Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Maafkan mama, Ben

bagian 15

Eman kian gerah, keringatnya sampai sempat menetes ke ubin berdebu itu.
Kontol berdarah mudanya rasa hendak memberontak, terbebas dari celana pendek lusuhnya.

Di sudut lain, pak Dwi dengan tatapan penuh nafsu yang ditahan-tahannya sedari tadi, merangkak dalam keadaan telanjang bulat, ke depan, mendapati wajah ayu bu Rara yang masih ngos-ngosan.
Pentungan hitam pak Dwi terseret-seret menyusuri kulit putih bu Rara yang sudah berpeluh, dari pusar, naik diantara dua susu berlemak bu Rara yang bergerak naik turun.
Pak Dwi berhenti, saat kontolnya yang sudah memanjang dan menampakkan lebih jelas urat-uratnya itu, sampai pada dagu bu Rara, yang masih mengumpulkan nafasnya.
Pak Dwi kini sudah berlutut di bawah ketek bu Rara, diarahkannya dengan hati-hati pentungan beruratnya di atas wajah bu Rara yang mulai merona, memerah karena nafsunya yang semakin terpancar keluar.
Kontol hitam ini, yang lama sekali dirindukannya, kini berdenyut-denyut mengkilap tepat di atas wajahnya yang pasrah, kedua tangannya dibukanya lebar-lebar ke atas belakang.
Dibuka lebar-lebar mulut manis berbibir pinknya tanda setuju buat pak Dwi untuk menggagahi wajahnya.
Pak Dwi menurunkan pinggangnya, pelan, tapi pasti, pentungan hitam kerasnya mengisi rongga mulut bu Rara yang hangat dan lembut.
Bu Rara memejamkan mata, pipinya merona semakin jadi.
Pak Dwi berhenti menurunkan pinggangnya, pentungannya sudah mentok, bu Rara mendesah antara nikmat dan sesak "owghhh... Mpfghhh... "
Pak Dwi memompa pelan, lembut sekali, tak ingin merusak mood bu Rara bila sampai tersedak.
"Mmhhhh... Mmmm... Mhhh.. " Rindu bu Rara pada pak Dwi, yang sedikit demi sedikit dilepaskannya, menitikkan air mata dari sudut luar matanya sambil terpejam.
Setelah beberapa saat, pak Dwi mundur, kontolnya lepas dari mulut bu Rara, yang tersenyum manis diantara pipinya yang masih merona.
"Gede banget pak.. Udah keras nih.. " Bisik bu Rara sambil menggenggam dan mengocok pelan kontol pak Dwi dengan kedua tangannya yang berjari mungil, diseka pula matanya yang berair.
Dengan sabar diletakkannya kontol pak Dwi di antara teteknya, dijepitnya naik turun, sambil menyaksikan pak Dwi yang kini tegak badannya, penuh otot-otot yang ikut mengeras, walau kulitnya sudah sedikit keriput.
"Pak Dwi.. "
Pak Dwi hanya diam, pandangannya kini menyatu dengan bu Rara.
"Pak Dwi kangen gak? " Bisik bu Rara lagi sambil kembali berkaca-kaca.
Pak Dwi kian mengeras saja pentungannya, mendapat rangsangan hhh... Kangennya pak... Hgkkk.... " Bu Rara semakin buas, tangannya menjalar-jalar di tengkuk dan kepala plontos pak Dwi.
Diraihnya tangan pak Dwi, yang masih mematung disergap demikian rupa bibirnya, diarahkannya ke selangkangan bu Rara yang dibukanya lebar-lebar.
Pak Dwi langsung saja memasukkan jari telunjuk dan tengahnya, ke dalam liang sorga bu Rara yang sudah basah sekali, dikorek-koreknya dengan kasar.
"Owh" Bu Rara melepas ciumannya, dituntunnya pelan tangan pak Dwi.
"Gini pak... " Diraihnya jari pak Dwi, diusel-uselkannya ke jengger klitorisnya yang sudah tegak kencang.
"Gak usah dimasukin jarinya ya pak Dwi.. Diginiin ajah.. " Bisik bu Rara dengan mata sayu.
Pak Dwi yang cepat belajar, segera lancar menjalankan instruksi bu Rara.
"Yes, seperti itu pak... Mphhhh.. Slurpppphh.. Oumhhh" Lanjut bu Rara kembali memagut bibir pak Dwi, kali ini semakin melembut, tidak liar seperti tadi.
Kali ini, tidak seperti sebelumnya, pak Dwi yang duluan tidak tahan, kontolnya seperti akan meledak karena demikian hebat rangsangan yang mengisi pembuluh darah di sekujur pentungannya.
Rasa ingin segeranya disodok-sodokkan ke liang sorga bu Rara, namun ada bagian lembut dirinya yang ingin melayani bu Rara sebaik mungkin, yang penting bu Rara puas dan bahagia.
Pinggul bu Rara menggeliat, menyambut jari-jari pak Dwi yang mengusel-usel klitorisnya kian cepat dan cepat, dan..
"Ooh... Jangan stop pak.. Ah.. Akuhh mauk... " Dipeluknya pak Dwi erat sekali, kepala mereka kini bersebelahan, bu Rara memejam sekuatnya.
"Ahhhh..... " Bu Rara kejang-kejang, pinggangnya berkedut sekali, dua kali, tiga kali, lalu jatuh lemas.

Di balik pintu, Eman sedari tadi ternyata sudah mengeluarkan kontolnya, mengocoknya tanpa stop sambil nonton permainan pak Dwi dan bu Rara, tanpa berkedip sedikitpun.
Eman menutup mulutnya, kontolnya menumpahkan maninya ke ubin, berkali-kali, dikocoknya terus, diperasnya sampai tak bersisa, lalu terduduk lemas bersandar pada dinding.

"Pak Dwi, masukin gih pak.. Rara tau pak Dwi udah gak tahan mau masuk.. " Bu Rara meloloskan keluar rok lebar biru tuanya, sehingga kini mereka berhadap-hadapan tanpa sehelaipun benang di antaranya.
Dengan wajah sumringah dan seutas senyum tipis, pak Dwi mengocok-ngocok pelan pentungannya agar siap dengan kemampuan terbaiknya, menerobos liang sorga bu Rara.

Slepppp

Diluar dugaan pak Dwi, liang sorga bu Rara kali ini lebih licin dari sebelumnya, kontolnya walau nampak kebesaran, namun menerobos dengan mudahnya.
"Ouuu yessh.. Diamin dulu pak Dwi.. "
Pak Dwi yang kontolnya hanya masuk 3/4 namun sudah terasa mentok, pasrah saja dengan permintaan bu Rara.
Bu Rara tersenyum, menatap pak Dwi lembut, ingin dirasakannya dulu baik-baik sensasi penuh dalam liang sorganya, dirasakannya denyutan-denyutan kontol pak Dwi yang mengisi penuh.
"Ayo pak, goyang aku sampai hamil.. "
Dengan posisi misionaris, pak Dwi pelan-pelan memaju mundurkan pentungan hitamnya, walau dalam hatinya ingin sekali disodoknya kuat-kuat sempai mentok, sampai pinggangnya beradu dengan bokong kenyal bu Rara itu.
Bu Rara menjulurkan tangannya, pak Dwi menyambutnya, kedua pasang tangan mereka bergenggaman mesra.
Pak Dwi bernafsu sekali, melihat susu bu Rara yang bergoyang pelan mengikuti ritme sodokannya, namun tetap dengan patuh tangannya tak melepas gandengan dari bu Rara.
Bu Rara di bawah sana, sesekali melirik awan yang berarak di atas mereka, di antara dinding-dinding telanjang yang sudah berpisah dengan atapnya.
Ah, ini seks terbaik dalam hidupku,kira-kira seperti itu batin bu Rara.
"Pak Dwi... " Ditatapnya kembali lekat-lekat mata pak Dwi yang sedikit tersembunyi kening kekarnya.
"Aku milikmu pak Dwi, kamu entot aku sesukamu sekarang.. Aku siap.. "
 
Terima kasih apresiasinya suhu sekalian. Mohon maaf lagi, sering ngentangin n lama update (sekali update hampir selang setahun). Tdk biasanya, tapi kali ini utk kelanjutannya ane mempersilahkan vote terbanyak di antara 2 opsi lanjutan berikut pilihan para suhu pembaca yang baik:

1. Pak Dwi dan bu Rara di sesi kali ini tdk mendapat gangguan apapun, seksnya tuntas sampai bu Rara terampun-ampun dan pak Dwi pejunya kering.

2. Karena satu hal, Eman yang masih 'hijau' itu bergabung bersama pak Dwi bersama-sama berbagi menikmati bu Rara.
 
Bimabet
Setelah masuk 15 vote, akan dilanjutkan sesuai pilihan terbanyak dari suhu2 sekalian yang baik 🙏
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd