Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Makasih updatenya suhu, semakin menegangkan :beer:
 
Belom apdet lagi suhu @RoroLilith
belum kak, jumlah kata masih dibawah 2k

Maksud cerita ini gimana om?
Dimasak maksudnya di bunuh trus di olah jadi makanan??? Kanibal dong
Trus ss gimana klw dah mati?



Maaf om masih new bie gak paham beginian. Baru liat cerita kayak gini
Btw cerita nya menarik kok om
maaf ya, mungkin penyampaian dalam penulisanku jelek. Jadi kurang paham.

Sederhana sih. Kalau Siska mati, ya tamat. Hihihi
 
Update selanjutnya menceritakan kejadian diatas jam 10 malam. Biar gak macet, Aku cicil sehari minimal 300 kata. Kalau mood, selalu fine aja.

Cerita ini berusaha aku tulis tanpa skip waktu (kecuali Siska tidur) dan tanpa merubah sudut pandang. Toh kalian pasti tahu endingnya, Siska pasti mati sesuai judul cerita ini. Hihihi. 😉
 
Update selanjutnya menceritakan kejadian diatas jam 10 malam. Biar gak macet, Aku cicil sehari minimal 300 kata. Kalau mood, selalu fine aja.

Cerita ini berusaha aku tulis tanpa skip waktu (kecuali Siska tidur) dan tanpa merubah sudut pandang. Toh kalian pasti tahu endingnya, Siska pasti mati sesuai judul cerita ini. Hihihi. 😉

Siap... Di tunggu kabar baiknya....

Siska mati karena memang dia ingin mati... Jadi no regret... Tapi sebetulnya saya berpikir kalau ini ada twistnya, seperti ternyata siska menjadi seorang gadis berdarah dingin untuk membantu si bapak mendapatkan "makanan - makanan" lainnya....

Well anyway... Great works... Appresiasi untuk anda...
 
BAGIAN 4

Siapakah orang ini? Apakah sedari tadi dia memperhatikan kami? Sejak kapan? Satu persatu pertanyaan seperti ini muncul dalam pikiranku. Chef Jessica sepertinya tak menyadari keberadaannya. Ia tetap tidur tengkurap di atas tubuhku sambil ngegrepe-grepe payudaraku.

"Akhirnya kita ketemu lagi" ucap sosok tersebut.

Chef Jessica menoleh kekiri. Dagunya berjarak 1 cm dengan pundak kirinya. Chef cantik melihat ke sosok sumber suara berasal, ia bangkit melepaskan aktivitas permainan tangannya pada sepasang payudaraku. Tangan kanannya mengepal, kulihat otot pada pergelangan tangannya berdenyut menegang. Ia melesakkan pukulan ke arah wajah sosok orang tersebut.

DAAAKK

Tangan kanan chef Jessica ditangkap, terbelenggu dalam genggaman telapak tangan kiri sosok tersebut. Tangan kanan lawan chef Jessica naik ke atas kepalanya, menarik tudung dengan jemarinya ke arah belakang kepala, menunjukkan sosok wajah pria di hadapan kami. Kulit wajahnya bersih berwarna sawo matang, rambutnya hitam pendek. Rambut diatas telinganya tipis terdapat ukiran tribal yang lagi trend mengikuti salah satu pemain Premier League. Hidungnya mancung, mata bulat, alis tebal, bibir seksi, dan tak berkumis maupun berjenggot.

"Vino?" Ucap chef Jessica kaget.

"Hehehe…. Akhirnya kita bisa bertemu lagi setelah sekian lama…" ucap lelaki yang diketahui bernama Vino.

Siapa Vino? Apa hubungannya sama chef Jessica? Dalam keadaan ini aku tidak bisa memikirkan jawaban itu. Mungkin orang ini yang kulihat di pojok sebelum masuk ke taman labirin.

"Punya nyali menunjukkan batang hidungmu kembali kesini huh?" Ucap chef Jessica.

"Hahahaha…. Sangat mudah bagiku kembali kesini.. sayang"

"Cuih.. lepasin tangan kotormu dari tanganku" chef Jessica meludah ke arah atas, ke wajah Vino yang tingginya melebihi tinggiku maupun chef Jessica.

Ketika air liur yang ditembakkan dari mulut mungil chef Jessica, Vino hanya memalingkan sedikit mukanya ke kanan. Terlihat jelas air liurnya mengenai bagian bawah mata sebelah kanan Vino.

"Hehehehe.. berani juga kamu cantik…" ucap Vino seraya mengangkat cengkraman tangan kiri yang memegang kepalan tangan kanan chef Jessica, membuat tangan kanan terlikir.

"Aaaaaaaaaa….." jerit chef Jessica kesakitan.

Tangan kiri chef Jessica segera memukul wajah Vino, tapi berhasil di tangkap tangan kanannya. Sama seperti tangan satunya, vino juga memelintir tangan kanan chef Jessica. Ia menjerit kesakitan.

Aku yang masih tidur telentang segera berdiri, lalu kucoba melepaskan tangan Vino dengan memukul-mukul badannya. Tapi, sepertinya pukulanku tak berarti baginya.

"Kamu jangan ikut campur!!!" Bentak Vino kepadaku.

Aku tidak memperdulikannya. Aku harus menolong chef Jessica. Aku menarik jaket lengan panjangnya, memukul-mukul badannya, sampai ku injak kakinya yang bersepatu. Berbagai cara kulakukan untuk menolong chef cantik yang lagi kesakitan. Tiba-tiba aku terpikir sebuah ide. Aku teringat salah satu tokoh karakter dalam game Mortal Kombat 11, Johnny Cage yang memiliki jurus yang bisa melemahkan lawannya dengan satu pukulan pada selangkangannya sambil melakukan split. Iiih, aku kan gak bisa split. Coba aja pakai cara ini.

Aku memutar dibelakang Vino, menghadap punggungnya. Kulihat kedua kakinya yang bercelana panjang berwarna hitam itu sedikit terbuka. Membuat sebuah celah yang di atasnya terdapat kantung testis yang mungkin terlindungi beberapa lapis kain. Kuambil ancang-ancang dengan menekuk kaki kananku ke belakang hingga tumitku menyentuh pantat bagian bawah. Siapkan dirimu ya Vino… hihihi

BUUUGG

Ayunan kaki kanan melaju kencang, melewati 2 kaki jenjangnya, hingga tulang kering kakiku membentur benda sensitif yang berada di selangkangannya.

"Aaaaaaarrggghh... sialan… aaaargh" suara jeritannya memekik pada octave ke-3 melebihi suara Philip Labonte dalam opening lagu This Calling. Kulihat kedua tangannya melepas sepasang tangan chef Jessica, lalu memegang kemaluannya sambil jatuh tersungkur, lalu berguling-guling. Chef Jessica masih berdiri saling memegangi pergelangan tangannya.

"Aaaaw… aw… sialan" ucap Vino mengeluh rasa sakit yang dideritanya.

Kapok rasain. Aku tidak tau rasa sakitnya seperti apa, karena aku tidak memilikinya, yang kupunya cuma memek asli bukan hasil operasi transgender. Jangankan merasakan, megang kelamin pria yang masih hidup aja belum pernah, mentok yang udah mati terpotong ada di ruang freezer. Hihihi

Mumpung dia lagi kesakitan, aku segera menghampiri chef Jessica, melewati Vino yang merengek kesakitan.

"Chef… mananya yang sakit… biar saya bantu pijit" ucapku.

Aku memegang pergelangan tangannya, memijit pelan-pelan agar peredaran darah pada pergelangannya menjadi lancar. Kurasakan kelembutan kulitnya, bersih putih terawat. Dipermukaannya terdapat bulu-bulu yang sangat halus. Sepengetahuanku, bila kulit tangan pada seorang wanita terdapat bulu, ia memiliki libido yang tinggi. Jangan.. jangan.. chef Jessica..

"Aduh.. aduh.. aduh.. cukup.. cukup ya sayang" ucapnya sambil melepaskan tangannya dari pijitanku.

"Udah gak begitu sakit kok" lanjutnya.

"Beneran chef?" Tanyaku

"Iya sayang…" jawabnya.

"Makasih ya.. hihihi" lanjutnya tersenyum kepadaku.

"Iya sama-sama" kubalas dengan senyum.

"Emang dia siapa chef?" Tanyaku penasaran.

"Dia Vino, mantan tangan kanan pak Borgan yang telah mengkhianati dengan mengambil keuntungan dari bisnis pak Borgan" jelas chef Jessica.

Kulihat Vino masih kesakitan dibelakangku. Kedua tangannya masih memegang selangkangannya. Mungkin efek tendanganku yang sangat keras.

"Chef yuk kita balik.. kita laporin ke pak Borgan bahwa disini ada penyusup.. " ucapku sambil memegang lengan kirinya mengajak chef Jessica kembali ke mansion. Lagi pula, bisa-bisanya ia masuk kesini melihat aktifitas dan melihat ketelanjanganku.

"Kita hajar saja yuk?" Chef Jessica berbisik. Kuturuti dengan memberikan persetujuan menganggukan kepala.

Kami menghampiri Vino yang sedang tengkurap. Pantatnya sedikit ia naikkan lebih tinggi. Chef Jessica berdiri di samping sebelah kanan, sedangkan aku berdiri di samping kiri chef Jessica. Kaki chef Jessica mendorong pantat Vino hingga badan Vino tidur telentang. Sorot matanya tajam ke arah kami.

Seketika kaki kanan chef Jessica mengayunkan kakinya menendang kepala Vino.

DAAAGG

Kakinya berhasil ditangkis oleh tangan kiri Vino, lalu kaki kanan chef Jessica di pegang. Ia tarik hingga chef Jessica jatuh telentang kepalanya membentur batu andesit. Aku segera membantu chef Jessica dengan menendang pinggang kanan Vino, tapi kakiku juga tangkis lalu paha kiriku ditendang kaki kanannya. Tendangannya membuatku jatuh, tapi aku berhasil menahan badanku dengan menumpu pada kedua tangan dan salah satu lututku. Posisiku kini mirip kuda-kuda orang yang akan lari sprint 100 meter sebelum aba-aba dimulai.

Vino sudah bangkit, berdiri mengitari ke belakang pantatku. Ku menoleh ke arah belakang.

BUUGG

"Aaaaaaaaaaaaa…" aku menjerit kencang.

Memekku terasa sakit sekali. Ia membalas seperti yang telah kulakukan kepadanya. Rasanya panas dan perih, terutama klistorisku seperti kesetrum menghantarkan arus listrik ke seluruh saraf dan sendi-sendi tubuhku. Akupun jatuh tengkurap. Kepalaku miring menghadap ke arah kanan, chef Jessica masih tak bergerak. Mungkin dia pingsan.

"Aa.. Aaaaaa" teriakku ketika kedua tangannya menggenggam tangan kananku ke punggungku, di ikuti tangan kiri yang juga diarahkan ke punggungku, lalu memborgol kedua pergelangan tanganku. Hal itu menyebabkan posisi pipi kiri dan pelipis kiri menumpu pada batu andesit, dada sampai perut menumpu pada rumput gajah mini, sedangkan sepasang paha, kedua lututku dan jemari kedua kaki sebagian menumpu pada batu andesit dan rumput dengan posisi tidur telungkup dengan kedua kakiku sedikit melebar.

Vino kemudian membalikkan tubuhku menjadi tidur telentang.

"Kamu sudah berani macam-macam sama aku, sekarang kamu akan terima pembalasanku.. Hahaha" ucapnya sambil menatap tajam sekujur tubuhku, lalu berjalan dan berhenti di samping pinggang kananku. Ia berdiri melihat ke bawah, kearah sepasang payudaraku.

"Aku mulai dari sini saja" ucapnya lalu menginjak payudara kananku dengan kaki kanannya.

"Aaaaaaaaaa…" jeritku ketika bagian bawah sepatu menginjak payudara kananku, tepat pada bagian tengan secara kasar.

Kakinya menginjak horizontal, bagian atas daging payudaraku menggembung. Walaupun aku tak bisa melihat karena terhalang kaki Vino, aku meyakini pasti bagian bawah payudara kananku ikut menggembung. Ia lalu menambah tekanan pada kaki kanannya sehingga berat sebagian tubuhnya menekan kuat pada payudara kanan sampai membentur pada rongga tulang rusukku. Aku merasa tulang rusukku menekan paru-paru hingga sedikit kesulitan untuk bernafas.

Aku tak diam saja, aku menghindar dengan menggulingkan badanku ke samping. Seketika itu ia semakin menekanku hingga kaki kanannya mengangkat beban seluruh tubuhnya lalu kaki kirinya ia angkat menginjak payudara kiriku.

"Aaampun… aaaaaa" teriakku ketika kedua kakinya menginjak sepasang payudaraku. Ia berdiri memutar menghadap ke arah kakiku. Rasanya benar-benar menyakitkan. Sepasang daging besar payudaraku diperlakukan seperti itu, menjadi alas pijakan kaki. Ini baru pertama kali terjadi selama hidupku.

"Aaaaaaaa…" teriakku meronta-ronta.

Setelah cukup lama dan mendengar jerit perihku, ia melepaskan injakan kaki kanannya di ikuti kaki kiriku melangkahkan kaki ke arah samping ke pinggang sebelah kiriku.

"Hahahahaha baru 7 detik, apalagi kalau kuinjak 1 menit hahaha" dia tertawa diatas siksaan yang telah diperbuat kepadaku.

Walaupun cuma 7 detik, tapi rasanya lama banget. Sampai-sampai kulit payudaraku berwarna merah membekas tapak sepatunya. Putingku yang tadinya timbul, jadi rata sama areolaku.

"Itu belum seberapa…" ia menghadap diriku.

Aku tahu, dia ingin melakukan siksaan berikutnya. Aku harus kabur. Walaupun dadaku terasa sesak, Akupun berusaha bangkit, lalu lari sesanggup yang ku mampu. Langkah kaki kanan dan kiriku berayun bergantian.

"Hehehe mau kemana cantik?" Ucapnya ketika aku berhasil menjauh beberapa langkah, leherku sudah terkunci oleh tangan kanannya, melingkar pada leherku, sikunya berada di bawah daguku.

"Aaaghh…" jeritku.

Vino mengangkat tangan kanannya, menyebabkan rahang kiri dan kanan tertekan ke atas dan mengangkat beban tubuhku. Akupun berontak dengan menggeleng-gelengkan kepalaku. Aku tak ingin pasrah begitu saja. Aku berusaha memberi perlawanan dengan kedua tanganku yang terborgol berada di punggungku. Kupukul dan kudorong semampuku. Sepertinya tak ada efek yang menguntungkan diriku, akhirnya aku mencubit sekenanya. Entah bagian apa yang kucubit. Mungkin perutnya.

"Hahahahahaa.. " cubitanmu lumayan juga.

Vino menyeretku dengan berjalan mundur, lalu ia memutar lewat sisi kiri berdiri didepanku.

"Aaaaaaaaaaaaaaaaaaaa…" Vino tiba-tiba mencubit sepasang puting dan areolaku dengan ibu jari dan ruas jari pada bagian tulang diantara tulang distal dan tulang proximal. Ia menarik ke atas, mengangkatnya.

Kulit areola dan putingku menarik jaringan kulit dan daging payudaraku ke arah atas hingga wujud payudara yang awalnya bulat menjadi mengerucut ke atas mirip sebuah atap gedung museum purna bhakti pertiwi di TMII.

"Aaaaaaaaa… sakit… lepasin… aaaaa" ucapku sambil menggelengkan kepala.

Vino tak memperdulikan teriakanku. Malahan, ia semakin menarik cubitannya lebih tinggi.

"Aaaaaaaaa… please.. lepasin… aaaa" kurasakan sepasang payudaraku menarik ruas tulang rusuk. Aku tahu, payudara melekat erat pada tulang rusuk yang merupakan pondasi agar tetap kokoh selalu berada di dada. Kulihat permukaan payudaraku yang mengerucut memperlihatkan arteri yang berwarna kebiru-biruan menghantarkan darah yang membawa nutrisi pada payudaraku. Beberapa bercak merah bekas injakan dan kotoran bercampur embun air dan keringatku tercetak sangat jelas.

"Please… lepasin… toketku bakal lepas.. aaaaaa" teriakanku memekik nyaring. Aku merasa jaringan kulit di bawah ketiakku ikut ketarik, seakan tidak membiarkan sepasang payudaraku lepas begitu saja. Rasa panas dan perih terasa sangat menyakitkan pada puting dan areolaku. Aku mungkin tak akan bertahan lebih lama. Aku yakin sebentar lagi puting dan areolaku bakal lepas.

"Aaaaaaa… lepa..sin.. aaaaa" lolongan suaraku keluar saat kurasakan Vino mengangkatnya lebih tinggi.

Tanpa kusadari kakiku menjinjit, jemari kaki membantu menopang berat badanku, mulai dari ibu jari sampai kelingking. Sepertinya kakiku tak akan membiarkan kedua payudara memikul beban tubuhku yang seharusnya menjadi kewajiban dan tanggung jawab kedua kakiku. Tarikan tangan Vino semakin tinggi hingga kurasakan jemari kakiku tak menyentuh rumput gajah mini. Aku terangkat!!

Waktu seakan berjalan lambat, permainan musik yang seharusnya berjalan pada tempo Allegro, berubah menjadi larghissimo. Apa Ini bukan mimpi? Tubuhku benar-benar menggantung pada payudaraku, terangkat sepenuhnya dari bumi. Kulihat ibu jari dan telunjuk Vino yang mengapit ujung payudaraku sangat kuat. Pada pergelangan tangan bagian dalamnya memperlihat otot yang menegang. Kulihat payudara kiri dan kananku melar mengerucut, tingginya melebihi pundakku. Aku menyadari bahwa payudaraku memang besar. Aku pernah menghisap putingku sendiri dengan cara mengangkat dan menaikkan bagian bawah payudaraku, kunaikkan ke atas dengan telapak tangan, mengarahkan puting ke mulutku lalu ku hisap sendiri. Seingatku, ketika ku naikkan tinggi payudaraku tak sampai sebahu, tapi kali ini mungkin sejajar sama bahuku atau mungkin bisa melebihinya. Elastisitas kulit payudaraku sudah mencapai batasnya, seluruh puting dan areola yang ia jepit erat terasa perih dan panas seakan mau lepas meninggalkan payudaraku, meninggalkan puncak tempat para mulut untuk sekedar nenen atau mainan. Kulit di sekitar areolaku seakan mau robek. Akan tetapi, dalam keadaan seperti ini saraf-saraf pada putingku masih memberikan dorongan rangsangan berupa denyut kejut seperti sengatan aliran listrik yang menjalar ke seluruh tubuhku, terutama ke memekku. Bisa-bisanya aku horni dalam keadaan seperti ini. Aaaaah…. Aku tak kuat lagi. Kepalaku tak sanggup memiliki tenaga untuk melihat kedua payudaraku yang mampu mengangkat beban tubuhku. Kulihat wajah dendam Vino masih terpancar dalam raut dan kerut kulit serta tatapan matanya. Ditambah senyum kemenangan pada bibirnya. Akhirnya, aku lemas. Wajahku menengadah ke atas, memandang bintang gemintang yang bertaburan dilangit. Beberapa ada yang bersembunyi dibalik awan, mungkin mereka tak sanggup melihat keadaan diriku. Bulan sabit menerangi dengan kehangatan sinar yang kurasa terkalahkan oleh hembusan udara yang dingin. Begitu juga pada darahku yang suhunya mulai terasa dingin.

Silahkan lakukan sesukamu, aku sudah tak tahan lagi. Mataku mulai terpejam. Pupilku bersembunyi di balik kelopak mata, bersembunyi dari sang rembulan dan bintang yang sedang memperhatikanku dari angkasa.

BUUGGGG

AAAAAAAARGGGGGH

Dalam gelap, aku mendengar pukulan dan teriakan dari arah depan. Tiba-tiba tubuhku terasa jatuh tertarik gaya gravitasi, telapak kakiku membentur menginjak rerumputan. Tapi, sendi lututku merasa lunglai tak mampu menegakkan betis dan pahaku. Kemudian aku merasakan gaya gravitasi tubuhku jatuh dengan posisi telentang.

Mengapa tak terasa sakit? Apa aku sudah mati? Aku bertanya-tanya mencari jawaban dengan indera yang tersisa. Indera peraba pada kulit di punggungku tak merasa membentur rumput atau bebatuan, hanya telapak kaki dan salah satu mata kakiku menyentuh permukaan bumi.

"ik….. ikaa…. ik… ikaa" terdengar suara aneh. Ika? Siapa ika? Saraf pada gendang telingaku mulai memberi suara yang jelas, bukan suara hoax.

"Dik…. Dik Siska…. Dik Siska…" ucap seseorang menyebut dan memanggil namaku.

Ku buka perlahan kelopak mataku. Pupil dan lensa mulai berkontraksi menampilkan sosok didepanku yang terlihat buram.

"Dik.. Dik Siska… oh Syukurlah" ucap sosok tersebut yang kulihat ternyata ialah chef Yongki. Aku dipangku olehnya, punggungku menumpu pada tangan kirinya. Mungkin sewaktu aku jatuh, ia segera menangkapku.

"Chef… awas… di...bela…kang " ucapku kepada chef Yongki.

BUUUG

Dibelakang chef Yongki, Vino menendang dari belakang. Seketika itu aku dan chef Yongki jatuh, pangkuannya lepas hingga aku terpelanting saling terpisah satu sama lain. Aku tergeletak dengan posisi miring menghadap ke chef Yongki. Vino segera melesakkan tendangan ke chef Yongki, tapi chef Yongki berhasil menghindar dengan menggelinding, rolling lali berdiri. Merekapun bertarung dengan tangan kosong. Badan Vino terlihat lebih kekar di bandingkan chef Yongki. Mirip sebuah pertarungan dalam film, mereka bertarung sengit. Pukulan demi pukulan, tendangan demi tendangan saling menghujam dan saling menghindar. Banyak juga pukulan dan tendangan berhasil ditangkis. Aku pernah melihat pertarungan seperti ini, kalau tidak salah jiu-jitsu. Jurus-jurus dan kuda-kuda yang mereka gunakan sangat identik dengan jiu-jitsu. Tapi, sepertinya dalam beberapa gerakan setelahnya, mereka tidak cuma menggunakan jiu-jitsu, mereka berganti jurus karate dan beberapa seni bela diri lainnya. Dari manakah chef Yongki belajar? Sebelum menemukan jawabannya, pandanganku menjadi gelap. Aku tak punya tenaga untuk membuka mata.

***

***

***

"Hehehehe sudah sadar cantik? Aku masih ada urusan denganmu"

Kubuka kedua mataku perlahan, melihat lawan bicara dihadapanku. Oh tidak… chef Yongki tergeletak di arah jam 2. Vino berhasil mengalahkannya. Vino kemudian menjambak rambut belakang kepalaku, menarik dan membuatku berdiri dihadapannya. Kemudian ia berjalan mundur, menyeret sambil menjambak rambutku menjauhi tubuh chef Yongki.

Beberapa menit kemudian dari arah depanku, terlihat chef Jessica berlari sambil tangan kanannya memegang pisau. Kulihat tatapan mata Vino melihat bola mataku. Ku lihat lagi ke arah chef Jessica. Kuberikan kode dengan gerakan mataku. Tapi, sepertinya sia-sia...

"Hiyaaaaaaaaaaaa" teriakan chef Jessica lantang semakin mendekati punggung Vino.

Dalam sepersekian detik, Vino melepaskan tangan yang merenggut rambutku dan membuat tubuh lemahku jatuh tergeletak. Lalu, Ia berbalik badan lalu berhasil menangkap tangan chef Jessica yang memegang pisau.

Kulihat tetesan darah kental diantara genggaman tangan Vino dan chef Jessica yang saling berpegangan pada pisau. Lama kelamaan semakin jelas tangan kiri Vino memegang tangan chef Jessica pada gagang pisau, sedangkan tangan kanan Vino menggenggam bilah dan mata pisau. Dari sela-sela tangan kiri Vino tersebut darah keluar dan menetes menyirami rumput gajah mini dan batuan andesit.

"Dasar kurang ajar!!!!" Ucap Vino dengan aura amarah berwarna merah yang memancar dari tubuhnya.

Tangan kanan Vino menerkam kerah pakaian chef yang dikenakan chef Jessica. Ia menerkam diantara tulang selangka di bawah leher. Menariknya lalu ia benturkan dahi Vino ke kepala chef Jessica.

DUUGG

Seketika chef Jessica terhuyung selama beberapa detik lalu jatuh tersungkur. Tangan Vino masih menggenggam pisau yang tadi dipegang oleh chef Jessica, mendekati lalu menelentangkan tubuh chef Jessica. Dengan pisau itu, ia merobek pakaian chef Jessica dari leher sampai perut dengan brutal.

KRAAAAAK

Suara pisau yang dipegang terbalik dengan mata pisau menghadap ke diri Vino, menyayat pakaian khas seorang juru masak wanita. Ia merobek mengambil robekan pakaian chef Jessica, lalu menggunakannya untuk mengikat telapak tangannya yang berdarah. Dibantu tangan kiri dan gigi untuk membuat simpul, menghentikan darah yang mengucur.

Terlihat bagian dada sampai perut yang terbuka, tapi hanya bagian tengahnya saja. Kedua payudaranya tak nampak olehku. Kulitnya terlihat putih dan bersih.

"Ini akibat kamu berani macam-macam sama aku jes.. aku akan buat perhitungan denganmu" ucapnya marah menghadap ke arah wajah chef Jessica yang lagi pingsan.

"...sebelum itu, aku akan mengikatmu dulu cantik... hehehe" ucapnya menghampiriku.

Ia kemudian menarik rambutku mendorongku ke salah satu tiang lampu taman yang tak jauh dari lokasi chef Jessica tergeletak, tangannya menggenggam kedua tanganku yang berada di punggungku, melepaskan borgol pada pergelangan tanganku sambil mendorong tubuhku menyandar pada tiang lampu taman, lalu mengangkat kedua tanganku tinggi-tinggi hingga kedua tanganku sejajar berada di atas kepalaku. Terakhir, ia memborgolnya kembali di tiang lampu taman. Daya tarik otot pada lengan dan bahuku menarik sepasang payudaraku mencuat ke atas, terlihat bulat dan sedikit membusung.

Aku berdiri menghadap ke arah chef Jessica yang tergeletak. Tak jauh dari situ, disebelah kanan chef Yongki yang kalah dalam pertarungan juga terkapar tak berdaya.

PLAAAAK

"Aaaaaaa.. sakit…" Vino menampar payudara kananku dengan punggung tangan kanannya.

Aduh.. aduh.. sakit banget. Huf.. emangnya payudaraku samsak tinju yang bisa ia pukul seenaknya sendiri. Darah tangan Vino yang terkena pisau sedikit mengenai payudaraku.

PLAAAAK

"Aaaaaa.. sakit tau!!" Teriakku ketika payudara satunya diperlakukan yang sama. Sepasang payudaraku kena backhand si Vino sialan.

"Hahaha sakit ya cantik? Kasiaaaan deh kamu" ucapnya centil mirip cewek.

"..Tapi kok basah? Kamu suka kan? Hahahah" lanjutnya sambil tangan kirinya menyentuh selangkanganku.

Aku tak bisa memungkirinya, kenapa aku malah terangsang dalam kondisi genting seperti ini. Nyawaku bisa terancam.

BUUG BUUUG BUUUG BUG BUG BUG

"Aaaduh… aaaduh… aaaaa" teriakku.

Tangan kanan dan kiri Vino melakukan pukulan jab pada payudara kiri dan kanan secara bergantian dengan gerakan lurus. Kepalan tangannya ia arahkan ditengah payudaraku, mengenai puting dan areola yang tadi ia siksa dengan tarik dan mengangkatnya. Aku dapat melihat pergerakan kepalan tangannya yang mengenai putingku. Permukaan kulit yang membungkus tulang proximal phalanges Vino membentur puting, areola, dan beberapa kulit berjarak 2 sampai 4 centimeter membentuk jari-jari lingkaran dari titik pusat di tengah pada salah satu pori-pori jalur air susu putingku. Area itu terdorong masuk ke dalam membentuk cekungan dan di sisi luar yang tak tersentuh kepalannya menggelembung melingkari kepalan hingga akhirnya kepalan tangannya membentur tulang rusukku. Begitu juga yang ia lakukan pada payudaraku yang satunya.

BUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUG

"Aaaaaaaaaaaaaaaa" aku menjerit lagi.

Payudara kananku diperlakukan lebih dari sekedar samsak. Vino melesakkan pukulan tinjuan secara terus menerus seperti melakukan teknik latihan pada speed bag drill dengan cara melingkar, sehingga kecepatan tinjuannya stabil pada kecepatan tinggi.

BUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUG

Giliran payudara kiriku yang diperlakukan yang sama. Rasa sakit yang kuterima menjadikan muluku terdiam sesaat, kemudian berubah menjadi desahan-desahan enak.

"Aaah…. ooohh… ooh" desahku

"Hahaha kamu suka ya?" Tanyanya sambil terus memukul payudaraku.

"iiyaa.. oooh… enak….. enak…"

Crrrrtttt aaah. Aku muncrat. Aaaah…

"Terus… terus.. lebih cepat lagi.. aaaaah" aku malah menyemangatinya

"Hahahaha… toketmu memang cocok buat speed bag" ucapnya.

"Di rumahku, aku punya speed bag yang terbuat dari kulit toket cewek….. tapi ukuran toketmu lebih besar… mungkin aku bakal buat toketmu menjadi speed bag pribadiku yang selanjutnya. Hahahaha" lanjutnya

Crrrrttt. Aw aku muncrat lagi ketika membayangkan toketku dijadikan speed bag, dipukul terus menerus. Aaaaaah…

BUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUGBUG

"Aaaaah.. iya terus.. pukul terus toket Siska ini……. oooh" ucapku menerima pukulan dia.

BUUUG

Sebuah pukulan uppercut mengenai payudara kiriku disambut teriakanku kaget karena Vino memukul payudaraku tiba-tiba. Ku lihat payudara kiriku ikut terangkat keatas lalu kembali lagi ke bentuk semula.

"Aaaah.. please toket kananku… aaah toket kananku pukul juga… " pintaku

BUUG

Tanpa banyak omong, Vino memukul payudara kananku dengan cara yang sama, uppercut. Saat itu juga, cairan dari selangkanganku membasahi sepasang paha atas bagian dalam. Aku lemas dengan menundukkan kepala, memandangi kedua payudaraku yang dijadikan latihan samsak secara sukarela. Kedua payudaraku berwarna merah kebiru-biruan. Pada bagian bawah payudaraku terasa perih, aku tak bisa menengok, mengapa bisa perih. Apa yang terjadi pada bagian bawah payudaraku. Aku hanya menduga dengan yang kulihat pada samping kiri dan kanan areolaku, terdapat luka baret-baret garis vertikal. Baret luka itu membentuk pola garis yang jumlahnya tak sama antara payudara kiri dan kanan. Mungkin energi, kecepatan, dan tekanan yang dilakukan Vino bila dikalkulasi berbeda hasilnya antara yang ia pukul ke payudara kiri dan kananku. Apakah hukum newton berlaku pada kejadian ini? Mungkin saja. Kalau penyebab luka baret, mungkin karena pergelangan tangan Vino yang ia lilit menutup luka pakai robekan kain dari pakaian chef Jessica.

Walaupun telah petang dan udara terasa dingin, badanku basah karena keringat yang keluar dari pori-poriku.

"Aaaaah" aku mendesah.

Tiba-tiba jemari tangan Vino menyambar selangkanganku yang sudah basah.

"Hahaha.. kamu cantik sekali…" ucapnya.

"Uuuh... makasih… ooooh" jawabku.

Tangan kirinya memainkan klistorisku dengan sangat lihai. Untuk pertama kalinya, memekku disentuh jari pria. Rasanya sangat berbeda dengan yang telah dilakukan chef Jessica ke kelaminku. Vino menggesek-gesek himpitan diantara dua labia minoraku.

"Aaaaaah…. Sakit.." teriakku.

Salah satu jarinya mencoba menerobos barikade pertahananku yang terakhir. Ia mencoba menghancurkan selaput daraku.

"Oooh kamu masih perawan.. bagus.. bagus. Kamu barang yang bagus. Aku tahu kamu milik seseorang.. Jadi aku perlu menculikmu dari si pak tua Borgan…. mengawetkan tubuhmu agar tetap abadi. Hahaha" ucapnya.

"Aaaah…" aku mendesah.

Vino terus memainkan memekku, lalu menjilat batang leher sebelah kananku.

"Daripada sama si tua kanibal itu, lebih baik kamu sama aku cantik…. Kematianmu tidak akan sia-sia.. tubuhmu tetap utuh jadi boneka yang tetap abadi.. daging tubuhmu tidak akan menjadi feses…" ucapnya.

"Kamu mau kan cantik?" Tanyanya.

"Aaaaah… mau.. aaaaah tapi tubuhku milik pak Borgan…. Aaaah" ucapku.

Wajah Vino turun ke tulang selangka bagian kanan. Mengikuti garis tulang selangka, menjilatnya ke arah kanan sampai ia menjilat ketiakku. Aaah rasanya geli tapi enak sekali.

"Pantas saja.. rasa keringatmu enak… pasti si tua itu akan menjual tubuhmu secara terpisah dengan melelangnya ke teman-teman kanibalnya…" ucapnya.

"Kalau aku bisa menghabisi si tua itu, kamu mau kan ikut aku?" Tanyanya.

"Aaaaaah…. Iya mau.. mau" ucapku mendesah agak kaget, karena salah satu tangannya meremas payudara kananku, sedangkan salah satu tangannya sedari tadi tetap mengobel memekku tak henti-henti. Ia menjilat keringat ketiak kananku sambil menghisap aroma yang menurut penelitian, aroma ketiak tiap manusia tidak sama dengan yang lainnya. Sama seperti sidik jari. Tiap orangpun, antara ketiak kiri dan kanan aromanya berbeda.

"Bagus… dengan bantuan anak buahku yang merupakan seorang ilmuwan bernama Gunther von Hagens, aku akan membuat tubuh dan organmu menjadi plastik. Lalu aku jual.. hahahaha" ucapnya

"Tapi, untuk kulit tubuhmu ini hanya menjadi milikku. Kulit toketmu akan kujadikan drill bag spesial. Hahahaha" lanjutnya.

Mendengarnya aku hanya mendesah. Ia kini menjilat payudara kanan.

"Toketmu dua-duanya besar. Salah satu kulit toketmu pasti cocok untuk kubuat alat musik perkusi seperti kendang atau jimbe… sebelum dikeringkan, putingmu kubuat ereksi agar bila dipukul, getaran kulit toketmu bersuara merdu….. Atau seluruh kulitmu dibikin drum set. Bagian punggung sampai pinggangmu dibuat bass drum, pantatmu dibuat floor drum, kulit perutmu dibuat snare, kedua kulit tokemu dibuat tom-tom… sisa kulitmu kubuat berbagai macam ikat pinggang, sabuk jam tangan, sepatu kulit, dan celana dalam
.. Hahahaha" ia lanjut menjelaskannya.

"Iya… silahkan bikin…. kulit toket Siska… jadikan apa saja….. aaaah gak cuma alat musik aaaaaaahhh terserah Siska nurut
.. aaaaaaah" akupun hampir orgasme. Membayangkan kulit toketku dibuat alat musik, dan sebagiannya lagi dibuat sepatu dan barang lainnya membuatku jadi semakin terangsang. Tubuh dan organku di jadikan plastik, dijual ke sekolah SMA atau universitas yang ada program kedokteran untuk bahan pelajaran biologi. Orang-orang bisa memanfaatkan tubuhku untuk ilmu pengetahuan dan berguna menambah wawasan. Tidak hanya melihat dari sebuah foto, video atau gambar 2 dimensi pada buku atau layar laptop, tapi mereka secara nyata melihatnya dengan wujud yang asli, bukan cetakan pabrik. Aku juga membayangkan tubuh bugil yang tak berkulit berdiri di sebuah museum untuk dipamerkan ke seluruh orang didunia, menjadi bagian dari body worlds yang sudah terkenal. Atau, Vino menjualnya ke seorang kolektor dan menjadikan tubuhku sebagai pajangan.

"Tau gak… kulit memek dan anusmu kubuat jadi dompet kulit pribadiku.. hahahaha" ia membisik di telinga kiriku.

"Aaaaaaaaaah.. iya.. memek Siska jadikan dompet.. aaaaaaaaaaaaa" akhirnya aku orgasme. Orgasme pertama dirangsang oleh laki-laki. Entah berapa kalori yang kubakar dalam tubuh untuk orgasme dan tinggal berapa kalori sisa tenagaku ini. Aku lemas sekali. Nafasku menghirup dan mengeluarkan udara lebih cepat, suhu badanku meningkat. Aaaah nikmat sekali rasanya….

Kulihat Vino menghentikan aktivitas menstimulasi diriku, ia menatapku sambil tersenyum…

Bersambung ke halaman 6.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Dan siapa yang menyangka akan menjadi seperti ini,,,,,,

Apakah borgan yongki dan jejes akan selamat?

Apakah borgan akan di hantam juga?

Mari kita tunggu kelanjutannya..... Thank you updatenya.....
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd