Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Lika Liku Lilis

Status
Please reply by conversation.
Tolong mulustrasinya ditambah per update, jangan di depan aja
 
Hari libur, merupakan hari yang ditunggu tunggu setiap orang, entah anak sekolahan, mahasiswa maupun para pekerja. Pagi ini, tepatnya hari Sabtu sekitar jam 9an, seperti biasa anak anakku sudah hilang dari rumah. Yang sulung hobinya maen ke rumah temannya, sedangkan yang bungsu berkeliling dengan sepeda bmx kesayangannya. Aku yang baru saja bangun tidur, mendapati rumah dalam keadaan sunyi. Kulihat di meja makan, sepiring porsi sarapan sudah disiapkan oleh istriku. Entah kemana si pembuat sarapan ini, mungkin sedang berbelanja ke pasar, pikirku. Segera saja kusantap sepiring mie goreng kesukaanku itu. Kuakui, istriku memang pandai memasak, namun sangat jarang aku memujinya secara terus terang. Bahkan, hanya dengan sebungkus Mie Instan saja bisa dia racik sedemikian rupa menjadi mie goreng terlezat yang pernah kurasakan. Mungkin karena terlahir di Sumatera, sehingga kesehariannya terbiasa dengan olahan masakan khas Sumatera yang berani bumbu dengan citarasa gurih, asam dan pedas. Hal itu tentu saja menambah keahliannya dalam meracik setiap masakan yang dibuatnya.

Selesai sarapan, lantas aku menuju ke teras rumah dengan membawa secangkir kopi susu yang juga telah disiapkan istriku. Kunyalakan sebatang rokok, lalu kuseruput kopi susu hangat ini..aaaahhh nikmatnya momen seperti ini.

Kupandangi sekeliling rumah tetangga, mengamati segala aktivitas yang mereka lakukan sambil menikmati kicauan burung tetangga sebelah rumah. Tak lama istriku pun datang dengan sepeda motor maticnya berwarna hitam dengan kombinasi sticker berwarna jingga. Kulihat di motornya penuh dengan belanjaan.

"Habis dari pasar ya ma?"
"Iya pa, kalo kesiangan ntar pada habis ikan segarnya"

"Ada patin ga?"
"Ga nemu si tadi, akhirnya beli gurame aja, ntar mama buat asam manis"

"Anak anak lagi pada main ya pa?"
"Heeh, papa bangun dah pada ga ada dirumah" sahutku sambil asik bermain HP

Istriku pun masuk ke dalam rumah sambil menenteng belanjaannya.

Sepuluh menit kemudian, aku menyusul masuk ke dalam rumah. Kulihat belanjaan tadi tergeletak di dapur dan belum dikemas istriku. Kucari cari kemana gerangan istriku berada, dan dalam hening tersebut terdengar gemericik air yang sepertinya berasal dari kamar mandi. Aku yang penasaran, segera menuju kesana yang letaknya di pojok belakang rumah. Dan benar saja, tanpa sepengetahuannya kudapati istriku sedang mandi dalam guyuran air shower. Salah satu kebiasaannya yang tidak berubah sedari dulu, bila dirumah sedang dalam keadaan sepi atau tidak ada orang, dia tidak pernah menutup pintu kamar mandi selagi mandi atau hanya mengenakan balutan handuk saja saat keluar kamar mandi menuju kamarnya.

Sedikit flashback

Pernah sewaktu pacaran dulu, saat aku bertandang ke rumahnya, waktu itu sekitar jam 10an pagi. Rumahnya termasuk besar dengan luas bangunan sekitar 150 m2, belum lagi halaman rumahnya yang luas dan berjarak dengan rumah tetangga sekitarnya. Kuketuk pintu, namun tak ada yang membukakan pintu atau menyahut. Sepertinya rumah dalam keadaan sepi, namun kupastikan Lilis ada di rumah karena malam sebelumnya sudah kukabarkan akan berkunjung kesana hari ini, karena kebetulan aku ada tugas lapangan yang searah dengan lokasi rumahnya. Karena tak juga mendapat sahutan dari pemilik rumah, akupun mencoba masuk dari pintu belakang samping rumahnya. Benar saja, pintu tidak dalam keadaan terkunci. Sepertinya orangtuanya sedang pergi, karena tidak kudapati sepeda motornya. Begitu pula dengan adiknya yang mestinya sedang berkuliah.

Akupun tak ragu untuk masuk kedalam, karena aku juga sudah mengenal keluarganya dengan sangat baik dan dekat. Kudengar suara guyuran air di kamar mandi, dan kuyakini pasti itu Lilis. Sengaja aku diam saja, supaya dia terkejut saat melihatku sudah berada di dalam rumah. Aku pun menuju ke ruang tamu yang letaknya di depan rumah bersebelahan dengan kamar tidurnya. Lima menit kemudian, benar saja kudengar pintu kamar mandi sudah terbuka. Lilis yang hanya mengenakan balutan handuk dengan rambut sedikit basah dan berantakan hendak menuju ke kamarnya. Namun saat beberapa langkah menjelang sampai ke kamarnya, akhirnya sengaja kukejutkan dari posisiku di ruang tamu

"Jam segini baru mandi neng?" godaku sambil tersenyum
"Eh Aa ngagetin aja..kok ga kedengeran datengnya? Dah daritadi ya?" sahutnya sambil memegangi handuk di dadanya

"Habis daritadi diketok ketok pintunya ga ada yang bukain si, jadi aja aa masuk dari belakang" alasanku
"Oh iya, bapak ibu lagi pada pergi soalnya" jawabnya

"Emang pergi kemana neng?" tanyaku sambil berdiri dan mulai mendekat
"Ada acara ulang tahun kantornya bapak di kota, jadi ibu juga diajak" jawabnya sedikit merinding melihatku mulai mendekatinya.

"Owh..udah daritadi ya neng perginya?" tanyaku memastikan
"Udah a, paling 30 menit lagi juga dah pulang"
"Neng ganti baju sebentar ya a" katanya

Aku yang sudah bernafsu sejak melihatnya hanya berbalut handuk dan kini nampak bulir bulir air yang mulai menetes dari rambut ke sekitaran pundak dan sela payudaranya. Aku segera berusaha menahannya untuk berganti baju di kamar.

Sambil memegang pundaknya, akupun menyibak rambutnya yang sedikit menutupi wajahnya.

"Ga usah pake baju malah lebih cantik deh neng" godaku. Namun, dia tak menjawab, dan sedikit menundukkan kepala menahan malu karena kupandangi belahan payudaranya.

Lantas kutarik sedikit kepalanya dengan kedua tanganku supaya mendekat lalu kucium bibirnya. Tanganku yang gatal sedari tadi, mulai meremas remas payudaranya. Lalu kuberi ciuman tipis di telinganya dengan sedikit jilatan di lubang telinganya. Kemudian kususuri leher samping dengan sedikit sentuhan bibir dan sedikit nafasku untuk membangkitkan birahinya.

Lilis nampak mulai terangsang, terlihat dari ekspresi wajahnya yang mulai terlihat sayu di kedua bola matanya. Pelan pelan mulai kupelorotkan handuk yang menutup payudaranya.

"Ah..jangan a..ntar diliat orang yang lewat" sergahnya sambil sedikit mendesah namun berusaha menahan handuknya yang hendak kusingkap.

Rumah Lilis yang berada di area perkampungan, terkadang memang suka dilewati tetangga sekitar sebagai jalan pintas. Ditambah lagi, bagian samping rumahnya, menggunakan kaca dan jendela nako supaya bisa mendapatkan pencahayaan dari luar dan sebagai sirkulasi udara. Sehingga samar samar bisa saja orang melihatnya dari luar.

Nafsuku yang sudah diubun ubun, tak mempedulikan penolakannya. Payudaranya yang sudah terpampang jelas, langsung kuterkam dengan jari jemariku. Sambil kuciumi bibirnya, kutarik tubuhnya dan mengarahkannya menuju kamar lantas kududukkan di kasur. Kuturunkan ciumanku ke leher lantas ke payudaranya. Kuhisap salah satu putingnya sambil meremas payudara sebelahnya. Lilis yang tampak pasrah dengan serangan seranganku, kini tidak bisa berdalih apa apa.

"Buruan a, keburu bapak ibu datang" tawarnya kali ini.

Ya semenjak aku memerawaninya kala itu, tidak serta merta membuatnya menjadi ketagihan seks. Dia sebatas memuaskan nafsuku saja sebenarnya, namun tetap berusaha untuk tidak melakukannya sebelum kami benar benar resmi menikah.

Kini tubuhnya benar benar sudah polos saat kulepaskan handuk sepenuhnya dari tubuhnya. Kurebahkan ia perlahan, dan mulai kujilati perut hingga turun ke area kewanitaannya. Kujilati pepeknya yang masih harum dengan aroma sabun mandi, sehingga menambah naik libidoku. Lilis yang dalam posisi telentang, hanya bisa pasrah menikmati tusukan tusukan jariku yang kini telah bersemayam di lubang pepeknya. Sesekali kuselingi dengan mengocok serta menjilati klitorisnya, yang serta merta memberi efek kejut di tubuhnya hingga bergetar. Kuperhatikan sedikit nampak kekhawatiran tersirat di wajahnya bila sewaktu waktu kedua orangtuanya pulang.

Aku yang sadar dengan keterbatasan waktu segera menarik tubuhnya hingga terduduk kembali.

"Isep neng" pintaku sembari menyodorkan kontolku yang sudah mengacung.
Lilis yang tampak mengerti dengan kemauanku mulai memasukkan kontolku ke dalam mulutnya. Dihisapnya secara perlahan dan telaten dari ujung hingga pangkal kontolku.

Kuhayati dengan seksama kenikmatan rangsangan oral mulutnya sambil kuremas remas kedua payudaranya yang masih kencang sambil sesekali kumainkan putingnya dengan jari.

Setelah kurasa cukup, lantas kubaringkan lagi tubuhnya dan kumulai bersiap dengan mengarahkan kontolku di depan lubang pepeknya yang lumayan banyak ditumbuhi bulu. Sleebbhhhh..kuterobos pepeknya dengan ujung kepala kontolku yang besar menyerupai jamur ,lantas secara perlahan mulai kugerakkan maju dan mundur dengan teratur. Sekitar 5 menit berselang, naas bagiku. Dikala kami sedang asik asiknya menuju puncak birahi, terdengar sayup sayup suara motor hendak menuju rumah dari kejauhan.

"A..kayak suara motor bapak, gimana ni?" Lilis nampak mulai cemas.
"Udah tenang aja, aa keluarin sekarang ya" aku mencoba menenangkan.
"Iya udah buruan a dikeluarin"

Aku yang juga sedikit cemas, lantas mempercepat tempo penetrasiku. Dan benar saja, ternyata itu motor bapaknya Lilis, sepintas kulihat dari jendela kamar melintas menuju halaman samping rumah. Untung saja, sudah kurasakan sperma ini sudah berada di ujung kontolku. Dengan sekali dua kali hentakan, buru buru kucabut dari liang vagina Lilis dan kusemprotkan di perutnya.

Aku yang sedari tadi menggaulinya dengan masih berpakaian lengkap, buru buru memasukkan kontolku kembali dalam kondisi masih belepotan sperma ke dalam celana. Segera aku keluar dari kamar tersebut, dan kembali duduk di ruang tamu, seolah olah tidak terjadi apa apa sebelumnya. Sedangkan Lilis masih di kamar untuk berpakaian dan merapikan sprei bekas pergumulan kami tadi.

"Eh..ada aa ya?" terdengar suara ibu Lilis dari arah dapur belakang hendak menuju ke ruang tamu.
"Iya bu, kebetulan tadi ada tugas ke lapangan dekat dekat sini, makanya mampir" jawabku sambil menyeka sisa sisa keringat

"Udah lama sampainya A?" tanya ibunya
"Baru aja kok bu" jawabku berbohong

"Neng mana A, kok ga dibuatin minum?" tanya ibunya sambil berjalan membuka pintu depan rumah.

Degh..aku baru kepikir..daritadi memang pintu depan tidak kubuka, karena memang niat menggauli anaknya. Daripada tiba tiba ada yang masuk ke rumah selagi kita lagi asik bergumul. Semoga saja ibunya tidak curiga pikirku lagi. Dan untung saja ibunya tidak curiga dan bertanya lebih lanjut saat itu.

Tak lama kemudian akupun berpamitan untuk kembali ke kantor, namun sebelumnya aku sempatkan mampir ke tempat tinggalku untuk bebersih dan mandi, karena kebetulan masih jam istirahat kantor.


Setelah kejadian itu dan tahu akan kebiasaannya , hingga kini setelah berumahtangga pun aku selalu mewanti wantinya agar selalu menutup pintu kamar mandi saat mandi dan mengenakan pakaian setelahnya. Walau terkadang, Lilis masih saja ceroboh dan tidak mentaati nasehatku. Terkadang aku suka kesal dibuatnya, bukan apa apa, khawatir saja bila tiba tiba dilihat anakku yang cowok atau ada orang tak diundang masuk ke dalam rumah dan mendapati istriku sedang tidak berbusana di kamar mandi yang terbuka atau hanya sebatas mengenakan handuk.

Namun, sesungguhnya hal hal yang kukhawatirkan tersebut kadangkala malah membangun imajinasi dan fantasi liarku, misal nya saja sampai terjadi tubuh istriku dinikmati orang lain, karena kecerobohannya tersebut.

Kadang bayangan akan hal tersebut suka menjadi bahan coliku saat onani, kuambil contoh seperti ini..

"Suatu hari Satpam komplek yang datang ke rumah dengan maksud mengantar undangan mendapati pintu rumah sedikit terbuka, karena memang sengaja tidak dikunci saat anak anak sedang bermain di luar rumah. Pak Satpam yang sedari tadi memanggil orang rumah, namun tidak ada yang menyahut, dengan keberaniannya yang tanpa izin nekat memasuki rumah dan mendapati istriku yang sedang mandi.

Seperti yang kualami saat ini, aku yang sedari tadi bernafsu melihat istriku sedang mandi segera menanggalkan seluruh pakaian di tubuhku dan tiba tiba saja aku masuk dan memeluknya dari belakang dan tepat meletakkan kedua tanganku di kedua payudaranya yang lumayan besar namun kini sedikit turun alias ngondoy.

"Hwaaaaaaaaa..." teriak istriku terkejut
"Papa ni ngagetin aja si" omel istriku yang kini posisinya sudah berbalik menghadapku.

"Lagian pintunya ga ditutup" jawabku enteng sambil memainkan payudaranya yang tampak licin dan mengkilat penuh dengan buih sabun.

"Kan ga ada orang juga, anak anak lagi main!!!" sahutnya beralasan

"Nah misal yang masuk orang lain, terus melakukan ini ke mama, gimana?" sambil kuremas remas payudaranya dan menggosok permukaaan vaginanya dengan sabun cair.

"Aaahhh..Ya ga mungkin juga kali ada yang nekat masuk" jawab istriku yakin sambil sedikit mendesah.

Sleebhhhh..kumasukkan jariku ke dalam vaginanya dengan posisi sama sama berdiri.

"Awwww..sakit tau pa, pelan pelan" protesnya

Tak kuhiraukan protesnya, lalu kutarik tangannya supaya menggenggam kontolku.

Kini kami saling mengoral alat vital masing masing. Aku terus mengocok ngocok pepeknya dengan jariku sambil menghisap puting susunya yang sudah kubersihkan dari buih sabun. Lilis yang terangsang hebat, sedikit tidak fokus dengan kocokannya di kontolku. Terkadang hanya digenggam erat saat aku pas mengenai titik rangsang di vaginanya, sambil sesekali sekedar menarik narik kontolku yang licin penuh dengan sabun.

Lilis tak sungkan melenguh kencang seperti kesurupan saat mencapai orgasmenya walau hanya menggunakan kocokan jariku. Beruntungnya letak posisi kamar mandi berada di belakang yang berbatasan dengan rumah kosong yang tidak dihuni pemiliknya, namun entah dengan tetangga sebelah kanan dan kiri rumah entah mendengarnya atau tidak, karena kami tinggal di komplek perumahan, dimana letak antar rumah saling berdempetan.

Aku yang tidak peduli dengan kondisi tersebut, semakin bersemangat mengencangkan kocokanku bahkan menambahkan 1 jariku lagi, hingga kini jari telunjuk dan jari tengahku keluar masuk kedalam pepek istriku. Sedangkan jari jempolku mengelitik klitorisnya.

Tak lama berselang, Lilis pun mendapati orgasme keduanya bahkan kali ini disertai dengan squirt dan lenguhan panjang.
"Aaaaahhhhhhh...paaaa....mama mau pipissss!!!" lenguhnya panjang sedikit berteriak.

Serrrrrr...Semburan air pipis keluar dari pepeknya berulangkali sampai membuat tubuhnya lemas dan bersandar di pelukanku. Aku yang merasa cukup, menyudahinya dan menarik keluar kedua jariku. Terlihat beberapa tetes sisa semburan air pipisnya membasahi telapak tanganku. Kubiarkan sejenak dia menarik nafas, lalu kudorong tubuhnya kebawah supaya berposisi jongkok. Kini giliran aku menuntaskan syahwatku. Kutarik tangannya agar melanjutkan mengocok kontolku yang masih tersisa sedikit buih sabun.

Lilis pun mengocok kontolku yang berada tepat di depan mulutnya, namun aku tidak memintanya mengoral dengan mulut karena penuh dengan buih sabun. Permukaan kontolku yang licin, memudahkannya mengocoknya dengan kencang sehingga aku tak bisa berlama lama menikmati momen enak ini, karena spermaku sudah tidak tahan untuk segera keluar.

Segera kuberitahu dia, agar bersiap menerima semprotan spermaku. "Maaa...papa mau keluarrrrr" bisikku sambil menanti detik detik orgasmeku.

Crooootttt...spermaku melesat keluar dari ujung penisku dan jatuh tepat di muka Lilis..beberapa kali kutembakkan spermaku ke mukanya hingga tetes terakhir. Wajah cantiknya kini penuh dengan cairan spermaku, beberapa tetes sperma mulai berjatuhan ke payudaranya. Sambil tetap memejamkan matanya, ia pun buru buru meraba raba posisi kran air untuk membersihkan wajahnya. Dan prosesi itu kami akhiri dengan mandi bersama, sebelum anak anak pulang ke rumah.

Bersambung...
 
Terakhir diubah:
Sudah ane apdet ya suhu..klo masih sepi komen juga, ane cukupkan aja dah..capek ngetik beginian sampe 4 jam 😂
 
Mohon diramaikan dengan komen ya suhu..beri masukan atau penilaiannya..biar ramai dan bikin ane semangat nulis hehe salim
 
"Mas..ahhh..udah mas...jangan..aahhh..ahhh.." rengek seorang wanita di sebelahku.
"Udah gpp, bentar aja..nikmatin aja ya sayang" bujukku sambil terus merogoh isi dalam CDnya

"Direbahin aja kursinya, biar relax" saranku

Ya..Wanita itu adalah Arin, TTMku..dalam kondisi baju dan BH nya yang sudah kusingkap sedari tadi, kini dia menuruti saranku, direbahkannya kursi penumpang yang dia duduki, dan kulihat dia mulai menikmati kobelan tanganku walau masih agak malu malu.

Kugesek area vaginanya mulai dari klitoris hingga ke liangnya, basaaaahhhh!!!

"Mas..udah ya..please.*** nyaman aku basah gini.." rengeknya karena CDnya telah basah dengan cairan vaginanya

Kuhisap lagi putingnya supaya mengalihkan perhatiannya..

Benar saja, dia semakin meronta kegelian karena ku eksplore dua titik sensitifnya secara intens.

Tiba tiba saja..shiiitttt!!! Seorang juru parkir melintas di depan mobilku, entah dia memperhatikan perbuatan mesum kami atau tidak. Dengan terpaksa kuhentikan perbuatan mesumku dengan Arin.

"Ih..kamu tambah nakal ya sekarang" kata Arin sambil membenahi bajunya yang berantakan sambil menegakkan sandaran kursi.

"Hihi..gpp atuh sayang..masak cuma gitu2 aja" candaku

"Iya tapi jadi ga nyaman ni, basah gini" protesnya
"Owh kentang ya..ya udah mau dilanjut lebih ga, hihihi" godaku

"Kayak iya aja bisa pulang malem malem" ledek Arin
"Bener ni?" tantangku kali ini

"Hehe enggak enggak..becanda" jawabnya
"Yuk turun.*** enak kelamaan dimobil daritadi" ajaknya

Kita pun segera turun dari mobil dan menuju ke dalam sebuah cafe langganan. Aku sangat menyukai salah satu minuman khas yang disajikan di cafe ini, namanya Magic Cubano.

Kini aku telah duduk bersebelahan di sebuah sofa yang disediakan bersama Arin, wanita yang kukenal beberapa bulan ini dari sebuah aplikasi pertemanan. Dia seorang janda muda, berusia sekitar 22 tahun. Dengannya, aku merasakan sensasi berpacaran layaknya masa masa SMA dulu.

Arin merebahkan kepalanya dibahuku, dan kupeluk pinggangnya agar dapat merapatkan tubuhnya. Kami bercengkerama layaknya sepasang kekasih yang sedang berpacaran.

Dan bukan kali ini saja kami menghabiskan waktu bersama, sebelumnya tanpa sepengetahuan istriku, kubawa dia pergi dan menginap di Bandung selama beberapa hari. Aku beralasan bertemu klien untuk urusan kerjaan, dan untungnya Lilis percaya.

Beberapa jam kami menikmati suasana cafe tersebut. Terkadang kuselingi dengan kecupan di tangan dan kepala. Beberapa pandangan tampak tertuju kepada kami dari pengunjung maupun pelayan disitu, namun tak kuhiraukan. Dunia sudah layaknya seperti hanya milik kami berdua, saking asiknya kami melepas rindu.

Singkat cerita, kami pun harus berpisah mengingat waktu sudah menunjukkan jam 9 lewat. Setelah aku mengantarnya pulang, kulanjutkan perjalanan menuju ke rumah.

Sejam berselang, tibalah aku di kediamanku yang terletak di pinggiran ibukota. Kusapa Lilis yang sedang menungguku sambil menonton Liga Dangdut di sebuah stasiun televisi nasional.

"Assalamualaikum" sapaku saat memasuki rumah
"Waalaikum Salam" jawab istriku tanpa mengalihkan tatapannya dari layar televisi.

"Anak anak dah tidur ya ma?"
"Udah pa, kecapekan maen sore tadi. Papa capek ga?" tanya Lilis sambil senyum senyum penuh arti.
"Lumayan si ma, capek karena macet aja tadi di jalan" jawabku yang mengerti kode tersebut.

Namun tak kuhiraukan sambil berlalu menuju kamar dan bersiap mandi. Saat aku hendak memasuki kamar mandi yang kebetulan bisa diakses dari kamar, kulihat Lilis mematikan TV dan hendak menuju ke kamar kami.

"Buruan mandinya ya Pa" kata Lilis sambil menunjukkan ekspresi sedikit genit.
"Iya" jawabku singkat sambil menggantung handuk dan pakaian di kamar mandi.

Kunyalakan shower dan air pun mulai bercucuran membasahi tubuhku yang mulai membuncit.
"Kok perasaanku agak ga enak ya?" pikirku dalam hati. Sambil melakukan aktivitas mandi, pikiranku masih berusaha menerka nerka apa yang terlupa atau ada sesuatu yang terlewat.

Kumatikan shower pertanda mandiku telah usai. Sambil mengusap usap rambutku yang basah dengan handuk, kubuka pintu kamar mandi yang langsung tertuju ke dalam kamar.

Glekkk..kulihat sesosok wanita tanpa busana tengah berbaring di ranjang. Walau sudah tidak seseksi dulu, namun tubuh itu tetap berhasil membuat kontolku mendadak berdiri tegang. Ya..dia adalah wanita yang telah memberiku dua orang anak. Dengan tubuhnya yang kini sedikit lebih melar dan payudaranya yang semakin montok namun ngondoy pasca lahiran, ibarat hidangan yang tersaji untuk segera dinikmati Pantas saja sedari tadi dia berusaha sedikit menggodaku, rupanya dia hendak mengajakku bersetubuh, sesuatu yang jarang dia lakukan selama ini.

Namun..shiiiitttttt!!! HPku sedang berada dalam genggamannya. Dan kini baru terjawab kegelisahanku sedari tadi.

"Siapa Arin ini Pa??!!!" tanyanya dengan nada meninggi
"Owh itu teman Papa, Ma" jawabku sedikit panik namun kucoba menyembunyikannya

"Bohong!!! Coba jawab yang jujur!!!" bentaknya
"Beneran ma, dia teman SMAku dulu" jawabku asal

"Teman?? Tapi kenapa kok sampe perhatian begini??" tanyanya tidak percaya dengan jawabanku

"Iya dulu dia pernah suka sama aku" lanjutku berbohong
"Klo emang dia pernah suka, ngapain Papa yang duluan chat dia coba? Pake nanya nanya sok perhatian segala. Berarti Papa suka kan sama orang ini" katanya mencoba menganalisa isi percakapanku dengan Arin

"Eh..itu gini Ma" belum sempat aku melanjutkan omonganku, Lilis memotongnya

"Hmmm..bagus ya, kalian dah sampe janjian ketemuan segala. Dan Papa sendiri yang mulai ngajakin. Jadi kalian habis ketemuan kan tadi?" umpatnya sambil membaca isi chatku sampai terakhir

"I..iya ma, tapi cuma ngomongin kerjaan kok" jawabku sekenanya
"Sudah cukup..Mama ga percaya. Besok Mama mau pulang ke rumah Bapak Ibu" jawab Lilis. Kini dia mulai menangis histeris seolah tidak menyangka selama ini aku telah mengkhianatinya.

Dengan kondisi tubuh masih bugil, dia pun bergegas turun dari tempat tidur dan hendak keluar kamar.

Aku yang sudah tidak bisa berkata apa apa, mencoba menahannya selagi dia berusaha membuka pintu kamar. Saat gagang pintu sudah dalam genggamannya, kutarik tubuhnya dengan sedikit paksa karena dia melawan. Namun akhirnya aku berhasil mengambil posisi menghalanginya dari depan. Sambil memegang bahunya dari depan, kudorong tubuhnya agar ia mundur kembali hingga akhirnya dia jatuh telentang di kasur. Aku yang awalnya hendak membujuknya membicarakan hal ini kembali dan meminta maaf, malah bernafsu melihat Lilis yang meronta ronta berusaha bangkit kembali sambil menangis dalam kondisi bugil. Segera kupegang kedua tangannya lalu buru buru kutindih tubuhnya.

Dalam posisi telentang dan tangan menjuntai keatas, semakin membuat payudaranya menyembul dan terlihat menantang. Tanpa banyak pikir lantas kusergap puting susunya dengan mulutku, kujilat dan kugigit dengan agak kasar. Lilis yang terus meronta ronta malah semakin membuatku bernafsu. Kuhisap secara bergantian kedua putingnya, sambil berharap saraf sarafnya melemas karena tubuhnya terus kurangsang. Dan benar saja, kini rontaan tubuhnya mulai mengendor, kulepaskan satu peganganku di tangannya agar dapat kujamah vaginanya, namun tetap kupegang kedua tangannya menjadi satu dengan satu tanganku, berjaga jaga misal sampai dia berusaha kabur dengan cara memukulku.

Kutusuk tusuk pepeknya dengan jariku dan kugesek2 klitorisnya dengan sedikit kasar agar pepeknya menjadi cepat basah.

Kontolku yang sudah tegang sedari awal lantas kuhujamkan dengan paksa ke liang pepeknya yang perlahan mulai licin dan basah. Lilis tampak terkejut saat kontolku sudah bersemayam di tubuhnya. Kugenjot tubuhnya dengan kalap tanpa persetujuannya, entah dia menikmati atau tidak. Sensasinya serasa memperkosa istri sendiri, adrenalinku serasa terpacu kali ini, beda rasanya dengan saat menggaulinya selama ini.

Dalam kondisinya yang masih emosi, namun sesekali kudengar dia mendesah namun berusaha dia tutupi seolah tidak menikmati pergumulan ini. Kudekatkan mukaku ke wajahnya, sambil berusaha mencium bibirnya. Namun dia malah membuang mukanya ke samping karena tidak sudi membiarkan bibirnya untuk kucium.

Aku malah menjadi semakin bersemangat memperkosa istriku sendiri. Seperti mendapat tenaga ekstra yang mungkin berasal dari campur aduknya antara perasaan marahku dengan libidoku yang naek berkali lipat, staminaku seolah tiada habisnya kali ini. Mungkin sudah sekitar lebih dari 30 menit aku bersetubuh kali ini, lebih lama daripada waktu biasanya. Kurasakan aku sudah hampir sampai di puncak klimaksku, spermaku perlahan bergerak menuju ujung penisku, tanda tanda orgasme mulai kurasakan dengan menegangnya urat urat saraf di tubuhku.

Kupercepat sodokan terakhirku dan ...crooottttt ....spermaku keluar di dalam vaginanya sambil kusentak sentak kontolku hingga ujung rahimnya.

Sebenarnya sangat jarang aku mengeluarkan sperma di vaginanya, karena kami sepakat untuk tidak menggunakan alat kontrasepsi dan menambah momongan. Namun kali ini, aku berencana lain. Mungkin dengan kehamilan, membuatnya mengurungkan niatnya meninggalkanku.

Kontolku yang mulai melemas, kucabut keluar secara perlahan. Dia yang mulai menyadari terdapat cairan sperma di vaginanya, nampak hanya bisa menahan amarah. Lilis pun memalingkan tubuhnya ke sisi kanan, berusaha untuk menghindari tatapanku. Dia hanya termenung dengan tatapan kosong seolah memikirkan apa yang akan ia perbuat dengan semua peristiwa yang telah terjadi ini. Kulihat air matanya mulai berjatuhan kembali, membasahi wajahnya yang sembab. Rasa sedih yang teramat dalam dan mungkin hanya bisa ia pendam saat ini, entah bagaimana harus menjelaskan semuanya kepada keluarga.

Setelah kejadian itu, aku yang berusaha mati matian menjelaskan dan supaya bisa mendapatkan maaf darinya, harus mendapatkan kenyataan pahit. Lilis dan anak anak meninggalkanku pulang ke rumah orangtuanya. Dan kejadian selanjutnya sudah bisa ditebak, sebagaimana awal cerita ini kukisahkan.

Bersambung...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd