Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Masa transisi

Status
Please reply by conversation.
Update !

Lega nya..


Mita.


Ibu Mita : Neng,, udah siap ? Bentar lagi jam sekolah loh.
Mita : Ya, ya, ya Mita masih siap siap bu.
Ibu Mita : Oke, sarapan di meja ya neng, Ibu ke warung dulu.
Mita : Ya Bu.
Degup jantungku yang sedari tadi bergegup kencang kini perlahan tenang. Ku pakai beberapa pakaianku langsung secara berurutan dari celana sampai seragamku. Mita menoleh dengan senyumnya lalu mendekati kasur dan merebahkan tubuhnya. Munkin ia masih merasa lelah untuk memulai kembali bersiap ke sekolah. Namun taka da kata untuk rebahan sebentar, ini kesempatanku unutk mengamankan diri, keluar kamar Mita sebelum Ibu nya kembali datang.
Egi : Ta, aku keluar duluan ya, bahaya kalo aku disini lama lama.
MIta : Iya sayangg, aku juga mau mandi lagi hihi. Kamu tunggu aja di ruang tamu ya.
Egi : Oke deh.
Secepat kilat ku pergi keluar dari kamar Mita. Huhh, Selamet deh. Ucapku dalam hati. Kembali ku tarik nafas sedalam dalamnya dan menghembuskannya perlahan sambil merebahkan badanku di kursi yang ada di ruang tamu. Ku ambil hp ku dari saku celana untuk melepas bosan menunggu Mita yang beraktifitas di kamar mandi.

Lama- lama bosan juga menunggu Mita. Sudah 30 menit ia bersiap siap dan sekarang pukul 11.35. Tepat 20 menit lagi bel sekolah berbunyi. ‘Trek’ terdengar suara pintu kamar Mita. Mita sudah kembali terlihat segar dengan berbalit seragam lengkap putih birunya di padukan dengan jaket jeans yang membuat ia terlihat cantik dan tentu juga segar.
Mita : Yu gi kita berangkat ( ucapnya sambil menjulurkan lengannya)
Egi : Ayo deh.
Kami berjalan berdua menuju tempat dimana motorku terparkir sedari tadi. Sesampainya di sana kami berdua langsung menaiki motor tersebut dan langsung berangkat menuju sekolah.

Bersambungg .....
 
Update !

Lega nya..


Mita.


Ibu Mita : Neng,, udah siap ? Bentar lagi jam sekolah loh.
Mita : Ya, ya, ya Mita masih siap siap bu.
Ibu Mita : Oke, sarapan di meja ya neng, Ibu ke warung dulu.
Mita : Ya Bu.
Degup jantungku yang sedari tadi bergegup kencang kini perlahan tenang. Ku pakai beberapa pakaianku langsung secara berurutan dari celana sampai seragamku. Mita menoleh dengan senyumnya lalu mendekati kasur dan merebahkan tubuhnya. Munkin ia masih merasa lelah untuk memulai kembali bersiap ke sekolah. Namun taka da kata untuk rebahan sebentar, ini kesempatanku unutk mengamankan diri, keluar kamar Mita sebelum Ibu nya kembali datang.
Egi : Ta, aku keluar duluan ya, bahaya kalo aku disini lama lama.
MIta : Iya sayangg, aku juga mau mandi lagi hihi. Kamu tunggu aja di ruang tamu ya.
Egi : Oke deh.
Secepat kilat ku pergi keluar dari kamar Mita. Huhh, Selamet deh. Ucapku dalam hati. Kembali ku tarik nafas sedalam dalamnya dan menghembuskannya perlahan sambil merebahkan badanku di kursi yang ada di ruang tamu. Ku ambil hp ku dari saku celana untuk melepas bosan menunggu Mita yang beraktifitas di kamar mandi.

Lama- lama bosan juga menunggu Mita. Sudah 30 menit ia bersiap siap dan sekarang pukul 11.35. Tepat 20 menit lagi bel sekolah berbunyi. ‘Trek’ terdengar suara pintu kamar Mita. Mita sudah kembali terlihat segar dengan berbalit seragam lengkap putih birunya di padukan dengan jaket jeans yang membuat ia terlihat cantik dan tentu juga segar.
Mita : Yu gi kita berangkat ( ucapnya sambil menjulurkan lengannya)
Egi : Ayo deh.
Kami berjalan berdua menuju tempat dimana motorku terparkir sedari tadi. Sesampainya di sana kami berdua langsung menaiki motor tersebut dan langsung berangkat menuju sekolah.

Bersambungg .....
 
Update !


Tak Karuan.


Mita


Febby


Fitri


Nian




Kurang lebih 15 menit perjalananku dari rumah Mita, akhirnya kami berdua sampai di warung tempat biasa teman-temanku memarkirkan motor di warung tongkrongan. Ku turunkan standar motorku dan menarik kunci motorku dari lubang kontak kunci motorku. Mita turun sambil membuka helm dan mengibaskan rambutnya. “hmmm, seksinya” ujarku dalam hati saat ia mengibaskan rambut nya yang terurai bergelombang. Lalu ia memberikan helmnya padaku tanpa sepatah kata, hanya senyum yang ia berikan.
Ku titipkan helm ku kepada Babang seorang penjaga parkir sekaligus pemilik warung yang biasa di jadikan tempat tongkrongan oleh aku dan teman-temanku. Setelah memberikan helm padanya aku membalikan tubuhku menghadap Mita yang tengah berkaca sambil mengikat rambutnya dengan gaya kucir kuda. Posisi Mita untuk mengikat rambut tentu lah membuat dadanya lebih membusung ke depan dan terlihat menyembul seperti ingin keluar dari ketatnya baju seragam yang ia kenakan.

Bel sekolah pun terdengar dari parkiran. Memang parkiran ini letak nya tidak terlau jauh dari sekolah ku. Mungkin hanya sekitaran 300 meter saja.
Egi : “ayo ta, bel sudah bunyi”
Mita : “iya ayo” (sambil menata rambutnya sebentar lalu mendekat kearahku).
Kami berjalan berdampingan. Sepanjang jalan kami bergandengan tangan. Sesampainya di depan gerbang kami berpisah karena ruangan kelas Mita ini berada di arah timur dan kelasku di arah barat dari gerbang sekolahku.
Mita : “dah Gi” ( ucapnya sambil tersenyum)

Aku tak membalas nya dengan jawaban, namun ku balas dengan lambaian tangan saja. Segera kulangkahkan kaki ku menuju ruang kelasku. Sesampainya di kelas, aku segera masuk dan duduk di bangku pojok kiri bagian belakang, ya, memang, itu tempat duduk ku dari awal semester. “ si aldi kamana nya” ucapku dalam hati ketika teman sebangku ku itu tak muncul juga. Sempat terfikir dalam lamunan rasa bersalahku pada sobatku Aldi. Perasaan bersalah ini di picu oleh kejadian ngwee ku bersama Nian. Huuh, namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Lagi pula Nian enak.
Kulepas jaketku dan memasukannya ke dalam tas. Sudah lima menit sejak kedatanganku di kelas guru yang mengajar tak kunjung datang. Ku arahkan pandangan ku ke luar untuk melihat terik matahari yang memantul dari beton lapangan sekolahku. Tiba- tiba saja Febby menghampiriku. Ia langsung duduk bangku tempat biasa Aldy duduk. Segera ku palingkan wajahku untuk memandang Febby. Febby pun tersenyum dan berkata.

Febby : “Aldy kemana Gi?”
Egi : “ Gak tau kamana tah”
Febby : “Oh, eh kamu pacaran sama Mita?” (tanyanya sambil senyum senyum kecil)
Egi : “Emm, gak ah, kenapa emang?”
Febby : “nggak, Cuma aku tadi liat kamu datang kerumah Mita kan sebelum sekolah ?”
Egi : “kamu liat diamana ?”
Febby : “Ya liat lah, Orang rumahku sama rumah Mita berhadapan, hihi”

“deg” kaget aku mendengar ucapannya. Mungkin karena aku orangnya cuek, aku tak pernah bertanya pada teman kelasku dimana mereka tinggal, terkecuali aku memiliki kepentingan atau merasa dekat dengan temanku itu. Jujur mengetahui rumah febby dekat dengan rumah Mita membuat aku terkejut. Pasalnya, Febby pasti melihat dengan jelas ketika aku masuk kerumah Mita, dan mungkin ia sudah dapat menyimpulkan bahwa aku dan Mita tadi melakukan hal-hal mesum. Mungkin juga tidak.

Mengingat hal yang tadi terjadi antara aku dengan Mita, itu memang menyenangkan. Bangaimana tidak, belaian tangannya, cumbuan dari bibirnya, plus toket dan vaginanya yang basah dan hangat, juga becek vaginanya yang membuat kontolku bermain dengan nikmatnya.
Febby : “heh gi, ko ngelamun”
Egi : “ hehe, gak bi” jawabku singkat.
Febby datang ke bangku ku ternyata hanya basa basi mendekat dan menanyakan si monyet padaku. Selanjutnya ia banyak bertanya kepadaku mengenai Aljabar dan sedikit melakukan diskusi ringan mengenai hal itu. Lama sekali aku berbincang-bincang dengannya. Namun tiba tiba ia bertanya kepadaku tentang hal yang lain.
Febby : “eh, kalo kamu gak pacaran sama Mita terus tadi kamu ngapain di rumahnya?”
Egii : “Cuma main aja, kenapa emang?”
Febby : “aku Cuma nanya aja sih, soalnya Fitri bilang kalo Mita udah gak perawan”
Egi : “oh iya gitu?”
Febby : “Iya, terus emang terakhir kali Mita bawa pacarnya ke rumah, memang begitu kejadiannya, pacarnya yang dulu kan tinggalnya hanya dua blok dari rumah Mita”
Egi : “ o, begitu” jawabku dengan nada dingin namun berfikir.

Febby kok tumben ya sedalam ini menanyakan sesuatu padaku, dan hal yang di pertanyakan pun lebih bersifat pribadi. Sambil kupandangi wajah nya yang putih. Lumayan juga, cantik.
Febby : “heh, ngelamun lagi”
Egi : “ hehe”
Febby : “kamu kenapa?”
Egi : “ Gak, bi”


Guru pun datang dengan memberikan alasan yang klasik, macet. Pelajaran pun dimulai dan Febby kembali ke bangku paling depan meninggalkan aku sendiri yang duduk di bangku pojok paling belakang.
Bel tanda istirahat berbunyi, sesegera mungkin aku keluar menuju kantin untuk membeli beberapa makanan. Tak lupa sebelumnya kuajak Mita juga ke kantin. Kami bergandengan di kantin dam memebeli semangkok mie instan lalu melahapnya. Beberapa kawan ku datang dan duduk sebangku bersama aku dan mita samsil memesan makanan yang sama.
Susasana Kantin pun makin ramai di datangi siswa siswa lainnya, dari beberapa siswa yang datang ke kampus. Kulihat Febby dan Fitri mendekat dan memesan makanan juga di warung yang sama. Febby dan Fitri sama sama tersenyum dan menyapa dengan kata “cieeee” sambil tertawa kecil. Yang menarik perhatian ku adalah Fitri dengan perawakan badannya yang lebih padat dari perawakan badan Febby ditambah wajahnya pun seperti wajah-wajah nakal dan engas.

Tak lama kemudian makanan ku pun habis, Mita dan kawan ku pun sama habisnya. Febby dan Fitri pun sudah pergi entah kemana. Aku pun lanjut ngobrol santai dengan kawanku juga Mita yang masih setia ada di sampingku. Bel masukpun berbunyi. Kami bergegas memasuki kelas masing masing.
Sesampainya di kelas aku langsung duduk di tempat dudukku. Guru yang mengajar juga telah hadir tak lama setelah kedatanganku di kelas. pengajaran pun dilakukan seperti biasanya. Tepat. Monoton.
Jam pulang pun sebentar lagi datang. Guru mata pelajaran terakhir memberikan tugas dan membagi kelompok kerja untuk pemenuhan tugas tersebut. Aku mendapatkan kelompok tiga orang yaitu dua kawan ku Andre dan Candra juga seorang perempuan yang nafsuin yakni Fitri. Senangnya.
Bel pulang berbunyi. Sebelum, keluar kelas kuambil dulu jaketku yang ada di dalam tas dan memakainya. Lalu keluar dan menemui Mita yang sudah menunggu ku di depan gerbang. Mita menyambut kedatanganku dengan gandengan tanganya lalu berjalan berbarengan denganku menuju parkiran dan mengantarnya pulang.

Dalam perjalananku mengantarkan MIta ke rumah, kami hanya bersenda gurau dengan saling melemparkan candaan satu sama lain untuk membunuh rasa bosan yang menghampiri saat di perjalanan. Sesampainya di depan gang rumah nya, Mita turun, melambaikan tangan dan berucap “daahhh” padaku. Langsung ku putar motorku dan melaju pulang menuju rumah ku.

Sesampainya di rumah, aku lekas memarkirkan motorku di dalam garasi rumah dan berlanjut masuk ke dalam rumah.
Egii : “asslamualaikum”
Ibu : “ walaikum sallam”
Ku hampiri ibu ku yang berada di ruang tengah sambil menyalami ibuku lalu ibu ku berkata.
Ibu : “udah makan ? kalo belum, diatas meja makan ada sup ayam”
Egi : “ Udah bu, tadi jam istirahat egi makan mie instan di kantin”
Ibu : “ya sudah, kalau begitu, lekas mandi sana”
Egi : “ ya bu” sambil melangkah menuju kamar.
Dalam langkahku menuju kamar, entah perasaan atau memang perasaan seorang ibu itu benar- benar tajam pada anaknya. Jujur aku merasa tersinggung saat ibuku menyuruh ku untuk mandi. Dalam artian ku mandi yang diucapkan ibuku tadi adalah mandi junub. Mungkin saja. Ku buka kamarku dan langsung masuk ke dalamnya. Kulepas semua baju seragamku ganti dengan baju santai, kaos oblong dan boxer lalu mengambil anduk dan mandi.

Setelah mandi, aku kembali ke kamarku. Sambil mengeringkan rambut, aku membalasi chatku dengan Mita. Perasaanku dalam pola chatingku dengan Mita dari hari ke hari bertambah intens dan intim. Mita sering mengirimkan pesan padaku yang bermakna bahwa aku miliknya namun tidak sebaliknya. Aku masih ingin merdeka.
Mungkin terasa kejam apa yang ku lakukan padanya, tapi itulah yang nyata. Aku masih tak memiliki rasa apapun selain birahi pada Mita. Juga Nian. Tiba – tiba pikiranku tertuju pada NIan. Hari ini aku tak bertemu dengannya di sekolah. Begitu pun dengan Aldi pacarnya. Mungkin mereka sedang kimpoy hari ini. Segera ku usir pikiranku pada dua sejoli tadi.
Sambil mengetik pesan melalui bbm untuk membalas Mita. Aku mengeluarkan beberapa buku paket sekolahku dan mulai membaca dan juga menjawab pertanyaan pertanyaan yang sudah tersedia dalam buku tersebut.
Dua jam pun berlalu, sudah dua beb dari dua buku aku baca dan jawab pertanyaan – pertanyaannya. Dan bosan pun kini meng hampiri. Untuk mengusir bosan, kuambil sebatang rokok dari saku jaketku tadi lalu menyalakannya. Kini asapun mengepul di depan wajahku. Ku lirik hp ku ternyata ada pesan dari Nian juga yang muncul dalam sebuah notifikasi dari bbmku, disusul notif dari Fitri, Febby dan tiga kawan laki – laki ku yang lainnya. Isi pesan dari FItri dan Febby memiliki makna yang sama yakni menanyakan tugas dan beberapa hal mengenai mata pelajaran, namun beda pemilihan kata dan penyusunan kalimatnya. Kujawab dengan penjelasan serta pemahamanku seadanya. Fitri merasa cukup puas dengan jawabanku. Namun tidak denganku, aku berfikir apakah dia mengerti atau tidak, Ah, bodo teuing lah!

Berbeda dengan Febby ia masih bertanya dan mengajukan beberapa argument mengenai jawabanku atas pertanyaan yang ia lontarkan tadi. Memang sedikit lebih ruwet bila chat dengan Febby, namun menarik. Ia tak sekosong cewek lain yang ku kenal. Lain lagi dengan isi pesan yang di keluarkan oleh NIan. Nian menanyakan padaku bagaimana rasanya perkimpoyanku tadi pagi dengan Mita sebelum pergi ke sekolah. Memang sableng ini anak. Ku jawab dengan singkat saja, Enak. Lalu pesanku tak dibalas Nian untuk beberapa saat.
Aku kini beranjak mendekati komputerku dan menyalakannya. Sesekali ku hisap sebatang rokok garpitku dan membuang celacahnya pada asbak yang terletak di atas meja komputerku. Ku buka website facebook dan langsung login akunku.
Login berhasil. Seketika timeline pun terbuka. Perhatian ku muncul saat ada sebuah postingan di timeline ku tentang artikel motoprix, sebuah kejuaraan balap motor untuk kelas bebek goreng dan underbone. Disana muncul beberapa foto-foto motor yang sudah di modifikasi baik secara body, kaki –kaki, juga mesin tentunya. Motor itu terlihat sexy.
Getar hpku yang berulang berkali – kali memaksaku mengalihkan perhatianku sejenak dari artikel tersebut. Ternyata chat yang masuk dari Febby, Nian, dan Mita. Isi pesan dari Febby adalah ucapan terima kasih atas tambahan pendapatku untuk menjawab hal yang ia tanyakan. Segera ku balas ‘sama-sama'. Lalu ku balas terlebih dahulu isi pesan Mita lanjut ku baca terlebih dahulu pesan yang di kirimkan oleh NIan. Ternyata kali ini Nian bertanya ‘Main berapa ronde ?’ Nian memang sableng. Aku kali ini membalas pesannya dengan kalimat ‘ Banyak, mau tau aja’, Ku harap jawabanku yang terkesan ketus ini tak di respon lagi oleh Nian.

Meskipun aku pernah ngentot, kimpoy, atau kata bakunya menyetubuhi Nian. Aku memperlakukan Nian sama seperti aku memperlakukan Mita. Tidak ada embel - embel perasaan yang di gunakan dalam permainan tersebut. Hal ini aku lakukan karena aku belum ingin jatuh cinta. Terlebih pada mereka berdua.
Kembali ku baca artikel mengenai motoprix tersebut, selama lima belas menit aku membaca beberapa artikel yang terletak di sebuah laman fan page sebuah tim balap motoprix. Aku beranjak dari depan komputerku menuju ke ruang makan karena lapar.
Makanan yang kuambil langsung di sikat habis. Kenyang, o ya tentu. Sambil menenteng gelas dan botol berisi air akupun lanjut ke kamar kembali. Duduk, menatap Monitor, bosan, lalu tidur.

Bersambungg.......
 
Lanjutttt.... pengen si pitri nih. Hu, usul dong. Istilah2 anak muda atau bahsa sunda dikasih terjemajan dong
 
Akhirnya dilanjut juga....tetap semangat brader
 
Update!!!!
Zona Nyaman.


Mita

Nian

Fitri

Febby

Sesampainya kami di sekolah, aku dan Mita bergandengan tangan. Seperti yang sepasang kekasih yang baru jadian. Ku lihat dari jauh Aldi sedang menatap layar hp nya dengan serius di pelataran koridor sekolah. Mita terlebih dahulu melepaskan gengaman tangan ku, lalu ia melambaikan tangannya, “Dadah Giiii” ucapnya sambil menuju ke ruang kelasnya yang berada di ujung lapangan.
Aku melanjutkan langkahku menuju Aldi di ujung koridor sekolahku. Lalu ku tanya dia.
“keur naon euy” ucapku sambil menyodorkan lenganku.
“oy, biasa , eh si Mita mana?” tanya dia sambil bersalaman denganku.
“ka kelasna” ucapku sambil menunjukan arah kemana Mita pergi.
Bel tanda masuk sekolah pun berbunyi. Kami berdua berjalan menuju kelas dan duduk di tempat kami. Tempat duduk kami dekat dengan jendela yang langsung berhadapan dengan lapangan sekolah. ‘drreet,dreeet’ suara getar hp ku berbunyi. Kulihat ada notifikasi bbm dari Mita yang berisi ‘semangat sayangggggg’, dengan tanda peluk juga ciumnya. Lalu dengan cepat ku balas, dan ku masukan hp ku ke dalam tas. Kemudian kulihat sekeliling kelasku. Febby dan Fitri duduk di tempatnya dan mulai mempersiapkan buku pelajarannya. Guru pun datang.
Seperempat jam kuperhatikan apa yang guruku terangkan di depan kelas. namun perasaan lelah dan ngantukpun datang lebih kuat. Lalu aku pun terlelap. Tak berapa lama kemudian bel berbunyi tanda pelajaran pertama berakhir. Aku sedikit terbangun dari tidurku. Lalu Aldi berkata.
”sare, huuuu”
“ tunduh euy” ucapku sambil mengusap wajah.
“eh tadi, Guru mere tugas, hal 62, isuk di kumpul cenah”
“oh, oke” jawabku singkat.
Tiba- tiba guru piket ku pun datang, ia menjelaskan bahwa guru mata pelajaran ke dua dan ke tiga setelah istirahat nanti, tidak akan masuk kelas, ia memberikan beberapa tugas yang harus kami kerjakan. Sontak kelas menjadi riuh dengan suara “horee”. Aku yang tak terlalu sumbringah atas pengumuman itu kembali merebahkan tubuhku dan menoleh ke arah jendela, sembari melamun.
Dalam lamunanku ini, sempat berfikir bahwa sebetulnya aku ini meresa nyaman dengan Mita, terlebih sikapnya yang cepat horny dan permainan ranjangnya yang sudah professional, membuat nafsu dalam diriku ini ingin memiliki Mita, dalam artian ya jadi pacar gitu loh. Namun di sisi lain, bila aku menjadikannya pacar, aku takut hal lain yang dapat terjadi, yaitu aku menikahinya, dan ia menjadi istriku. Duh suram. Aku belum siap. Tapi aku ingin heunceut.
“woy ngalamun” ucap Aldi sambil menepuk bahu ku.
“ganggu wae” nadaku ketus.
“dih, kenapa lu?, crot di dalem lu?” ucapnya sedikit tengil.
“bangsat, heunteu lah” jawabku sambil menatapnya.
“gitu aja sewot, kantin yu, meuli gorengan”
“ayo lah” ucapku sambil beranjak dari kursi.
Sesampainya di kantin, pikiranku masih tidak menentu. Wajah Mita beserta badan telanjang juga desahannya terus berlarian di kepalaku. Ditambah sesaat sebelum menuju sekolah tadi, aku dan Mita terlebih dahulu bermain diatas ranjang, permainan tadi menambah panjang pikiranku kepada Mita. “oh ta” ucapku dalam hati. Untuk mengusir pikiran mesumku, aku pesan beberapa gorengan, kemudian ku bayar dan kembali kekelas meninggalkan Aldi di kantin dengan beberapa teman kelasku yang lainnya.
“Ternyata, sulit juga menolak perasaan ini” ucapku dalam hati. Meskipun awalnya aku hanya ingin menikmati tubuh Mita. Tetapi, dengan segala kemungkinan-kemungkinan yang terjadi, membuat aku jatuh pada hal yang tidak aku bayangkan sama sekali. Aku jatuh cinta padanya. Namun masalah ini tetap menjadi masalahku. Aku tetap tidak akan menyatakan cinta padanya. Terlebih aku ingin tau lebih jauh, tentang perasaanku padanya, apakah nafsu belaka, atau benar cinta. Dengan segala kelemahanku ini, aku siap menghadapi apapun yang akan terjadi nantinya.
Akhirnya aku sampai di kelas. Ku lihat Febby menoleh kepadaku dan melambaikan tangannya. Aku langsung menghampirinya. Kami mengobrol lama berdua di meja Febby. Kemudian Fitri pun datang dan ikut nimbrung di depan kami. Posisi dududk Fitri yang berada tepat di depanku ini membuat aku dapat menatap wajah dan toketnya yang menempel di ujung meja dengan sangat jelas sekali. Terlebih Fitri mengenakan tanktop berwarna hitam yang kontras dengan warna seragamnya. “Lumayan juga nih toket Fitri” ucapku dalam hati.
Obrolan kami berlanjut, apapun kami jadikan bahan obrolan. Dari mata pelajaran, film, sampai sekolah SMA tujuan kita nantinya. Dalam obrolan itu sesekali aku melirik kea rah wajah Fitri dan toketnya yang terkadang ikut bergerak juga ketika ia tertawa. Sesaat kemudian Aldi datang dan ikut mengobrol dengan kami. Ia banyak bercerita tentang pengalaman pribadinya saat diluar sekolah. Dalam obrolan yang kami lakukan, tidak ada inti atau hal yang sensitif kami obrolkan, hanya obrolan biasa untuk membunuh waktu saja.
Bel tanda istirahat pun berbunyi, aku segera beranjak dari tempat duduk Febby, menuju tempat duduku, dan mengambil hpku untuk mengecek notifikasi, apakah ada yang meng hubungiku, namun ternyata tidak ada. Kumasukan kembali hp ke dalam tas. Tiba tiba Mita sudah berada di kelas ku bersama Nian.
“Haiii, lagi ngapain?” ucap Mita sambil menatapku
“ngecek hp ta, ada apa?
“engga, hehe” ucapnya sambil duduk diatas meja.
Posisi duduk Mita menyerong kea rah ku dengan kaki yang menyilang. Dengan posisi kaki yang menyilang seperti itu aku dapat melihat kembali sedikit keindahan paha milusnya dan juga singkapan roknya yang ketat sehingga membentuk pinggangnya dengan jelas. Mita dan aku mengobrol, ngalor nigdul. Sesekali juga ku tatap Nian, yang sedang asik bercengkrama dengan pacarnya. Sesekali pula, aku meletakan tangan ku diatas Paha Mita. Terkadang juga ku usap lembut. Mita hanya merespos cekikikan saja dan sesekali ikut menggenggam tanganku yang sedang bergeriliya.
Bel kembali berbunyi, itu tandanya istirahat telah berakhir. Mita dan Nian kembali kekelasnya masing masing. Pun demikian dengan Aldi yang kembali duduk denganku. Karena guru mata pelajaran yang ke tiga juga berhalangan hadir. Aku menghabiskan waktu ku dengan chatting, chatting sama Mita tentunnya. Tanpa ku sadari, Aldi yang tadi duduk dengan ku, kini telah berganti oleh Fittri.
“Cieeeeeee” ucap Fitri di telingaku.
Sontak aku menoleh kaget, dan langsung menatap wajahnya yang lumayan cantik itu.
“Naon sihhh” ucap ku bercanda.
“Kamu pacaran sama Mita ya”
“Engga”
“wkwkwk, Juju raja weh lah Gii”
“Kapan aku bohong” jawabku sambil menatap tajam wajah Fitri.
Ia tak menjawab lagi, hanya tertawa kecil saat mendengar jawabanku itu. Kemudian ia membuka obrolan mengenai musik dan kenakalan kenakalan remaja yang umum, seperti Miras, obat, dan juga beberapa tempat depot jamu yang terkenal. Fitri sepertinya sangat tetarik dengan obrolan-obrolan yang seperti itu. Ia mendengarkan dan aktif bertanya ketika aku menjelaskan kenakalan-kenakalan tersebut.
“emang kamu pernah minum?” tanyaku pada Fitri
“ya, pernah lah”
“Minum apa?, Tuak?” jawabku sambil ketawa.
“dih enggak lah, paling juga arak sama amer” jawabnya malu-malu
“sampai mabok gak?”
“enggak lah, kalo mabok mana bisa balik” ucap Fitri.
Terlintas upaya modusku kali ini untuk Fitri. Aku akan mengajaknya mabok, lalu ku nikmati tubuhnya yang lumayan. Sembari mencari peruntungan kalau ia masih perawan. Lama kelamaan obrolan kami terus berlanjut sampai ia menceritakan beberapa pengalaman saat ia meminum miras. Ada beberapa yang konyol, ada juga beberapa yang menegangkan. Namun dalam beberapa saat, kupancing obrolan nya ke arah sex, ia tidak menanggapinya.
Sesaat kemudian Fitri beranjak dari tempat duduk, ia ingin pergi ke kamar mandi. Ia pun mulai melangkahkan kakinya menjauh dari mejaku. Sempat aku berfikir bagaimana cara untuk ngentotin Fitri. Tetapi pikiranku buyar ketika wajah Mita hadir di pikiranku.
.
.
.
Bersambung.
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd