Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mimi dan Dunia Malam

dream patcher

Semprot Baru
Daftar
7 Mar 2015
Post
46
Like diterima
47
Lokasi
Dunia Mimpi
Bimabet
Awal kuliah adalah awal kebebasanku. Bagai burung lepas dari sangkar aku memulai kehidupan baru dengan penuh semangat.

Mungkin terlalu bersemangat, hingga akhirnya aku terjebak dalam dunia malam dan pergaulan yang bebas.

Kisahku ini akan menjadi pelajaran bagi para kaum hawa agar tidak pernah untuk selalu mencoba bermain api.

Terutama yang berhubungan dengan sex.

Mungkin masih banyak kaum hawa yang seperti aku.
Selalu berpikir, tidak apalah sedikit-sedikit melakukan kenakalan yang menyerempet bahaya.
Kita selalu merasa terlalu percaya diri kalau kita sanggup menahan atau menghentikan diri saat kita merasa sudah terlalu jauh atau kelewatan.

Semua pendapat itu salah!
Kenyataan yang terjadi tidak akan pernah seperti itu.
Dan kita hanya bisa menyesalinya kemudian.

Sex diciptakan untuk dilakukan sampai tuntas dan tubuh kita merasa puas.
Tubuh kita yang lemah tidak akan sanggup melawan dorongan gairah saat kita sudah terjebak dalam nafsu birahi.


And this is how my story begin.



[size=+2]MIMI DAN DUNIA MALAM[/size]




INDEX:


1. How is all begin. (Page 1)

2. Mengenal Ecstacy dan ritual tripping (on). Part 1. (Page 1)

3. Mengenal Ecstacy dan ritual tripping (on). Part 2. (Page 1)

4. Pergaulan Om Om. Part 1 (Page 1)

5. Pergaulan Om Om. Part 2

6. Jonathan Santoso

7. Meet the perfect partner, The Un-expected one. (Part.1)

8. Meet the perfect partner, The Un-expected one. (Part.2)

9. Ko Roby (Part.1)

10. Thya Atmanagara

11. Ko Roby (Part.2)

12. Semakin Terbuai

13. Imajinasi Semu

14. New Friend, Old Boyfriend

15. Rasa kembali, Kekasih hilang

16. Kembali Single,...???

17. Dikasih Hati, Minta M***k

18.The Return of Jo

19. Bablas

20. Bablas 2
 
Terakhir diubah:
HOW IS ALL BEGIN



Namaku Michele, biasa dipanggil Mimi oleh kawan ataupun keluargaku.
Seorang gadis remaja yang beranjak dewasa.
Aku berasal dari keluarga Chinese keturunan.

Tinggi badanku mencapai 160cm, body langsing semampai dihiasi dengan buah dada yang sedang, dan pinggul kecil tapi bulat berisi.
Kulitku putih, bahkan terkesan putih sekali. Rambut lurus sedikit melewati bahu, hidung mancung dan mata yang belo.
Boleh dibilang aku cukup cantik.

Aku anak pertama dari 3 bersaudara.
Adikku yang kedua Jonathan berusia sekitar 3 tahun lebih dibawahku. Disusul kemudian Yenita yang bungsu yang berjarak 3 tahun juga dibawah adikku Jonathan.

Keluarga kami sangat berkecukupan. Bahkan boleh dibilang berlebih.
Kami mempunyai 2 toko material bahan bangunan yang dikelola oleh papa dan mama ku bergantian didua tempat yang berbeda.

Walau dalam kesehariannya orang tua kami sangat sibuk dan tidak pernah punya waktu untuk mengawasi atau menemani kami anak-anaknya, tapi kami semua bertumbuh menjadi anak-anak yang baik.
Tidak pernah berbuat hal yang aneh ataupun nakal dan selalu mendapat hasil yang baik dalam sekolah kami masing-masing.


* * *


Tahun 2001 awal mula kuliah aku tinggal ditempat kost tak jauh dari kampusku didaerah jakarta barat. Aku bahkan bisa berjalan kaki pergi dan pulang kekampus, walau jaraknya tidak terlalu dekat dan cukup melelahkan.

Tapi setidaknya aku enjoy. Aku selalu ditemani oleh sahabatku Lani dan kekasihku sejak sma Hengky.
Well...setidaknya sampai semester kedua kehidupanku berjalan baik-baik saja.

Sampai suatu ketika kupergoki Hengky berselingkuh dengan sahabatku sendiri.
Aku menangkapnya tengah berciuman dengan Lani dikamar kost Lani yang bertetanggaan tepat disebelah kamarku.


Sejak saat itu kehidupanku berubah.
Aku mulai menjauhi Hengky dan Lani dan mulai bergaul dengan banyak kawan yang baru.
Salah satu nya adalah Ardy yang merupakan kakak kelasku yang kemudian menjadi pacar ke dua ku.

Aku juga berniat untuk pindah dari tempat kost yang sudah membuatku tidak betah.
Tapi ternyata mencari tempat kost yang sesuai dengan selera tak semudah yang kita pikirkan.

Selama beberapa bulan pertama dalam kehidupan kuliahku ditahun kedua, aku harus terus berusaha menahan segala kesakitan hati tetap bertahan tinggal ditempat kost disebelah kamar orang yang sudah kuanggap sebagai musuh no.1 dalam hidupku.

Akibatnya aku menjadi tidak nyaman berlama-lama tinggal didalam kost dan menjadi sering pergi keluar kesana kemari membuang waktu.
Untung ada Ardy yang selalu menemaniku.
Setidaknya untuk sementara waktu.

Ardy orang yang baik dan sopan.
Mungkin malah terlalu baik.
Ia selalu mengalah dan menuruti semua kemauanku.
Dalam berpacaran dengannya paling jauh kita hanya saling cium, peluk, dan meraba tubuh dengan masih dilapisi pakaian.
Mungkin saat itu aku masih belum terlalu berpengalaman atau Ardy yang sopan kurang bisa membangkitkan sisi kewanitaanku.
Yang pasti kegiatan pacaran kami masih dalam kategori sehat.
Atau bahkan terlalu monoton.


Karena seringnya aku berpergian kesana kemari menghindari tempat kost ku sendiri mengakibatkan aku terjangkit penyakit imsomnia.
Aku jadi susah tidur kalau tubuhku tidak terlalu lelah sekali.
Sementara Ardy perlahan-lahan mulai kewalahan mengikuti gaya hidupku.

Saat itu Ardy sudah bekerja sambil kuliah malam. Jadi mungkin harus kumaklumi juga kalau ia kelelahan harus menemaniku lagi kemana-mana setiap harinya.
Apalagi saat itu ia pun sedang sibuk-sibuknya mengurus skripsi.

Akhirnya perlahan-lahan hubunganku dengan Ardy mulai menjauh dan akhirnya putus. Walau sebenarnya tidak ada kata putus yang terucap diantara kita.

Ditengah kegalauan dan kesepianku aku mulai berpikir untuk bekerja sambil kuliah seperti Ardy.

Bukan karena faktor uang. Uang saku yang diberikan oleh orang tua ku sebenarnya sudah lebih dari cukup bagiku untuk hidup agak sedikit mewah dijakarta.

Aku merasa tubuh muda ku masih penuh dengan energy. Dan daripada aku menghabiskan waktuku percuma hanya untuk menghindari tempat kostku, lebih baik aku bekerja sambil kuliah.


Akhir semester ke 4 masa kuliah, aku akhirnya mendapat pekerjaan disalah satu perusahaan 'Tour & Travel' sebagai salah satu staf accounting.

Dan aku juga mendapat tempat kost yang baru.
Agak jauh dari kampusku, tapi dekat dengan kantor tempatku bekerja didaerah Gajah Mada.

Semua tampak mulai berubah menjadi lebih baik bagiku.

Saat itulah dimulai lembaran baru kehidupanku.

Kerja, Kuliah, dan Kehidupan malam.


* * *


Ditempat kerja aku banyak mendapatkan kawan-kawan baru yang menurutku lebih dewasa dan lebih seru.

Salah satunya Thya Atmanagara yang sebenarnya merupakan anak empunya perusahaan tempatku bekerja.

Gadis mungil, manis, dan sexy.
Tingginya mungkin hanya sekitar 150cm dengan tubuh yang mungil. Tapi dada dan pinggulnya bulat dan besar menantang. Menjadikan ia selalu menjadi pusat perhatian mata-mata nakal para laki-laki.

Ia menjadi sahabat baruku.
Usianya sudah 2 tahun diatasku, baru saja menamatkan kuliahnya.
Dan saat itu ayahnya menempatkan ia dibagian accounting untuk mendapatkan pelatihan awal sampai tiba waktunya Thya mengambil alih perusahaan.

Kedekatanku dengan Thya banyak membawa berkah dalam pekerjaanku.
Seperti mobil inventaris kantor yang sebenarnya jatah istimewa operasional Thya sebagai putri bos.
Mobil itu lebih sering aku yang bawa.
Karena Thya lebih sering memakai mobil pacarnya yang lebih bagus dan sering dititipkan kepada Thya saat pacarnya sering pergi dinas keluar kota.


"Mi lu balik ke Tangerang gak besok sabtu abis kuliah?" Tanya Thya suatu hari jumat ketika kita bersiap-siap untuk meninggalkan kantor.

"Gak kayaknya. Lagi males gua." Jawabku.

Aku memang sangat jarang pulang ke rumah.
Untuk apa pikirku, dirumahku juga sama saja, paling cuma tidur seharian.

"Ada acara sama cowok lu?" Tanya Thya lagi.

"Gak ada." Jawabku pendek.

Aku sangat malas menjawab kalau ada orang bertanya tentang hubungan percintaanku yang tak jelas statusnya saat itu.

"Terus lu ngapain aja nanti dikostan?"

"Gak tau, paling jalan sana sini aja sendirian atau nonton dvd.
Memang kenapa, Ko Roby lagi gak ada yah?" Tanyaku lagi.

Ko Roby adalah pacar Thya yang sehari-hari selalu menemani Thya kemana-mana.
Bahkan ko Roby sering menginap tidur dikost Thya.
Hubungan mereka memang sudah sangat dekat, bahkan hampir bertunangan.

Sayangnya pekerjaan ko Roby menuntutnya untuk sering bepergian keluar kota sehingga Thya sering ditinggal sendiri.
Mungkin itu juga salah satu faktor utama sampai saat ini mereka terus menunda pernikahan mereka.

"Iya nih. Lagi ke Surabaya. Kita jalan yuk malam minggu. Ladies night. Nanti gua ajak juga si Karen" Ajak Thya.

"Kemana?" Tanyaku lagi.

"Kita dugem aja bagaimana?" Jawabnya lagi bersemangat.

"Dugem...??" Aku berpikir sejenak.

Aku tau apa itu dugem. Tapi aku memang belum pernah.
Penasaran juga.

"Boleh." Jawabku.

"Ok, besok yah jam 8 malam lu jemput gua dikost." Jawab Thya.

"Pakaian yang sexy yah." Sambungnya lagi sambil tersenyum nakal.


* * *
 
Terakhir diubah:
MENGENAL ECSTACY DAN RITUAL TRIPPING ("ON").

Part 1.




Hari sabtu malam aku, Thya, dan Karen sudah mulai memasuki diskotik "Cr**n".
Saat itu diskotik ini baru buka dan merupakan salah satu diskotik paling "In" dan termodern dalam sound ataupun lightingnya.

Aku sedikit ternganga ketika pertama kali masuk kedalam dance hallnya.
Aku bukan kampungan banget, aku sering pergi ke cafe-cafe atau pub, tapi memang suasana diskotik yang musiknya super pekak, lampunya gelap, dan orang-orang yang terlalu ramai seperti pasar benar-benar baru bagiku.

"Bagaimana orang bisa enjoy ditempat seperti ini." Pikirku heran.

Cukup lama saat itu kita berjalan kesana kemari disela-sela para pengunjung yang asyik bergoyang mencari meja yang kosong untuk kita tempati.
Tatapan-tatapan mesum para lelaki yang mabuk saat itu mulai membuatku merasa risih.
Aku bahkan mulai berpikir pesimis dan merasa kalau diskotik bukan tempat yang cocok untuk diriku.


"Uhuy...kita dapat meja!" Karen menarik tanganku menuju satu meja bulat kecil yang dikelilingi kursi-kursi bulat seperti kursi bar.

Tapi aku heran, kursi yang kosong hanya 2 dan disana sudah duduk 3 orang laki-laki berpenampilan seperti eksekutif muda.

Ketika kumendekat ketiga laki-laki tersebut memberikan tangannya mengajakku bersalaman. Entah apa yang mereka katakan, mungkin mereka memperkenalkan diri mereka. Suara musik masih terlalu bising bagi telingaku yang belum terbiasa. Aku hanya mengangguk-angguk kan kepalaku dengan sedikit memberikan senyum.

Thya yang melihat kebingunganku mendekati dan berteriak dekat telingaku.

"Gak apa-apa, biasa kalau malam minggu memang terlalu ramai. Jadi kadang kita share table dengan yang lain. Santai aja."

Tak lama kemudian Thya dan Karen sudah dengan sangat nyamannya mengambil 2 bangku yang kosong dan duduk disamping kanan kiri laki-laki yang baru kita kenal dan terlibat dalam percakapan akrab.

Meninggalkan aku berdiri 'cengo'....

Dan sialnya mereka sudah lebih dahulu memonopoli cowok-cowok yang lebih lumayan.
Meninggalkan seorang cowok yang perawakannya sedikit gemuk pendek yang sekarang cengar-cengir perlahan mendekati aku.

"Capek yah? Silahkan duduk kalau capek." Cowok itu berkata setengah berteriak didekat telingaku sambil mendorong kursinya kedekatku.

Aku hanya sedikit tersenyum dan duduk terdiam memperhatikan para pengunjung yang asyik bergoyang tanpa memperdulikan keadaan sekitarnya.
Ada sedikit kesan lucu dalam hatiku melihat orang-orang berjoget bagai kesurupan dengan gaya anehnya masing-masing tanpa malu.

"Lu mau neken juga?"

"Hah...??" Aku tidak mengerti ketika si gemuk pendek yang asyik bergoyang dibelakang bangkuku tiba-tiba bertanya padaku.

(Aku memang benar-benar tak tahu nama pria yang saat itu menemaniku. Jadi mohon maaf jika aku memanggilnya dengan panggilan 'koko gemuk pendek'.)

"Lu mau neken juga gak? BT deh kalo cuma duduk-duduk aja." Ia mengulangi pertanyaannya kembali.

Aku masih tidak mengerti apa maksudnya. Kulihat ia asyik menggoyang kepalanya kekiri dan kanan.
Kualihkan pandanganku kearah Karen dan Thya. Mereka pun terlihat sudah asyik menggoyangkan kepala dan tubuhnya kekiri dan kanan bersama para cowok pasangan mereka.

"Ini ambil!" Sigendut pendek menawarkan sesuatu benda kecil ditangannya kepadaku.

Aku tidak berani mengambilnya. Aku menolak secara halus.
Aku tak tau benda apa yang ia berikan kepadaku. Aku takut ia ingin memperdaya aku dengan memberi obat bius atau obat perangsang.

Thya yang duduk lebih dekat denganku mungkin melihat, ia mendekatiku dan langsung mengambil potongan obat yang ada ditangan sigendut pendek.

"Berapa ini ko..?" Tanya Thya kepadanya.

"Setengah."

"Thanks yah." Jawab Thya lagi sambil berusaha membelah potongan obat yang aslinya sudah sangat kecil.

Setelah berhasil dibelahnya Thya memberikan sebagian kepadaku dan langsung meminum sebagian lagi.

"Cobain aja sedikit dulu Mi. Enak dan gak berbahaya koq. Biar lu bisa enjoy." Kata Thya.

Aku yang melihat Thya meminum obat tersebut tanpa ragu ikut meminumnya juga. Penasaran, obat apa ini sebenarnya.

5 menit tak terasa efek apa-apa pada tubuhku. Aku sempat berpikir mungkin terlalu sedikit dosisnya.

Tapi memasuki menit ke 10 tiba-tiba kurasa perutku seperti keram. Otot-otot perutku seperti meremas-remas organ-organ dibagian dalam tubuhku. Dan tangan dan kakiku terasa dingin sekali. Perlahan suara bas dari musik yang keras yang awalnya sangat mengganggu telingaku seperti melembut tapi mengetuk jantungku membuat tubuhku seperti ingin melompat mengikuti iramanya.

Aku merasa bingung akan sensasinya. Aku mencoba menahan tubuhku untuk diam, tapi semakin kutahan semakin tersiksa rasanya tubuhku.

"Jangan ditahan. Ikuti musik dan lepas." Koko gendut pendek dibelakangku berbisik dekat telingaku.

Aneh...kalau tadi ia berteriak-teriak telingaku masih sulit mendengar kata-katanya, tapi sekarang walau pelan suaranya seperti bisa terdengar jelas ditelingaku.

Bass musik yang mengetuk-ketuk jantungku perlahan-lahan menjadi kuat seperti 'gedoran-gedoran' yang meminta tubuhku untuk bangun.
Tak sadar perlahan tubuhku ikut bangun dan bergoyang mengikuti irama musik. Terutama bagian kepalaku.

Semakin hanyut tubuhku dengan irama semakin senang rasa hatiku.
Entah kenapa, rasa senang yang tidak bisa dijelaskan. Dan perlahan otakku memainkan imajinasi khayalan yang indah-indah.

Baru beberapa menit yang lalu aku melihat aneh dan risih kepada orang-orang yang bergoyang disekelilingku. Tapi sekarang aku malah gembira dan senang melihatnya.
Goyangan mereka seperti menyemangatiku untuk bergoyang lebih heboh lagi. Dan goyanganku seperti menyemangati mereka pula.

Karen, Thya dan para cowok dimeja kami semakin bersemangat ketika melihat ku telah bangun bergoyang.
Mereka semua mendekat dan kita bersatu membuat lingkaran kecil bergoyang bersama. Para wanita didalam berpegangan tangan, dan para pria dibelakang sambil memegang pinggang para wanita pasangannya masing-masing mengimbangi irama goyangan kami.

Bersamaan perasaan gembira dan semangat yang meletup keluar dari tubuhku, perlahan timbul juga suatu perasaan aneh menggelitik ketika kulit dan bagian tubuhku bersentuhan dengan tangan-tangan dan tubuh orang lain. Terutama lawan jenis.

"Agghh.." Aku mendesah perlahan ketika pasangan dibelakangku meraba kulit pinggang dan perutku dari balik kaos yang kukenakan.

Rabaannya membuat bulu-bulu halus dikulitku berdiri meremang.
Kulitku merasa nyaman, dan perasaan menggelitik mengaliri aliran darah dibawah kulitku menuju kepusat selangkanganku.

"Koq aku jadi terangsang yah?" Batinku dalam hati.

Gairah birahiku perlahan-lahan naik tanpa dapat kutahan seiring semakin bersemangatnya aku bergoyang.

Apalagi si koko pendek gemuk dibelakangku semakin berani dan kurang ajar. Ia perlahan-lahan semakin merapatkan pelukannya dibelakang dan menempelkan batangnya yang sudah keras dipantatku.

Walau aku terangsang, tapi aku merasa risih juga.
Sebagai wanita baik-baik aku tidak terbiasa kalau tubuhku disentuh oleh laki-laki asing. Apalagi laki-laki yang aku tak sukai.
Sesekali saat ku merasa koko pendek gemuk keterlaluan aku menggeliat menghindar.

Terus menerus aku seperti itu.
Bergoyang, menghindar, bergoyang, menghindar.
Akhirnya perasaanku menjadi tidak karuan.

Naik tinggi bahagia gembira, drop...turun seperti terkaget.
Naik lagi tinggi bahagia...drop turun kembali terkaget.
Hal ini membuat perasaanku menjadi tidak nyaman.

Sementara kuperhatikan Karen dan Thya seperti sangat menikmati sekali bergoyang bersama pasangan mereka. Mereka bahkan sudah saling berpelukan erat dengan tangan saling meraba kemana-mana tanpa memperdulikan orang lain disekitar mereka.

Koko pendek gendut pasanganku mungkin menjadi ikut merasa tidak nyaman juga bergoyang denganku. Aku dapat melihat raut wajahnya yang kurang senang saat ia meninggalkanku dan akhirnya duduk bergoyang sendiri.

Mau bagaimana lagi, aku sedikit merasa tidak enak juga sebenarnya kepada dia yang sudah baik kepadaku. Tapi memang aku tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini.
Aku tersenyum tipis kepadanya dan memutar mengambil tempat dibelakang dia berdiri sambil memegang bahunya dan kembali bergoyang menikmati imajinasiku sendiri sampai tiba waktunya diskotik bubar.


Saat berpisah para cowok-cowok itu sempat menawarkan untuk lanjut berpesta ditempat lain. Tawaran yang kami tolak dengan halus. Kami hanya ingin bersenang-senang. Dan saat itu kami merasa kesenangan kami sudah cukup.

Kami sempat bertukar nomor handphone pula.
Setidaknya Thya dan Karen memberi nomor mereka.
Aku tidak terlalu tertarik untuk membagi-bagikan nomorku saat itu.

Tapi salah satu cowok yang tadi berpasangan dengan Thya memberikan kartu namanya padaku secara sembunyi-sembunyi sambil memberikan tanda agar aku menelponnya.

Aku hanya membalasnya dengan tersenyum.


* * *


Saat dalam perjalanan pulang jantungku masih berdebar terus. Tangan dan kakiku kembali menjadi dingin. Sangat dingin hingga membuatku menggigil. Dan keram diperutku menjadi-jadi, perutku seperti diremas-remas dengan kuat membuatku mual. Pikiranku menjadi gelisah tak menentu seperti mencari-cari sesuatu tapi tak tahu apa yang kucari.

Karen sepertinya sadar dengan keadaanku.

"Waduhh...Thya...si Mimi masih kenceng kayaknya tuh. Kasihan dia."

"Hah..??" Thya yang membawa mobil sejenak melirik kebelakang kearahku.

"Waduhh...puterin musik Ren...lu cari tuh cd koleksi Roby biasanya banyak yang house nya."

Karen yang duduk disebelah Thya sibuk mencari cd dan memasangnya.

Ketika irama house musik mulai berdentum tubuhku kembali bergoyang dan semua perasaan tak nyaman perlahan hilang berganti kenikmatan relaksasi kembali.

"Hahaha...kalau gini mending muter-muter dulu Thya ampe Mimi down." Kata Karen yang perlahan mengikutiku juga menggoyang kepalanya.

"Ok, kita ke monas aja sekalian gua mau makan, nasi uduknya enak tuh disitu." Jawab Thya sambil sesekali bergoyang mengikuti musik ditengah konsentrasinya membawa mobil.


* * *


Matahari telah terbit diufuk timur.
Aku, Thya, dan Karen duduk santai dimobil yang diparkir dipinggir jalan dekat monas sambil makan nasi uduk.

Tubuhku rasanya lelah dan lemas tak bertulang setelah semalaman bergoyang. Malas hendak berbuat apa-apa, seakan semua energiku telah terkuras habis.

Thya dan Karen pun tampak mengalami gejala yang sama walau tak separah aku.

Aku sempat khawatir apakah Thya masih sanggup untuk membawa mobil.
Ia menenangkan aku, ia bilang ia sudah biasa seperti ini. Ini adalah efek samping dari obat yang baru kutahu bernama 'Ecstacy' atau 'Inex'.
Dengan sedikit istirahat dan makan Thya masih sanggup untuk membawa kita pulang dengan selamat.


Aku belajar banyak dari Thya dan Karen tentang 'Ecstacy' dan ritual 'Tripping'.

Mereka mengatakan dari semua jenis 'Narkoba' mungkin ecstacy lah yang teraman bagi tubuh. Setidaknya kita tidak akan mengalami ketagihan karenanya.
Dan asal semua tubuh kita terutama jantung sehat, kita akan baik-baik saja.

Sifat dasar obat ini merangsang pengeluaran adrenalin yang mengakibatkan kerja jantung semakin keras, yang ditandai dengan rasa berdebar-debar, dan tekanan darah naik. Aliran darah menjadi lebih cepat mengalir dari jantung keotak dan seluruh tubuh.
Karena aliran darah mengalir jadi cepat, seluruh tubuh kita akan merasakan sensasi rasa nyaman dan kenikmatan. Bahkan menjadi bergairah atau terangsang karena aliran darah ke dan dari organ sexual kita pun ikut terpompa yang mengakibatkan hasrat sexual ikut bereaksi dan bangkit.

Di otak ecstacy menyebabkan rasa “alert”, sehingga orang yang meminumnya tidak terserang rasa mengantuk.
Hal inilah yang menyebabkan pemakai ecstacy selalu mempunyai energi untuk beraktivitas tanpa kenal lelah.

Bila sudah klimaks, atau sering disebut dengan istilah on, sinar lampu menjadi begitu indah dan hentakan musik keras house music menyebabkan tubuh serasa
tersedot mengikuti gerak iramanya.

Sampai waktunya tiba saat pengaruh obat menghilang, seluruh tubuh kita akan terasa lemas karena semua energy tubuh sudah dipaksakan untuk keluar.


Thya dan Karen memang menyayangkan juga kalau tadi aku tidak dapat terlalu lepas enjoy karena mempunyai pasangan yang tidak sesuai dengan seleraku.

Menurut mereka partner "on" itu sebenarnya yang terpenting untuk mendapatkan kepuasan maksimal.

Kalau kita mempunyai patner yang kita suka dan percaya, kita bisa lepas.
Memang idealnya dengan pacar atau suami supaya kita bisa lepas bahkan sampai orgasme sekalipun.

Aku agak ternganga mendengar penjelasan mereka.

"Masa sampe orgasme.. Bagaimana caranya?" Tanyaku.

"Hahaha....banyaklah caranya. Lu harus cobain Mi, gak ada sensasi terhebat orgasme saat kita lagi "on tinggi."

Penjelasan Thya dan Karen yang hanya bisa kuterima sambil mangut-mangut.

"Mungkin nanti suatu saat aku akan coba, kalau aku sudah mempunyai suami." Pikirku.

Saat itu aku belum ada sedikitpun niat untuk melepas keperawananku kepada siapapun juga.
Dan aku pikir kalau orgasme hanya dapat diraih dari hubungan sex.


* * *


(Catatan penulis: Efek pengaruh ecstacy pada masing-masing orang berbeda-beda. Penjelasan efek dalam cerita berdasar pada pengalaman pribadi + info mbah google. Tidak perlu diperdebatkan. Nikmati saja ceritanya.)
 
Wow ceritanya langsung di gas penuh :motor6:
Nunggu apdet part 2 di pejwan :ngeteh:
 
MENGENAL ECSTACY DAN RITUAL TRIPPING ("ON").

Part 2.




Beberapa hari belakangan dikantor aku terus mendapatkan informasi tentang 'Dugem' dan 'Ritual Tripping' dari Thya dan Karen.

Sampai suatu ketika aku ingat hari itu hari kamis, Thya mengajakku kembali untuk mencobanya lagi saat malam minggu.

"Hahaha,...Mi...Mi....udah deh susah kalau dijelasin mah. Malam minggu besok lu ikut kita lagi. Kebetulan ko Roby lagi ada nih. Nanti gua suruh dia bawa temennya Andy buat jadi partner lu. Gua rasa cucok and bisa dipercaya deh Andy." Kata Thya sambil tersenyum penuh arti.

"Eh,...kalo Andy mah mending sama gua aja deh Thya. Gua juga belum ada partner kan." Karen ikut merengek saat itu.

"Alah Karen,....lu kenapa gak ajak pacar lu aja sih? Kasihan kan Mimi, biar dia senang dulu deh sekali-kali." Thya mencoba membujuk Karen.

"Huh,...males tau kalo ama pacar sendiri. Kadang kan lebih hot lagi sensasinya kalo ama cowok lain."

"Lu ama gua aja Karen. Gua ikut yah gals,...please...please....atau Mimi deh yang ama gua. Kebetulan gua gak ada jadwal and perlu refreshing nih."
Tiba-tiba sosok tinggi besar ikut nimbrung dalam obrolan kami.

Binsar Ucok Hasibuan. Cowok batak asli yang merupakan salah satu tour guide diperusahaan kami.
Sebenarnya orangnya ok. Lumayan tampan, dengan wajah khas laki-laki macho dengan dagu yang kotak dan rambut cepak. Badannya tinggi besar berotot seperti seorang atlit body builder, dan kulitnya lumayan gelap.

Tapi orangnya terkesan 'lugu anak daerah'.
Gerak geriknya terkesan selalu terburu-buru, kikuk, dan canggung yang selalu memancing orang-orang dikantor mentertawakannya.

"Hahaha,....ajak gak nih si Ucok satu?" Thya yang menjawab.

"Boleh juga. Sekalian bisa jadi bodyguard kita-kita nih badan gede gini." Kata Karen sambil tersenyum

"Tapi jangan kurang ajar lu. Awas!" Sambungnya lagi.

"Hahaha,...siap nona-nona. Gua mana berani sih kurang ajar ama lu lu orang. Apalagi ada putri mahkota nih. Bisa-bisa ntar gua jobles." Jawab Binsar sambil cengengesan.


* * *


Malam minggu berikutnya kami semua sudah siap di 'arena'.
Rombongan kami agak ramai, mungkin sekitar 15 orang yang tidak pernah aku kenal sebelumnya. Dan kami menyewa area 'Couch' atau 'Sofa' jadi kami tidak perlu berdesakkan atau berebut mencari tempat duduk lagi.

Ko Roby pacar Thya dan kawan-kawannya memang berduit. Dan mereka memang sering enjoy didugem. Bahkan mereka mempunyai jadwal tetap.
Dan kalau mereka pergi dugem, selalu menyewa area couch, balkon, ataupun private room. Tidak mau berbaur didance hall.
Repot kalau mencari meja untuk terlalu banyak orang didance hall menurut mereka.

Pasanganku saat itu Andy lumayan ok. Cowok kurus tinggi dan kalem dengan kacamata. Wajahnya walau tidak terlalu tampan tapi juga tidak jelek sekali. Agak pesolek dan sedikit mirip perempuan. Dan sopan.
Aku pikir nanti aku bisa enjoy dengan dia.

Benar saja, saat ritual dimulai aku sangat menikmati sekali. Andy bisa membimbingku dan menjadi partner yang baik. Cukup lembut dalam memperlakukan aku, tapi tidak kaku juga dengan obrolan-obrolan ringannya yang dapat membuatku nyaman. Dan sedikit-sedikit bisa menggoda dan memancing gairahku untuk naik.

Rasa nyaman yang diberikan Andy bisa menghilangkan rasa maluku. Aku menjadi begitu lepas untuk bergoyang bersamanya. Ditambah pengaruh obat yang membangkitkan sisi sexualitasku secara tak sadar juga ikut mendorong sisi liar ku keluar.

Terkadang aku bergoyang sensual merabai tubuhku dihadapannya dan menempelkan tubuhku kebagian-bagian tubuhnya yang sensitif. Andy membalas perlakuanku dengan tersenyum gembira. Tapi yang kuheran tangannya tidak pernah lebih jauh beraksi selain memeluk pinggang dan perutku.

Hal ini membuatku menjadi agak penasaran. Seperti ada dorongan dari dalam diriku untuk membuat cowok ini hanyut terbius dan menginginkan tubuhku. Aku menggoyang tubuhku sepanas yang aku bisa, tapi ia tetap saja bersikap cool.

Malah cowok-cowok lain disekitarku yang jadi lebih banyak memperhatikanku dengan wajah 'mupeng'.
Bahkan Binsar yang bergoyang disebelahku tanpa malu tampak menganga memelotot melihatku dengan ekspresi wajahnya yang lugu.

Thya, ko Roby, dan yang lainnya semakin menyemangatiku.
Hanya Karen yang agak sedikit kesal karena partnernya Binsar ikut teralih perhatiannya karenaku.
Malah terkadang ia sengaja mengajakku bergoyang bersamanya meninggalkan Karen sendiri. Aku tertawa-tawa melihat gayanya yang lucu. Bahkan sengaja sedikit melayani dan menggodanya.

Malam itu aku baru merasakan kesenangan yang sesungguhnya dari ritual 'on'. Walau aku merasa memang masih tidak total. Seperti masih ada yang kurang. Mungkin karena Andy yang terlalu sopan atau jaim sebagai partnerku saat itu.


* * *


"Hahaha,...yah udah gitu aja. Emang lu mau bagaimana lagi. Yang penting lu enak kan gak usah pake total-totalan deh. Enakan gitu kali jadi ada rasa ketagihannya." Kata Thya dikantor saat kita membahas kembali tentang dugem.

"Lu kalo mau total harus ama cowok lu Mi. Kalo gak susah. Apalagi ama Andy, gak mungkin banget." Balas Karen lagi.

"Emang Andy kenapa?" Tanyaku heran.
"Gua nyaman koq ama dia, dia sopan ama gua."

"Nah itu dia, makanya lu gak akan bisa total." Jawab Karen lagi sambil berusaha menyembunyikan senyumnya.

Aku agak heran melihat Thya dan Karen. Mereka berdua seperti menahan senyum dan berusaha menghindari pandanganku. Aku pandangi mereka satu-satu.

"Apa sih yang aneh? Please deh." Kataku gusar.

"Hahahaha....sory...sory...gua gak tahan." Tiba-tiba Thya tertawa terpingkal-pingkal sambil memegangi perutnya.

Karen juga mengikuti tidak lama kemudian.

Aku yang gusar menekuk pinggang dan menunggu mereka selesai tertawa.

"Gini lho Mi,..." Thya akhirnya buka suara mencoba menjelaskan padaku walau dengan masih berusaha menahan tawanya.

"Lu kalo mau total itu, lu harus sama pacar atau pasangan resmi lu. Atau setidaknya ama cowo yang lu suka lah. Biar dia bisa rangsang lu, mesumin lu. Maksudnya pas lu joget tuh yah dia gerepe-gerepe lu gitu. Pasti lu akan merasa lebih nikmat. Apalagi kalo lu bisa sampe orgasme. Kan dah gua ceritain kemaren."

"Bagaimana caranya gua bisa orgasme? Masa gua musti buka celana dan ml didiskotik?" Tanyaku heran.

"Hahaha...***k lah. Lu mah o'on banget sih jadi orang. Emang orgasme cuma bisa lu dapet dari ML doank? Gak juga kali. Digrepe-grepe juga kalo yang grepe-grepe nya jago bisa." Karen sekarang yang menjawab.

"Nah lu bayangin deh...klo ditempat rame kayak didiskotik gitu orang-orang pada deket-deket lu, lu lagi asyik neken terus diem-diem lu ama cowok lu mesra-mesra-an, mesum-mesum-an,...bagaimana coba kesannya..??? Sensasinya...?? Pasti gimana gitu kan...berdebar-debar takut-takut ketauan." Sambungnya lagi dengan sedikit memperpelan suaranya.

Aku terdiam sejenak mencoba membayangkan jika aku mengalami apa yang baru saja diceritakan oleh Karen.

"Oohh...terus kenapa lu semua bilang gua gak akan bisa total gitu kalo ama Andy? Apa emang dasarnya Andy terlalu sopan yah? Atau gak suka gua?" Tanyaku lagi penasaran.

"Iya dia gak suka lu." Jawab Thya.

Jawabannya jujur membuatku sedikit terlejut dan kecewa.

"Pantes aja kemaren itu gua udah total joget godain dia cool cool aja." Pikirku.

"Dia gak mungkin suka ama lu. Dia juga gak suka ama kita-kita. Mungkin dia malah suka ama si Binsar tuh, hahahaha..." Kata Thya lagi sambil kemudian tertawa terpingkal-pingkal.

"Maksud lu...?"

Agak lama otakku berpikir sampai akhirnya aku mulai mengerti maksud mereka.

"Hahaha....gila lu. Jadi lu sengaja emang pasangin gua ama cowok homo yah. Sialan lu pada."

"Hahaha...***k bermaksud jelek lho Mi. Gua kenal Andy. Dia asyik koq orangnya. Dan dia enak ngertiin buat dijadiin partner on. And dia juga pasti gak akan buat macem-macem kan. Nah pasangan yang aman tuh." Jawab Thya coba menjelaskan lagi padaku.

Aku hanya mangut-mangut saja. Memang benar sih, aku bisa mengerti maksud Thya. Daripada berpasangan dengan cowok gak jelas terus nanti kurang ajarnya keterlaluan.

Cuma yah...namanya manusia, pasti akan selalu tak merasa puas. Dalam hati aku juga ada hasrat ingin mencoba seperti yang Thya atau Karen ceritakan.

'On' dengan pasangan sampai total.
Nanti mungkin kalau aku sudah punya pacar yang juga suka 'on' bisa terwujud keinginanku.


* * *
 
Mantaf deh. Baru juga 3 chapter, tapi terasa asyik bacanya. Menanti lanjutannya. Nice suhu. :jempol:
 
Panlok tokohny :mantap:
ada makna di dalam ceritany :rose:
entah akan jadi seperti apa, ditunggu kelanjutan ny :beer:
 
".................***k ada sensasi terhebat orgasme saat kita lagi "on tinggi."

[size=+2] :adek: S E T U J U :adek:
[/size]

:konak:
 
PERGAULAN OM OM.

Part 1.




Sudah malam minggu lagi. Aku kangen sebenarnya ingin pergi 'dugem'.
Tapi saat itu tidak ada yang mau menemaniku berangkat. Thya dan Karen sibuk dengan acaranya masing-masing meninggalkan aku sendiri dikamar kost.
Sudah habis 2 dvd kuputar aku masih tidak bisa tidur.

"Huuu...BT" Aku keluar kamar kost hendak kebalkon mencari angin.

Ternyata ecstacy bisa membuat orang ketagihan juga.
Walau ketagihannya tidak seperti narkoba lain yang bisa membuat tubuh kita menderita atau demam panas dingin.

"Tumben malam minggu dikost Mi. Biasanya pulang pagi."

Suatu suara mengejutkanku.

"Eh Li,..iya nih lagi BT. Temen pada sibuk ama gebetannya masing-masing." Jawabku ketika melihat tetanggaku yang cantik Liana keluar dari kamarnya sudah rapi dan berdandan sexy.

"Pasti mau dugem juga dia, penampilannya sexy begitu. Tapi koq telat sekali yah, sudah hampir jam 2 pagi." Pikirku.

"Mau kemana Li, cantik banget." Tanyaku lagi basa-basi.

"Biasa, mau nemuin cowok gua nih. Lagi party dia."

Tiba-tiba Liana terdiam sebentar.

"Lu suka dugem juga kan Mi?" Tanya Liana lagi perlahan nampak ia ingin mengutarakan sesuatu tapi berhati-hati.

"Iya suka kadang. Kenapa?" Tanyaku lagi.

"Mau ikut gua gak lu?
Gua disuruh cari temen lagi nih ama cowok gua buat nemenin temennya." Sambungnya lagi.

"Eh,.." Aku cukup terkejut dengan penawaran dia.

Aku dan Liana walau bertetanggaan tapi tidak saling mengenal dekat. Hanya suka saling basa basi bertegur sapa saat kebetulan berjumpa saja.
Aku tidak tahu apakah ia bisa dipercaya atau tidak. Tapi jujur penawarannya sangat menggoda sekali.

"Tapi gua kan gak kenal Li ama cowok lu apalagi temennya. Takut gua." Jawabku polos.

"Iya sih. Tapi lu tau kan kalo dugem kayak biasa aja lah palingan joget-joget, peluk-peluk, grepe-grepe aja. Kalo lu gak cocok yah lu tinggal pulang aja deh."

Iya juga pikirku.
Apa susahnya. Kalau gak enak aku tinggal pulang saja.

"Ok deh. Daripada gua bt juga sendirian dikamar." Setelah beberapa saat berpikir aku akhirnya mengiyakan ajakan Liana dan bergegas kekamar untuk dandan dan sedikit merias wajahku seadanya.


Aku dan Liana pergi dengan taxi. Saat tiba memang sudah sangat terlambat sekali sepertinya. Sudah hampir pukul 3. Aku sempat tidak mengerti untuk apa kita datang saat waktu sudah terlalu pagi seperti ini.

Liana mengajak aku kesamping tidak seperti biasanya ke area Hall.

"Koq kesini Li?"Tanyaku heran.

"Iya cowok gua sewa private room. Gak dihall. Jadi bebas, gak akan tutup nanti jam 4." Jawab Liana.

"Oohh." Jawabku pendek mulai mengerti sambil mengikuti Liana.

Yang dimaksud Private room adalah sebuah ruangan besar seperti rumah standard type 36 dengan sofa disekelilingnya lengkap dengan lampu disko seperti mini diskotik milik kita sendiri.
Didalam ruangan itu masih ada 1 kamar tidur lengkap dengan tempat tidurnya yang nyaman. Aneh juga pikirku, mungkin biar orang yang kelelahan bisa langsung beristirahat.
Aku ingat sekilas cerita tentang private room dari Thya dan Karen. Room ini harus disewa minimum 6 atau 8 jam dengan harga yang cukup mahal.

Ketika aku masuk ternyata didalam room sudah ramai dengan orang mabuk dan bergoyang gila-gila-an. Bahkan sudah ada 2 orang perempuan yang bergoyang topless.

"Gila..!" Pikirku.

"Koq berani yah, apa mereka tidak malu jadi bahan tontonan orang lain."

Party di "Private room" benar-benar berada jauh dilevel yang berbeda dengan di Hall ataupun "couch area" yang pernah kualami.

Liana langsung menghampiri 2 orang pria yang duduk disofa asyik bergoyang sendiri tanpa ditemani wanita. Kami saling berkenalan dan basa-basi sebentar.
Tak seperti dugaanku, walau pria yang diaku sebagai pacar Liana atau kawannya bertampang lumayan tapi mereka sudah cukup berumur. Setidaknya antara 35-40 tahunan. Dan pria-pria yang lainnya yang berada didalam room ini yang setidaknya ada 5 orang lagi semua sama, rata-rata berumur diatas 30 tahunan.

Waduhh...Aku terjebak dengan pergaulan om-om.....

"Silahkan." Om yang disebelahku tiba-tiba meletakkan obat ditelapak tanganku.

Aku agak terkejut, masa dia kasih 1 butir untukku sendiri. Aku belum pernah sampai sebanyak itu memakai "I".
Dengan diam-diam aku membelah hanya sebagian kecil obat itu. Mungkin hanya 1/4 nya yang kemudian kutelan sementara sisanya aku simpan.

Tak apalah aku pikir. Coba dulu, siapa tau aku bisa enjoy. Mungkin kalau om-om lebih sabar dan lebih bisa ngemong aku.
Tapi bersamaan dengan itu otakku pun mulai membangun mekanisme pertahanan dengan sendirinya. Aku harus berhati-hati dan kalau Liana pergi aku juga harus pergi.

Perlahan badanku mulai bereaksi seiring dengan masuknya pengaruh ecstacy kealiran darahku.
Om Piter pasanganku saat itu yang memang sudah dalam kondisi 'on' mulai memancingku untuk bergoyang bersamanya. Aku layani ia. Aku ajak ia bergoyang kesana kemari sementara Liana pun sudah mulai asyik bergoyang bersama pasangannya.

Om Piter memang sepertinya berpengalaman dalam memperlakukan wanita. Seiring semakin panasnya goyangan kami, tangan om Piter mulai nakal berusaha menyentuh daerah-daerah yang sensitif ditubuhku dengan gaya elegan. Tidak terburu-buru ataupun berkesan kurang ajar.
Apalagi disertai rayuan dan pujaan mulut manisnya yang benar-benar memabukkan telingaku.

Walau awalnya aku masih bisa mengendalikan diri, masih bisa menghindari kenakalan tangan om Piter dengan sedikit melengos kesana kemari perlahan-lahan tubuhku mulai mengalah juga. Apalagi aku disuguhi pemandangan wanita toples yang berjoget tak jauh dari tempatku yang terkadang dadanya diremas dan dikulum oleh pasangannya.
Tak apalah sedikit nakal dan mengikuti arus pikirku, yang penting aku harus bisa menjaga diri hingga tidak terlalu kelewatan. Kalau aku terlalu kaku mungkin malah bisa merusak suasana.

"Tubuh kamu sexy sekali Michele...dan harum juga. Bikin om gak tahan." Bisik om Piter berat sambil memeluk tubuhku dari belakang.

Nafasnya hangat terasa menggelitik ditelingaku. Membuat bulu kudukku merinding.

"Kamu rasa batang om dah keras banget kan dipantat kamu." Sambungnya lagi sambil menekan-nekan batangnya yang keras tepat dibelahan pantatku.

"Hhh...iya..om...koq bisa keras banget yah....ahhh.." Balasku tak sadar melayani rayuannya sambil tersenyum menggodanya.

"Gara-gara tubuh sexy kamu ini lah..... Ohhh...om pengen banget bisa ngentotin nih pantat." Rayunya lagi semakin berani sambil menekankan batangnya lebih keras lagi kepantatku.

Jujur saat itu tak seperti biasanya aku malah suka dengan dengan kata-kata kotor om Piter.
Aku semakin menunggingkan pantatku mengharap agar om Piter lebih berani lagi. Tak sadar aku mulai terangsang.
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd