Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA TAMAT MAYA ISTRIKU (COVER)

Siapa pasangan ideal menurut (harapan) kalian?

  • Gio - Maya

  • Gio - Frieska

  • Bazam - Maya

  • Anto - Maya

  • Gio - Farin


Hasil hanya dapat dilihat setelah memilih.
Bimabet
Karang di ujung Senja

aku yang tergolek lemah
meratapi derita tak bertepi

aku yang terbaring sakit
di antara puing puing janji
di antara kepingan kepingan cinta
di antara serpihan serpihan sayang
tenggelam dalam palung pernikahan

tapi aku sudah tak perduli
akan ada tanah kering
yang basah oleh darah

itu janji seorang lelaki pejuang
meski raga tercabik
walau nyawa terhempas

biarlah sekarang mereka tertawa
akan datang hari di mana
kematian lebih mudah dari kehidupan


lihatlah tubuh siapa yang akan terbaring
karang di ujung senja


semarang, kamis 18 april 2024

thanks for painful story Subes Robby 0806
tengkyu banget buat puisi indahnya hu...

harusnya tiap ane selesai update chapter, suhu langsung muncul dengan puisi... jadi cerita ane terkesan dramatis hahahaha
 
BAGIAN 41

UTANG NYAWA


POV GIO

Cigetih, Kamis, 7 Februari 2024….


Hari ini aku memang sudah memutuskan untuk tak pergi kerja, selain sudah tak ada semangat, rasanya percuma juga aku bekerja…. Sebentar lagi tentunya aku akan kehilangan pekerjaan setelah perceraian dengan Maya benar-benar terjadi.

Aku habiskan waktu untuk bermalas-malasan sambil menonton TV sampai siang, sekalian mengumpulkan tenaga untuk eksekusi pertamaku kepada Anto. Mataku memang tertuju pada layar TV, tapi pikiranku sejak tadi terus berputar mengatur rencana dan siasat.

Dengan perasaan cinta Maya yang begitu besar kepada Anto, rasanya bukan pilihan yang cerdas jika aku menghabisi Anto di depan Maya, bukan aku tak mau melihat Maya shock… kalau itu sih bodo amat, tapi maksudnya dengan rasa cintanya yang meluap-luap, Maya pasti akan bereaksi… minimal meminta tolong kepada orang-orang sekitar ketika aku menghabisi Anto, sehingga rencanaku bisa berantakan. Maka lebih baik kutunggu Maya pulang dulu ke rumah, setelah itu baru aku akan melaksanakan eksekusi.

Barusan Bah Ikram menelepon, mengingatkan tentang batas waktu pembayaran… aku tetap bersikukuh tanggal 9. Apakah aku akan membayarnya? Tentu saja tidak, aku tidak punya uang sebesar itu, kalau pun punya… mending uang 2 M itu untuk modal bikin peternakan ayam. Lagian ancaman dia hanya sekedar akan melaporkan pada Bu Farin dan Maya, seolah menggertak keutuhan rumah tanggaku…. Tanpa dia ancam pun rumah tanggaku sudah terancam kok. Jadi tunggu saja tanggal 9, maksudnya tunggu perlawananku… sebenarnya kalau mau menghadapi aki-aki tua itu saja sih aku tak perlu nunggu waktu lama, tapi aku memprediksi pasti anak buahnya akan ikut nimbrung juga, jadi aku harus merencanakan sesuatu yang matang dulu.

Setelah rencana pada Anto sudah matang kususun, pikiranku kini justru beralih pada Maya. Kembali mellow lagi, kenapa ya dia begitu mudah melupakanku?

Aku jadi penasaran, jam berapa kemarin Maya pulang, iseng-iseng mengecek aplikasi CCTV dari ponselku. Ternyata jam 10 malam Maya pulang diantar oleh Anto, wow…. Dari siang mereka baru selesai pukul 10 malam, berapa ronde ya kira-kira?

Eh, tapi sebentar….. aku melihat terus rekaman kamera pengintaiku, saat mereka datang bulir-bulir keringat masih membasahi seluruh tubuh mereka.

Gara-gara ini juga aku ngaceng! Sial! Bisa-bisanya aku ereksi melihat ini! Ternyata kulihat Anto masuk ke dalam rumah juga. Edan!!! Mereka berciuman lagi begitu pintu depan ditutup, seolah nggak ada bosan-bosannya!!!

Setelah berciuman cukup panas, Maya meninggalkan Anto sendirian di ruang tamu, Maya tampak melangkah ke kamar… dimana dia melihat aku sedang terbaring tidur dengan begitu nyenyaknya. Di depan tubuhku yang sedang tertidur, Maya melepaskan seluruh pakaiannya, setelah ia telanjang bulat ia kembali keluar kamar, tapi…..

Ternyata dia tak benar-benar keluar, dia hanya nongol sedikit dari pintu, dan seperti kode kepada Anto untuk mendatanginya. Lalu Maya kembali dan ia duduk di tepi tempat tidur. Tak lama kemudian Anto masuk ke kamarku, dengan keadaan telanjang juga!!! ANJINNNNGGG!!!!!!!

Anto menghampiri istriku, dokter bejat itu langsung mengarahkan kontolnya ke mulut istriku. Dia menarik mundur kontolnya sambil tangannya aktif menggoyang-goyangkan, meremas-remas, dan menarik-narik puting istriku ke atas dengan begitu bernafsu. Dan itu mereka lakukan di atas ranjang yang sama dimana aku tidur di atasnya!!!!

Setelah itu Maya tampak berbaring, posisinya tepat di sampingku, Anto pun naik ke tempat tidur dan dia sudah mengarahkan kontolonya ke lubang vagina Maya. Genjotan si kontol besar pun mulai dilakukan. Aku rasa mereka benar-benar tak menghiraukanku, gerakannya pun terlihat normal tak dibuat hati-hati atau pelan-pelan karena takut membangunkanku, tidak!!! Dan sialnya dengan getaran 7 skala richter di ranjangku tak membuat aku bergeming sedikit pun.

“AAAAAHHHH OOOOOOOOOOOHHHH!!!” Maya mendesah dengan mata terpejam saat disodok-sodok kontol besar itu.

Pinggul Maya tiba-tiba naik dan istriku mengerang keras. Sepertinya dia mengalami orgasme karena suara benturan kontol dan memek itu terdengar begitu becek. Pinggul Maya kembali turun dan terengah-engah, sepertinya benar…. dia mengalami orgasme.

“Oooooohhhh!!! Mau keluaaaaar!!!” Erang dokter Anto.

Dokter biadab itu juga seperti tak tahan meletuskan sperma yang dimilikinya. Dia menekan memek Maya dengan kontolnya itu lebih dalam.

“Uuuhhhh!! Nimattt bangettt!!” Dokter Anto mengerang nikmat.

Dengan perlahan dokter Anto ambruk diatas tubuh istriku. Dan aku bisa melihat luberan sperma kental putih keluar dari vagina istriku. Hebatnya lagi, lelaki itu tak perlu menunggu lebih lama, dia membalik tubuh istriku dan menarik pinggangnya ke atas, sehingga posisi Maya sekarang menungging, dan si bangsat itu kembali melesatkan kontolnya yang sudah tegang lagi ke dalam memek Maya.

“OHHHHHHHHHHH!!” Maya mengerang nikmat lagi.

Ingin kukeluarkan kontolku untuk coli. Namun aku berpikir, kalau aku coli, maka sama saja aku mendukung perbuatan istriku itu. Tapi kenapa aku harus berpikir tentang dukung mendukung? Toh bagaimanapun sekarang aku sudah tak bisa lagi mendapat kenikmatan lain selain COLI..... SIAL!! RASANYA NIKMAT SEKALI COLI SAMBIL MELIHAT ISTRIKU DISETUBUHI!

Genjotan demi genjotan dokter Anto itu membuat Maya mendesah hebat. Bisa kulihat kontol dokter Anto ini begitu cepat mengaduk-aduk memek istriku. Harus jujur kuakui gerakan si kontol raksasa putih ini, gesit dan cepat… staminanya begitu luar biasa.

“AAAAHHH!! OOOHHH!! PAHHHHH!! OOOHHHHH!! LEBIIIHH KENCEEEENGG!! OOOHHH!!” Bahkan Maya merasa belum puas, padahal dokter Anto itu sudah kencang menggenjot vaginanya.

Bunyi PLOK! PLOK! PLOK! PLOK! Begitu becek dan terus terdengar nikmat di telingaku, keringat semakin membanjiri tubuh istriku. Tubuh Maya maju mundur tak karuan mengimbangi sodokan lelaki itu. Maya dengan inisiatifnya menahan tubuhnya dengan dua tangannya itu. Sedangkan tanpa kuperhatikan sebelumnya, Maya mengambil dildo hitam dan mengarahkan kontol karet itu ke mulutnya.

“MMMHMHHHHHH!!!” Maya mendesah saat kontol buatan itu mengobok mulutnya.

“Oohhh!! Nggak puas dengan satu kontol, Sayang? uuuhhhhh!!” Ujar dokter Anto melihat Maya menghisap dildo dan terlihat begitu menikmatinya. Dokter Anto meremas kepala Maya dengan ke dua tangannya.

Tubuh Maya begitu berguncang hebat, keringat benar-benar membasahi tubuhnya itu. Dokter Anto mulai menurunkan ritme genjotannya, tak lama kemudian dia mengeluarkan kontolnya dari memek Maya.

“Nnnnnggghhhhh...” Maya terdengar kecewa dia menoleh ke belakang sambil menyepong dildonya.

Dokter Anto lalu berbaring di bawah payudara Maya. Dicium, disedot, dijilatnya puting payudara Maya secara bergantian. Maya menggeliat hebat dirangsang begitu rupa oleh dokter cabul itu. Dokter Anto juga ternyata memasukkan ketiga jarinya ke dalam vagina Maya, istriku kelojotan karena kobokan tangan dokter Anto ini begitu cepat mengobok-obok vagina Maya. Tubuhnya tak sanggup menerima kobokan itu.

“OOOHHHH MMAAAASSS OOOOOHHHH!!! MAAAAAUUUUU!!!” erang Maya.

Dan akhirnya Maya orgasme dan memuntahkan cairan bening yang begitu banyak dari dalam vaginanya.

Tubuh Maya pun tumbang tengkurap akibat orgasmenya itu, menindih dokter Anto yang ada di bawah tubuhnya. Kedua kaki Maya bergetar hebat. Tanpa diberi kesempatan untuk istirahat, dokter Anto bangkit kembali menarik pinggul istriku ke atas sehingga posisinya lagi-lagi menungging.

“OOOOOOOHHHH SSSSSHHHHHH!!” Desah Maya saat vaginanya kembali dicoblos dokter Anto dari belakang.

“Memek enak!!! Uuhhh!! Lontee anjing!! Nggak ada bosen-bosennya… ahhhh!!!” Erang dokter Anto sambil menggenjot memek Maya dan menarik tangan kanan istriku ke belakang.

“OOOHHHH MMM OOHHHH, IYAAA PAAAHHH, AAAAHHH, AAAHHH AAAHHHHH!!” Maya terus mendesah hebat.

Bunyi PLOK! PLOK! PLOK! Yang basah becek itu terus terdengar dan dokter Anto sepertinya sudah tak tahan lagi. Itu terdengar dari suara erangannya. Dan benar saja, dia menekan pinggulnya lebih dalam dan berhenti.

“ANJIIIINNG!!” Teriaknya.

“NNNNNGHHHHHHHH!!” Dan Maya mendesah binal.

Cukup lama dokter Anto itu berdiam diri, kurasa dia ingin menumpahkan seluruh air pejunya ke dalam vagina Maya. Setelah itu dia mendorong keras tubuh Maya sehingga istriku kembali tengkurap dan terengah-engah.

“Udah berapa kali ya, Mah… Papah keluarin di dalem hari ini?” Dokter Anto tertawa.

“Ga keitung, Sayaang…. aku bisa cepet hamil deh...” Ucap Maya tersenyum bahagia.

Ditariknya lagi pinggul istriku hanya saja sekarang jauh lebih tinggi, dan disaat vagina Maya masih meluberkan sperma, dokter sange ini kembali menancapkan senjatanya ke vagina Maya. Kontol besar itu cepat sekali berdirinya, bahkan lebih cepat daripada aku!!!

“OOOOOOOOHHHHHHH!!” Maya mengerang untuk kesekian kalinya.

Aksi persetubuhan kembali terjadi. Anto masih begitu semangat menggenjot vagina sampai-sampai istriku mulai kepayahan mengimbanginya. Dari posisi ini payudara Maya berguncang sungguh hebat, yang membuat dokter Anto meremas payudara indah Maya. Dirangsang selama masih digenjot membuat Maya mendesah dan mengerang hebat. Kepalanya menggeleng-geleng seolah dia tak bisa menahan gejolak nafsu rangsangan yang diterimanya.

“PPAAAHHHH!! MAAYAAAA MAAAUUUUU!!!”

Tubuh istriku kembali bergetar yang membuat calon suaminya itu berhenti menggenjotnya. Dan bisa terlihat tetesan air bening yang begitu banyak dari area selangkangan yang masih mempertemukan kelamin mereka. Maya rupanya orgasme lagi.

“Ehhhh Mamah udah keluar lagi?” Tanya dokter Anto sambil menampar keras pantat Maya.

“Pah..... istirahat dulu ya.....” Pinta Maya dengan suara lemah.

“Enak aja! Papah mau pulang bentar lagi…. ayok terusin dulu!!!” Dengan kasarnya Anto mendorong lagi tubuh istriku di atas kasur.

Istriku benar-benar tak diberi waktu untuk istirahat, dia kembali melesatkan penisnya dan mengguncang tubuh Maya dengan sodokannya.

“AAAAAHHH AAAHHHH OUUUHHH AAAAHHHH!!”

Lalu dokter Anto kembali menyedot payudara istriku dengan nikmat, sedangkan istriku tampak pasrah dan menikmati saja rangsangan yang ia terima pada tubuhnya.

“OOOHHH!! SAYAAANG!! MAU KELUAAAAR!!” Anto tiba-tiba berteriak.

Anto menarik penisnya keluar dan semakin bertambah sperma yang menggenangi vagina istriku. Jika kuperhatikan, durasi si Anto ini tak tertebak, kadang lama sekali, kadang cepat keluarnya…. Namun bagaimanapun seperti yang kusaksikan, kontol keparatnya itu begitu mudah naik lagi, seolah tak ada loyo-loyonya.

Setelah itu tanpa perlu berlama-lama vagina istriku, kembali disumpal begitu kasar oleh Anto yang lagi-lagi menggenjot vagina Maya.

“OUUUHHH OOHHHHHHH PAAAHHH!! AAAAAHHHH!!!” Teriak Maya mendesah.

“YA! INI TERAKHIR SAYANG! HAHAHAHA!! BESOK PAGI LAGI YAAAA…..” Dokter Anto tertawa terbahak-bahak di samping tubuhku.

Melihat ini semua aku terdiam dan merenung, dimana penis yang sedang kukocok ini belum mengeluarkan spermaku. Kalau saja dulu aku melakukan sesuatu, kejadian ini tidak akan terjadi. Kalau saja aku dulu mengacuhkan rasa minderku, semua masalah ini tak pernah ada. Dulu aku tak memiliki ketegasan, aku selalu diam, dan seolah membiarkannya.... maka.... bisa dibilang..... AKU JUGA YANG MENCIPTAKAN SOSOK ISTRIKU MENJADI SEPERTI INI!!!

“Bangsat..... Kau pria paling tolol di dunia ini, Gio....” Batinku memaki diriku sendiri.

Tiba-tiba ponselku berbunyi, Bu Farin! Aku langsung mematikan siaran rekaman CCTV dan mengangkat telepon dari ibu mertuaku itu.

“Halo, Mam..”

“Gio… Mama di Cigetih lho…”

“Oh iya?”
Ujarku cukup kaget. Duh pasti dia di kantorku sedang mengontrol pekerjaan.

“Iya… kamu cepet kesini, Mama baru beli villa…. Maya udah disini…”

“Hah? Maya? Sama siapa dia kesitu?”

“Sendiri… barusan pake ojek… kamu dimana ini?”

“Di-di rumah, Mam…. lagi nggak enak badan…”

“Oh sakit toh, dasar si Maya, suami sakit kok ditinggalin….”

“Hehehe… nggak apa-apa, Mam…”

“Ya udah, kalo badannya udah baekan.. kamu kesininya pake mobil aja, jangan angin-anginan pake motor… Mama shareloc posisinya, ya…”

“I-iya, Mam…”


Telepon kututup, Bu Farin sudah memberikan alamat Villa barunya. Tapi aku tak akan langsung kesana, ini kesempatan emas bagiku untuk menemui Anto, karena Maya sudah tak lagi bersamanya!!!


÷÷÷÷÷÷​



Aku langsung pergi menggunakan mobil, bukannya takut angin seperti yang dibilang ibu mertuaku barusan, tapi siapa tahu aku harus menjalankan plan B, sehingga mobil ini akan cukup membantu memuluskan aksiku.

Setelah sampai tujuan, aku parkirkan mobilku cukup jauh, lalu aku memilih berjalan kaki mendatangi rumahnya. Sebelum masuk pagar, aku melihat sekeliling dan setelah dirasa aman dan tak ada yang memperhatikanku, aku berjalan mengendap… tapi aku tak akan terburu-buru masuk lewat pintu depan meskipun pintu itu terbuka, aku akan mencari tahu dulu situasi di dalam… siapa tahu sedang ada pasien.

Aku seperti hari kemarin melangkah ke halaman samping rumah. Terdengar suara ribut di dalam… namun tak jelas, seperti biasa aku pun langsung naik ke pohon jambu untuk melihat ke dalam melalui kaca ventilasi. Di ruang praktek itu tak ada satupun orang, tapi aku mendengar suara erangan yang semakin keras. Ya, ini erangan… bukan desahan. Dan ini erangan dari laki-laki yang tampaknya sedang menahan sakit. Cukup lama aku berkonsentrasi menangkap suara, lama-lama terdengar seperti suara perkelahian, semacam sebuah pukulan atau tendangan… apa yang terjadi?

Akhirnya daripada penasaran, aku memutuskan untuk masuk, dengan berjalan mengendap, dari balik tembok di ruang tamu aku mengintip ke arah ruang tengah.

Aku melihat Anto sedang duduk di atas sebuah tubuh lelaki yang tidak bisa aku lihat wajahnya karena tertutup oleh tubuh Anto dari posisiku mengintip. Anto seperti melakukan teknik kuncian yang membuat lawannya itu tak berdaya di lantai. Hmmm… tak kusangka si anjing Anto ini bisa juga bela diri ternyata.

Kaki lawannya tampak mengejang, tangan Anto seperti mencekik ke arah lawannya itu. Hanya erangan lemah yang terdengar…. Tentu saja begitu, jika Anto terus mencekik dengan posisi seperti itu, tak lama lagi lawannya itu akan mati kehabisan nafas.

“SIAPA YANG MENYURUHMU?!?! SI GIO?!?!” Teriak Anto kepada lelaki yang sedang ‘dikuncinya’ itu.

Hah? Kenapa dia menyebut namaku?

“AN… JING!!” Jawab lelaki itu terbata tapi masih bisa memaki.

Dan aku bisa tahu siapa lelaki itu, dari suaranya aku mengenal bahwa dia adalah Kang Bazam!!!!

Tiga kali pukulan Anto dihantamkan dengan sangat keras ke arah wajah Kang Bazam, yang membuat Kang Bazam semakin tak berdaya…. Baru pertama kali kulihat sepanjang hidupku, guruku dalam posisi kalah seperti ini.

Naluriku sebagai sahabat, adik, seketika muncul, sekalipun saat ini aku sudah sangat membenci Kang Bazam, tapi aku tak rela melihat guruku diperlakukan seperti ini.

Aku langsung lari dan menerjang punggung Anto dengan tendangan kaki kananku, yang membuat tubuh Anto terlepas dari kunciannya kepada Kang Bazam.

Aku melihat wajah Kang Bazam membiru, dia masih tak berdaya meskipun kini dia sudah bebas, tapi dia seperti tak memiliki tenaga untuk melarikan diri.

“BERANINYA KEROYOKAN, ANJING!!!” Maki Anto yang langsung menyerangku.

BUGGGG!!!

Sebuah hantaman kepalan tangannya telak mengenai wajahku tanpa sempat aku menghindar. Sial! Ternyata aku salah menilai Anto, dari gerakannya aku yakin kalau dia menguasai ilmu bela diri.

Tubuhku mundur beberapa langkah, kali ini aku cukup realistis, Kang Bazam saja takluk kepada dia… apalagi aku. Maka aku cabut parang yang terselip di celanaku, aku memang sudah mempersiapkannya dari rumah. Aku tak peduli jika caraku ini sedikit tak ‘gentle’ karena lawan yang kuhadapi ini bertangan kosong. Tapi maksudku kesini memang bukan mau berkelahi, melainkan membunuh!!!

Maka terjadilah duel diantara kami. Meskipun aku memegang parang dengan daya jangkau yang lebih jauh dibandingkan dengan jangkauan tangannya, tapi aku selalu berusaha untuk menjaga jarak. Karena sekali dia bisa membanting tubuhku, aku akan dikunci tak berkutik, maka nasibku tak akan jauh seperti Kang Bazam.

Gerakan tangan maupun kaki Anto ini sama cepat dan gesitnya, jujur saja aku cukup kepayahan dan belum memiliki kesempatan untuk mengayunkan parangku tepat mengenai tubuhnya.

Cepat dan gesit seperti gerakan kontolnya yang mengobok-obok vagina istriku, begitu tangguh dan kuat…. tapi mengapa aku sempat-sempatnya memikirkan persetubuhan seperti itu saat bertarung?

Memang aku aneh, tapi justru dari bayangan persetubuhan itu aku seolah mendapatkan energi, energi kemarahan karena lelaki di hadapanku ini telah merendahkanku dengan cara merebut istriku!!!!

“ANJINGGG!!!!!” Teriakku dengan mengayunkan parang dengan begitu cepat, teknik sabetan parang seribu bayangan seperti yang diajarkan Kang Bazam. Sebenarnya bukan seribu sih, cuma lima belas…. Nama jurus memang selalu berlebihan.

Kali ini giliran Anto yang tampak terkejut dengan serangan parangku yang berkali-kali hampir mengenainya, dia terus mundur hingga akhirnya dia terdesak mundur sampai mencapai tembok.

Dengan posisi terdesak seperti ini, tentunya gerakannya jadi tak maksimal karena terbatasi oleh tembok di belakangnya. Maka aku bergerak seolah-olah lengah dengan memberikan lengan kiriku bebas….

Benar saja, dia masuk perangkapku… dengan cepat dia mencoba menggamit tangan kiriku untuk membuat aku terbanting, namun ketika tangan itu mulai menyentuh tangan kiriku, tangan kananku yang memegang parang langsung beraksi cepat dengan menebas leher bagian kirinya yang memang condong ke depan tanpa perhitungan.

CRAAKKKK!!!!

Anto langsung mundur tak jadi memegangi tanganku, kini dia memegangi lehernya yang langsung memuncratkan darah segar. Wajahnya meringis…. Tapi aku belum puas… aku lagi-lagi mengasongkan tangan kiriku untuk berpura-pura akan menarik tubuhnya, dan dengan refleks kini dengan kedua tangannya dia ambil tangan kiriku itu, tenaganya masih lumayan untuk membanting tubuhku.

Ya, aku memang terbanting, tubuhku berputar di udara, tapi dari tubuhku yang berputar aku mendapatkan tenaga tambahan untuk membacokkan parangku dari atas, di atas tempurung kepalanya dengan sangat tepat.

CRAAKKKK!!!!

Kali ini Anto sudah tak bisa lagi bergerak…. Dia benar-benar ambruk dengan darah berlumuran…. Mati juga si Anjing! Tapi aku belum puas, aku balikkan tubuh yang tak bernyawa itu, aku angkat lagi parangku untuk memburaikan isi perutnya, namun…..

“GIO!!! CUKUP!!!” Teriak Kang Bazam yang mengurungkan niatku dan aku langsung bersimpuh di lantai dengan nafas ngos-ngosan.

“Seperti yang sudah kuingatkan padamu berkali-kali…. Jangan berlebihan dalam mengeksekusi!” Lanjutnya.

Aku melihat Kang Bazam bangkit dengan kepayahan, dari sudut bibirnya masih sesekali keluar darah dan Kang Bazam mengelapnya berkali-kali dengan pundaknya sehingga baju putih kemeja kerjanya itu sudah kotor oleh darah.

Kami cukup lama diam tanpa suara, sampai akhirnya Kang Bazam berkata…. “Mau apa kamu datang kesini, Gio?”

“Membunuhnya…”
Jawabku dengan nafas tersenggal.

“Membunuh tanpa persiapan seperti ini?!” Ucap Kang Bazam seolah menyindirku karena aku memang tak pernah memakai persiapan seperti yang diajarkannya. Persiapan disini maksudnya minyak untuk menutupi sidik jari dan lain sebagainya…. Bahkan aku tak pernah membuat minyak tersebut, malas bikinnya meskipun aku tahu cara membuatnya.

“Biarpun tanpa persiapan, tapi rencanaku berhasil… daripada pake persiapan tapi…..” Balasku menyindir Kang Bazam.

“Ya… Akang akui kamu hebat….” Kang Bazam memotong ucapanku. “Kamu kesini pake apa?”

“Mobil…”

“Bagus… bawa mobilmu kesini…. Kita bawa mayatnya…”

“Tapi Kang?”

“Kenapa? CCTV? Aman…!!! tak ada CCTV disini maupun di sekitar rumahnya…. Akang udah cek….”

“Kenapa nggak dibakar aja sih? Kenapa harus capek-capek kita bawa mayatnya….”

“Bodoh kamu, Gio…. Daerah sini padat… bisa-bisa yang kebakar bukan cuma rumah ini aja…. udah cepet bawa mobilnya kesini….!!!”



÷÷÷÷÷÷​



Mobil sudah kuparkirkan di garasi rumah Anto, aku angkut mayat najis si Anto ini ke dalam bagasi mobilku. Aku disuruh menunggu di dalam mobil, sementara Kang Bazam akan melakukan ‘pembersihan’ dulu di dalam rumah.

Cukup lama dia melakukannya, karena banyak jejakku dan juga darah yang berceceran di lantai rumah ini. Kang Bazam langsung masuk ke dalam mobilku dengan kondisi telanjang dada…. Kemeja putihnya dia pegang dan sudah penuh darah, bukan darah miliknya, tapi sepertinya kemeja itu dipakai untuk mengepel lantai rumah.

“Ayo jalan…” Ucapnya begitu masuk ke dalam mobil dengan nafas tersenggal.

“Kemana?”

“Hutan karet daerah Wanadatar Ratu…”

“Hufftt… oke…”
Ucapku dan mobil melaju ke daerah yang dimaksud.

“Akang kenapa bisa tau tentang si Anto ini?” Di perjalanan aku membuka obrolan.

“Hmmm….. Akang udah liat Maya dengan lelaki itu dari sejak tadi malam, dia datang ke rumahmu, dan dari luar saja terdengar kalau mereka melakukan hal tak senonoh…. Kamu kemana semalam?”

“Tidur… hehehe….”


Kang Bazam menggelengkan kepala sambil menghela nafas.

“Terus tadi pagi waktu mau berangkat kerja, Akang liat lagi Maya dijemput lelaki itu, akhirnya Akang nggak masuk kerja… Akang ikutin mereka sampai ke tempat praktek… dari situ Akang baru tahu kalau laki-laki itu dokter…. dia dokter pskiater tempat Maya konsultasi?”

“Iya Kang….. Oh.. jadi Akang udah masuk ke tempat praktek itu dari pagi?”

“Nggak…. Akang nggak mungkin ngelakuin hal konyol ketika Maya ada disitu…. Akang tunggu situasi dulu, mantau situasi dari warung depan rumah itu…. sampe jam 2 akhirnya mereka keluar lagi, Akang ikutin lagi… ternyata Maya turun dari mobil terus naik ojek, entah kemana… setelah itu Akang ikutin lagi mobil lelaki itu yang ternyata pulang lagi ke tempat prakteknya… dari situlah Akang mulai masuk….”



÷÷÷÷÷÷​
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd