Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lika Liku Lilis

Status
Please reply by conversation.
POV Lilis

Disaat birahiku sedang memuncak, namun entah kenapa Mas Ferdi seperti ogah ogahan kuajak bersenggama. Dan malam ini terpaksa aku hanya bisa menahan rasa konakku hingga pagi, walau sedikit rasa gelisah menghinggapi ragaku.

"Drrrttt...drrtttr..." hpku bergetar, pertanda alarm yang telah kusetel sejak semalam mengingatkanku bahwa hari telah pagi.

Aku segera beranjak dari tempat tidurku, menuju kamar mandi untuk mengambil air wudlu lantas menjalankan kewajibanku. Kulihat Mas Ferdi masih terbaring nyenyak di ranjangnya, terlihat lelah sekali sepertinya. Dilema buatku, hendak membangunkannya untuk menagih janjinya semalam atau membiarkannya sejenak menambah durasi istirahatnya.

Dari luar kamar kudengar sayup sayup suara anakku yang bungsu memanggil, tumben tumbenan jam segini dia telah terbangun. Akhirnya terpaksa kuurungkan niatku untuk meraih nikmat pagi ini.

Seperti biasa kulanjutkan rutinitas pagiku untuk memasak dan menyiapkan segala keperluan sekolah anakku. Tak lama Mas Ferdi pun terbangun dan mendekatiku selagi memasak.

"Kok ga bangunin Papa, Ma?" Tanya Mas Ferdi sembari menguap

"Ah..Papa aja tidur kayak kebo gitu, gimana mau dibangunin" jawabku sedikit kesal

"Yah.*** jadi donk klo gitu. Udah jam segini, ntar Papa terlambat lagi" jawabnya tanpa merasa bersalah

Namun tak kuhiraukan ucapan terakhirnya tersebut, dan aku memilih fokus menumis bumbu nasi gorengku.

Setengah jam kemudian, sarapan pun telah siap kusajikan. Mas Ferdi masih bersiap mengenakan pakaiannya setelah selesai mandi. Anak anak pun mulai bersiap untuk mandi dan berangkat sekolah.

Beginilah rutinitas keseharianku, aku baru bisa bersantai sejenak setelah selesai mengantarkan anak anakku sekolah.

Kulihat jam di dinding ruang tamu sudah berada di angka 8 saat aku pulang dari sekolah. Tak kulihat keberadaan Bapak Mertuaku saat ini. Bahkan sarapan yang telah kusiapkan untuknya pun belum disentuh sama sekali. Tadi pagi dia memang berpamitan kepada Mas Ferdi untuk berjalan jalan sekedar mencari keringat. Mungkin belum pulang, pikirku.

Setelah merapikan kamar, Aku pun memutuskan untuk mandi sebelum melanjutkan kegiatanku untuk membereskan rumah.

Gemericik air shower mulai membasahi seluruh tubuhku, tak terkecuali sedikitpun. Dan birahiku seketika muncul kembali, disaat secara tak sengaja kubasuhkan buih buih sabun di kedua payudara serta vaginaku, terlebih saat basuhan tanganku mengenai puting serta area sensitif di vaginaku.

"Mmmhhh..." tanpa kusadari aku mendesah kecil sembari meremas pelan kedua payudaraku. Dan lagi lagi tanpa sadar aku berulangkali menggosok gosok vaginaku dengan buihan sabun mandi, menimbulkan sensasi geli serta membuat tubuhku serasa bergetar.

Namun tetap saja kenikmatan menggantung yang hanya bisa kuraih. Rasanya aku ingin menelpon Mas Ferdi untuk pulang serta memuaskan birahiku saat ini. Mungkin sekitar 20 menit waktu yang kuhabiskan di kamar mandi. Dan saat aku hendak meraih handuk yang kuletakkan di gantungan pintu...

"Aduuuhhh..." tanpa sengaja aku malah menjatuhkan pakaianku yang tergantung di sebelah handuk yang hendak kuraih.

"Ya ampun..basah semua" gerutuku dalam hati.

"Masa aku mesti keluar pake handuk aja" pikirku sedikit cemas.

Tapi mau bagaimana lagi, tidak mungkin aku mengenakan pakaian yang telah basah ini.

"Semoga Bapak belum pulang" harapku was was

Akhirnya aku bergegas keluar dari kamar mandi walau hanya mengenakan handuk yang menutup sebagian tubuhku.

Dengan sedikit berhati hati aku berjalan mengendap keluar, sambil mengamati keadaan sekitar.

"Hufffttt...aman" pikirku saat mendapati suasana ruang tamu yang sepi.

Buru buru aku menuju ke kamar setelah melewati perbatasan ruang tamu dan dapur. Begitu memasuki kamar, langsung segera kukunci pintu dan menyalakan lampu untuk menerangi ruang kamar yang minim cahaya walau pagi sekalipun.

"Hwaaaaaa....." teriakku saat terkejut mendapati seseorang yang seketika itu juga membekap mulutku.

"Sssttttt...diam" sahut orang itu sambil memelototkan matanya.

"Ba..pak..ngapain disini?" Tanyaku terbata saat mulutku dilepaskan dari dekapan tangannya.

"Hehe..menurut kamu?" Tanyanya balik dengan mimik senyum setengah licik.

"Neng mau ganti baju Pak. Bapak keluar dulu ya?" Pintaku cemas.

"Kamu pikir aku mau melewatkan pemandangan indah seperti ini?" Jawabnya dengan ekspresi wajah mesum

"Lepas handuknya" pinta Bapak
"Ehh..jangan Pak" jawabku memelas

"Hmmm..kalau gitu biar aku saja yang lepasin" kata Bapak yang semakin mendekat ke arahku.

Dan aku benar benar dibuat tidak memiliki pilihan saat ini. Berteriak adalah sesuatu yang tidak mungkin kulakukan, mengingat kejadian mesum yang telah dilakukannya kepadaku selama ini.

"Ini hari terakhirku disini..jadi Layani aku semaksimal mungkin kali ini" kata Bapak sambil menyentuh pundakku yang tak tertutup.

Aku hanya bisa berdiri mematung

"Sudahlah..aku tahu kamu menginginkannya sejak semalam, namun Ferdi tidak menggubrisnya kan?" Ujarnya lagi sambil mengusap usap punggungku, membuat tubuhku serasa merinding tak karuan.

"Emang aku ga tau apa yang kamu lakukan tadi di kamar mandi?" Tambahnya sambil tersenyum puas menghakimiku

"Ehh..Neng tadi.." jawabku terbata karena Bapak seolah mengetahui birahiku yang tak tersalurkan.

"Sudahlah..kamu nurut aja. Bapak akan puaskan kamu sekarang hehe" kata Bapak memotong perkataanku.

Bapak lalu meraih ujung handuk yang berada tepat di dadaku, lalu melepaskan kaitan ujung handuk tersebut. Perlahan kurasakan kain berbulu tebal tersebut mulai terlepas dari tubuhku.

"Wow.." kata yang keluar dari mulutnya saat menyaksikan tubuhku yang benar benar sudah polos di hadapannya.

Matanya terlihat berbinar dan terpukau memandang kedua payudaraku yang montok ini.

Kedua tangannya lantas diletakkan tertangkup di kedua payudaraku serta mulai meremasnya pelan.

"Emmmhhh..." desahku yang sengaja sedikit kutahan

"Lepasin aja neng, ga usah pake malu lagi" kata Bapak yang lagi lagi tahu dengan apa yang kurasakan.

Dia lalu menciumi leher serta pundakku, membuatku bertambah geli.

"Mmmhhhh...wangi" ujar Bapak setiap kali menciumi bagian tubuhku yang wangi sabun mandi.

Seolah tidak ingin kehilangan waktu sedetik pun, dia mulai melucuti celana kolor serta CDnya sambil tetap mencium tubuhku.

Tiba tiba saja tubuhku dihempaskan perlahan ke tembok, kedua tanganku diangkatnya keatas. Ketiakku diciumi lantas dijilatinya secara bergantian. Aku merasakan geli yang tak tertahan kali ini dan rasanya ingin berteriak, namun sebisa mungkin kutahan.

Akhirnya payudaraku pun menjadi korban kenafsuannya. Kedua payudaraku diremasnya sedikit kencang, hingga payudara serta kedua putingku semakin condong ke depan.

"Sluurrppp...sluurrpppp..." kedua putingku silih berganti dijilat serta dihisapnya dengan rakus. Disela sela keagresifannya terhadap payudaraku yang montok ini, dia lalu meraih tanganku dan mengarahkan ke penisnya yang sudah tegang menjulang.

Tanpa dikomando, aku langsung mengerti keinginannya kali ini. Kugenggam batangnya kemudian kukocok pelan untuk merangsang saraf saraf yang berada di sekeliling kulit penisnya.

Seketika itu juga ekpresi wajah Bapak berubah. Matanya terpejam seperti mendapatkan kenikmatan di tubuhnya.

Aku benar benar pasrah kali ini, saat jari jemarinya mulai merambah area kewanitaanku. Sudah kepalang tanggung, pikirku, mending sekalian saja kulepaskan birahiku yang tertahan sejak semalam.

"Aaahhh..." desahku tanpa malu malu lagi saat jari jari nakalnya mulai menggesek permukaan vaginaku, tepatnya dibagian klitoris.

Badanku terasa semakin gelisah tak karuan, saat kedua area sensitifku diserang secara bersamaan. Kedua payudaraku menjadi mainan mulut serta tangan kirinya, sembari tangan kanannya bermain main di vagina yang kian basah dibuatnya.

"Aawww...satu jari aja pak" protesku saat dia mulai mencoba menusukkan kedua jarinya kedalam liang vaginaku.

"Tahan ya neng, ntar juga ga sakit lagi" jelas Bapak.

Rasanya antara geli, perih dan melayang saat itu kalau bisa kugambarkan. Namun lama lama aku mulai terbiasa dengan kocokan kedua jarinya. Hingga lama lama vaginaku terasa berkedut dan hendak mengeluarkan sesuatu.

"Pak..udah..neng mau pipis.*** tahan rasanya" jelasku

Namun Bapak tidak menggubrisku, malah dia semakin mempercepat gerakan tangannya sambil menjilat klitorisku.

"Pak..neng pipis..mau keluar..." teriakku

"Aahhhh....aahhhh" lenguh panjangku diiringi dengan semburan air dari vaginaku.

"Serrr...serrr ..." ntah berapa kali air pipis yang kusemburkan mengenai sebagian wajahnya, yang herannya malah membuat dia tertawa puas.

"Ehh..maaf ya Pak" kataku tidak enak hati.

"Gpp neng..itu namanya squirt. Ga semua wanita bisa squirt kayak gitu" jelas Bapak sambil bangkit kembali dari posisi jongkoknya.

Tanpa aba aba, dia kemudian menyuruhku untuk jongkok dihadapannya dengan cara menekan pundakku ke bawah.

Badanku yang terasa lemas seakan mau rubuh pun, akhirnya terduduk dihadapan penisnya yang sedikit lemas kembali. Baru saja aku hendak mengambil nafas, Bapak sudah menyodorkan penisnya ke mulutku.

"Gantian kamu puasin aku sekarang" pintanya.

"Leebbhhh..." saat penisnya mulai kuemut kedalam mulutku.

Kepalaku sedikit ditariknya, agar penisnya bisa masuk ke rongga mulutku lebih dalam.

"Plopphhh...hah..hah..hah" saat kulepaskan penisnya dari mulutku untuk mengambil nafas sejenak.



Seperti tak sabar, bapak kembali menyodorkan penisnya ke mulutku. Namun sebelumnya dia mengusap usapkan penisnya di wajahku. Akhirnya kulanjutkan mengoral penisnya berulang ulang, sambil memperhatikan ekspresi wajahnya yang sedikit memerah sambil memejamkan matanya.

"Ahh..udah Neng..takut keburu keluar" kata Bapak

Dia pun menarik tanganku untuk berdiri kemudian menggiringku ke tempat tidur. Aku sudah seperti lembu yang dicocok hidungnya, pasrah menuruti kemauannya. Bapak menyuruhku berbaring telentang, serta membuka kedua kakiku lebar lebar. Kepalanya pun mendekat ke arah vaginaku, serta merta meniup permukaan vaginaku membuat aku merinding kegelian.

Kembali dia menjilat klitorisku lalu turun ke liang vagina, dan dia lakukan berulang ulang. Tanganku kemudian ditariknya lalu mengarahkan ke vaginaku seperti memintaku untuk memainkannya sendiri alias bermasturbasi.

"Aahhh...aahhh..." desahku yang tanpa kusadari aku telah menjadi binal dibuatnya.

"Pak..Neng malu kalo diliatin gitu" ujarku saat dia memperhatikanku bermasturbasi di hadapannya.

"Hahaha..gpp neng. Kamu tambah seksi klo posisi kayak gini" ujarnya seolah memujiku

Tak lama, dia lalu bangkit dari tempat tidur dan hendak mencari sesuatu di kantong celananya. Ternyata sebuah ponsel yang kemudian dia utak atik seolah sedang mencari aplikasi tertentu.

Namun aku menjadi curiga saat dia mulai mengarahkan handphonenya kearahku.

"Pak..jangan direkam.." pintaku setengah berteriak.

"Hehe udah gpp buat kenang2an Bapak klo kangen liat tubuhmu" jawabnya santai sambil terus merekam

"Jangan Pak.." elakku sambil menutup wajahku sebisanya.

Namun kali ini dia malah mengekspos vaginaku yang terpampang bebas dan terbuka lebar. Sambil memegang handphone, dia kemudian kembali menjilati vaginaku dan merekamnya.



"Aahhh...aahhh..." desahku kegelian. Walau wajahku sebisa mungkin kujaga, namun aku lupa kalau suaraku masuk ke dalam rekaman tersebut.

Yang terpikir di benakku bagaimana agar wajahku jangan sampai terekam dalam videonya, walau rasa was was tentunya ada mengingat bagian tubuhku didokumentasikan setiap lekukannya, tak terkecuali payudaraku yang kini diabadikan dalam bentuk momen saat dia menghisap sambil meremas payudaraku.

Pun begitu halnya saat prosesi dia mulai menggesek gesekkan penisnya di permukaan vaginaku kemudian menghujamkan seluruh batangnya perlahan hingga tenggelam seluruhnya.

"Jlebh...plok..plok..plok..." suara kelamin kami yang beradu mulai dari tempo pelan hingga semakin cepat.

"Aahhh...aahhh..." lenguhku saat berulang kali vaginaku mendapat hujaman penisnya hingga ujung.

Tubuhku berguncang, terlebih payudaraku yang bergoyang kesana kemari, menjadi momen terindah yang terekam di handphonenya.

Tak lama dia menyuruhku untuk berbalik badan dan mengambil posisi menungging. Aku yang sedang mengambil posisi kaki yang pas, tanpa mendapat aba aba langsung mendapat hujaman tiba tiba.

"Aww...aahh...ahhh...aahhhh" pekikku pelan dan kemudian mendesah saat kembali dia memompa vaginaku.

Dengan posisi seperti ini, rasanya vaginaku terasa lebih sempit dan terhujam lebih dalam lagi, sehingga rasa nyeri bercampur geli nikmat tak terelakkan.

Lima menit kemudian....
"Hahh..hahh..hahhh.***ntian neng" pinta Bapak untuk berganti posisi.

Kami pun bertukar posisi, sehingga kini aku berada diatas tubuhnya. Aku yang sudah dilanda birahi tinggi, sudah tak sungkan lagi untuk bergoyang atau mengarahkan penisnya ke vaginaku yang terasa gatal seperti tidak ingin berhenti untuk disodok, seperti yang kulakukan saat ini.

"Blesshhhh..." saat tubuhku perlahan kuturunkan sehingga penisnya terbenam seluruhnya.

"Goyang Neng" pintanya sambil mengarahkan handphonenya ke arah tubuhku.

Gerakan seperti menunggang kuda ini membuat tubuhku bergerak liar naik turun dan tentu saja mempertontonkan payudaraku yang kembali bergerak brutal tak tentu arah. Sungguh pemandangan indah buat kaum pria saat melihat keindahan tubuh pasangannya saat posisi WOT seperti ini.

"Aahhh...ahhh...aahhh..." entah ini desahanku yang keberapa kali keluar dari mulutku, bersamaan dengan cairan yang hendak keluar dari vaginaku saat ini.

Seolah akal sehatku benar benar hilang kali ini, aku sudah tidak memikirkan lagi pria yang saat ini sedang terbaring, dimana vaginaku tertanam dan tubuhku menari liar diatas penisnya. Tak terpikir lagi perasaan tabu dan malu, hasrat birahi benar benar mengalahkan akal sehatku.

Entah kali keberapa kuraih orgasmeku, dalam durasi kurang lebih selama 10 menit aku menunggangi tubuhnya.

"Neng..mau keluar.." kata Bapak yang membuatku terjaga dari birahiku.

"Jangan di dalam pak..." sergahku sedikit khawatir.

"Ya udah di mulut...buruaannn!!!" kata Bapak sedikit panik

Tanpa banyak pikir aku langsung terbangun dari posisiku dan langsung segera meraih penisnya lantas mengulumnya.

"Croottt...crooottt..crooottt" semburan sperma yang kini telah memenuhi rongga mulutku.

Kepalaku ditahan oleh tangannya hingga seluruh spermanya tertampung di mulutku.

"Emh..." suara yang bisa kukeluarkan saat itu.

"Telan.." pinta Bapak sedikit melotot

Dan dengan bodohnya kuikuti juga perintahnya saat itu juga.

Tiba tiba saja ekspresinya berubah menjadi tertawa puas saat aku menuruti menelan seluruh spermanya, membuatku merasa kesal. Dan lebih kesalnya lagi dia merekam ekspresi wajahku yang terlihat geli saat menelan spermanya. Buru buru langsung kututup wajahku saat menyadari hal tersebut.

"Pak..tolong dihapus video tadi. Bahaya kalo sampe tersebar" pintaku

"Udah tenang aja, aku bakal simpan dengan hati2 kok. Dan cuma buat kenang2an kalo aku sedang merindukan tubuhmu" ujarnya berusaha meyakinkan sambil mematikan kamera handphonenya.

"Aku malu Pak dan merasa bersalah sama Mas Ferdi" ujarku dan tanpa terasa buliran air mata telah membasahi pipiku.

"Udah jangan dipikir..semua toh sudah terjadi" jawabnya berusaha menenangkan.

"Tapi Bapak kan mertuaku, Bapaknya suamiku" ujarku lagi tanpa mampu memandang wajahnya.

"Sudahlah jangan merasa bersalah gitu. Kita kan hanya sama2 menyalurkan hasrat semata, bukan saling jatuh cinta" jawabnya seolah tidak bersalah.

"Dan kuberi tahu 1 rahasia, Ferdi itu bukan anak kandungku" jawabnya sambil matanya berkaca kaca.

"Hah..maksud Bapak?" Tanyaku seperti tidak percaya

"Kamu janji ya ini rahasia kita berdua. Jadi dulu aku menikahi ibunya Ferdi saat dia sedang mengandung. Ayah biologisnya tidak mau bertanggungjawab saat itu. Sehingga aku yang memang jatuh cinta sedari awal dengan Nani, merelakan diri untuk menikahinya. Kebetulan aku kakak kelasnya Nani sejak SMA maupun kuliah dulu. Namun seiring berjalannya waktu, pertengkaran dalam rumah tangga selalu saja terjadi, dan aku sempat menikah siri dengan seorang wanita lain sebagai pelarianku. Bahkan aku sampai memiliki 2 anak dari pernikahan siriku tersebut.

"Terus sekarang istri muda sama anak2 Bapak dimana?" Tanyaku penasaran.

"Setelah sekian tahun aku berkhianat di belakangnya, akhirnya Nani mengetahui perselingkuhanku, dan terpaksa aku harus meninggalkan mereka bertiga agar Nani mau menerimaku kembali. Karena saat itu, karierku berantakan karena ditipu oleh anak buahku sendiri, mau ga mau aku bergantung secara ekonomi kepada Nani yang selama ini menjadi tulang punggung keluarga kami" jelasnya panjang lebar.

"Yang kutahu mereka sekarang tinggal disini, makanya maksudku kemari hendak memastikan keberadaan mereka" lanjutnya

"Emang umur mereka sekarang kira2 berapa Pak?" Tanyaku kembali

"Yang besar, cewek sekitar 28 tahun dan yang cowok kalo ga salah mungkin 25an" jawabnya

Dan akhirnya Bapak pun bercerita panjang lebar mengenai masa lalunya, sehingga membuatku sedikit melupakan kesedihanku.

Setelah mendengar kisah kelamnya selama ini, tak terasa sudah jam 10 lewat saat ini. Aku pun pamit untuk mandi dari hadapannya. Dan saat aku hendak menutup pintu kamar mandi, tiba tiba dia berusaha menahan pintu tersebut. Dia beralasan hendak mandi bareng bersamaku, dan tentu saja ujung ujungnya aku kembali dieksekusi di dalam kamar mandi dengan posisi berdiri.

Keesokan paginya, setelah selesai sarapan Bapak pun berpamitan kepada kami berempat. Kebetulan Mas Ferdi tidak bisa mengantarkannya ke Bandara karena ada kesibukan kantor yang tidak dapat ditinggalkan. Akhirnya taksi online pun menjadi solusinya.

Sekitar 10 menit menunggu, akhirnya kendaraan tersebut akhirnya tiba. Mas Ferdi pun membantu memasukkan barang sembari membayar tarif sesuai aplikasi kepada sang driver. Bapak pun lantas segera memasuki mobil diantar kedua anakku, sedangkan aku hanya memandang dari teras rumah.

Mobil pun berlalu meninggalkan rumah kami.

"Kok kayak pernah liat mobil itu ya?" Bathinku dalam hati.


*bersambung
 
Terakhir diubah:
Wah ada kelanjutannya. Mantap suhu. Memang susah suhu berfantasy itu. Sampai sekarang pun ane kagak jadi2 terus
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd