Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Love Story Never Ending (Update 27 Juli)

dewi_shinta

Suka Semprot
Female
Daftar
19 Apr 2019
Post
10
Like diterima
106
Lokasi
rumah seberang jalan
Bimabet
Haloo suhu-suhu, di sini aku mau berbagi cerita yang uda aku buat cukup lama dan cuma tersimpan di folder laptop. Semoga para suhu berkenan baca cerita aku. Dan maaf klo kata-katanya agak berantakan karena aku ga jago jago amat buat nulis hehe...
Cerita ini hanya fiksi, jika ada kesamaan nama tokoh dan tempat itu hanya kebetulan.

Hope you enjoy the story hu!! :baris:


PROLOG: HUJAN MALAM HARI

Malam itu, di sebuah indekos yang terasnya berlampu redup, pada saat hujan bertambah deras dan airnya sampai membasahi teras, saat semua lampu kamar sudah padam dan penghuninya sudah terlelap, ada satu kamar di bagian utara indekos itu yang lampunya masih menyala.

Dari luar kamar itu nampak tenang dan lengang, namun begitu kita telusuri lebih dalam lagi, melewati pintu kayu berpelitur yang terkunci dari dalam, terlihatlah dua sejoli tengah asik bergumul ditengah dinginnya udara malam. Tidak ada yang bisa menghentikan mereka, bahkan jika ada yang menggerebek mereka sekalipun.

Tubuh mereka panas dan basah oleh keringat, seolah dinginnya malam tidak mampu memadamkan api birahi mereka. Si perempuan tampak memejamkan matanya menikmati sodokan demi sodokan yang ia terima di vaginanya. Sesekali ia membuka matanya menatap ekspresi pasangannya yang juga tengah menatapnya itu.
"Ah... ahh... oohhh..." desahan lembut keluar dari mulut perempuan berparas manis itu, beriringan dengan suara jatuhnya air hujan ke atap yang menaungi kamar tempat mereka menuntaskan birahi.

"Ga sia-sia kamu minta ini," gumam laki-laki yang tengah sibuk menggenjot vagina perempuan itu dengan senyum miring.

"Akuhhh.. ngghhak tauu ah.. seenakkh innihh.." ucap perempuan itu tanpa bisa menahan kenikmatannya.

Laki-laki itu tersenyum sinis. Ia melambatkan goyangannya hingga berhenti sama sekali, hingga membuat perempuan yang berbaring di bawahnya itu membuka matanya kecewa.

"Kenapa berhenti, Kak?"

"Kamu mau coba yang lebih enak lagi nggak?" tawarnya.

Perempuan itu ragu sejenak, tapi kemudian ia menganggukkan kepalanya.

Laki-laki itu tersenyum, kemudian merendahkan tubuhnya hingga wajah mereka sejajar. Perlahan ia cium bibir perempuan itu dan memagutnya lembut. Perempuan itu segera membalasnya dan melingkarkan tangannya ke leher laki-laki itu.

Saat itulah, laki-laki itu mengangkat tubuh si perempuan tanpa melepaskan tautan kelamin mereka. Ia kemudian membaringkan tubuhnya dan kini gantian perempuan itu yang berada di atasnya. Saat melakukan hal itu gesekan antara penis dan vagina kembali terjadi, membuat kedua anak manusia itu melenguh tertahan.

Laki-laki itu melepas pagutan bibir mereka, "Sekarang kamu yang goyang," katanya.

"E, Kak, tapi aku kan nggak bisa," perempuan itu berkata malu.

"Ga apa-apa, aku bantuin kok. Kan kamu juga pernah liat yang kaya gini, kan?"

Perempuan itu menundukkan wajahnya karena malu, membuat lelaki itu menjadi gemas dengan dirinya.

"Gini deh, kamu tahan badan kamu," laki-laki itu sedikit mengangkat badan perempuan di atasnya hingga dalam posisi setengah berdiri dengan bertumpu pada kakinya. Kemudian dari bawah ia mulai kembali menggenjot vagina yang sudah basah itu secara perlahan, membuat si perempuan kembali mendesah.

"Ahh.. Kakkh, ennakkhh.. oohh.." perempuan itu memejamkan matanya seraya meremas payudaranya sendiri, membuat pandangan laki-laki itu terpaku di sana.

"Sekarang.. kamuhh jugha ahhyoo.."

Perlahan tapi pasti, perempuan itu juga mulai menggerakkan pinggulnya beriringan dengan laki-laki itu hingga pada akhirnya ia sendirilah yang mendominasi permainan itu. Awalnya gerakan pinggulnya terasa kaku dan cangung, tapi dengan segera goyangan perempuan itu mulus dan teratur.

"Ehh... Kakhh.. ahh.."

Tangan laki-laki itu bergerak meraba pinggul perempuan di atasnya dan terus naik ke atas sampai pada tonjolan di dada yang sedari tadi mencuri perhatiannya itu. Payudara yang menggantung bebas itu tidak terlalu besar namun terasa pas di genggamannya. Ia remas-remas buah dada yang ranum itu. Ia bangkit dan menyesap puting kecoklatan yang sudah mengacung tegak itu.

Terasa olehnya semakin lama goyangan perempuan itu makin kencang dan tidak beraturan. Cairan pelumas yang keluar dari vagina perempuan itu turun membasahi selangkanyannya, menciptakan suara peraduan saat pinggul perempuan itu bergotang naik turun.

PLOK..
PLOK..
PLOK..
PLOK..

Desahannya juga semakin keras membuatnya was-was apabila ada seseorang yang mendengar aktivitas yang ia lakukan.

"Kakhh.. ahh.. akhuu.. mau kehhluarhh.."

Perempuan itu menengadahkan kepalanya dan menggigit bibirnya untuk menahan kenikmatan yang sebentar lagi akan meledak dalam dirinya.

"Mhh.. ouhh.. shh... mmhhh .."

"Keeluarinn ajahh... sayangg..." kata lelaki itu, juga tidak tahan penisnya dimainkan sedemikian rupa oleh perempuan itu. Ia turut juga dalam posisi setengah duduk itu ikut menggoyangkan pinggulnya, membuat penetrasi semakin dalam dan perempuan itu langsung berhambur memeluk erat tubuh lelaki itu.

"Aahhh.. Kak... akuhhh udah nga... tahannn..." desis tidak sabar perempuan itu ditelinga si lelaki, membuatnya juga makin tidak tahan.

"Mmhh.. aouhh.. ahh.. khakk.. ahh... AHH.. OUGHHHH...." tubuh perempuan itu bergetar, ia memeluk si lelaki sangat erat dan bahkan mencakar punggung terbuka itu. Sedangkan cairan panas keluar sangat banyak dari kemaluannya.

Kepalanya terasa berputar, tubuhnya ringan. Ia merasa melayang...

...

...

Saat euforia itu hilang, tubuh perempuan itu lunglai. Pelukannya terlepas dan ia merasa sangat lelah. Nafasnya memburu tak keruan.

Perlahan laki-laki itu membaringkan tubuh perempuannya dan berbaring disampingnya. Nampak olehnya penis yang masih tegak berdiri itu mengkilap oleh cairan kenikmatan yang perempuan itu keluarkan.

Diperhatikannya perempuannya, wajahnya tampak merah dan dadanya naik turun karena nafasnya. Di luar, hujan sudah reda, malam itu tampak lengang dan begitu sepi. Sepertinya seluruh penghuni kos sudah terlelap saat dilihatnya jam menunjukkan pukul sebelas malam.

Beberapa saat kemudian saat lelahnya sudah berkurang dan hawa dingin mulai membebat tubuhnya, perempuan itu membuka matanya dan tersenyum pada lelaki di sampingnya, "Makasih ya, Kak," ucapnya seraya memeluk laki-laki itu.

"Inget, tugas kamu belum selesai loh," peringatnya, yang membuat perempuannya menatapnya heran, "Kan aku belum keluar, jadi ini belum selesai," jelasnya.

Sesaat, wajah lelah itu berganti menjadi seringai nakal. Diliriknya penis yang masih tegak berdiri itu. Ia ambil tisu di nakas dan membersihkan penis itu dari cairan cintanya. Setelah itu perlahan tangannya bergerak meremas lembut batangan itu.

"Iya.. pinter kamu Pai," laki-laki itu meremas rambut perempuannya dan kembali menciumnya. Dihisapnya lembut bibir tipis itu saat batangan di bawah sana mulai dikocok dan dipijat lembut. Sebagai balasannya, laki-laki itu mencium perempuannya makin dalam dan meremas bongkahan daging menonjol yang menggantung di dadanya.

Kenikmatan yang terus mereka bagi membuat nafas keduanya makin memberat. Dirasakannya oleh laki-laki itu tangan kecil nan lembut yang tengah menginvasi penisnya. Begitu lembut dan melenakan pikirannya.

Semakin lama, kocokan pemilik tangan mungil itu semakin cepat, dan genggamannya pada batangannya makin erat, membuat sang empunya merasa ada yang hendak keluar dari sana.

Nafas lelaki itu memburu. Sebelum semuanya terjadi, dilepasnya ciumannya, "Udah Pai, hh... cukuphh.. aku udah.. nghak tahann" tegurnya.

"Loh, ini belum selesai, Kak," perempuan itu menghentikan kocokannya dan hanya meremas batangan gemuk itu.

"Berhenti sebentar aja, aku nggak tahan tadi," ujarnya seraya menormalkan nafasnya.

"Mau langsung masukin aja?" Tawar perempuan itu.

Mendengar hal itu, laki-laki itu menatap perempuannya tidak percaya dan tersenyum nakal, "Udah mulai berani ya nawarin duluan,"

Pipi perempuan itu seketika merona, "Bukan itu maksud aku, Kak, aku cuma--"

"Iya, gapapa kok, kamu cuma pengen lagi?" Potong laki-laki itu, yang langsung saja dadanya dipukul oleh perempuannya.

"Ngaco deh," cibir perempuan itu sebal.

Laki-laki itu tertawa renyah, "Hahaha... pake ngambek lagi. Ya udah, oral mau kan?"

Perempuan itu mengangguk. Sekilas dikecupnya bibir laki-laki itu dan ia kemudian memposisikan dirinya diantara paha lelaki itu. Dikocoknya penis itu perlahan sebelum kemudian ia jilati batangannya.

"Hhh... nah gitu..." desisnya.

Tidak lama kemudian, perempuan itu mulai memasukkan batangan gemuk itu ke dalam mulutnya. Tidak semua, hanya satu pertiganya saja, tapi saat kepala penis itu menyentuh langit-langit mulutnya, laki-laki itu meremas rambut perempuan itu.

Matanya terpejam menikmati batangannya yang tengah dimainkan mulut mungil itu.
Saat lidah perempuan itu menggesek kepala penisnya, itu adalah hal yang paling dinikmatinya.
Hisapannya yang lembut namun dalam membuat laki-laki itu berada di puncak kenikmatannya dengan segera. Ia membuka matanya untuk mengalihkan perhatian agar tidak berejakulasi dengan cepat. Namun perasaan yang sudah ia tunda kini mendorongnya kuat. Nafas laki-laki itu memberat.

"Pai.. akhuu.. mau keluarh.."

Perempuan itu menatap mata sayu itu tanpa menghentikan hisapannya. Bukannya berhenti dan melakukan penetrasi, ia malah semakin intensif menghisap penis itu.

Laki-laki itu gelisah dibuatnya. Apalagi kemudian perempuannya memasukkan penisnya hingga kedalam, melakukan deepthroat yang membuatnya dapat merasakan kehangatan tenggorokan perempuan itu dan penisnya berkedut.

Laki-laki itu menggigit bibirnya tidak tahan.

Cukup lama perempuan itu membiarkan penisnya dalam posisi seperti itu. Kemudian ia mengeluarkannya dan menghisap seperti biasa. Lembut dan dalam.

Lelaki itu sudah tidak tahan. Kakinya bergerak gelisah, "Cepetin Pai, akuhh.. hampir keluar.. ergh.."

Paham dengan kondisi laki-laki itu, ia menghisap makin dalam dan cepat.

"Ah.. argh.."

Laki-laki itu mengangkat pinggulnya hingga penisnya masuk makin dalam di mulut perempuannya. Semburan hangat dan kental akhirnya keluar dari penis gemuk itu. Sangat banyak hingga beberapa menetes keluar mengenai paha dan sprei.

Beberapa saat laki-laki itu menahan posisinya, sedangkan perempuannya menahan berusaha menelan air mani sebanyak yang ia bisa walau tetap saja ada yang meluber keluar.

Saat semprotan penghabisannya dirasa sudah berakhir, laki-laki itu menurunkan pinggulnya dan penis itu terlepas dari cengkeraman mulut perempuan itu.

Perempuan itu bangkit dan berbaring berbantalkan lengan laki-laki itu. Diperhatikannya penis itu perlahan lunglai dan kembali ke bentuknya semula.

"Dingin, Pai," ujar laki-laki itu seraya menarik selimut dan memeluk perempuan itu. Tidak lama kemudian nafasnya teratur. Ia tertidur akibat lelah yang ia rasakan setelah permainan mereka berdua.

Sedangkan perempuan itu tetap terjaga, matanya menerawang jauh mendengarkan rintik air hujan yang jatuh dari genteng ke tanah. Hujan sudah reda sebenarnya, menyisakan basah dan dinginnya udara.

Perempuan itu merapatkan tubuhnya pada lelaki itu, merasakan kulit yang lengket akibat keringat dan bau yang khas.

Ia ingin bangkit dan mematikan lampu kamar, karena dengan begitu ia baru bisa tidur, namun lebih tidak rela terlepas dari pelukan lelakinya. Ia memutuskan untuk menenggelamkan wajahnya saja di dada laki-laki itu dan menarik selimut hingga menutupi wajahnya.

Malam sudah larut. Kedua insan itu juga larut dalam mimpi indah masing-masing.

To be continued...


♥♥♥
 
Terakhir diubah:
PART 1: GAGAL PRESENTASI


--Writer POV--
"Gue gatau La, sumpah. Minggu lalu udah gue cek kok, semuanya lengkap, udah gue masukin ke satu folder," tukas Dito tak mau disalahkan.

"Ya itu kok bisa kaya gitu? Lo kerjain semua di laptop lo kan? Kenapa tiba-tiba ilang?" Lala tak mau kalah. Wajah mereka berdua tampak kesal dan frustasi. Makalah yang sudah mereka buat sebulan ini sia-sia belaka. Powerpoint yang sudah Lala, Dito, dan Nita buat lengkap dengan gambar dan video yang mereka ambil sendiri hilang tepat pada hari mereka harus mempresentasikannya.

Diantara wajah-wajah frustasi itu, hanya Nita yang tampak tenang. Ini karena ia sedang berbahagia dan moodnya sedang baik.

"Nit, kita masih pusing mikirin presentasinya gimana malah lo senyum-senyum ga jelas!!" Sembur Lala kesal.

"Yaudah deh gausah diambil pusing. Kan kita masih punya hardcopy-nya. Masih bisa buat lagi kan powerpoint-nya?"

"Gitu ya lo enak ngomongnya. Tapi waktu kita cuma dua jam, Non, gausah ngaco deh lo..!"

"Elah ya biasa aja kali Non, gausah ngegas ngomongnya,"

"Ya lo punya masalah malah gampangin,"

"Lo tuh yang besar-besarin masalah,"

"Eh udah, udah. Kalian jangan malah berantem," kata Dito menengahi mereka berdua, "Gue udah buat sih, ppt yang baru semalem, tapi bener-bener polos dan gaada apa-apanya. Kalian berdua juga gue hubungin semalem gabisa, kemane aje? Gue lembur nih sampe jam dua,"

"Yaudah, baguslah kalo lo udah buat. Kan berarti kita punya dua jam, dipake aja buat nambahin gambar ama video,"

"Gimana? Download? Ya mesti ketahuan lah. Lagian buat apa kita capek-capek wawancara kalo akhirnya videonya download?" Lala masih tidak terima.

"Terus lo mau kita wawancara ulang gitu?"

"Bukan gitu Nita geblek, lo paham maksud gue,"

"Percuma juga, waktu kita mepet. Kemaren juga Dito udah bilang masing-masing harus punya file-nya lo malah gampangin,"

"Lah, lo nyalahin gue?!"

Nita menghela nafas, tidak ingin moodnya pagi itu hancur karena emosi Lala. Perhatiannya kini beralih ke Dito, "Point-point-nya udah lo masukin semua kan di ppt?"

Dito mengangguk, "Iya, nih, tinggal animasi, gambar, sama video aja. Semalem sumpah gue capek banget dan ketiduran. Ini aja bab terakhir gue selesaiin pagi tadi,"

"Seadanya aja gapapa Dit, kita mending sekarang ke perpus buat cari bahan pelengkapnya,"

"Loh, kan yang kurang cuma animasinya aja?" Dito bertanya heran.

"Ya iya, males gue di sini, emosi terus bawaannya. Kan sekalian ke perpus numpang wi-fi, hehe.."

Dito hanya tersenyum garing, mengikuti langkah Nita menuju perpus. Sedangkan Lala berdecak sebal dengan emosi yang masih tersulut di ubun-ubunnya mengikuti mereka berdua.

♥♥♥

Apakah perjuangan mereka sia-sia? Bisa ya, bisa juga tidak. Dua puluh menit setelah bel masuk, belum ada tanda-tanda dosen masuk ke kelas mereka, hal itu mereka manfaatkan untuk melengkapi powerpoint mereka. Tapi kemudian ketua kelas mengabarkan kalau kelas mereka pagi itu kosong dan presentasi ditunda.

Lala yang emosinya sudah mulai mereda kini tersulut kembali.

"Dosen gajelas, perjuangan kita sia-sia dua kaliii... Nita geblek,"

Nita hanya tertawa, "Bagus dong, kan itu berarti kita punya waktu tiga hari buat cari folder yang hilang,"

"Iya La, lo bawaannya emosi mulu dariradi,"

"Udahlah To, biar dia keluarin emosinya, kasian punya masalah gaada pelampiasan,"

Dito hanya terkekeh mendengar saran Nita.

Dito melirik jam yang tergantung di dinding, menunjukkan pukul sebelas kurang dua puluh. Ia tatap sekilas wajah perempuan di hadapannya itu, tengah sibuk dengan laptopnya.

"Lo udah sarapan Ta?" tanya Dito.

"Udah tadi pagi,"

Dito terdiam sejenak, "Makan siang?"

Nita melirik jam tangannya sekilas, "Lo liat jam apa kagak? Ini baru jam setengah sebelas, kepagian kalo makan siang?"

"Hehe ya maap Nit. Kan gue belum sarapan, temenin gue sarapan lah ya? Lo kalo mau sekalian makan gapapa kok, gue traktir,"

Nita memutar kepalanya menatap Dito demi mendengar ucapan laki-laki itu, "Dalam rangka apa nih lo nraktir gue?"

"Gaada, pengen aja,"

"Lala aja noh lu traktir, kesian dia tenaganya pasti abis dari tadi emosi mulu,"

"Lo ga mau emangnya? Biasanya lo yang minta,"

"Biasanya lo yang ga mau nraktir gue. Lagian gue masih kenyang kok, kalo lo mau sarapan gue anter, tapi gue ga ikut makan,

"Beneran nih?"

"Iye,"

"Yaudah, ayo,"

"Eh, sekarang nih?"

"Taun depan Non,"

"Oh, yaudah," Nita kembali fokus pada laptopnya.

"Ya sekarang ajaaa, Panitta. Gue lapernya pan sekarang," ujar Dito gemas.

"Hehe.. iye ye, ayo dah berangkat," Nita menutup laptopnya dan berjalan beriringan dengan Dito keluar dari kampus.

"Lo ga bawa motor?" Tanya Dito sesampainya mereka di parkiran.

Nita menggeleng,"Gue dianterin tadi berangkatnya,"

"Pake motor?"

"Pake mobil,"

"Jadi lo ga bawa helm dong?"

Nita menggelengkan kepalanya, "Emang lo mau makan di mana?"

"Niatnya si mau cari yang beda gitu. Bosen gue makan rumahan mulu. Tapi yaudah, kalo gitu kita cari makan yang deket aja,"

"Gaya lo cari yang beda. Kantong lo tuh penuhin dulu,"

"Ye, ngremehin ni anak. Lo kate gue ga punya duit?"

"Emang lo punya duit?"

"Yaa kagak si, hahaha..."

"Hahaha... kocak lo. Eh, jalan aja ya,"

"Kenapa jalan?"

"Gapapa, pengen aja,"

"Yaudah," mereka berdua pun berjalan menuju warung makan yang ada di sebelah kampus.

Niat Dito dia ingin membawa Nita ke gerai ayam bakar yang ada di pinggiran kota. Agak jauh si, tapi ayam bakar di sana enak dan ada ayam semur juga, makanan kesukaan Nita. Tapi karena perempuan itu tidak membawa helm, diurungkannya niatnya itu.

Mereka (baca: Dito, karena Nita nggak ikutan makan) akhirnya memilih makan di Soto Ayam Pak Yani. Warung ini menjadi pilihan mahasiswa di kampus Nita karena murah dan tempatnya nyaman, ada kipas anginnya juga. Tapi tetep aja kalo tempatnya penuh, kipas angin itu tidak bisa menyejukkan ruangan dengan maksimal. Apalagi akhir-akhir ini cuaca sangat panas dan seringkali berakhir dengan hujan deras.

Dito memesan soto ayam porsi jumbo dan es teh, itung-itung itu adalah sarapan sekaligus makan siangnya, sedangkan Nita hanya memesan teh tawar. Selama makan, mereka tidak saling bicara. Dito terlihat begitu lahap dengan makanannya, seperti orang yang sudah seminggu tidak makan. Nita yang memperhatikan Dito hanya tersenyum geli melihat cara laki-laki itu makan.

"Ga makan berapa lama lo? Sebulan?" Kekeh Nita setelah Dito selesai dengan makanannya.

"Gila laper banget gue Nit, semalem begadang abis tenaga gue," Dito menyeruput es tehnya hingga tandas.

"Sekarang abis makan mau ngapain?" Tanya Nita.

"Bentar lah, duduk dulu. Biar turun dulu ini makanan," Dito menyandarkan tubuhnya pada sandaran kursi.

Saat Nita kembali menyesap teh tawarnya, tiba-tiba ponselnya bergetar menampilkan notifikasi dari seseorang. Nita segera mengambil ponselnya dari saku dan membaca pesan yang ternyata dari Joy itu.

Joy : Pulang jam berapa? Nanti aku jemput yah ^_^

Nita menahan senyumnya membaca pesan itu. Dengan cepat jarinya menari di atas layar ponselnya.

Pai : Jam 12 cus, gaada kelas aku habis ini. See you bby :*

Pesan pun terkirim dan langsung mendapat balasan berupa stiker Pentol yang sedang membawa hati berwarna merah muda.

"Napa lo senyum-senyum sendiri?" sebuah suara mengalihlan perhatian Nita dari ponselnya, membuat wajah gadis manis itu merona karena tertangkap basah senyum-senyum sendiri.

"Eng-nggak kok, temen gue ngirim video lucu barusan,"
Jawab Nita gagap.

Dito menatap Nita curiga, "Kalo lucu lo tuh ketawa, bukan malah senyum-senyum sampe pipi lo merah gitu,"

"Yee terserah gue dong, muka muka gue ngapain lo ngurus?"

"Emang video apaan sih? Sini gue liat," ujar Dito seraya menyambar ponsel Nita, namun segera perempuan itu menghindar.

"Nah, udah mulai ya ikut campur urusan orang," peringat Nita, yang langsung membuat Dito berdecak sebal.

"Iya deh enggak. Ribet dah temenan ama lu,"

Nita hanya terkekeh penuh kemenangan mendapat jawaban seperti itu.

Obrolan mereka pun berlanjut mengenai file powerpoint yang menghilang secara misterius dari laptop Dito itu. Mereka cari sampe ke pelosok folder, tetap saja tidak ditemukan.

"Kalo nggak sengaja ke hapus gimana Nit? Soalnya lusa laptop gue dipinjem adek gue buat bikin powerpoint juga. Feeling gue kuat sih kalo tentang ini,"

"Emang lo udah tanya adek lo tentang ini?"

"Udah, dia bilang gatau soalnya yang buat ppt waktu itu temennya dia, sedangkan adek gue cuma disuruh bawa laptop doang,"

"Gimana ya?" Nita tampak berpikir mencari solusi untuk menyelamatkan presentasi mereka Kamis besok.

"Kalo menurut gue sih ya, kan kita masih punya tiga hari, seminggu lah mentok kalo nggak kebagian presentasi besok Kamis. Nah waktu yang ada itu kita pake buat wawancara lagi aja. Daftar pertanyaannya masih ada di Lala, kan? Kita wawancaranya buat formalitas aja sambil direkam, terus di sana kita ambil lagi juga gambarnya," jelas Dito.

"Nggak ribet ya emangnya?" Tanya Nita ragu-ragu.

"Kalo menurut perhitungan gue si enggak, soalnya kita udah kenal sama pemiliknya juga, jadi ijin buat wawancara pasti gampang. Dan juga pertanyaan yang diajuin itu yang pokok aja, kan cuma buat bukti video aja. Gue yakin deh sehari juga kelar,"

"Kalo pemiliknya itu--siapa? Pak Ahmad ya? Itu lagi ada acara diluar gimana? Kan kita mesti nungguin,"

"Kalo itu tenang aja, pan gue masih nyimpen kontak dia. Nanti gue tanyain dia kosongnya kapan. Terus gue infoin deh ke elo sama Lala kapan bisa berangkat ke sana buat wawancara,"

Mendengar penjelasan panjang lebar dan nada optimis dari Dito, Nita akhirnya mengangguk. Yah, setidaknya ini solusi terbaik yang bisa mereka lakukan, "Ini nih enaknya satu kelompok sama elo," puji Nita.

"Haha.. ya iyalah, siapa sih yang nggak mau ama gue?" Tambah Dito melebih-lebihkan.

"Yee.. ngaco lo,"

"Haha.. canda kali. Eh, balik yuk. Udah mulai rame nih warung," ajak Dito sambil bangkit dan berjalan menuju mbak-mbak yang berdiri di balik meja kasir.

Setelah membayar makanannya, Dito dan Nita segera keluar dari situ.

"Abis ini lo mau kemana?" Tanya Dito saat mereka tengah berjalan kembali menuju kampus.

"Gue mau jalan abis ini, kenapa?"

"Sama siapa?"

"Joy,"

Mendengar nama itu disebut, Dito memutar kepalanya menatap Nita, "Joy, maksud lo cowo yang waktu dulu di pameran sok kenal ama lo itu?"

Nita mengangguk dan menatap Dito heran, "Iya, kenapa emangnya?"

"Lo masih sama dia?" terdengar nada bicara Dito berubah.

"Emang lo pikir gue sama dia udah nggak barengan lagi?"

"E--bukan, gue... cuma... cuma mau mastiin aja," jawabnya gugup

Walaupun heran dengan sifat sahabanya yang tiba-tiba berubah itu, Nita hanya menganggukkan kepalanya, "Ohh gitu,"

Tidak terdengar jawaban dari Dito. Laki-laki itu menatap lurus ke depan dengan ekspresi yang tidak bisa Nita tebak. Akhirnya, sepanjang perjalanan menuju kampus, mereka berdua hanya membisu dan menciptakan perasaan canggung.

"Joy mau jemput lo?" Tanya Dito setelah mereka sampai di gerbang kampus. Nada laki-laki itu terdengar dingin.

Nita mengangguk.

"Jam berapa?" Tanya laki-laki itu lagi.

"Jam dua belas,"

Dito terlihat mengangkat tangan kirinya dan mengecek jam tangannya. Jam dua belas kurang sepuluh.

"Dia bilang mau jemput lo di sini?"

Nita mengangguk. Heran ia sebenarnya dengan cara Dito menanyainya yang seperti menginterogasinya. Ia ingin bertanya kenapa namun ia urungkan niatnya.

Akhirnya aksi diam-diaman pun terjadi lagi. Suasana canggung kembali tercipta diantara mereka berdua.

"To, kalo lo mau duluan gapapa kok, gue tunggu di sini sendiri aja," kata Nita akhirnya karena tidak tahan dengan sikap Dito yang tiba-tiba berubah itu.

"Loh, lo ngusir gue?"

"Eh, bukan. Ee.. kalo lo mau disini dulu juga gapapa kok," kata Nita akhirnya.

Dito terlihat ingin menjawab perkataan Nita, tapi tepat saat itu ponsel perempuan itu bergetar lagi. Nita segera mengeluarkan ponselnya dan membaca pesan masuk dari Joy.

Joy : Udah bubar? Aku tunggu di gerbang utara

Dengan cepat jemari Nita menari membalas pesan Joy,

Pai: Aku udah tunggu di gerbang timur Kak, sama Dito

Pesan Nita langsung centang biru, tapi tidak ada tanda-tanda Joy hendak membalas. Akhirnya ia masukkan kembali ponselnya ke saku hoodie parasut yang ia pakai.

Tidak lama kemudian, nampak olehnya Audi hitam metalik yang menepi di seberang jalan. Itu mobil Joy.

"Ee.. To, gue duluan ya," sapa Nita canggung, kemudian melangkahkan kakinya menyebrangi jalan menghampiri Audi metalik itu.


To be continued...

♥♥♥


Terimakasihhhhhh yang udah mau baca cerita saya suhu-suhu, maap bnget klo masih garing, alurnya blm jelas, soalnya ini masih awal-awal.
Ditunggu ya kritik dan sarannyaaaaa.....
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd