Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Lonely Adventure story 3 - I Promise

Selamat malam para suhu semua. Maaf baru bisa respon lagi.

Sebenarnya nubie mau update pas tanggal 16 yang lalu. Ternyata harus molor, dan tertunda.

Mudah-mudahan malam ini nubie akan update

Terima kasih masih setia mengikuti thread nubie yang ndeso ini..

Salam..
 
Selamat malam untuk momod, submod, king, pertapa, pendekar, guru besar, master, suhu, tukang, senpai, addict, holic, lover, dan para suhu reader semua yang terhormat. Semoga kita semua sukses, sehat, dan berbahagia senantiasa..

Amiin...
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Mulustrasi...


AIKO HATORANGAN



DEANDRA HATORANGAN



DEBBY MARTAULI



RISKA ULIARTHA





Lanjutannya ya gannn...


Robin Tanaka menyerang sebat sekali, tiga sabetan dan terdangan memutar menyerang Anto. Anto mundur terus sambil menghantamkan katana nya ke kaki Robin. Robin menarik kaki nya cepat dan melepaskan pukulan kiri ke leher Anto. Anto mengelak ke kiri, membalas dengan kaki kiri sapuan ke paha Robin. Robin mundur dan menurunkan pedang nya, Anto tarik kaki dan tangan kanan memukul dada Robin. Robin mengelak ke kanan dan memukul rusuk kiri Anto tanpa sempat mengelak..


bugghh..


Pukulan mendarat telak, Anto terhuyung, nafas nya sesak dan sulit bernafas. Melihat ini, Robin segera melompat, menikam dada Anto..

Anto tidak siap sama sekali

Wakizashi meluncur deras...



Semua terpaku..

Semua tak menduga...

Dan....


jreebbb....

aaaaggghhhh....



Wakazashi menancap...

Darah mengucur deras...

Sebuah tubuh tertelungkup...

Megap-megap...

"Saifuullll...."

"Saifulll... bangun Fulll... banguunnn..."


Iya.. Saiful.. mengorbankan nyawanya demi Anto.

Anto terjatuh di dorong Saiful di detik terakhir.. dan menerima tusukan Wakazashi di dadanya...

Bang Manik segera berteriak dan memeluk bang Saiful..

Manik bangkit.. dengan tubuh berlumuran darah, ia menantang Robin..

Tiba-tiba.. tanpa bisa di lihat mata..


bugghhh...

bugghh..

bugghh...



Robin terjengkang tak mengira ada yang secepat kilat memukul tubuh nya.

"Robin, Balak.. mundur.. ini perintah.."

Tigor berteriak. Anto dan Manik terdiam, menahan murka hingga tubuh bergetar hebat dan airmata mengalir deras.

Di depan mereka saat ini berdiri seorang lelaki muda, remaja yang mau masuk SMU, menghadap ke duanya dengan kepala menunduk hormat.

"Papa... om Manik... izinkan saya Satria Raja Putra, mengambil alih urusan dengan TRIAD ini... saya mohonnn..."

Anto... Manik... terbelalak.. melongo...

Anto dan Manik memandang Putra, lalu memandang Tigor. Tigor tersenyum..

Ini sudah sebagai bukti dan tanda, memang sudah waktunya mereka di gantikan oleh generasi yang berikut nya.
Dan mereka pun memang saat ini kondisi sedang tidak memungkinkan lagi.

Anto dan Manik mundur dua langkah.


Putra memutar badannya menghadap ke Robin Tanaka. Robin yang kembali berdiri, terlihat sangat marah. Dia di kecundangi oleh anak kecil. Dan tadi sempat dia dengar, si anak lelaki menyebutkan kata "papa".

Ini anak Balak 6, atau anak Robin.. Robin Tanaka masih belum paham.

Robin melihat si anak lelaki tenang melihat padanya. Tak ada rasa gentar atau takut dari mata itu. Tapi, Robin bisa merasakan, dibalik mata itu ada tersimpan kekuatan yang sangat besar. Aura nya dapat di rasakan oleh Robin. Iya, suatu energi yang tersimpan dan sangat menakutkan. Hal ini sudah membuat Robin Tanaka, gentar dan gemetar.

"Hahaha.. Balak 6, Indonesia ARMY, Nakazawa, tidak sanggup mengalahkan TRIAD. Sekarang... malah mengirim anak kecil menghadapi saya? Ini adalah Lelucon Abad ini. Musti nya di abadikan, di rekam.. biar semua dunia tau, hanya seperti ini kemampuan orang Indonesia.. hahahahaha.... hahahahaha...."

Putra berdiri tenang, mata nya sendu menatap ke Robin. Tanpa di duga...


bugghh...

dugghh...

aagghh...

fuck...



Kembali dua pukulan ke hidung dan rahang membuat Robin terjerembab.
Seketika tawa nya terhenti..

Darah menetes keluar dari hidung Robin.

"Keep your mouth..."

Pukulan yang disertai tenaga kasar atau tenaga luar cukup membuat Robin terluka.

Putra, yang sejak SD sudah ikut bekerja di pabrik bakso tradisional, secara langsung juga melatih otot-otot nya agar terus berkembang.

Tiap siang sampai sore dan malam ia harus mengangkat tepung tapioka dan daging sapi berkarung-karung dan ber ratus kilo, belum lagi harus mengaduk adonan bakso berkali-kali sampai terakhir ikut memuat produk jadi nya naik ke atas mobil atau truk untuk di kirim, sungguh pekerjaan yang menuntut kerja fisik.yang berat. Tapi, di sisi lain, hal itu menjadi latihan raga dan penguatan yang sangat berarti pada fisik Putra. Fisik nya bertumbuh kuat, padat dan kekar. Fisik ini lah di tambah dengan kekuatan energi bawaan dirinya yang sangat besar, menjadi satu kekuatan yang sangat besar dan tidak di perhitungkan sama sekali oleh siapapun.

Robin tersentak. Ia sudah memperhatikan pemuda kecil ini, tapi tetap ia kecolongan. Sekarang, dia sungguh tidak bisa lagi bercanda. Dia siapkan jurus nya dan berkelebat...

Putra yang sejak tadi telah bersiap, menarik nafas dan menyalurkan energi nya ke seluruh tubuh nya.

Tubuh terasa sangat ringan, mata sangat jelas dan pengengaran nya sangat peka. Dia melihat gerakan Robin dengan jelas menerjang ke arah dirinya.

Putra yang sama sekali tidak mempunyai beladiri dan belajar beladiri, bergerak sesuai insting dan pikiran nya.

Garakan Robin terlihat cepat di matanya. Jauh lebih cepat dari gerakan lain yang selama ini sampai tadi ia lihat, tapi masih bisa ia hindarkan.

Ia mundur dan memukul balik, walau tanpa jurus, hanya berkelahi jalanan, tapi karena gerakannya sangat cepat, Robin terpaksa buru-buru menghindar.

Robin segera melihat, bahwa pemuda kecil ini bertarung tanpa jurus. Hanya memukul liar. Tapi, justru ini membuat Robin tidak bisa membaca pola serangan dari Putra. Dia menjadi cukup sibuk menghindari pukulan dan tendangan Putra.

Tapi, lambat laun Putra secara alamiah, tanpa disadari, pukulan dan tendangan nya mulai juga dialiri energi nya. Tenaga kasar nya sekarang mulai di aliri energi inti. Dan mengeluarkan gaung suara yang menyeramkan. Bukan hanya Robin, tapi semua yang melihat termasuk Anto menjadi kagum sekaligus bergidik ngeri. Bagaimana jika Putra nanti di ajari dan dilatih cara bertarung yang benar, tentu akan jauh lebih efektif tapi mematikan.

Terlihat agak janggal memang.

Pertarungan sangat cepat tapi tidak ada jurus yang terjadi adu pukul dan tendang. Tapi dampak nya sangat terasa. Robin bingung hendak menangkis tapi apa gerakan berikut nya tidak terbaca.

Putra pun terpukul oleh Robin, tapi laksana tak ada dampak, maju terus menggembrak.


bugghh...

bugghh...

begggh...



Dua pukulan Putra menghantam kepala atas Robin dan satu tendangan lurus menghantam paha kanan nya.

Robin terjerembab.

Segera berguling dan bangun. Menendang dengan kaki kanan ke kepala Putra, gerakan sangat cepat. Tapi dimata Putra itu cukup lambat. Dia tangkis tendangan itu dengan tangan kanan lalu balas menendang ke pinggang Robin.

Robin mengelak ke kiri, lalu Putra maju dan mengayunkan tangan kanan dari kanan atas ke kiri bawah memukul muka Robin. Disusul tinju tangan kiri terayun dari dari kiri bawah ke kanan atas. Di susul tendangan kaki kanan terayun dari kanan bawah ke kiri atas. Semua dilakukan dengan cepat. Robin sungguh dibuat bingung dan keteteran. Yang ada di benak Putra, pukul.. pukul.. tendang.. cekik.. lempar..

Robin mundur, membalas dengan tendangan memutar kanan. Putra maju sambil menunduk, menghantam dengan dua tangan ke perut Robin..

buuugghh...

Tubuh Robin terpental. Perut nya terasa pecah. Terguling dua kali dan diam.

Sakit dan marah menjadi satu.

Robin bangkit.. terlihat mukanya terdiam, mengeras. Sakit dia rasakan dan marah yang amat sangat.

Segera Robin menyerang kembali. Dia tingkatkan kecepatan nya. Sungguh ada hawa membunuh di muka nya. Serangan dengan kekuatan penuh menyerang dan mengepung Putra. Putra sungguh keteteran. Dia berusaha mengelakkan semua serangan dan sergapan Robin.

Putra tarik nafas nya dalam-dalam, terasa sesak dada nya sebab dia sudah sangat lelah di gempur oleh Robin. Hingga satu waktu, sebuah pukukan Robin menghantam dada kiri nya tepat sedikit diatas puting payudara kiri.


bugghhh...

ugghh...



Putra terhempas ke belakang. Badan Putra mengeras sejenak dan tampak rona merah melebar mulai dada nya dan terus ke sekujur tubuh nya. Ia jatuh terjungkal. Anto, Manik dan Takeshi tercekat..

Satriaaa...

Anto segera ingin menyongsong Putra. Tapi.. sebuah tangan menahannya..

"Tunggu Julian... biarkan... kalau perkiraan dan penglihatan bapak benar, ini yang kita tunggu.."

"Maksud bapak gimana? itu Putra terkena pukulan telak pak dia mungkin fatal.."

"Tidak... dia aman. Bapak perhatikan betul dia. Hahaha.. ternyata... hahaha..."

"Pak.. kenapa bapak tertawa.. apa yang lucu.. aku.. takut liatnya pak.."

"Hei.. mata kau kurang jeli Julian... si Robin itu ternyata membuka simpul pusat tenaga nya si Putra.. coba kau tengok nah.. merah semua badannya.. ai amang.. gak sabar aku tengok habis ini.."

"Ah.. Masa pak.. "

Robin tertawa senang..

"He he he... mati kamu. Hei Balak 6, mana Putra mu yang kamu banggakan? Aku habisi kalian semua.. supaya kalian tau.. Tornado pun mungkin sudah menghabisi anak istri mu di rumah... hari ini.. iya ... HARI INI, BALAK 6 MUSNAHHH..."


Anto seketika terkaget juga mendengar omongan Robin. Anto berpikir, berarti benar, Tornado memang menuju rumahnya. Kekhawatiran muncul juga di wajah Anto. Anto segera mengontak Jessi. Tapi pikiran nya juga masih di Putra. Sungguh kalut pikiran Anto.

"Jessi... Jessi... kamu dimana Jess.. halloo... Jessi... "

Tak ada sahutan dari rumah. Anto sungguh gelisah. Tapi Tigor mendatangi Anto.

"Julian.. tenang dulu.. jangan panik. Itu strategi perang mental yang di lakukan si Robin Tanaka. Tenang, percayakan pada Dea dan Romi. Mereka pasti tau apa yang harus di lakukan.."

Anto sedikit tenang. Tapi tetap kekalutan dan khawatir yang besar masih hinggap di kepalanya.

Tiba-tiba..

"Pah... iya.. ini Jessi.. maaf pah baru jawab.. habis bantu mamah bereskan mayat si Tornado dan anak buahnya.."



"Oohh... syukur ya Allah.. kamu baik saja kan nak?"

"Baik pah, semua baik.."

"Jadi.. Tornado..."

"It's done.. tinggal mayat nya..."

"Baiklah, papah lega sekali.. "

"Disana pah..??"

"Belum selesai nak.. ini... ee.. kita masih bertempur nak."

"Oke pah, aku pantau sekarang pah.. mamah sedang istirahat. Bang Romi dan kak Novi di rawat mama Yeti.."

"Ya sayang.. papa juga gak sabar ketemu kalian.."

"Hati-hati pah.. Jessi gak mau papah kenapa-kenapa. Pokok nya papah, bang Stevan, juga bang Putra harus pulang. Kakek Tigor, dan kakek Takeshi juga dua tante cerewet sama om-om semua para satria sejati, juga harus selamat ya pah.."

"Doakan ya sayang.. doakan.."

Sementara itu, Robin sejak tadi juga ikut mengikuti pembacaran Anto walau dia tidak paham. Dia hanya mereka-reka dan mengira.

"Hahaha.. Robin Tanaka... Tornado dan anak buah nya sudah lenyap.. keluargaku selamat. Saat ini kamu, giliran kamu yang akan menyusul sahabat mu itu di kematian kekal... oh iya aku hampir lupa... Wiro... bawa Andi Lau kesini.. biar mereka bisa reuni.."

"Siap komandan..."

Perang mental terus di lontarkan. Intimidasi dan saling melontarkan tekanan psikologis.

Putra sudah kembali berdiri. Sekarang ada yang berubah di dirinya.. iya.. sangat berbeda.

Matanya yang tadinya sendu, saat ini terlihat sangat tajam dan jernih. Badannya terlihat jauh lebih segar. Hal ini pun dapat dilihat jelas oleh Robin Tanaka. Dia sangat terkejut dan terpana.

"Robin Tanaka.. i'm sorry for this.. but.. you must die.."

Putra berkelebat sangat cepat. Pukulan nya terlontar. Tetap belum menunjukkan srbuah jurus yang benar, tapi... angin pukulan nya saat ini sangat besar, sangat dashyat.

Putra melompat meninju Robin, Robin tergopoh-gopoh mundur. Menangkis tinju Putra dan membalas pukulan ke rusuk Putra dengan sangat cepat. Tak tertangkap pandangan mata. Tapi di mata Putra cukup lambat.. dan..

tappp...

hihh..

bruugghh...

aaagghh...


Putra dengan tenang menangkap tangan kanan Robin yang memukul, menarik tubuh nya dan melempar dengan kuat ke arah sebatang pohon beringin sebesar dua kali tubuh manusia dewasa.

Tubuh nya menghantam telak pohon itu, punggung Robin membuat pohon itu somplak hampir setengah nya dan Robin terpelanting. Darah segar mengucur dari mulut nya. Jelas.. ia luka dalam sangat serius.

Tubuh itu tersungkur, diam.. tapi nampak masih sadar. Perlahan sekali dia bangun.
Di tangan tergenggam wakizashi. Hilang sudah tawa dan seringai menghina yang sejak tadi terpancar di muka nya.

Putra memandang tajam sambil berdiri tegak.

Lalu, Wiro tampak datang sambil memanggul seseorang di punggung nya.

Setelah tiba di depan Tigor, Wiro menurunkan tubuh itu dan langsung tergeletak terlentang. Tampak jelas wajah nya. Ya dia.. Andi Lau. Masih dalam posisi tertotok sejak kemarin. Masih sadar. Tapi, celana basah sebab tanpa dia sadar, dia membuang air seni nya. Kaki nya yang kanan masih hancur menjuntai di lutut.

Mata Andi Lau menetap sekitar, melihat semua yang ada disana.

"Duduk kan dia.. biar dia dapat melihat atasannya langsung.."

"Siap ndan...."

Andi Lau di senderkan di sebuah pohon palem dan dihadapkan ke arah Robin. Anto maju dan membuka totokan syaraf bicara nya..

Jika dibuka semua totokannya, pasti Andi Lau akan kesakitan kembali dan kemungkinan besar pasti pingsan, karena kondisi nya yang sudah lemah dua hari tidak ada asupan sama sekali.

Robin yang melihat hal itu, menggeram marah. Jelas, rekannya saat ini sudah dalam penguasaan musuh. Sama sekali tidak berdaya..

"Maaf kan saya ketua.. saya memalukan nama organisasi. Ketua musti tahu, Balak 6 dan tim nya ini adalah tentara elit Indonesia. Kita masuk sarang harimau saat ini. Maafkan saya ketua, anak buah saya salah dalam mempelajari musuh. Ternyata rekan bisnis dan yang akan dia curi barang nya itu, milik tentara Indonesia. Saat ini, kita masuk dan melanggar wilayah mereka. Saya siap dihukum organisasi.."

Mendengar bahwa saat ini berhadapan dengan pasukan elit, sangat membuat Robin terkejut. Dia pikir hanya oknum tentara biasa atau hanya omongan menggertak semata. Ternyata memang benar adanya.

Dan memang, saat ini, pasukan TRIAD yang tersisa hanya beberapa orang saja. Dan dari pihak musuh, tak ada yang sampai korban jiwa. Ini sangat membuktikan bahwa, pasukan Balak 6 sangat ahli berperang dan bukan pasukan biasa dengan nyali yang tidak bisa di tawar. Menang atau mati...

Robin Tanaka mulai ciut nyali nya. Jika sudah menyangkut aparat negara, sama saja melawan pasukan militer negara tersebut. Satu-satunya cara adalah mengalahkan si pemuda tanggung ini sebagai alat berunding.

Tapi apa dia bisa mengalahkan si pemuda? Ah.. aku ini pasukan elit TRIAD, ratusan mungkin ribuan pertarungan sudah aku lewati. Masa hanya pemuda ingusan seperti ini aku kalah?? pikir Robin mencoba meyakinkan dirinya. Dia bersiap mengeluarkan seluruh kemampuan terbaik yang selama ini ia pelajari.

Robin segera memasang jurus nya. Dan.. ia kembali berkelebat dengan pedang pendek ditangan, sedang Putra tetap tangan kosong. Jurus yang di keluarkan Robin adalah jurus pamungkas nya. Yang merupakan kemampuan nya yang tertinggi.

haaiiiyaahh...

Kelebat serangan mematikan dari Robin Tanaka. Tanpa sungkan dan kenal ampun. Jurus ini belum ada yang sanggup bertahan menghadapi nya. Jika tidak tewas, akan cacat seumur hidup. Wakizashi mengamuk, meliuk-liuk menyambar, menusuk, membabat sasaran, Putra. Putra yang diserang, sudah siap juga, badannya yang sekarang lebih hangat dan ringan berlompatan menghindari setiap hujaman pedang itu. Orang lain melihat gerakan Robin Tanaka sangat sangat sangat cepat. Tapi dimata Putra tidak cukup cepat untuk dapat menyentuh dirinya. Gerakan Robin Tanaka, lambat di mata Putra sehingga ia selalu bisa menghindari serangan Robin walau gerakan menghindar nya sangat tidak teratur, apalagi Putra tidak menguasai beladiri apapun juga.

Tak terasa sudah lewat lima puluh jurus, Putra masih belum bisa ditaklukan. Jangankan takluk, menyentuh apalagi mendesak nya pun belum sanggup dia lakukan.

Keringat dingin mulai mengucur dari nya. Tubuh nya sudah terluka dalam sehingga daya tahan nya mulai berkurang. Lewat dua puluh jurus kemudian, tampak raut frustasi mulai merasuki Robin Tanaka. Ya, tubuh mulai lemah, gebrakan dan gerakan nya lambat laun melemah.

Putra tetap melayani, dan lebih banyak bertahan hanya sesekali menyerang. Disamping ia tidak pandai menyerang, Putra juga sengaja menguras stamina Robin Tanaka.

Saat ini, tuntas sudah pasukan TRIAD. Semua habis. Tersisa Robin Tanaka.dan Andi Lau. Sesuatu yang sama sekali tak pernah di bayangkan oleh mereka. Kisah TRIAD dan kegarangan nya habis dalam beberapa jam di Indonesia. Wakil ketua, ahli strategi perang sudah mati, tersisa saat ini tangan kanan dari ketua utama TRIAD.

Saat semua pasukan TRIAD musnah, para juru rawat baru di kontak, dan ke duanya, Debby dan Riska turun. Mereka langsung merawat semua yang luka.

"Deb... cepat.. tolong bang Saiful.. dia kritiss..."

Debby yang baru turun segera ingin merawat Surya. Tapi abangnya meminta ia langsung merawat Saiful..

"Ia dik, cepat kamu tolong bang Saiful dulu. Aku gak apa-apa, bang Saiful lebih butuh sayang.."

"Iya say.. kamu tunggu ya say.."

Debby dan Riska segera menangani bang Saiful.

Sementara itu, Putra saat ini lambat laun bisa menekan balik Robin. Dari pertarungan ini, Putra secara tidak langsung pun dilatih jurus. Iya.. dia jadi tau cara memukul dan menendang. Walau tidak sempurna, namun ini sudah dapat dibuat untuk menyerang Robin.

Robin menyabetkan Wakizashi nya ke dada Putra, Putra biasanya akan mundur, tapi kali ini tidak..


Putra melompat ke kiri. Dan saat kemudian memukul lengan atas kanan Robin.

duukkkh...

aarrgghh..

fuck you ass hole...


Robin tidak menyangka kalau Putra bisa menghindar dengan tekhnik berkelahi bahkan balik memukul lengan nya. Lengannya sakit sekali dan wakizashi nya terlempar. Robin terhuyung kebelakang.. lalu disusul dengan pukulan beruntun ke wajah dan perut.

Robin terjerembab lagi.. tertelungkup


Habis sudah...


Kehormatan, kebanggaan, kesombongan, dan kemampuan yang selama ini dia agungkan. Hilang lenyap tak besisa.


Di tunggu sekian lama...

Tubuh itu tak bergerak.. tapi wajah dan tubuh nya makin membiru.

Takeshi mendatangi dan membalik tubuh Robin..

Robin telah tewas..

"Robin Tanaka telah tewas.. dia bunuh diri.."

Iya tewas dengan menelan pil racun ninja. Racun yang dia selipkan di bawah lidahnya. Yang selalu dia taruh disana. Robin Tanaka tidak sudi dia di bunuh. Kalau tidak ada harapan menang dan lolos, dia memilih bunuh diri.

Semua terbelalak.. dan terpaku.

Tak lama.. kepala Andi Lau pun terjatuh ke samping.

Andi Lau pun bunuh diri.. ia menggigit putus lidah nya sendiri.

Saat itu, tiba-tiba Stevan muncul sambil menyangga mama nya Aiko. Aiko yang tertembak sniper musuh di punggung kiri. Stevan menyangga Aiko di punggung kanan nya.

"Aiko.. kamu terluka... Stevan..."

"Iya kek.. mamah tertembak sniper. Stevan turunkan dari pohon, lama sebab hati-hati sekali..."

Anto menghambur ke Aiko..

"Kamu gak apa-apa sayang..?? kita ke rumah sakit yah.."

"Gak apa-apa sayang. Aku tertembak memang. Tapi tidak fatal. Sedikit di samping ketiak kiri ku.. Aku sudah pasang tameng dari tadi.."

"Pah, kakek juga terluka, om Surya, om Rio juga sama. Papah pun makin parah pah. Ketua TRIAD nya akhirnya mati ya pah.. "

"Iya.. kita menang sayang.. kita bisa kalahkan TRIAD dan BC sayang. Tapi.. kita harus banyak menanggung luka sayang..."

"Putra.. kamu gak apa-apa bro..??"

"Gak kok brother.. gue sehat. Terus terang gue banyak di ajarin hal hebat bro hari ini sama kakek, papah juga om semua. Gue wajib meneruskan perjuangan ini bro.. gue udah di panggil untuk ini. Dan... Allah udah kasih gue tanggung jawab melalui bakat energi gue Van... ini sebagai tanda tegas buat gue, gue wajib mengamalkan dan harus menggunakan talenta gue ini buat meneruskan pekerjaan dan tugas kakek dan papah. Gue gak liat ada jalan lain. Dan.. gue ikrarkan sekarang.. gue akan jadi agen rahasia Indonesia..."

"Iya Put.. gue juga berpikir gitu man.."

"Jalan nya masih sangat panjang sayang.. setahap demi setahap.. tapi kami sebagai orang tua, bangga sama kalian.. para penerus kami nanti nya.."


"Apa kata mama kalian benar. Masih sangat panjang. Tugas kalian saat ini adalah menuntut ilmu di sekolah dengan baik. Tidak ada rumusnya, agen rahasia tidak pintar.. kakek sebagai yang awal. Kalian meneruskan.."

"Siaaapppp komandaaann..."

Aiko dirawat oleh Riska. Tigor pun sudah di balut. Surya, Rio juga di obati oleh Debby.

Robin Tanaka dan Andi Lau di gabung di baringkan berdampingan.

Semua berdiri melihat ke Robin dan Andi Lau. Hanya Debby yang sibuk menolong Saiful. Tapi..

"Bang... bang Saiful bang.. dia sangat kritis... "

Semua tersentak. Anto segera menghambur mendatangi Saiful yang di baringkan di tanah beralaskan baju Anto. Impus sudah terpasang di badannya.

"Bang Saifull.. bang.. bangun bang.. jangan pergi bang.. aku mohon.. bertahan bang.. Debby.. tolong dia.. eh.. ayo cari ambulans cepaaatt.. "

Anto panik.. dia paling merasa hutang nyawa pada Saiful..

Anto bermaksud mengangkat tubuh Saiful. Tapi, tiba-tiba Saiful membuka mata dan memandang ke semuanya.

"Bang, ini Manik.. bertahan ya bang.. jangan pergi sendiri jangan tinggalin aku bang.. jangan bang.. abang baru aja melepas istri abang, mama nya Yani.. tolong jangan bikin aku kehilangan bang..."

"Nik.. udah.. gue udah capek banget. Gue udah gak tahan. Gue ngerasa emang udah waktunya gue Nik. Siti udah nungguin gue Nik. Gue udah tau dia nungguin gue Nik.."

"Bang Manik, apa maksud nya bang Saiful ??"

"Bang Saiful baru aja menguburkan istrinya dua hari lalu karena sakit kanker rahim. Itu kenapa kami berdua terlambat datang bergabung. Maafkan kami komandan... Saya menunggu bang Saiful, karena bang Saiful yang minta di tunggu. Bang Saiful setelah menguburkan istri nya, langsung pamit dengan semua keluarga nya, dan terutama pada putri semata wayang nya karena panggilan tugas.. ternyata.... ini... hikk.. hik.. hik.."

Semua terkejut..

Ternyata sebuah kenyataan berat yang harus di hadapi oleh bang Saiful.

"Bang Manik, tau dimana bang Saiful tinggal ??"

Bang Manik menggeleng.

Manik pun sebagai rekan seperjuangan Saiful, tetap tidak mengetahui tempat tinggal Saiful. Ia hanya tau nama anak bang Saiful. Itu pun hanya di sebutkan 1x oleh Saiful ke bang Manik selama kebersamaan mereka lebih dari 20 tahun. Dan info itu satu-satunya yang di punyai Manik mengenai anggota keluarga Saiful. Dan saat mereka bertemu hendak berangkat ke tempat Anto, tak disangka, Saiful kembali cerita mengenai keluarga nya, yang ternyata mengenai aktivitas terakhir nya yaitu.. menguburkan almarhumah istrinya.

Anto maju dan belutut di samping Saiful..

"Komandan.. saya Balak 6, Julian.. memohon... izinkan saya tau kali ini saja, dimana komandan tinggal dan anak komandan.. izinkan saya mengambil alih tanggung jawab atas putri komandan.. saya mohon... "

Anto menundukkan badan nya memohon.

"Balak.. lo.. taau.. kan seperti a.. pa agen itu.. hoshh.. hosh.. tapi gue.. percaya a.. ama lo.. belati.. dddii.. belatti.. "

Manik yang paham segera merogoh pinggang bang Saiful.. ada sebuah pisau belati kecil. Sepanjang tapak tangan. Di masukkan dalam sarung pisau dari kulit sapi.

Manik segera mengambil pisau belati itu. Menunjukkan pada Saiful..

Saiful melihat belati itu dan matanya basah.. ia menangis.. ia sangat terpaksa harus menunjukkan jati dirinya dan ini sesuatu yang sangat membuat dirinya sedih. Berpuluh tahun menjadi agen kelas atas, saat ini lah dia harus membuka identitas nya.

"Bang... aku mohon.. ringan kan pikiran abang.. abang tidak melanggar apapun. Ini demi keluarga abang juga. Bang.. aku udah anggap kau itu abang aku sendiri bang Saiful.. darah daging ku sendiri bang.. aku mohon.. ikhlaskan kami tau bang.."

Saiful mengangguk pelan..

Manik membuka sarung belati. Memeriksa nya... tidak ada apa-apa di dalam nya. Manik kembali memeriksa belati itu.. dan... di gagang belati itu, di ujung pegangan tangannya, ada bagian yang bisa di putar. Iya.. ujung gagang belati itu dapat di putar laksana tutup nya. Saat di putar, tutup itu bergerak ke atas dan mengendur. Tak lama, tutup dari besi itu terbuka. Tampak sebuah lubang di gagang belati. Manik memeriksa dan ada sesuatu di dalam lubang itu. Secarik kertas digulung memanjang keluar dari dalam nya.

Sebuah foto. Digulung ke dalam. Tampak foto 3 orang disana. Muhammad Saiful, Siti Aminah, Hardiyani Putri.

Itu nama yang tertulis di foto itu. Dibalik foto ada sebuah alamat. Hah.. daerah Bintaro. Tidak jauh.. dekat dari sini..
Anto meminta foto itu dari Manik. Manik memberikan.

Bang Saiful dengan gagah nya memakai baju merah, istri nya pun memakai gaun merah, sedang putri nya, berusia sekitar 13 - 15 tahun, tampak anggun sekali memakai pakaian merah khas putri tiongkok. Kulit putih, bersih, cantik sekali, mata kecil rambut di gelung dan memakai hiasan kepala khas putri kaisar.

Ya, ternyata.. bang Saiful, mempunyai darah keturunan di tubuh nya. Dia kelahiran jakarta, asli betawi, tapi ada darah keturunan tionghoa dari nenek moyang nya. Istri nya pun demikian, ada juga darah keturunan timur tengah kelahiran Sulawesi bagian utara, Gorontalo, yang mengalir di tubuh nya. Tapi walau demikian, tidak dan jangan pernah diragukan, nasionalisme, rasa cinta dan kebanggaannya akan negara ini. Kita bisa dapat kan keturunan dari mana saja, hanya... jiwa raga hanya satu.. untuk INDONESIA..

Anto mengingat alamat dan foto itu. Matanya terpejam. Kemudian kembali memandang padanya.

Saiful tersenyum..

Lalu... Mata itu, tertutup dan kepalanya terkulai ke kanan..


Muhammad Saiful telah berpulang..


Anto terdiam.. tapi kemudian.. dia memasukkan foto itu kembali ke dalam belati, belati di masukkan dalam sarung nya. Lalu.. belati itu di letak kan di dada bang Saiful.

Semua terisak, Manik berusaha tegar. Tapi jelas, dia yang paling terpukul dibanding yang lain..

"Manik, Julian.. semua nya... Kita beri penghormatan terakhir untuk Saiful.."

Anto bangkit, dan mundur. Tigor berdiri di depan, lalu di belakang nya Manik, Anto, lalu semua anggota. Wiro, Pitung, Buta, Rio, Surya, Takeshi, Putra, Stevan. Lalu Aiko, Debby, Riska juga berdiri berbaris dan berjejer.

"Perhatian.. kita beri penghormatan untuk saudara, rekan, senior kita. Untuk pahlawan kita yang sudah gugur membela kehormatan bangsa dan negara. Terlebih lagi, berjuang membela kebenaran dan keadilan. Semuanyaaa... hormmaaat... grak..."

Sunyi sejenak..

Tegaap grak.."

Watch..
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd