Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.
Anjir keren penggambarannya :jempol:
 
Emang masih masuk bang cerita sadisme dan kanibalisme model gini??? Soalnya yg lain tak tampak disini 🤣🤣


Banyak yg sdh dikasih th tp keliatannya g berani baca :D
 
Wow..

Detail banget penggambaran organ bagian dalam tubuh cewe. Lengkap sampai berat dan panjangnya.

:tepuktangan:

Terbayang sih Chef Yongki yang "dingin".

Cuma utk Pengambaran background Siska yg mnurut gw masih bisa di gali. Di mulai dari awal mula ketertarikan "dimakan" yang mnimbulkan stimulus seks. Agak kecepetan ketemu pak Borgan.

Setelah scene di rumah Pak Borgan, lebih mengalir n tempo ceritanya pas, detail namun progressif.

Eh tapi ada dialog dr Siska yg gak gw ngerti.

"Aku ingin merasakan seperti Vivi ketika di proses jadi makanan chef" ucapku

Itu maksudnya gmn ya? Krn exe Siska sendiri, keesokan harinya.

Tetap Semangat ya

Keren genre-nya, gak ngebosenin

:beer:
terimakasih atas masukannya.

Memang cerita pada halaman 1 terkesan terburu-buru. Aku tidak menjelaskan bahwa Siska itu terkena penyakit yang disebut dengan "vorarephilia", malah aku menampakkan sisi "exhibitionism".

Tentang Siska ngucapin ini "Aku ingin merasakan seperti Vivi ketika di proses jadi makanan chef", Siska ingin diperlakukan layaknya hewan yang sudah mati, diolah menjadi makanan. Jawabannya ada pada update berikutnya kak. Hihihi

Emang masih masuk bang cerita sadisme dan kanibalisme model gini??? Soalnya yg lain tak tampak disini 🤣🤣

Aku hanya menulis yang jarang penulis mau menulisnya. Tidak masalah ceritaku tidak populer dan sedikit peminatnya, yang penting aku tetap menulis. :p
 
Aku hanya menulis yang jarang penulis mau menulisnya. Tidak masalah ceritaku tidak populer dan sedikit peminatnya, yang penting aku tetap menulis. :p
Memang peminatnya akan sedikit Bang, mungkin pada gak kuat dengan bacaan yg dianggap nyeleneh ini. Padahal banyak pelajaran ilmu yg didapat disini. Jadi tetap semangat nulis ya Bang!
 
Sedep sedep nyengir..
Syadis jg.....
Berasa seperti real.
 
Untuk menghindari pembaca yang tanya kapan update, aku kabarkan cerita selanjutnya baru ditulis 1033 kata. Memang sangat sedikit, tapi itu kutulis tiap hari. ☺
 
BAGIAN 3

Kulihat jam dinding diatas pintu dapur menunjukkan pukul 9:06 malam. Kulangkahkan kaki berjalan menuju selang air, yang menggantung dari atas. Pada ujung selang, tersambung sebuah hose berbentuk mirip pistol berbahan metal. Hanya saja tidak ada trigger guard dan tidak ada magazine peluru. Tidak begitu berat, mungkin berbahan alumunium. Kalau dipikir-pikir, dirumahku punya deh beginian. Merknya magic hose. Kucoba memutar-mutarnya, melihat tiap sisi, lalu menemukan sebuah tulisan pada pegangan sisi sebelah kanan. Tertulis "B&G Made in Germany" setengah lingkaran dan bunga mawar ditengahnya. Sangat asing untuk sebuah hose air. Hihihi

Sebelum kuarahkan padaku, kucoba mengarahkan ke lantai dulu. Kutekan pelatuknya, lalu air keluar kencang.

"Aaaaw… " jeritku, dengan spontan mengangkat betis kaki kiriku ke belakang hingga telapak kaki berada di atas.

Eh, airnya panas banget. Punggung kakiku kecipratan percikan air yang kuarahkan ke bawah.

"Ada apa dik?" Tiba-tiba chef Yongki membuka pintu.

"Kaki Siska kena air panas" ucapku.

"Coba saya lihat kaki adik" chef Yongki berlari menghampiriku.

"Mana dik yang terkena air?" Tanyanya.

"Itu chef, punggung kaki Siska sebelah kiri" ucapku.

Chef Yongki duduk bertinggung dibawahku. Dengan posisi tubuhku yang berdiri, wajahnya sejajar dengan memekku. Andaikan dia mau, sesungguhnya ia mempunyai kesempatan mencuri-curi pandang melihat kelaminku ini.

"Saya pinjam dulu ya dik" Chef Yongki segera mengambil hose air yang kupegang. Kulihat ia memutar-mutar knob, lalu menyemprotkan air ke punggung kaki kiriku. Eh, airnya terasa dingin. Selang beberapa menit, chef Yongki berlari menuju dapur lalu kembali dengan membawa kotak P3K, handuk kecil berwarna putih dan sebatang daun lidah buaya. Ia menempelkan handuk pada punggung kaki kiriku, mengeringkan kulit yang basah. Chef Yongki mengambil lidah buaya dan membuka kotak P3K. Ia mencuci lidah buaya pakai hose air, mengambil gunting lalu memotong bagian tengah lidah buaya. Segera ia menempelkan potongan lidah buaya itu ke punggung kaki kiriku yang terluka. Kurasakan lendir lidah buaya itu menyerap rasa panas dan menjadikan kulitku menjadi dingin.

"Syukurlah dik, lukanya tidak parah. Beberapa jam lagi sudah sembuh dik" ucapnya dengan mendongakkan kepalanya menghadap wajahku.

Aku dapat melihat sorot matanya fokus ke tatapan mataku. Pupil bola matanya tidak bergerak melihat kelaminku ataupun sepasang payudaraku.

"Ayo dik, persiapannya sudah selesai" ia merapikan handuk, gunting, lidah buaya, dan kotak P3K, lalu berdiri. Aku mengekor di belakang chef Yongki berjalan menuju dapur.

"Maaf chef…. Siska sembrono.. merepotkan chef. Kira-kira harga jual Siska besok gimana ya chef? Turun gak ya..?" ucapku

"Tidak perlu dipikiran, yang penting dik Siska baik-baik saja" ucapannya menenangkanku.

Setelah membuka salah satu dari 2 pintu dapur dengan kaca es, kamipun tiba di ruang kerja para chef. Di ruangan ini, aku sudah disambut oleh chef Jessica. Tidak terlihat chef lain selain chef Jessica dan chef Yongki.

"Hi adik cantik, kita ketemu lagi" ucap chef Jessica menyambutku dengan baik.

"I..iya" ucapku.

Kulihat gerak bola mata chef Jessica sangat aktif menghujam tiap titik tubuhku. Aku tidak malu memperlihatkan tubuh telanjangku ke chef Jessica. Malahan, aku bangga memamerkan tubuh ini kepadanya. Kedua tanganku menjulur ke bawah, tak ada yang menutup-nutupi tubuhku.

"Sepertinya dagingmu enak sayang" ucapnya seraya menjulurkan telapak tangannya yang dibalut handscone mengangkat payudara kiriku dari bawah ke atas dengan 4 jari pada tangan kanannya. Lalu, ketika tangan kanan yang mengangkat payudara kiriku sejajar dengan puting payudara kananku, ia melepaskannya, membiarkan payudara kiriku menggantung tertarik oleh medan magnet gravitasi bumi. Memantul-mantul dengan bebas.

"Dik Siska, seperti yang sudah kita lakukan pada Vivi, chef Jessica yang akan membantu saya untuk proses memasak adik. Bagaimana, apa dik Siska siap?" Tanya chef Yongki di samping meja yang jaraknya dengan ku sekitar 3 meter di arah jam 2.

"Siap chef" ucapku tegas.

"Jess, tolong bantuin ya?" Tanya chef Yongki ke chef Jessica.

"Beres.." ucap chef Jessica ke chef Yongki.

"Dik, silahkan berbaring disini" chef Yongki menyuruhku untuk berbaring di sebuah meja panjang layaknya gourmet kitchen yang ada di restoran besar dan mewah. Di atas meja tersebut sudah bersih dari kotoran dan perkakas. Ukurannya lumayan panjang, kira-kira 3,5 meter, lebar 1 meter, dan tingginya 80 cm.

"Baik chef" ucapku dan segera berjalan ke meja tersebut.

"Permisi chef" ucapku ketika melewati chef Jessica yang ada di hadapanku dan dibalas senyum.

Sesampainya di meja tersebut, aku melepas senyum ke chef Yongki yang berada di seberang meja. Kemudian aku membelakanginya, kedua telapak tanganku menapak dan menopang badanku. Lalu, dengan sedikit lompatan aku dapat duduk. Kurasakan hawa dingin meja menyentuh memek, sepasang pantat, dan separuh batang pahaku. Sepasang betis menjuntai, menggantung pada pahaku yang membentuk sudut siku-siku.

"Posisi kepala ada disebelah mana chef?" Tanyaku ke chef Yongki.

"Terserah dik Siska" jawabnya.

Dijawab demikian, aku pilih posisi kepalaku disini saja. Ku serongkan badanku ke arah jam 2, kugeser pantatku lalu rebahan tidur telentang. Kurapatkan kedua kakiku, dan kedua tanganku berada di samping dekat pinggang. Chef Yongki berdiri di samping kananku, lalu menyusul chef Jessica menghampiri berdiri di sisi kiriku.

"Dik Siska, saya dan Jessica tidak akan melakukan seluruh proses memasak kepada adik. Beberapa step tidak akan kami lakukan. Jadi, kami tidak benar-benar memasak adik" ucap chef Yongki menjelaskan.

"Jadi yang telepon tadi di ruang sebelah adalah pak Borgan ya?" Tanyaku.

"Benar dik" jawabnya.

Kok pak Borgan bisa tahu ya, apa dia tahu dari CCTV? Tetapi, tadi kulihat tidak kelihatan CCTV di sudut-sudut ruangan. Disini juga demikian. Apa mungkin CCTV itu tersembunyi?

"Chef, apa seluruh ruangan di mansion pak Borgan terpasang CCTV?" Tanyaku menoleh ke kanan ke arah chef Yongki.

"Iya dik" jawab chef Yongki.

"....semua ada CCTV dan microphone, tidak terkecuali toilet sayang" sambung chef Jessica.

"Dik Siska tak perlu risau, pak Borgan sendiri yang mengawasi" ucap chef Yongki menimpali.

Jadi, tadi waktu di ruang pendingin dia tahu dong aku lagi ngapain dan ngomong apa. Pantesan semua karyawan disini nurut. Soalnya gerak geriknya diawasin sih. Gak apa-apa sih dia liatin apa aja yang kulakuin, toh aku gak melakukan hal buruk. Buruk? Bugil gini buruk ya? Hihihi.

"Chef, jadi ini cuma simulasi ya?" Tanyaku

"Iya dik Siska sayang,.. sekarang kamu lemas pura-pura jadi mayat.. seperti Vivi yang udah di eksekusi" ucap chef Jessica.

"Ngomong-ngomong, Vivi dieksekusi disini ya?" Tanyaku lagi.

"Bukan Sayang, Vivi dieksekusi di taman belakang" jawab chef Jessica.

"Itu permintaan Vivi sendiri dik" chef Yongki menimpali.

"Kalau cuma simulasi, kenapa gak dimulai dari sana saja?" Tanyaku.

Kulihat chef Yongki dan chef Jessica saling memandang.

"Ki, turutin saja" ucap chef Jessica menatap ke chef Yongki.

"Okay.." jawab chef Yongki dengan tanpa ekspresi.

"Ayo dik ikuti saya" ucap chef Yongki senyum ke arahku.

Kulihat chef Yongki berjalan menuju ke pintu keluar. Aku bangkit dari tidurku. Chef Jessica segera membantuku, tangan kanannya memegang tangan kiriku dan tangan kanannya mengangkat tengkuk leherku.

"Makasih ya chef cantik" ucapku tersenyum kepadanya.

"Sama-sama sayang" jawabnya membalas senyumku.

Untuk pertama kalinya aku melihat senyum chef Jessica dengan memperlihatkan beberapa gigi depannya. Ia terlihat manis dengan gigi gingsul yang tumbuh di sebelah kanan atas. Sepasang bibir manis natural berwarna coklat muda dengan ujung bibir kiri dan kanan melebar kesamping. Dikaruniai kulit kuning langsat, mata belok dengan pupil kecoklatan, badan ramping, serta rambut keriting gantung berwarna hitam sepanjang dada. Walaupun ia memakai handscoon, aku dapat merasakan kelembutan kulitnya menggenggam erat telapak tangan kiriku. Sungguh rugi, lelaki yang mengkhianati cewek secantik chef Jessica. Cewek secantik apa sih yang bisa mengubah haluan hati kekasih chef Jessica, sampai-sampai chef Jessica membunuh dan dagingnya dijadikan bakso, hanya meninggalkan jantung dan penis lengkap dengan testisnya.

"Chef, maaf kalau Siska lancang…" ucapku sambil berjalan menuju pintu keluar dapur.

"Ada apa sayang?" Tanyanya lembut.

"Sewaktu Siska masuk ruang freezer, Siska melihat Jantung dan kelamin pacar chef Jessica" ucapku.

"Lalu…?" Tanyanya lagi.

"Kenapa disimpan di freezer?" Tanyaku lagi.

"Buat kenang-kenangan saja sayang hihihi" jawabnya..

"Kontol yang merenggut keperawananku, dan jantung yang memompa mengalirkan darah memberi nutrisi ke kontolnya, tersimpan tak akan membusuk selamanya" jelasnya.

Aku terdiam sesaat mendengar penjelasannya. Chef Yongki yang berjalan jauh di depan kita berdua membukakan pintu ke arah luar yang mengarah ke koridor. Ia menunggu menahan pintu tersebut mempersilahkan chef Jessica yang bergandengan tangan denganku untuk lewat terlebih dahulu.

"Jess, duluan ya.. entar tak susul" Ucap chef Yongki.

"Siaap" jawab chef Jessica.

"Yuk, kita jalan duluan" lanjutnya sambil menarik tangan kiriku mengikutinya.

Dalam perjalanan di dalam koridor yang dinding di kanan dan kiri terpajang banyak lukisan, kami tidak melalui jalan yang sama ketika aku berjalan dari ruang makan bersama pak Borgan, melainkan melalui jalan yang lain. 6 menit berjalan, Chef Jessica memegang gagang pintu, lalu membukanya. Saat itu juga, hawa dingin menerpa bagian depan tubuhku, menusuk kulit ari dan saraf indra peraba. Semakin pintu dibuka lebar, hawa dingin yang mendera seakan hilang oleh sebuah panorama yang indah. Sebuah taman yang sangat luas ditumbuhi tanaman jenis acalypha siamensis membentuk garis berkelok-kelok berbentuk labirin yang sangat indah dengan jalan berupa bebatuan andesit yang tertata rapi.

Chef Jessica menuntunku menuruni belasan anak tangga dari marmer, hingga telapak kakiku menapak pada batuan andesit.

"Waaah, indah banget" ucapku.

"Suka ya sayang?" Tanya chef Jessica.

"Iya" jawabku.

Tiba-tiba aku melihat sekelebat sosok di sudut kanan di arah jam 3, lalu menghilang. Perasaanku menjadi tidak nyaman. Akan tetapi, semua perasaan negatif itu menjadi reda ketika chef Jessica menarik tangan kiriku. Menarik sambil berlari melalui labirin yang tingginya sekitar 2,5 meter, mengajakku ke suatu tempat rahasia yang tak pernah ku ketahui sambil bertelanjang bulat. Kontras dengan wanita cantik didepanku yang berpakaian chef tanpa topi. Aku berlari mengikuti chef Jessica, berbelok ke kiri, ke kanan mengikuti tarikan tangan kanannya yang memegang pergelangan tangan kiriku. Walaupun malam hari, jumlah lampu taman yang banyak sangat cukup menerangi perjalanan kami. Dalam perjalanan, aku menengok ke kanan dan kekiri. Sekilas, aku melihat di dalam labirin terdapat bilik yang ditengahnya terdapat sebuah meja dan 2 buah kursi. Beberapa bilik ada yang dihiasi oleh beberapa bunga yang tertanam pada wadah pot artistik.

"Sudah sampai sayang" ucap chef Jessica menghentikan langkahnya.

Kami berada di tengah labirin. Berdiri berdua ditemani chef profesional yang cantik yang berada di sebelah kiriku. Disini terdapat 8 patung pada masing-masing penjuru arah mata angin, berdiri di sudut-sudut menghadap ke arah dalam. Ditengahnya terdapat air mancur yang disinari lampu dari dalam kolam, membuat air yang memancar bercahaya indah. Batuan andesit berbentuk lingkaran berdiameter 1 meter tersebar mengelilingi air mancur. Diantara batu andesit tersebut, tumbuh rumput gajah mini terhampar luas.

"Disini eksekusi Vivi?" Tanyaku

"Benar sayang, ditempat ini Vivi minta dieksekusi dengan menggunakan guillotine " jawabnya.

Aku tidak mengerti, mengapa Vivi memilih tempat ini sebagai tempat kematiannya. Tiba-tiba, chef Jessica memelukku dari belakang. Telapak tangannya mengelus-elus perutku.

"Aaaah chef…" lenguhku.

Jemari tangan kirinya melepas handscoon pada tangan kanannya. Menarik pada bagian pergelangan tangan kanannya hingga akhirnya lepas, menampakkan telapak tangan yang bersih terawat. Ia melemparkan handscoon tersebut di depanku. Lalu, tangan kanannya bergantian melepaskan handscoon pada tangan kirinya, dan melemparkan di didepanku. Sepasang telapak tangannya naik ke atas hingga berada di bawah payudaraku. Mengelus lembut layaknya mengelus seekor kucing persia. Salah satu ibu jarinya menyundul bagian bawah payudaraku.

"Kulitmu lembut.. bakal enak dagingmu ini sayang" ucapnya berbisik di telinga kiriku. Tinggi kami hampir sama, mungkin selisih 1 cm lebih tinggi dia daripada aku.

"Aaaaaahhh.." desahku ketika jemari tangannya naik keatas, menerkam sepasang payudaraku dari samping. Jemari tangannya mekar merekah layaknya bunga. Tekanan jarinya amat kuat. Ku lihat disela-sela jari-jarinya, daging payudaraku timbul seakan mau menelan menghimpit jari-jarinya tersebut. Puting kiriku mencuat, mengacung di antara jari manis dan jari tengah, sedangkan puting kananku berada diantara jari telunjuk dan jari tengah. Kedua putingku sama-sama berada diantara tulang proximal phalanges.

"Uuuh chef…" ucapku ketika jemari pada kedua tangannya meremas dengan perlahan. Apa karena jarinya pendek, jemari yang mekar tersebut tidak dapat menjangkau keseluruhan payudaraku… ataukah payudaraku ini yang besar. Aaah aku tak tahu. Dalam kondisi seperti ini, aku tak bisa memikirkan hal itu.

Tiba-tiba tangan kanan chef Jessica melepaskan cengkraman pada payudara kananku, turun kebawah perlahan. Kurasakan ujung jarinya menari-nari di perutku, turun hingga ke bawah pusar di kulit pubisku yang tak ditumbuhi bulu.

"Ooooohhh…." Ketika jemarinya memainkan biji daging yang memiliki 8000 titik saraf. Reflek, kedua tanganku memegang pergelangan tangannya, berusaha melepaskannya dari payudara dan selangkanganku. Tapi, usahaku sia-sia. Stimulasi jemari tangan kanannya semakin intens menggesek selangkanganku. Kurasakan cairan dari gua garba keluar merambat melalui liang keperawananku, hingga keluar membasahi paha dalam sebelah atas. Aku yakin, jemari dan telapak tangan kanan chef Jessica ikut terlumasi cairan itu.

"Enak kan sayang?" Ucapnya

"Aaaaah….iyaa...aaaaaah" ucapku sambil mendesah menikmati rangsangan pada titik-titik vital tubuhku.

Walaupun aku sudah pernah masturbasi, tapi ini untuk pertama kalinya aku dirangsang oleh orang lain. Tangan kiri chef Jessica yang meremas payudara kiriku, ia pindah meremas payudara kananku. Kurasakan kulit lembut chef Jessica yang membungkus tangan tulang hasta dan tulang pengumpil dekat siku menekan payudara kiriku dibawah puting. Membuat payudara kiri bagian atas menyembul ke atas layaknya balon.

"Kayaknya payudaramu kenyal kalau dimasak deh" chef Jessica berbisik di telinga kananku.

"Ooh.. Iyaaa.. chef.. oooh" lenguhku merespon rangsangannya.

Jemari tangan kanan chef Jessica yang menggesek-gesek klistoris dan sepasang labia minora membuatku merasakan kenikmatan. Degup jantung terasa berdetak lebih cepat, suhu badanku meningkat, dan pikiranku melayang dikuasai nafsu. Kurasakan salah satu jarinya mencoba masuk ke lubang vaginaku.

"Aaaaaah…" aku menjerit.

"Masih perawan ya sayang?" Ucapnya berbisik seraya melepaskan jari yang mencoba menyeruak dan menerobos lapisan barikade daging melingkar. Sesungguhnya, dalam kondisi aku yang seperti ini, dia bisa saja menjebol selaput daraku, membuat aku menjadi tidak perawan.

"Oooooohhh…" ucapku ketika secara tiba-tiba tangan kanannya kemudian naik ke atas dengan cepat, menerkam payudara kananku, sedangkan tangan kirinya yang meremas payudara kananku pindah menerkam payudara kiriku dengan kasar.

Cukup lama chef Jessica memainkan sepasang payudaraku. Wajahnya berada di samping kananku, mendekat menggigit kecil daun telinga bagian belakang. Suara dari mulutku akibat dirangsang seperti itu, keluar lebih nyaring. Tanpa sadar, aku melepas kedua tanganku yang memegang pergelangan tangannya. Ku angkat kedua tanganku ke atas mengelus kepala chef Jessica di belakangku. Semakin kuat rangsangan yang kuterima, semakin kuat pula aku menekan punggung kepalanya ke arah pundakku. Seolah-olah mengijinkan untuk lebih melakukannya. Chef Jessica membalas dengan jilatan dan gigitan kecil pada leher kananku naik dan turun dari arah belakang telinga ke pundak kanan.

"Aaahh..geli chef…" ucapku.

"Geli tapi nikmat kan sayang?" Tanyanya.

"E...eeeenak chef...ooooh" ucapku mendesah kenikmatan.

Chef Jessica memutar dari arah kanan dengan perlahan sambil menjilati kulit pada tubuhku. Jilatannya merayap pelan dari arah pundak kanan, lalu turun sedikit memutar hingga berhenti pada ketiakku.

"Uuuuhh… chef… aaaaah" ucapku diperlakukan seperti ini.

Lidahnya begitu lihai merasakan tiap nanometer kulit ketiakku. Menyapu lubang pori-pori halus nan tandus tanpa sehelai bulu. Kedua tangannya tetap tak lepas dari payudaraku, seakan tak ingin melepaskannya bergantungan secara bebas. Kedua tanganku mengikuti kepala chef Jessica yang berada di ketiak kananku. Mengelus secara lembut, tetapi jika rangsangannya meningkat, elusan tanganku berubah mencengkram dan menjambak rambutnya.

Tanpa kusadari, kedua tangan yang hinggap pada sepasang payudaraku ia lepas. Kini, wajah chef Jessica bergeser di samping payudara kananku. Sambil menjilat kulit dibawah ketiak kananku, pipi kanannya bersentuhan dengan kulit payudara sebelah kananku. Tangan kanannya kembali menghinggapi payudara kiriku, memilin putingku hingga aku merasa terbang akan mencapai puncak. Sepertinya chef Jessica menyadari hal itu, jadi ia melepaskan pilinan pada puting kiriku. Rasa hangat dan degup jantungku sedikit mereda.

"Aaaaaaaaaahhh.. chef…." Ucapku tiba-tiba puting pada payudara kananku dicaplok oleh mulut chef Jessica.

Seketika itu, kedua tanganku menggenggam kepalanya, mendorong menjauhkan agar ia melepaskan mulutnya yang menghisap ke puting payudara kananku.

"Aaawwwww…." Jeritku sewaktu kudorong, putingku ikut ketarik. Kira-kira payudaraku molor dengan jarak sejengkal.

Tak kusangka chef Jessica menggigit putingku. Hampir seluruh puting dan areolaku berada di dalam mulutnya dan hanya menyisakan sedikit areola berwarna lebih gelap yang nampak seperti cincin memutar mengelilingi bibir bagian dalamnya. Payudara kananku yang berbentuk bulat berubah runcing mengerucut.

"Aaaaww… sa...sakit" jeritku memekik.

Chef Jessica melepaskan gigitan pada putingku, menyebabkan putingku kembali ke tempat semula, mengembalikan wujud payudaraku menjadi bulat. Kulihat bekas gigitan pada putingku. Untunglah tidak sampai terluka, tapi bentuk putingku menjadi lebih panjang dan pada pangkalnya sedikit pipih berlumuran air liur chef Jessica. Berbeda dengan puting payudara kiriku yang pendek tapi keras karena terangsang. Kemudian aku melepaskan cengkraman sepasang tangan di kepala chef Jessica, duduk tersungkur di tengah batu andesit yang berbentuk lingkaran, lalu kurebahkan badanku tidur telentang hingga kepalaku membentur rumput gajah mini. Benturannya tidak keras, jadi tidak terasa sakit. Mungkin karena kelembutan rumput dan jenis tanah yang gembur yang ada di area ini.

Sepasang kakiku kubuka sedikit lebar saling berjauhan, kira-kira jarak antara mata kakiku sekitar setengah meter. Tangan kiriku menggapai selangkanganku, menuntaskan hasrat dan nafsu yang tertunda. Jemari tanganku menggesek-gesek memainkan klistoris yang telah basah terlumasi cairan bening akibat ulah chef Jessica. Kugesek menggunakan jari tengah yang ukurannya lebih panjang dari jari-jari yang lain.

"Sini kakak jessica bantu ya… hihihi" ucapnya yang sedari tadi memperhatikanku sambil berdiri.

Chef Jessica kemudian berdiri ditengah, diantara kedua pahaku. Ia membungkuk melebarkan kedua kakiku lebih lebar lagi, lalu duduk bersimpuh.

"Memekmu bagus sayang… mirip punya jessica waktu masih perawan.. " ucapnya dengan tatapan sorot mata tajam ke organ intimku.

"Kamu rajin ya bersihin bulu-bulunya ya sayang?" Tanyanya.

"I..iya chef… tiap kali mandi Siska selalu memeriksanya aaaah" ucapku sambil memainkan klistorisku.

Tiba-tiba pergelangan tangan kiriku dipegang dengan kedua tangannya lalu di lepas dari selangkanganku, menghentikan aktifitas masturbasi yang kulakukan. Salah satu jari tangannya menggesek-gesek selangkanganku. Lalu tangan satunya melepaskan tangan kiriku, menyusul tangan kanannya yang jemari halusnya memainkan klistorisku. Kurasakan memekku ia buka, melebarkannya seperti ingin melihat sosok organ kelamin yang ia juga memilikinya. Stimulasi pada klistorisku tetap berlangsung tanpa putus.

Kulihat wajahnya mendekat ke arah kelaminku. Diamati dengan cara seperti itu, aku menjadi malu sekaligus horny. Apalagi dilakukan di tempat terbuka.

"Beruntung yang bisa dapetin memek adik… terlihat enak dan empuk" ucapnya

"Aaaaah….masa.. sih.. chef aaaah" tanyaku sambil mendesah.

Kuangkat kepalaku, kulihat wajah chef Jessica sudah sangat dekat dengan selangkanganku.

"Oooooohhhhhh…" aku meraung layaknya serigala yang memanggil teman-temannya untuk berburu ditengah malam purnama.

Chef Jessica mencaplok keseluruhan memekku dengan mulutnya seraya menggoyangkan lidahnya menari ke kiri, ke kanan, ke atas, ke bawah, dan memutar. Akibat rangsangan yang kuterima, aku meraung keenakan, memecah keheningan malam. Rasa nikmat yang kudera seakan membuat beberapa sendi ototku menjadi lemas membiarkan perlakuan itu. Ketika mendekati puncak kenikmatan, otot-otot tubuhku menegang dengan sendirinya. Pinggulku ikut menerima irama goyang lidahnya. Kurasa aku akan orgasme..

"Uuuuh…." Lenguhku seakan aku sedang terbang melayang.

"Chef...mau sampe chef….aaaaaah" kedua pahaku menjepit kepala chef Jessica.

Sepasang pahaku menempel dan menekan sepasang telinganya.

"Aaaaaaaaaaah…" suaraku ketika mencapai orgasme pertama bersama orang lain. Biasanya aktifitas masturbasi yang kulakukan sendiri dan dilakukan dikamar dengan pintu tertutup.

Kulihat chef Jessica tidur tengkurap sejajar denganku diantara kedua kakiku. Wajahnya yang basah tersenyum kepadaku. Mungkinkah aku squirt? Entahlah, yang penting aku menikmatinya.

"Gimana sayang… enak ya?" Tanyanya dengan mendekatkan wajahnya naik merayap di atas perutku yang mengembang dan mengempis mengatur nafas menghirup oksigen, dan mengeluarkan karbon dioksida dan uap air.

"I..iya chef" ucapku.

Wajah cantik dan imut yang mendekati wajahku memperlihatkan wujud rupa yang lebih detil. Beberapa helai rambut di atas dahinya mengkilap. Mungkin cipratan cairan orgasmeku sampai mengenainya. Lidahnya menjulur keluar merasakan cairan di sekitar bibirnya.

"Rasanya asin hihihi" ucapnya sambil membersihkan wajah dengan telapak tangannya, lalu beberapa jarinya yang basah tersebut masuk ke mulutnya, merasakan sisa-sisa cairan ejakulasi. Suara hisapan mulut pada jemarinya terdengar jelas seolah menggodaku untuk ikut merasakannya. Lalu jari kelingking tangan kanan yang masih basah didekatkan ke mulutku. Aku merespon dengan membuka mulutku. Ketika masuk ke mulut, kurasakan dengan indra perasa di lidahku. Ku hisap-hisap jari kelingkingnya mutar serong kiri dan kanan mirip jam bandul kuno.

"Gimana rasanya sayang?" Tanyanya.

"Asin" jawabku singkat, lalu kami tertawa bersama.

Tawa kami membelah dan mendominasi suara desiran dedaunan dimalam sunyi. Tempat ini adalah saksi bisu kematian Vivi dan juga orgasmeku. Aaah seru sekali malam ini. Besok aku juga akan bernasib sama dengan Vivi. Di eksekusi dan bangkainya masuk kedalam perut dan usus orang. Hihihihi.

"Eh chef.. misalkan chef dapat salah satu toket Siska… kira-kira toket Siska mau dimasak apa?" Tanyaku sambil memegang sepasang payudaraku dan meremas-remas dihadapannya.

"Dimasak apa yaaa?" Ucapnya agak kebingungan.

"Kayaknya dimakan mentah seperti sushi dan sebagian digoreng" jawabnya.

"Gimana caranya chef?" Tanyaku lagi.

"pertama-tama di kelupas dulu kulitnya seperti ini.." ucapnya sambil praktek. Telunjuk tangan kanannya menyentuh kulit dibawah toketku, memutari bongkahan payudara kiriku searah jarum jam membentuk lingkaran.

"...di kelupas melingkar dengan pisau tajam… hingga seluruh kulit di toket dik Siska lepas membentuk lingkaran besar dengan puting masih menempel di kulit pada bagian tengah lingkaran…." jelasnya seolah-olah ia memegang pisau mengiris kulit payudaraku dari bagian bawah sampai keatas.

"... kulit toket dik Siska yang telah lepas di pisah menyisakan dagingnya saja. Di iris bagian tengahnya sama sisi" seolah-olah telunjuk kanan yang menjadi pisau mengiris vertikal dari atas ke bawah melewati putingku.

"...dipisahkan setengah bagian daging toket. Jadi, kita memiliki 2 daging toket…bagian yang ini di iris tipis-tipis seperti mengiris tempe membentuk lembaran daging setebal 3 sampai 5 milimeter.. lalu dibumbui rempah-rempah sushi… " ucapnya sambil ikut terbawa membayangkan payudaraku diperlakukan seperti itu.

"..daging tipis toket dik Siska yang telah dibumbui digunakan untuk membungkus nasi.. jadilah makizush. Tinggal di beri tambahan wasabi, sayuran hijau dan omellete sebagai pelengkap." Jelasnya..

"Lalu daging toket Siska satunya buat apa chef?" Tanyaku penasaran.

"Separuh daging toket digiling bersama dengan daging ikan bandeng. Daging halus itu tak lupa dibumbui. Adonan daging yang telah halus dan bercampur bumbu dibungkus oleh kulit toket dik Siska. Dijahit membentuk bola kecil. Kita oleskan telur yang sudah dikocok keseluruh permukaan kulit toket dik Siska, lalu di kukus. Setelah itu digoreng… jadilah otak-otak bandeng special sayang." jelasnya.

"Kenapa dicampur ikan bandeng chef?" Tanyaku

"Karena untuk memenuhi dan menggantikan daging toket yang dibuat sushi" jawabnya.

Aaaaaaah. Mendengarnya, aku jadi horny. Chef Jessica menyadari aku mulai terangsang. Ia lalu mencaplok putingku. Melumat-lumat menikmati gundukan daging kecil di puncak payudaraku…

"Toket adik besar… salah satunya saja bisa untuk 2 porsi hihihi" ucapnya.

"Iyakah chef?" Tanyaku.

"Iya sayang… jadi 2 toket dik Siska bisa buat 4 orang" ucapnya.

Mulut chef Jessica menikmati payudara kiriku, tangan kirinya meremas-remas payudara kananku. Ia melakukannya sambil menindih perutku. Ooohh.. seperti inikah rasanya nenenin orang? Batinku bertanya-tanya sambil memejamkan mata menikmati permainan chef Jessica.

Cukup lama aku menikmatinya, kurang lebih sekitar 5 menit. Ketika kubuka, aku melihat sosok tinggi di samping kanan pinggulku. Wajahnya gelap tak kelihatan karena tertutupi tudung. Ah, aksi kita ketahuan orang lain…!!!


Bersambung ke halaman 4.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Yes... Update juga akhirnya... Tak kirain tu selang bakal masuk sun hole siska lalu di isi air ususnya... Ternyata masih belum... :oops:

Terima kasih updatenya...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd