Update !
Tak Karuan.
Mita
Febby
Fitri
Nian
Kurang lebih 15 menit perjalananku dari rumah Mita, akhirnya kami berdua sampai di warung tempat biasa teman-temanku memarkirkan motor di warung tongkrongan. Ku turunkan standar motorku dan menarik kunci motorku dari lubang kontak kunci motorku. Mita turun sambil membuka helm dan mengibaskan rambutnya. “hmmm, seksinya” ujarku dalam hati saat ia mengibaskan rambut nya yang terurai bergelombang. Lalu ia memberikan helmnya padaku tanpa sepatah kata, hanya senyum yang ia berikan.
Ku titipkan helm ku kepada Babang seorang penjaga parkir sekaligus pemilik warung yang biasa di jadikan tempat tongkrongan oleh aku dan teman-temanku. Setelah memberikan helm padanya aku membalikan tubuhku menghadap Mita yang tengah berkaca sambil mengikat rambutnya dengan gaya kucir kuda. Posisi Mita untuk mengikat rambut tentu lah membuat dadanya lebih membusung ke depan dan terlihat menyembul seperti ingin keluar dari ketatnya baju seragam yang ia kenakan.
Bel sekolah pun terdengar dari parkiran. Memang parkiran ini letak nya tidak terlau jauh dari sekolah ku. Mungkin hanya sekitaran 300 meter saja.
Egi : “ayo ta, bel sudah bunyi”
Mita : “iya ayo” (sambil menata rambutnya sebentar lalu mendekat kearahku).
Kami berjalan berdampingan. Sepanjang jalan kami bergandengan tangan. Sesampainya di depan gerbang kami berpisah karena ruangan kelas Mita ini berada di arah timur dan kelasku di arah barat dari gerbang sekolahku.
Mita : “dah Gi” ( ucapnya sambil tersenyum)
Aku tak membalas nya dengan jawaban, namun ku balas dengan lambaian tangan saja. Segera kulangkahkan kaki ku menuju ruang kelasku. Sesampainya di kelas, aku segera masuk dan duduk di bangku pojok kiri bagian belakang, ya, memang, itu tempat duduk ku dari awal semester. “ si aldi kamana nya” ucapku dalam hati ketika teman sebangku ku itu tak muncul juga. Sempat terfikir dalam lamunan rasa bersalahku pada sobatku Aldi. Perasaan bersalah ini di picu oleh kejadian ngwee ku bersama Nian. Huuh, namun apa daya, nasi sudah menjadi bubur. Lagi pula Nian enak.
Kulepas jaketku dan memasukannya ke dalam tas. Sudah lima menit sejak kedatanganku di kelas guru yang mengajar tak kunjung datang. Ku arahkan pandangan ku ke luar untuk melihat terik matahari yang memantul dari beton lapangan sekolahku. Tiba- tiba saja Febby menghampiriku. Ia langsung duduk bangku tempat biasa Aldy duduk. Segera ku palingkan wajahku untuk memandang Febby. Febby pun tersenyum dan berkata.
Febby : “Aldy kemana Gi?”
Egi : “ Gak tau kamana tah”
Febby : “Oh, eh kamu pacaran sama Mita?” (tanyanya sambil senyum senyum kecil)
Egi : “Emm, gak ah, kenapa emang?”
Febby : “nggak, Cuma aku tadi liat kamu datang kerumah Mita kan sebelum sekolah ?”
Egi : “kamu liat diamana ?”
Febby : “Ya liat lah, Orang rumahku sama rumah Mita berhadapan, hihi”
“deg” kaget aku mendengar ucapannya. Mungkin karena aku orangnya cuek, aku tak pernah bertanya pada teman kelasku dimana mereka tinggal, terkecuali aku memiliki kepentingan atau merasa dekat dengan temanku itu. Jujur mengetahui rumah febby dekat dengan rumah Mita membuat aku terkejut. Pasalnya, Febby pasti melihat dengan jelas ketika aku masuk kerumah Mita, dan mungkin ia sudah dapat menyimpulkan bahwa aku dan Mita tadi melakukan hal-hal mesum. Mungkin juga tidak.
Mengingat hal yang tadi terjadi antara aku dengan Mita, itu memang menyenangkan. Bangaimana tidak, belaian tangannya, cumbuan dari bibirnya, plus toket dan vaginanya yang basah dan hangat, juga becek vaginanya yang membuat kontolku bermain dengan nikmatnya.
Febby : “heh gi, ko ngelamun”
Egi : “ hehe, gak bi” jawabku singkat.
Febby datang ke bangku ku ternyata hanya basa basi mendekat dan menanyakan si monyet padaku. Selanjutnya ia banyak bertanya kepadaku mengenai Aljabar dan sedikit melakukan diskusi ringan mengenai hal itu. Lama sekali aku berbincang-bincang dengannya. Namun tiba tiba ia bertanya kepadaku tentang hal yang lain.
Febby : “eh, kalo kamu gak pacaran sama Mita terus tadi kamu ngapain di rumahnya?”
Egii : “Cuma main aja, kenapa emang?”
Febby : “aku Cuma nanya aja sih, soalnya Fitri bilang kalo Mita udah gak perawan”
Egi : “oh iya gitu?”
Febby : “Iya, terus emang terakhir kali Mita bawa pacarnya ke rumah, memang begitu kejadiannya, pacarnya yang dulu kan tinggalnya hanya dua blok dari rumah Mita”
Egi : “ o, begitu” jawabku dengan nada dingin namun berfikir.
Febby kok tumben ya sedalam ini menanyakan sesuatu padaku, dan hal yang di pertanyakan pun lebih bersifat pribadi. Sambil kupandangi wajah nya yang putih. Lumayan juga, cantik.
Febby : “heh, ngelamun lagi”
Egi : “ hehe”
Febby : “kamu kenapa?”
Egi : “ Gak, bi”
Guru pun datang dengan memberikan alasan yang klasik, macet. Pelajaran pun dimulai dan Febby kembali ke bangku paling depan meninggalkan aku sendiri yang duduk di bangku pojok paling belakang.
Bel tanda istirahat berbunyi, sesegera mungkin aku keluar menuju kantin untuk membeli beberapa makanan. Tak lupa sebelumnya kuajak Mita juga ke kantin. Kami bergandengan di kantin dam memebeli semangkok mie instan lalu melahapnya. Beberapa kawan ku datang dan duduk sebangku bersama aku dan mita samsil memesan makanan yang sama.
Susasana Kantin pun makin ramai di datangi siswa siswa lainnya, dari beberapa siswa yang datang ke kampus. Kulihat Febby dan Fitri mendekat dan memesan makanan juga di warung yang sama. Febby dan Fitri sama sama tersenyum dan menyapa dengan kata “cieeee” sambil tertawa kecil. Yang menarik perhatian ku adalah Fitri dengan perawakan badannya yang lebih padat dari perawakan badan Febby ditambah wajahnya pun seperti wajah-wajah nakal dan engas.
Tak lama kemudian makanan ku pun habis, Mita dan kawan ku pun sama habisnya. Febby dan Fitri pun sudah pergi entah kemana. Aku pun lanjut ngobrol santai dengan kawanku juga Mita yang masih setia ada di sampingku. Bel masukpun berbunyi. Kami bergegas memasuki kelas masing masing.
Sesampainya di kelas aku langsung duduk di tempat dudukku. Guru yang mengajar juga telah hadir tak lama setelah kedatanganku di kelas. pengajaran pun dilakukan seperti biasanya. Tepat. Monoton.
Jam pulang pun sebentar lagi datang. Guru mata pelajaran terakhir memberikan tugas dan membagi kelompok kerja untuk pemenuhan tugas tersebut. Aku mendapatkan kelompok tiga orang yaitu dua kawan ku Andre dan Candra juga seorang perempuan yang nafsuin yakni Fitri. Senangnya.
Bel pulang berbunyi. Sebelum, keluar kelas kuambil dulu jaketku yang ada di dalam tas dan memakainya. Lalu keluar dan menemui Mita yang sudah menunggu ku di depan gerbang. Mita menyambut kedatanganku dengan gandengan tanganya lalu berjalan berbarengan denganku menuju parkiran dan mengantarnya pulang.
Dalam perjalananku mengantarkan MIta ke rumah, kami hanya bersenda gurau dengan saling melemparkan candaan satu sama lain untuk membunuh rasa bosan yang menghampiri saat di perjalanan. Sesampainya di depan gang rumah nya, Mita turun, melambaikan tangan dan berucap “daahhh” padaku. Langsung ku putar motorku dan melaju pulang menuju rumah ku.
Sesampainya di rumah, aku lekas memarkirkan motorku di dalam garasi rumah dan berlanjut masuk ke dalam rumah.
Egii : “asslamualaikum”
Ibu : “ walaikum sallam”
Ku hampiri ibu ku yang berada di ruang tengah sambil menyalami ibuku lalu ibu ku berkata.
Ibu : “udah makan ? kalo belum, diatas meja makan ada sup ayam”
Egi : “ Udah bu, tadi jam istirahat egi makan mie instan di kantin”
Ibu : “ya sudah, kalau begitu, lekas mandi sana”
Egi : “ ya bu” sambil melangkah menuju kamar.
Dalam langkahku menuju kamar, entah perasaan atau memang perasaan seorang ibu itu benar- benar tajam pada anaknya. Jujur aku merasa tersinggung saat ibuku menyuruh ku untuk mandi. Dalam artian ku mandi yang diucapkan ibuku tadi adalah mandi junub. Mungkin saja. Ku buka kamarku dan langsung masuk ke dalamnya. Kulepas semua baju seragamku ganti dengan baju santai, kaos oblong dan boxer lalu mengambil anduk dan mandi.
Setelah mandi, aku kembali ke kamarku. Sambil mengeringkan rambut, aku membalasi chatku dengan Mita. Perasaanku dalam pola chatingku dengan Mita dari hari ke hari bertambah intens dan intim. Mita sering mengirimkan pesan padaku yang bermakna bahwa aku miliknya namun tidak sebaliknya. Aku masih ingin merdeka.
Mungkin terasa kejam apa yang ku lakukan padanya, tapi itulah yang nyata. Aku masih tak memiliki rasa apapun selain birahi pada Mita. Juga Nian. Tiba – tiba pikiranku tertuju pada NIan. Hari ini aku tak bertemu dengannya di sekolah. Begitu pun dengan Aldi pacarnya. Mungkin mereka sedang kimpoy hari ini. Segera ku usir pikiranku pada dua sejoli tadi.
Sambil mengetik pesan melalui bbm untuk membalas Mita. Aku mengeluarkan beberapa buku paket sekolahku dan mulai membaca dan juga menjawab pertanyaan pertanyaan yang sudah tersedia dalam buku tersebut.
Dua jam pun berlalu, sudah dua beb dari dua buku aku baca dan jawab pertanyaan – pertanyaannya. Dan bosan pun kini meng hampiri. Untuk mengusir bosan, kuambil sebatang rokok dari saku jaketku tadi lalu menyalakannya. Kini asapun mengepul di depan wajahku. Ku lirik hp ku ternyata ada pesan dari Nian juga yang muncul dalam sebuah notifikasi dari bbmku, disusul notif dari Fitri, Febby dan tiga kawan laki – laki ku yang lainnya. Isi pesan dari FItri dan Febby memiliki makna yang sama yakni menanyakan tugas dan beberapa hal mengenai mata pelajaran, namun beda pemilihan kata dan penyusunan kalimatnya. Kujawab dengan penjelasan serta pemahamanku seadanya. Fitri merasa cukup puas dengan jawabanku. Namun tidak denganku, aku berfikir apakah dia mengerti atau tidak, Ah, bodo teuing lah!
Berbeda dengan Febby ia masih bertanya dan mengajukan beberapa argument mengenai jawabanku atas pertanyaan yang ia lontarkan tadi. Memang sedikit lebih ruwet bila chat dengan Febby, namun menarik. Ia tak sekosong cewek lain yang ku kenal. Lain lagi dengan isi pesan yang di keluarkan oleh NIan. Nian menanyakan padaku bagaimana rasanya perkimpoyanku tadi pagi dengan Mita sebelum pergi ke sekolah. Memang sableng ini anak. Ku jawab dengan singkat saja, Enak. Lalu pesanku tak dibalas Nian untuk beberapa saat.
Aku kini beranjak mendekati komputerku dan menyalakannya. Sesekali ku hisap sebatang rokok garpitku dan membuang celacahnya pada asbak yang terletak di atas meja komputerku. Ku buka website facebook dan langsung login akunku.
Login berhasil. Seketika timeline pun terbuka. Perhatian ku muncul saat ada sebuah postingan di timeline ku tentang artikel motoprix, sebuah kejuaraan balap motor untuk kelas bebek goreng dan underbone. Disana muncul beberapa foto-foto motor yang sudah di modifikasi baik secara body, kaki –kaki, juga mesin tentunya. Motor itu terlihat sexy.
Getar hpku yang berulang berkali – kali memaksaku mengalihkan perhatianku sejenak dari artikel tersebut. Ternyata chat yang masuk dari Febby, Nian, dan Mita. Isi pesan dari Febby adalah ucapan terima kasih atas tambahan pendapatku untuk menjawab hal yang ia tanyakan. Segera ku balas ‘sama-sama'. Lalu ku balas terlebih dahulu isi pesan Mita lanjut ku baca terlebih dahulu pesan yang di kirimkan oleh NIan. Ternyata kali ini Nian bertanya ‘Main berapa ronde ?’ Nian memang sableng. Aku kali ini membalas pesannya dengan kalimat ‘ Banyak, mau tau aja’, Ku harap jawabanku yang terkesan ketus ini tak di respon lagi oleh Nian.
Meskipun aku pernah ngentot, kimpoy, atau kata bakunya menyetubuhi Nian. Aku memperlakukan Nian sama seperti aku memperlakukan Mita. Tidak ada embel - embel perasaan yang di gunakan dalam permainan tersebut. Hal ini aku lakukan karena aku belum ingin jatuh cinta. Terlebih pada mereka berdua.
Kembali ku baca artikel mengenai motoprix tersebut, selama lima belas menit aku membaca beberapa artikel yang terletak di sebuah laman fan page sebuah tim balap motoprix. Aku beranjak dari depan komputerku menuju ke ruang makan karena lapar.
Makanan yang kuambil langsung di sikat habis. Kenyang, o ya tentu. Sambil menenteng gelas dan botol berisi air akupun lanjut ke kamar kembali. Duduk, menatap Monitor, bosan, lalu tidur.
Bersambungg.......