalu mencubit pinggannya.

"Aw..aw..sakit dik..stop...stop" chef Yongki menggelinjang sambil tangannya berusaha melepaskan tanganku yang mencubit pinggangnya.

Ketika memberontak, secara tak sengaja siku chef Yongki menyenggol payudara kiriku. Lumayan kencang sih. Aku yakin dia merasakan kekenyalan daging bulatku yang besar.

"Uuppsss……" ucapnya.

"Yeeeeey, selamat ya chef.. anda laki-laki pertama yang nyentuh toket Siska....jadi toket Siska udah gak perawan" ucapku

"Adik masih perawan kok dik… tangan saya kan tidak bersentuhan secara langsung antara kulit ke kulit." Sanggahnya.

Benar juga sih, pakaian yang ia kenakan ialah pakaian chef lengan panjang ¾ . Memang tidak langsung kulit sikunya nyentuh payudaraku. Aku yakin toh dia merasakannya. Hihihi

Aku kembali melihat vagina Vivi. Kulihat guratan timbul cekung berkelok-kelok mirip sebuah relief pada candi. Hei vagina, kamu udah merasakan digesek penis ya.. gimana rasanya. Pikiranku bertanya ke lembaran daging berbentuk persegi panjang berwarna putih pucat.

"motongnya bisa serapi ini caranya bagaimana chef?" Tanyaku.

"Anggap saja vagina itu sebuah selang air yang panjangnya 7 cm dan diameternya 2 cm. Cara memotongnya pakai gunting dengan memasukkan ujung mata pisau bagian bawah dan ujung mata pisau satunya diatas… memasukkannya seperti ini lalu digunting lurus. Setelah itu dibuka… jadilah seperti dihadapan dik Siska" jelasnya dengan memperagakan seolah-olah ditangannya memegang vagina Vivi.

Aku membayangkan chef Yongki melakukannya pada memeku. Uuuuuuh….aku jadi terangsang.

"Posisi rahim Vivi di sebelah sini ya chef?" Tanyaku setelah rahim Vivi ku letakkan di rak di samping daging vagina.

"Yang benar seperti ini dik" chef Yongki membenarkan posisi vagina yang berbentuk persegi panjang memanjang horizontal dari arah jam 9 ke arah jam 3. Dia memegang rahim Vivi dan meletakkannya di arah jam 9 dengan posisi servik menghadap ke arah jam 3.

"Panjang vagina Vivi berapa chef?" Tanyaku tiba-tiba.

"Keseluruhan 7,7cm dik, setelah dipotong jadinya 7,1 cm. Lebarnya 4,8 cm" ucapnya.

"Sisanya kemana chef?" Tanyaku lagi.

"Sisanya dik Siska makan" jawabnya.

Oh iya, jadi di memek Vivi yang kumakan tadi ada vagina sepanjang 0,6 cm. Ku lihat lagi lembaran dinding vagina Vivi di rak. Ujung jari tangan kananku kudekatkan hingga menyentuhnya. Kurasakan sidik jari pada ujung telunjukku yang bersentuhan dengan vagina Vivi, suhu dingin dan lekukan relief timbul dan cekung terbentuk secara alami, menggambarkan sebuah kisah dan saksi bisu kejadian penis pemerkosanya mempenetrasi memek Vivi.

"Chef, lokasi G-spot dimana?" Tanyaku.

"Disini dik" telunjuk chef Yongki menunjukkan kepadaku.

Kusentuh G-spot Vivi. Kurasakan dinding G-spot tersebut sedikit lunak akibat suhu 16 derajat. Kubalik lembaran dinding vagina Vivi. Oh seperti ini dibaliknya…

"Ini apa chef?" Aku menunjuk apa yang kumaksud.

"Ini lemak dan dinding otot dik. Semua vagina manusia seperti itu" jelasnya.

Berarti di vaginaku seperti ini juga. Serasa bercermin melihat bagian tubuhku digitukan. Hihihihi

Kuambil dan kupegang rahim Vivi, ku kecup serviknya, lalu kujilat. Rasanya dingin. Kurunkan rahimnya kebawah ke payudaraku. Ku tempelkan putingku ke servik Vivi, lalu beralih ke puting satunya. Setelah itu, ku turunkan kebawah pusarku.

"Posisinya seperti ini ya chef?" Tanyaku dengan menempelkan rahim Vivi ke bagian atas kulit pubisku.

"Iya dik, tapi pangkalnya sedikit maju seperti ini" ucap chef Yongki mengarahkan rahim Vivi dengan benar.

"Kira-kira punyaku sebesar ini ya chef?" Tanyaku lagi.

"Rata-rata rahim manusia dewasa panjangnya 7,6 cm, lebarnya 4,5 cm, dan tebalnya sekitar 3 cm. Beratnya kurang lebih 60 gram dik" jelasnya mendetil. Aku mengangguk-angguk tanda aku mengerti.

"Udah cukup aku liat-liat organ Vivi chef, ayuk kita keluar. Siska khawatir kalau berlama-lama disini, organ dan daging " ucapku.

Kutaruh rahim Vivi lalu melangkahkan kaki menuju pintu keluar. Disebelah kiri pintu keluar, aku melihat sesuatu yang menggantung pada beberapa kail di pinggir rak etalase sebelah atas. Kudekati, lalu lihat penampakan benda yang semakin jelas dan tak asing, itu… itu penis..

"Chef, itu kumpulan penis kan?" Aku menunjuk ke depanku. Lebih dari 7 penis menggantung disana. Semua kepala penis menggantung kebawah. Pada pangkal penis atas, kail besar seukuran kail pancing ukuran 12 menusuk. Dibawah kail, sepasang testis masih utuh melekat pada pangkal penis. Kulihat, rata-rata sebuah kail memuat 2 sampai 3 penis.

"Yup, itu penis… salah satunya milik kekasih chef Jessica" jawabnya.

Wooow, sungguh pemandangan menakjubkan. Chef Yongki mengatakan 2 organ kekasih chef Jessica yang tersisa ialah Jantung, satunya ternyata ialah penis. Dimanakah penis kekasih chef Jessica yaa. Banyak banget penis… ada yang kecil dan ada yang besar. Yang paling panjang warnanya hitam, kira kira sebesar pergelangan tanganku. Ku menjinjit lalu ku ambil 1 kail yang berisi 3 penis. Ku coba ukur penks yang paling panjang ini. Oh my God, panjang banget, 80 persen hampir menyamai panjang tanganku.

"Chef, ini penis siapa?" Tanyaku penasaran.

"Itu penis kuda dik" jawabnya.

"Kukira penis manusia, pantes kok gede hihihi" ucapku.

"Hahahaha… coba diperhatikan baik-baik dik Siska" ucapnya.

Ku amati ujung penisnya terlihat aneh. Eh gak taunya penis kuda. Hihihi.

Eh.. di belakang penis kuda ini jangan-jangan..

"Chef, ini penis manusia kan?" Tanyaku.

"Iya, itu penis manusia" jawabnya.

Sudah kuduga. Ukurannya tidak sebesar penis kuda, tapi warnanya hitam. Scrotum, Kepala penis sampai pangkalnya berwarna hitam. Penis ini sudah disunat, terdapat bekas jahitan dan perbedaan warna pada kulit di leher penis dekat kepala penis. Beberapa scrotum masih ditumbuhi bulu. Ku ukur panjangnya sejengkal tangan kananku. Wuiih lumayan besar.

"Apa ini penis kekasih chef Jessica chef?" Tanyaku.

"Bukan dik" jawabnya singkat.

"Lalu yang mana sih penisnya?" Tanyaku.

Dia mengambil kail yang hanya berisi sebuah penis, lalu menunjukkannya kepadaku.

"Ini dik, yang ujungnya ada tatonya" ucapnya.

Kuambil penis tersebut. Kulihat penis ini masih dilengkapi kulup yang menutupi setengah kepala penis. Ukurannya sepanjang jari tengahku. Kubandingkan dengan penis besar sebelumnya. Panjangnya gak sampai setengahnya. Lihat penis sebesar ini, aku ingin memilikinya. Boleh nggak ya… hihihi

"Chef, penis ini punya siapa?" Tanyaku.

"Itu milik mantan karyawan disini dik" ucapnya

Mantan.. pasti karena sesuatu.

"Karyawan itu masih hidup chef?" Tanyaku lebih jauh dan penasaran.

"Sudah mati dik, dia dihukum karena berkhianat" jawabnya.

Hmmmm.. aku paham. Pasti daging dan organnya dijadikan makanan juga. Aku mengembalikan 2 penis ke chef Yongki. Oleh chef Yongki, penis-penis itu dikaitkan lagi ke kail lalu di digantung kembali ketempatnya. Akhirnya aku keluar ruang freezer, kulihat chef Yongki menutup pintu freezer lalu memencet tombol-tombol di remote, mengembalikan suhu ke -10 derajat. Aku diruang pembersihan bersama chef Yongki, hanya berdua.

"Dik, ini pakaiannya. Silahkan dikenakan kembali dik" ucapnya memberikan pakaian-pakaianku.

"Bugil gini terus gak boleh ya chef?" Tanyaku. Aku ingin seperti ini. Memamerkan ke orang-orang yang ada disini. >..<

"Boleh kok dik"

Yeessss.. dalam hatiku riang gembira.

"Saya sudah mengantarkan dik Siska ke organ dalam Vivi, ada lagi yang bisa saya bantu?" Ucapnya menawarkan bantuan.

"Ada chef" ucapku

"Apa itu dik?" Tanyanya.

"Aku ingin merasakan seperti Vivi ketika di proses jadi makanan chef" ucapku

"Maaf, itu tidak bisa dik" ucapnya.

"Ayoo dong.. pleasee" aku memelas.

"Maaf dik, tidak bisa" ucapnya.

"Ayooo dong cheeef" rengekku.

TULULULULULUT…...TULULULULUT….

Terdengar suara telp di dinding ruangan ini.

"Maaf dik, ijinkan saya angkat telp dahulu" ucapnya minta ijin.

"Silahkan chef" ucapku.

Chef Yongki segera menuju telp tersebut, lalu mengangkatnya. Kulihat chef Yongki sedang berbicara.

"Siap…."

"Siap…"

"Siap..."

Itulah kata yang terucap dari chef Yongki. Aku tak mendengar percakapan lawan bicaranya, dan aku tak tahu siapa lawan bicaranya. Sambil menunggu, aku ngintip ke pintu dapur. Dari sela pintu, aku melihat hanya ada chef Jessica sedang merapikan dapur. Sepertinya dia selesai memasak.

"Dik Siska" tiba-tiba chef Yongki berkata dari belakangku pelan. Mungkin biar aku gak terkejut.

"Iya chef" ucapku.

"Saya mendapat ijin untuk mengabulkan permintaan adik" ucapnya.

"Beneran chef?" Bertanya seolah aku gak percaya.

"Iya dik, boleh. Saya siapkan dulu ya dik perlengkapannya di dapur." jawabnya lalu ia pergi ke dapur meninggalkanku di ruang pembersihan. Kalau begitu, aku bersiap-siap juga. Aku mau mandi dulu deh. Eh kamar mandinya dimana ya. Dari pada nyari, aku mandi disini aja. Hihihihi….


Bersambung ke halaman 3
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd