Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Mahasiswa Tour Leader

Status
Please reply by conversation.
Maaf Om ya SSnya kocak,
padahal udah mulai hot jadi mlempem lagi gara2 ada hitungan mundur dan ketawanya Sherin.
Tapi Tetap saya suka.


Hahaha siap, emang Mario orangnya suka ngawur om...

Malah katanya itu ucapannya yang paling dia inget di momen itu.

Berarti next SS nanti coba saya buat lebih serius biar suasananya kebangun.
 
Ane cuma ikut nambahin aja, Mario dan Sherin mulai ada chemistry, sepertinya mereka semakin terbawa cinlok.

Ane juga sama seperti om @kuciah, memgucapkan terima kasih pada suhu@DoyanDolan, yang telah meluncurkan updatenya disela kesibukan RL.

Salam kenal suhu, mohon maaf jika kami sering numpang ngopi2 di mari, kami akan setia menanti update selanjutnya.
Suhu numpang ngopi tapi cemilannya bawa sendiri *eh
 
Hahaha siap, emang Mario orangnya suka ngawur om...

Malah katanya itu ucapannya yang paling dia inget di momen itu.

Berarti next SS nanti coba saya buat lebih serius biar suasananya kebangun.
Mirip dengan ceritanya Om @jodoaNG, Sama lagi seru2nya ada komentar lucunya.
malah jadi2 ketawa-tawa. Tapi tetap saya juga suka dengan cerita beliau.
jadi bisa dinikmati karena saya lebih suka dengan dialog dan alurnya.
Dengan dialog dua insan yg mesra membawa kita kepuncak kepuasan.
Seperti ceritanya Om @seravi_yvi, adegan SSnya enak diikuti.
Tapi Om Doyan SS kalo menurut saya hanya bumbu penyedap,
jadi tidak harus setiap update ada SSnya.
 
Mirip dengan ceritanya Om @jodoaNG, Sama lagi seru2nya ada komentar lucunya.
malah jadi2 ketawa-tawa. Tapi tetap saya juga suka dengan cerita beliau.
jadi bisa dinikmati karena saya lebih suka dengan dialog dan alurnya.
Dengan dialog dua insan yg mesra membawa kita kepuncak kepuasan.
Seperti ceritanya Om @seravi_yvi, adegan SSnya enak diikuti.
Tapi Om Doyan SS kalo menurut saya hanya bumbu penyedap,
jadi tidak harus setiap update ada SSnya.
Nanti di protes suhu kok cerita panas SSnya dikit... hehe
 
Wah gokil nih cerita auranya dapet banget. Langsung kebayang jadi mario bobo bareng sama sherin kan. Ditunggu updatenya om
 
Kisah Mahasiswa Tour Leader
Chapter 1: Sherin Maharani
Part 6: Malam Itu


Langsung saja kuhampiri mas Kelik bersama anak buahnya dengan motor yang sudah ia siapkan di depan. Rupanya sudah ada 5 motor yang ia sewakan.

“Mas, aku juga mas.” Panggilku ke mas Kelik.

“Siap bos.”


“Berapa?” Tanyaku sambil mengeluarkan dompet bermaksud mengeluarkan uang dan identitas sebagai jaminan.

“Wes, raksah mas, iki aku ngelarisi 5, mengko bayare nek nang Jogja meneh kabari wae.”
Jawab mas Kelik dengan bahasa Jawa yang intinya tidak mau menerima bayaran dari ku untuk motor yang kusewa.

“Wooo, tenan ki?” Balasku dengan bahasa Jawa juga.

“Tenan mas.” Jawab mas kelik sambil menyerahkan kunci dan helm.


Kuserahkan helm yang satu ke Sherin, bermaksud langsung mengajaknya untuk berangkat.

“Sekarang? Mandi dulu dong, biar seger.”


“Ohh ya udah sana, aku tunggu di lobby aja ya.” Kataku mengiyakan.

Sherin pergi meninggalkan ku di lobby untuk mandi dan berganti baju. Sementara aku di lobby melanjutkan mengobrol dengan mas Kelik.

“Piye Jogja saiki mas?” (Gimana Jogja sekarang mas?) Aku memulai obrolan dengan mas Kelik.

“Wah ngeri mas.”


“Ngeri kenapa?”

“Semua orang buka usaha di bidang wisata mas. Ya Hotel, tempat wisata, rental mobil, ya sama rental motor gini mas.”


“Makin banyak saingannya?” Tanyaku menyimak.

“Hooh, moso sekarang liburan aja sepi mas. Apalagi ada kabar katanya Go-Jek mau masuk ke Jogja. Itu lho mas, ojek yang bisa dipesen pake hp itu.”


Saat itu memang aplikasi ojek dan taksi online baru ada di Jakarta, belum menyebar ke kota-kota lain. Tapi kekhawatiran mas Kelik sangat wajar. Suatu waktu pasti akan ada di Jogja.

“Yo kan kalau ojek ada abangnya. Gak bisa boncengan sama pacar dong.” Sahutku menghibur mas Kelik.

“Iya ya mas, gabisa bebas. Yowes kalau gitu saya pamit dulu mas mau ada urusan lain.” Pamit mas Kelik.


“Monggo mas.”

Tidak lama dari mas Kelik pamit, Sherin turun dan menghampiriku.

“Yuk.” Panggilnya singkat.

Panggilan Sherin membuyarkan lamuanku yang masih bengong melihat penampilannya malam itu. Berbeda jauh dari hari-hari sebelumnya, lebih berani. Mungkin karena malam ini tidak sedang ‘jaim’ ketika di depan rombongan. Malam itu dia mengenakan hotpants jeans dengan tshirt lengan pendek.

“Ayo, nih pake.” Ku serahkan helm ke Sherin, dan langsung naik ke motor.

“Jadi, kemana kita?”

“Makan?”

“Nanti dulu, masih kenyang.” Sherin menolak makan dan memilih jalan-jalan dahulu.

Kubawa motor menyusuri jalanan kota Jogja yang masih basah sehabis diguyur hujan. Udaranya pun dingin, membuatku berjalanan pelan.

“Pelan-pelan bawa motornya, anginnya dingin.” Keluh Sherin


“Ye salah sendiri udah tau naik motor bukannya pake jaket malah pake baju kaya gitu.”

“Hahahaha, iya salah kostum.”

“Mau balik hotel lagi ambil jaket?” Tawarku

“Gausah gapapa, gini aja ya..” Jawab Sherin sambil melingkarkan tangannya ke pinggangku dan memelukku erat melindunginya dari angin malam yang dingin.


Motor kubawa menyusuri jalan Malioboro hingga ujung nol kilometer lalu masuk ke dalam kompleks alun-alun utara dan masuk menuju alun-alun selatan yang masih sangat ramai. Ketika malam, jalan di alun-alun selatan kompleks kraton Jogja penuh dengan becak warna warni dihias lampu beragam bentuk. Di tengah banyak orang yang mencoba ‘masangin’ atau latihan konsentrasi berupa berjalan menuju tengah di antara dua pohon beringin atau ‘ringin kurung’ dengan ditutup matanya. Di pinggir banyak pedagang kaki lima dan tempat makan lesehan.

Motor ku parkirkan di sudut alun-alun. Aku menawarkan untuk naik becak warna-warni tersebut, namun Sherin menolak. Sherin lebih tertarik dengan orang yang berusaha mencoba ‘masangin’ tadi. Ku jelaskan kepada Sherin apa itu masangin.

“Jadi kalau bisa lolos, wish come true nih?” Tanya Sherin ditengah penjelasanku.

“Iya, belum puas kan di Borobudur?”

“Boleh-boleh deh. Siapa tau kali ini bisa.” Sahut Sherin semangat.

Aku langsung menuju ke salah satu tempat penyewaan penutup mata disana dan sempat diberi sedikit tips dari penjualnya.

“Dari awal harus udah yakin mbak. Pikiran kosong, fokus aja buat jalan yang lurus. Jangan mikirin yang lain, jangan dulu mikirin permintaannya terkabul.” Kata sang penjual kepada Sherin.

Sherin berdiri di tengah, mengarah ke antara dua pohon beringin tersebut. Untuk bisa lolos, Sherin benar-benar hanya perlu jalan lurus. Tidak perlu secara ajaib mencari jalan menuju tengah dengan ditutup matanya. Jalan lurus! Itu saja yang penting.

“Liatin Mar, kalau nyasar kasih tau.” Pinta Sherin kepadaku.


“Ye mana bisa, curang namanya. Justru gak boleh denger suara lain. Fokus aja ke langkahmu.”

Dengan yakin Sherin memulai langkahnya satu persatu dengan perlahan. Sementara aku tidak mampu menahan tawa karena baru pada langkah kelima, Sherin sudah melenceng dari jalurnya. Hampir berputar 180 derajat kembali ke titik awal.

“Udah-udah berhenti.” Sahutku lirih karena benar-benar sedang menahan ketawaku. Ku hampiri Sherin dan kubuka penutup matanya.

Sherin spontan menoleh kebelakang, melihat ringin kurungnya dan spontan berkata, “Hah udah lolos? Kok cepet amat?”

“Muahahahahahaha, belum, kamu mulai disini, badanmu muter tau gak?” Ketawaku lepas sambil menunjuk ke arah titik awal Sherin.

“Huh, coba lagi.”


“Yaudah gih sana.”

Kembali Sherin ke posisi awal, memakai penutup matanya dan memulai langkahnya.

Percobaan kedua ini jauh lebih lucu dari sebelumnya. Walau langkahnya lebih lurus, tapi tetap saja melenceng dan akhirnya BRUK, Sherin menabrak perempuan lain yang sedang sama-sama mencoba.

“Ehh, maaf-maaf mbak.” Ucap Sherin kepada orang yang ditabraknya.


“Muahahahahaha” Ketawaku sekarang jauh lebih kencang daripada tadi.

“HEH! MARIOOO, bukannya dicegah malah dibiarin aku nabrak orang.” Amuk Sherin kepadaku.

“Gak seru aku nontonnya kalau kucegah.”

“Emang ini pertandingan apa? Ada seru-serunya. Nih coba sendiri kalau gitu.” Sahut Sherin kesal sambil menyerahkan penutup matanya kepadaku.


“Kalau aku bisa, nginep di kamarmu lagi ya?”

“DEAL. Tapi kalau kamu gak bisa, malem ini traktir aku makan, dan tidur sama supir!” Sherin sangat yakin dengan taruhannya.

Kuterima tantangan dan taruhan Sherin dan menuju titik awal, memasang penutup mataku.

“Woi, ngapain diputer? Tadi kan gue gak muter badan lu.” Kataku kesal karena Sherin mencoba memutar badanku mengarah ke arah yang salah.

“Yaudah sana, kalau bisaa..”

Langkahku dimulai dengan yakin. Pikiranku benar-benar fokus ke langkahku saja. Lurus, lurus, lurus. Itu misiku. Karena lama Sherin tidak menghentikanku, aku yakin aku bisa. Beberapa lama kemudian ada suara asing yang memanggilku. Rupanya ada orang lain yang menghentikanku dan membuka tutup mataku karena aku hampir keluar dari lapangan. Hasilnya? Sukes!

“YES! Hahahahahaha. Kamu bukannya cegah aku ke jalan malah diem-diem aja. Iri ya aku bisa lolos? Hahahaha” Aku sangat senang dengan keberhasilanku.

“Huh, kok bisa sih? Pasti sering ya nyobain?” Sherin penasaran.

“Engga, rahasianya itu… aku dulu ikut pramuka, belajar baris berbaris, pasti bisa ditutup matanya tetep lurus jalannya.”

“Tuhkan curaaaanggg.” Teriak Sherin sambil mencubit tanganku.

“Aduhduhhh, berarti permintaanku terkabul ini.”

“Apa emangnya Mar?”

“Tidur sekamar sama kamu lagi. Hihihi”

“Tuhkan, gak suka deh kalau mukanya udah mesum gitu.”

“Hahaha, udah mau jalan lagi? Udah laper?” Ajakku ke Sherin.

“Udah, ayo makan aja.” Jawab Sherin.

Kami kembali ke motor dan langsung jalan lagi. Kuputuskan menuju daerah Prawirotaman. Daerahnya turis-turis mancanegara. Di sana banyak terdapat guest house, kafe, bar, dan toko-toko dengan barang-barang yang menarik.

Sepeda motor kuparkirkan di salah satu sisi jalan. Kemudian kami berdua berjalan kaki menyusuri jalan Prawirotaman sambil memilih tempat untuk makan. Sepanjang jalan kami berpapasan dengan beberapa orang bule hingga tiba di salah satu kafe yang terlihat ramai.

“Sini?” Tanyaku

“Boleh” Jawab Sherin sambil kami masuk dan memilih meja.

Suasana kafenya seperti kafe pada umumnya. Hidup dan ramai dengan alunan live music. Waiter pun datang dan memberiku buku menu.

“Sama Coronanya boleh deh.” Pesanku ke pelayan saat selesai memilih makanan.

“Ohhh nge-bir nih ceritanya. Kalau gitu saya juga deh, Radler Lemon.” Pesan Sherin.

“Jadi, lu suka minum bir?” Tanyaku ke Sherin

“Jarang, tapi emang suka sih.”

“Jadi gimana Jogja Rin?”

“Seru, banyak yang baru.”

“Cowok baru?” Tanyaku sambil menunjuk jariku ke diriku sendiri.

“Tempat baru kali maksudnyaa.”

“Ohhh, masih banyak lho yang belum kita datengin di Jogja ini.”

Candaan dan obrolan terus mengalir dari kita berdua. Saat selesai makan, kuperhatikan tampaknya toleransi alkohol Sherin tidak terlalu tinggi. Satu botol bir saja sudah membuat omongannya aneh, walau memang belum bisa dibilang mabuk.

“Liat tuh di sana ada bule kere.” Ucapku sambil menunjuk ke salah satu meja.

“Kok tau?”

“Iya dari penampilannya aja. Terus daritadi pesenannya cuma itu doang, tapi nongkrongnya lama banget.”

“Kalau bule yang itu?” Tanya Sherin sambil menunjuk meja dengan cowok bule 50 tahunan dengan pasangan cewek ‘Indo’nya.


“Om-om cari dedek-dedek lokal itu.” Jawabku disambut ketawa dari Sherin.

“Pasti ada sesuatu yang terjadi nanti diantara mereka berdua.” Sambung Sherin.

“Kok tau?” Tanyaku

“Udah jelas Mar, gak perlu indra keenam buat tau.”


Aku dan Sherin ketawa mendengar jawaban Sherin

“Kalau diantara kita? Ada sesuatu yang nanti terjadi?” Tanyaku modus, memberi kode ‘khusus’.

“HHmm, ada!”

“Asyik.”

“Ada, tidur di kasur masing-masing.”

“Yaahhh” Ucapku kecewa.

Selesai makan dan membayar, kami kembali berjalan kaki menuju motor kami di ujung jalan. Sepanjang jalan kurasakan Sherin yang sudah mulai dekat denganku. Sekarang tidak sungkan lagi merangkulkan tangannya ke pinggangku.

Perjalanan pulang pun sama, Sherin menurut ketika tangannya kutarik memelukku lebih erat. Sementara itu, kepalanya disenderkan ke bahuku sambil sesekali berbicara denganku. Suasana malam yang sangat syahdu, jalanan masih basah karena hujan. Ini yang membuatku benar-benar betah di motor, membuatku memilih jalan memutar. Bukannya langsung menuju hotel, motor kuarahkan ke arah Lempuyangan-Kridosono-Tugu, baru akhirnya kembali ke hotel melalui jalan Mangkubumi.

Tiba di hotel, motor ku parkirkan dan langsung menuju kamar Sherin. Sesuai janji taruhannya tadi, malam ini aku kembali tidur di kamarnya. Sherin memutuskan untuk mandi yang kedua kalinya malam itu, belum bisa tidur kalau belum mandi yang bersih katanya.

Aku yang masih terbawa suasana berdua di motor, menyusul langkahnya ke kamar mandi beberapa saat setelah Sherin masuk. Sherin yang baru selesai mencuci mukanya kaget ketika melihat aku berdiri di belakangnya melalui cermin. Ku beranikan diri memeluk dirinya dari belakang, lagi-lagi tanpa penolakan. Wajahku ku dekatkan ke lehernya, menghirup aroma badannya yang wangi, walau baru mau mandi.

Dari lehernya wajahku bergerak keatas menuju pipinya lalu kukecup pelan. Sementara Sherin melingkarkan tangannya ke keleherku, menarik kepalaku lebih dekat. Merasa diberi kode, bibirku berpindah mencium bibir Sherin. Bibirnya kulumat lembut sambil seskali kumainkan lidahku masuk kedalam mulutnya.

Sementara itu di bawah, tanganku mulai masuk dibalik baju Sherin. Kaosnya kutarik keatas mendekati lehernya, kulepaskan ciumanku sebentar sambil membiarkan kaosnya terbuka melewati leher dan kepalanya.

Tanpa atasan, ku balik badan Sherin menghadapku bersandar pada wastafel. Kucium lagi bibir Sherin, kini dengan nafsu lebih tinggi dari sebelumnya. Dari awal permainan benar-benar tidak ada kata yang keluar dari mulut kita berdua, benar-benar menjadi pasangan yang sedang menikmati momen.

“Mau mandi kan? Sekalian ku buka ya.” Ucapku penuh arti kepada Sherin saat akan membuka kaitan bra yang ia kenakan.

“Kamu gak ikut sekalian?” Tanya Sherin sambil memegang ujung kaosku berniat membukanya.

Kujawab pertanyaan Sherin dengan mengangkat tanganku, memudahkan ia membuka bajuku. Bibirnya kembali kulumat habis sambil mencoba melepas kaitan branya lagi.

Kini Sherin berdiri tanpa ada sehelai benang di tubuh atasnya. Tersisa celana hotpants jeans yang masih dipakai, tangan kananku menyelinap kedalamnya sementara tangan kiriku bermain di dadanya. Bagian basah kurasakan di tanganku ketika masuk ke balik celananya. Ditutupi rambut-rambut halus, kuusap pelan dengan tanganku pelan sambil sesekali jariku bergerak lebih jauh. Tatapan wajahnya sungguh bukan Sherin yang kulihat kemarin. Wajah yang terlihat imut hilang digantikan tatapan wanita dewasa penuh arti.

“Kapan mandinya ini?” Tanya Sherin sambil melepaskan ciuman dan mengambil ikat rambut. Mengikat rambutnya keatas agar tidak basah nanti ketika mandi, menunjukkan leher jenjangnya tanpa terhalang rambut.

“Oh iya.” Jawabku sambil membuka kaitan celananya, menariknya kebawah sekalian dengan celana dalamnya membuka seluruh tubuhnya telanjang di depanku.

Badanku kaku, mulutku diam, mataku terpaku melihat pemandangan dihadapanku. Membuatku tidak sadar Sherin berusaha membuka celana jeans ku.

Sukses setelah saling menelanjangi, Sherin menggandengku berdiri di bawah shower.

“Mandiin” Ucapnya manja sambil memberikan showernya kepadaku.

Kuputar keran showernya, membasahi seluruh badan Sherin. Dengan sabun kumandikan badan Sherin. Seluruh badannya kuusap dari belakang. Kumanfaatkan momen ini dengan memberikan rangsangan ke tubuhnya. Mulai dari payudaranya, kebawah hingga pangkal pahanya.

Desahan lirih keluar dari mulutnya, menandakan dirinya menikmatinya. Dari belakang Sherin kupeluk erat sambil diguyur shower bersama.

Sherin melepaskan diri dari pelukanku, membalik badannya menghadapku. “Gantian” ucapnya singkat.

Kini giliran Sherin yang mengusapkan sabun pada badanku. Tangan kanannya
pada badanku dan tangan kirinya mulai berani menyentuh daerah pangkal pahaku sementara bibir kami berdua sibuk melumat satu sama lain.

Tangan nakal Sherin kini sudah mulai bermain dengan juniorku. Penisku diusap pelan, dikocok dan jarinya bermain pada kepalanya. Permainan jari-jari tangannya yang lihai membuat ku menjadi sangat terangsang. Nafsu yang sudah dipucuk membuatku ingin segera berpindah ke kasur dan melanjutkannya disana. Ku bantu Sherin membilas sisa sabun di badanku dan dia. Sherin ku gandeng keluar dan mengeringkan badannya dengan handuk.

Sesaat kemudian, aku dan Sherin sudah keluar dari kamar mandi. Sherin langsung ku ajak untuk tidur terlentang diatas kasur. Ku posisikan badanku di atas badannya, kulumat bibirnya, dagu dan lehernya, terus kebawah menuju dadanya sambil tanganku bermain di bibir vaginanya. Desahan pelan memenuhi suasana kamar malam itu.

Posisi tangan dan kepalaku bertukar. Kini mulutku berada di pangkal paha Sherin sementara tanganku berada di dadanya. Vagina Sherin dengan rambut tipis ku oral, sementara jari-jariku bergerak di dadanya. Jari telunjukku bergerak melingkari areola sambil sesekali menyenggol dan menekan putingnya pelan. Dibawah, lidahku menyapu seluruh bagian labianya sambil sesekali ku dorong masuk. Pinggul Sherin yang naik turun menandakan sensasi nikmat yang sedang ia rasakan.

“Ough udah, udah Mar, gantian.” Sahut Sherin lirih, terengah-engah.


Atas permintaannya kini aku yang tertidur terlentang, sementara Sherin berada di atas tubuhku. Sherin mengocok penisku beberapa kali hingga menegang sempurna dilanjutkan kepalanya yang mendekat. Gantian Sherin yang sekarang mengoral penisku. Mulut dan lidahnya bermain di seputar kepala penisku dan tangannya mengocok pangkalnya.

Tidak lama Sherin dalam posisi ini, tangannya kutarik membuat tubuhnya berada diatas tubuhku. Sherin yang paham langsung duduk diatas pinggulku dengan bibir vaginanya yang bersentuhan dengan penisku. Gerakan maju dan mundurnya membuat kedua alat kelamin kami saling bergesekan.

“Jangan gitu aja dong, nanggung.” Pintaku ke Sherin.

Sherin mengangguk, pinggulnya diangkat sementara tanganku mengarahkan penisku ke bibir vaginanya.

“Ssttt oughhh…!” Teriak Sherin ketika dengan sekali gerakan turun, masuklah seluruh penisku kedalam vaginanya.

Pinggulku naik turun membantu gerakan naik turun badannya. Tanganku memegang pinggangnya sambil terkadang naik meremas payudaranya pelan. Erangan dan desahan Sherin semakin kencang bersamaan naiknya ritme permainan.

“Ah, ah, hmphh.. Oughhh.” Sherin ambruk keatas badanku ketika mencapai orgasmenya.


Badannya ku peluk sementara penisku masih ada di dalam vaginanya. Kami kembali berciuman sambil mengambil jeda nafas.

Tidak lama badan Sherin ku balik dengan posisi kini aku yang di atas. Ku duduk berlutut kemudian mengarahkan penisku kembali ke vaginanya.

“Bentar, bentar ambil nafas dulu.” Pinta Sherin lirih.


“Sepuluh, sembilan, delapan…” Jawabku menghintung mundur.

“Ihh, bentar… Hahaha” Sherin ketawa.

Aku menurut, tapi tidak lama, karena sudah tidak sabar.

“Hmphh.” Respon Sherin saat penisku kembali ku masukkan.

Dengan posisi misonaris permainan ku lanjutkan. Terkadang badanku turun mencium bibirnya, lehernya atau payudaranya. Tanganku memegang pinggangnya sambil pinggulku maju dan mundur.

Sudah sangat lama aku tidak berhubungan seks, hampir dua tahun lamanya. Mungkin inilah yang membuatku tidak bisa bertahan lama kali ini. Aku merasakan juniorku akan segera menumpahkan muatannya. Namun syukurlah, sesaat sebelum keluar, Sherin lebih dulu orgasme untuk yang kedua kalinya.

“Hmmphh, aku mau keluar lagi… Oughhh” Erang Sherin saat mendapat orgasme yang kedua kalinya.


Gerak pinggulku kupercepat, Sherin masih meracau, mendesah tidak karuan. Hingga akhirnya bisa kurasakan aku akan segera orgasme. Penisku kulepas keluar dan kukocok diatas perut Sherin.

“Ahhh, huh huh huh.” Nafasku tersenggal-senggal saat akhirnya aku mencapai orgasme yang kutumpahkan ke atas perut Sherin.

Kami kembali ke kamar mandi, kembali saling membersihkan diri. Aku memeluk Sherin dari belakang saat berada di bawah guyuran shower. Kadang kucium punggung lehernya yang terekspos karena rambutnya yang diikat keatas.

“Makasih ya.” Ucapku.

“Makasih juga, coba kalau kamu gak mulai duluan. Udah tidur di kasur masing-masing ini kita.”


“Lho kok aku?” Balasku protes.

“Iya lah, yang main nyelonong masuk kamar mandi tadi siapa?”


“Lah yang ngasih izin aku tidur disini siapa?”

“Kan taruhan.”

“Yang kalah taruhan siapa?”

“Yang bikin taruhannya siapa?”

“Iya deh iya salah, kalau gak ngaku salah gak selesai-selesai.” Jawabku mengalah.

“Nah gitu dong hihihi.”

Kami keringkan badan kami dan langsung menuju kasur untuk tidur. Kami tidur sambil berpelukan layaknya pasangan, walau kami berkenalan saja baru kemarin lusa. Malam ini Sherin mengenakan piyama saja tanpa pakaian dalam apapun membuatku tanganku bebas berkeliaran di badannya.

Waktu sudah menunjukkan pukul 2 pagi saat terakhir aku melihat jam tangan sebelum akhirnya terlelap tidur…

Zzzz

Bersambung...
Akhirnya yang di tunggu tunggu sama mario terjadi juga hehehehe buat om TS semangat lanjutin ceritanya hahaha
 
Mirip dengan ceritanya Om @jodoaNG, Sama lagi seru2nya ada komentar lucunya.
malah jadi2 ketawa-tawa. Tapi tetap saya juga suka dengan cerita beliau.
jadi bisa dinikmati karena saya lebih suka dengan dialog dan alurnya.
Dengan dialog dua insan yg mesra membawa kita kepuncak kepuasan.
Seperti ceritanya Om @seravi_yvi, adegan SSnya enak diikuti.
Tapi Om Doyan SS kalo menurut saya hanya bumbu penyedap,
jadi tidak harus setiap update ada SSnya.

:tepuktangan::tepuktangan:

untuk ts... ikutin aja instingnya dalam membuat adegan... setiap penulis punya ciri masing masing..

ibarat bulan... ............. berlari

titiknya isi sendiri dah.. kalau nggak mau juga nggak apa apa.. nggak maksa kok

=))=))=))
 
Bimabet
Terima kasih updatenya .
Ceritanya enak dibaca.soft banget alurnya

Soal update ga usah terlalu memaksakan, sehingga RL keganggu, yg penting TS punya komitmen buat update.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd