Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mimi dan Dunia Malam

Nga mau incest
Mohon mimi digarap bintang bola sepak/atlet macho
 
Remake cerita merupakan tantangan berat buat ane.
Sebagian dr agan2 pasti sudah tahu sdikit banyak jalannya cerita ini.
Elemen of suprise mngkin akan berkurang.

But...ane akan berusaha.
Membuat lebih bnyak lg petualangan2 Mimi & tokoh2 lainnya.

Cerita ttg Jo juga akan ane sisipkan didalamnya.

Smoga agan2 menikmati.


& minta tolong jgn ragu keripik2nya, soalnya ane jg msh baru & dlm tahap belajar.



Thanks & salam
Faren
 


Jonathan Santoso



Namaku Jonathan Santoso. Biasa dipanggil Jo.
Tinggi 170cm dengan perawakan sedang sedikit kurus dengan rambut agak panjang seperti kebanyakan anak-anak muda awal tahun 2000an.
Wajah biasa-biasa saja.
Aku berasal dari keluarga chinese keturunan, tapi kulit tubuhku sawo matang, tidak putih atau kuning seperti orang-orang chinese kebanyakan.

Aku anak kedua dari 3 bersaudara dan merupakan anak laki-laki satu-satunya.
Diatasku ada ce Michele. Biasa ku panggil ce Mimi. Berkulit putih. Sangat putih malah. Tinggi 160 cm dengan berat badan seimbang, rambut yang lurus sedikit melewati bahu, dada sedang membulat dan pinggul yang kecil tapi membusung.

Dibawahku 3 tahun ada adikku Yenita. Wajahnya mirip dengan ceceku, kulitnyapun sama-sama sangat putih. Tapi kalau perawakan cece ku lebih langsing seperti model, sedangkan Yanita lebih berisi sekal sexy dan menggoda.
Boleh dibilang dua saudara perempuanku ini cantik-cantik, sexy, dan imut. Kalau jaman sekarang mungkin bisa dibilang mirip seperti para personil jkt48.

Saat itu aku adalah siswa kelas 3 sma di Tangerang. Baru berumur 18 tahun kurang. Adikku Yenita masih kelas 3 smp, sementara cece ku sudah berumur 21 tahun. Mahasiswi sebuah universitas swasta dijakarta sambil bekerja. Keseharian nya ce Mimi tinggal di rumah kost dekat dengan tempat kerjanya di daerah Mangga Besar. Pusat kehidupan malam daerah Jakarta barat.


Kehidupanku sehari-hari normal-normal saja, agak nakal tapi masih dalam tahap kewajaran. Pernah punya pacar tapi sudah putus dan tak berlangsung lama. Pengalaman dengan wanita hanya pernah peluk cium saja dengan mantan. Walaupun secara kodrat sebagai laki-laki yang baru gede, nafsuku sedang tumbuh berkembang dan mulai panas-panasnya. Aku hanya bisa melampiaskan sehari-hari dengan kegiatan olah raga tangan coly mencoly dengan beberapa objek khayalanku yang didalamnya termasuk cece dan adikku.

Kenakalanku yang paling parah mungkin pada saat itu aku sudah mulai mengenal dunia malam dan mencoba-coba pil ecstacy bersama kawan-kawanku.
Kenakalanku itulah yang membawaku kesuatu petualangan baru bersama ceceku yang tak pernah kubayangkan sebelumnya.


Semua berasal dari pertemuanku yang tidak disengaja dengan ce Mimi pada suatu hari minggu subuh.

Saat itu para 'clubbers' berhamburan keluar dari salah satu diskotik terbaru dan terbesar didaerah mangga besar karena sudah waktunya tutup.
Aku bersama kawan-kawanku berjalan menuju tempat parkir motor saat melihat ada keributan antara seorang pria dengan perempuan dekat tangga menuju pelataran parkir.
Aku tidak begitu tertarik untuk memperhatikannya, namun ketika aku dan kawan-kawanku melewati lebih dekat, salah satu kawan dekatku David berucap,

"Cece lu tuh Jo!"

Aku terkejut dalam hati, lalu segera mendekati keributan tersebut.

"Cece..!" Teriakku tertahan sambil berusaha mendorong seorang laki-laki setengah baya menjauhi tubuh cece ku yang terduduk ditangga jalanan.

"Cece ngapain ada disini, cece gak apa-apa kan?" Kuangkat tubuh ceceku untuk berdiri.

Sementara 3 orang kawanku menghalau dan mengusir laki-laki yang tadi bersama ceceku.

"Eh lu Jo...koq lu ada disini sih?" Gua gak apa-apa. Itu aja ada cowo rese tuh maksa-ngajak gua pergi ama dia." Ceceku mulai berdiri walau masih sempoyongan.

Kupapah ceceku dan kubawa ia duduk kedekat salah satu warung rokok dekat parkiran dan kuberi ia minum.
Tampak laki-laki yang tadi bersama ceceku sudah pergi. Mungkin ia tidak mau mencari keributan dengan kami berempat.

Cece duduk dan meminum air mineral yang kuberikan perlahan. Tampak ia berusaha menenangkan dirinya. Tangan dan tubuhnya masih bergetar pelan dan nafasnya masih terengah.

Aku pamit kepada kawan-kawanku. Aku bilang kepada mereka kalau mungkin aku harus menunggu dan mengantar pulang ceceku langsung kerumahku. Tidak mungkin aku meninggalkan cece dalam keadaan seprti ini sendiri. Mereka bisa pulang duluan.
Teman-temanku mengerti.
Setelah basa-basi pamit mereka pun pergi meninggalkan kami.

Setelah teman-temanku pergi kududuk disebelah ce Mimi.

"Kamu sering yah kediskotik?" Ceceku memulai pembicaraan.

"Gak juga. Baru beberapa kali. Sejak mulai masuk kelas 3 saja." Jawabku pelan. "Cece sendiri?"

Aku masih dalam keterkejutanku menemukan cece ku yang lama aku tak jumpai ditempat seperti ini. Bersama om-om pula.

"Gua juga baru. Paling baru 3 atau 4 kali saja dengan sekarang. Baru tau tempat ini juga." Jawabnya sambil kembali meneguk air mineralnya.

"Ooo...Biasa memang pergi sama siapa, sendirian aja?" Tanya ku lagi penasaran.

"Gak lah. Gila kali lu. Tadi sebenarnya cece pergi sama kawan satu kost. Perginya juga gak niat, sampe sini udah hampir jam 3an. Karena lagi suntuk aja dikostan. Rencana cuma mau santai aja, eh gak taunya didalam kenalan ama dua orang om-om tuh kasih kita "I" dan ngajak joget bareng. Yah udah kita sih layanin aja.
Ehh.***k taunya tadi pas diskotik tutup dia maksa ngajak cece lanjut terus, sedangkan temen cece gak tahu kemana menghilang. Hadeuh...dari tadi coba ditelp gak diangkat-angkat. Rese...!"

Kuamati ce Mimi. Dari gerak gerik tubuhnya yang agak kikuk saat beberapa laki-laki yang berlalu lalang memperhatikannya dengan mata nakal aku tahu kalau ceceku ini bukan sebagaimana wanita-wanita nakal yang biasa berada didiskotik. Mungkin ia benar jujur baru saja mengenal dan mencoba-coba diskotik.

"Ya udah, untung cece gak kenapa-napa. Sekarang kita pulang aja yuk. Jo anter cece deh ke kost." Kataku sambil beranjak bangun.

Ce Mimi mengikutiku berjalan ke area parkir motor.

"Ehh Jo...gua...gua.." Ce Mimi seperti tampak ragu ketika aku memberikan helm kepadanya.

"Ada apa lagi?" Tanyaku sambil memakai jaketku.

"Gua...gua masih kenceng nih Jo."

Ku perhatikan ce Mimi. Memang tampak tubuhnya seperti bergetar pelan dan matanya tidak bisa fokus, kesana kemari.

"Waduhh..terus cece mau bagaimana?" Tanyaku khawatir juga.

"Yah gak tau. Yang pasti kalau sampai dikost gua bakal menderita deh kalo begini. Mana diskotik sudah pada tutup lagi yah jam segini." Jawabnya tampak kebingungan.

Kutermenung sejenak.
Saat itu ce Mimi mengenakan pakaian kasual saja, kaos ketat dan rok pendek sedengkul. Dadanya yang sedang namun bulat tampak menantang seperti hendak melompat keluar dibalik kaosnya. Andai saja nih cewe bukan kakakku aku pasti senang banget ada cewe cantik ngajak aku dugem bareng.

Kacau,...aku jadi berpikir yang gak-gak.

"Hhh...." Aku menarik nafas sesaat.

"Ada sih sebenarnya diskotik yang masih buka sekarang. Bahkan lanjut buka sampai senin pagi. Tapi tempatnya jelek dan kumuh." Jawabku tak bersemangat.

"Tapi kalau gua nemenin cece, ntar cece aja yang enak. Gua bete. Dan gua dah gak punya duit lagi."

"Hah..beneran ada, jauh gak? Ya udah kita kesana aja yuk. Ntar gua yang bayar deh masuk dan minumnya. Dan masalah "I", ini gua masih ada. Tadi dikasih 1 baru gua pake 1/4 doank ama itu om." Jawab ceceku sambil kegirangan.

"Gak jauh koq, Ek***ik di PangJay" kataku.

"Ya udah ayo kita kesana." Jawabnya lagi semangat sambil segera memakai helm nya.

Aku tersenyum. Mau tak mau aku memgikuti apa kemauannya.
 
Terakhir diubah:
Ane bingung gan...

Bagaimana ane nyambunginnya dgn bintang sepakbola yahh...??
Idea aja ya..
Jonathan ada kawan senior bintang sepak bola yang karen dgn mimi hehe..lalu minta bantuan jonathan..jonathan ngintip masa mimi dientot...
Jonathan nga tahan..lalu..yenita..hehe
 
Saran atau kritik boleh aja suhu tapi jangan sampai ente tergiring untuk ngerubah cerita ente yg udah jelas konsepnya apalagi cerita ini versi remake masa tau2 ada yang berubah secara drastis. Dan buat yang kasih saran mbok ya pikir dulu nyambung g dengan isi cerita, trus arahnya mau kemana.Kalau ada fantasi sendiri simpan cerita ini ganti tokohnya aja. Atau g buat cerita sendiri. Haturnuwun..

Teruskan ceritanya suhu..
 
bro DP, cerita dugem with ce mimi kog hilang dari peredaran?
 
Lanjutkan aja dulu sesuai apa yg ada di pikiran suhu DP. Jgn mudah terpengaruh dgn berbagai koment dari yg baca. Ntar malah bingung & alur cerita jadi kacau. Tetap semangat. :beer:
 
Ini fersi lanjutan dari cerita dugem whit ce mimi ya suhu...? Cuma ini versi dari ce miminya sendiri?
Wah..... Menarik nih..
 
Sip bagus suhu, suhu hebat bs bikin cerita dengan pov cece miminya, lanjutkan suhu :D
 
Meet the perfect partner, the un-expected one.

Part 1.



"Aku kenal suara itu!"

"Itu suara Jo!"

"Jonathan adikku ada disini."

"Ngapain dia disini?"

"Ah..tapi itu tak penting. Yang terpenting sekarang aku menemukan seorang yang bisa melindungi aku."

Jo menjauhkan aku dari om Piter dan membawa aku duduk disalah satu warung rokok dekat tempat parkiran motor. Ia memberiku minum dan mencoba menenangkanku.
Tapi aku sadar air saja tidak cukup untuk menenangkanku saat itu. Pengaruh ecstacy masih tinggi kurasakan dan tubuhku masih haus untuk bergoyang dan merasakan sentuhan.
Aku juga tahu sekarang hari sudah pagi. Selain dari private room aku tak tahu lagi dimana aku bisa meneruskan goyanganku.

Walau terpaksa saat itu mempunyai ide untuk mengajak Jo menemaniku masuk kembali ketempat om Piter dan melanjutkan "tripping" didalam sana.
Setidaknya sekarang ada Jo yang bisa melindungi aku kalau aku kelewatan nantinya bersama om Piter.

Tapi ternyata Jo mempunyai solusi yang lebih baik lagi.
Ternyata ada diskotik yang buka walau siang hari. Dan Jo mengajakku kesana.


* * *


"Gila ini diskotik apa kuburan. Gelap banget gak bisa lihat apa-apa." Aku termenung sesaat memutar pandanganku kesekitar saat memasuki tempat yang Jo ajak.

Keadaan didalam diskotik ini sangat berbeda jauh dengan diskotik yang baru saja kita tinggalkan. Tempat ini sempit dan sangat gelap sekali. Wajah orang-orang sudah pasti tidak akan tampak. Kita hanya bisa tau kalau orang itu perempuan atau laki-laki hanya dari perawakannya saja saat lampu disko berkelebat menerangi sekilas.
Kalau ada orang yang bergoyang sambil telanjang pun mungkin tidak akan ada orang yang menyadarinya. Entah kenapa dibuat sedemikian rupa. Mungkin biar para pengunjung bisa lebih bebas bermesum ria.

"Yah maklum aja ce. Namanya juga diskotik pinggiran bedalah dengan yang tadi. Yang penting kita bisa enjoy deh daripada kentang. Lagian kalau masalah lagu, disini gak kalah lho dengan lagu-lagu disana. Malah kadang lebih semangat beat nya disini." Jo berkata dengan setengah berteriak didekat telingaku sambil terus menuntunku mencari tempat.

Sepertinya ia melihat keterkejutanku akan tempat ini.
Dan tak seperti dugaanku yang kukira sudah sepi, ternyata didalam masih cukup ramai. Beruntung kita masih mendapatkan meja dipojokan dekat dinding. Orang-orang dijakarta memang haus akan hiburan. Tempat-tempat seperti ini selalu saja ramai tanpa mengenal waktu.


Aku berusaha menyesuaikan mata dan tubuhku dengan keadaan tempat ini. Aku sudah tiba disini dan setidaknya aku bisa melepas gairah untuk bergoyang pikirku. Apalagi ada Jo yang menemani dan menjagaku.
Aku memberikan sisa ecstacy pemberian om Piter untuk Jo minum dan mulai menggoyangkan tubuhku mengikuti irama house musik yang menghentak.

Tidak butuh waktu lama bagiku untuk kembali tinggi dan bersatu dengan irama musik. Tubuh dan kepalaku mulai bergoyang dan kekiri, sementara Jo pun mulai menggoyangkan kepalanya sambil duduk memperhatikan didekatku.

Setelah beberapa saat bergoyang tiba-tiba Jo bangkit dan menarikku lebih mendekat kepadanya.

"Sini ce jogetnya jangan jauh-jauh. Nanti gua gak bisa jagain lu." Kata Jo.

Aku tertawa dan mengikuti tarikan Jo. Ternyata tanpa kusadari mulai banyak para kaum adam disekitar kami yang perlahan-lahan mendekati tubuhku yang asyik bergoyang. Sudah pasti niatan mereka hendak mencuri-curi kesempatan. Dalam mabuk ada perasaan senang dan bangga kalau goyanganku bisa menarik perhatian para lawan jenis.

Jo memposisikan tubuhku membelakanginya diantara tubuhnya dan meja tempat minuman kami. Gerak tubuhnya seakan memberi tanda kalau aku adalah miliknya dan tidak ada laki-laki lain yang boleh mendekatiku.
Aku senang dengan perlakuannya yang melindungiku. Ia bisa diandalkan.

Sempitnya tempat ditambah goyangan kita kadang membuat tubuhku dan tubuh Jo bersentuhan. Terutama bagian pantatku yang senantiasa menekan dan menyentuh langsung penisnya yang kurasakan perlahan-lahan mengeras menyundul-nyundul pantatku.
Awalnya aku canggung, tapi seiring bertambah naiknya pengaruh obat lama-lama aku membiarkanya. Lebih baik bersentuhan dengan Jo adikku daripada dengan laki-laki lain yang tidak jelas pikirku.

Aku melepas tubuhku untuk semakin terseret dalam pengaruh ecstacy yang memabukkan. Khayalku dipenuhi imajinasi keindahan lampu-lampu disko yang berwarna-warni. Dan sentuhan-sentuhan kecil tubuh Jo dengan tubuhku perlahan mulai membangkitkan kembali gairah wanitaku.

Goyangan kami semakin lama semakin hot. Kita sudah bukan seperti kakak-adik saja. Aku semakin mendekatkan diriku dan menyentuhkan tubuhku pada Jo,. Terkadang aku sengaja merebahkan seluruh tubuhku bersandar ketubuh Jo sambil sesekali menengokkan wajahku jauh kebelakang kearah wajahnya sambil memberi senyuman yang menggoda.
Hasrat yang sedari tadi kutahan untuk digoda dan menggoda, disentuh dan menyentuh seakan terlepas bersama Jo.

Dan kurasakan Jo pun mulai berani untuk bertindak lebih jauh. Pengaruh obat ditambah godaanku sudah pasti membangkitkan nafsu kelelakiannya.

"Eits..." Kataku sambil melengos menghindari tangan Jo yang memeluk pinggangku mulai bergerak nakal keatas hampir menyentuh area dadaku.

"Inget yah, gua ini cece lu." Kataku lagi menggodanya sambil tertawa-tawa.

Jo ikut tertawa. Larangan dan godaanku tidak membuat dia jera, malah sepertinya membuatnya semakin penasaran.
Disuatu waktu saat aku bergoyang berhadapan dengannya, ditariknya tubuhku kuat menempel ketubuhnya.
Aku terkejut dengan keberaniannya, tapi tak menolaknya. Aku malah penasaran apa lagi yang akan ia perbuat padaku.
Jo sepertinya sadar kalau aku sudah tidak menolaknya.

Kita bergoyang berhadapan begitu dekat. Sangat dekat hingga aku bisa merasakan hembusan nafasnya yang mulai memburu hangat dipipiku.
Aku melingkarkan tanganku memeluk leher Jo. Sesekali kunikmati pemandangan wajahnya dan membiarkan bayangku terseret arus imajinasi ecstacy yang memabukkan.
Wajahnya menjadi terlihat begitu teramat manis dimataku, membuatku gemas ingin memeluk dan menggigitnya.
Tak pernah kusadari setelah lebih dari 2 tahun jarang berjumpa ia sudah berubah menjadi laki-laki muda yang menarik.

Kurasakan batang penis Jo yang keras sempurna menempel dan menekan tepat di area selangkanganku dan menggesek-gesek disana mengalirkan rasa nikmat dan nyaman pada vaginaku seiring goyangan kami.
Aku sadar itu penis adikku sendiri, tapi aku tidak lagi berusaha menolaknya. Bahkan aku menginginkan lebih.

Semakin ditekan semakin nikmat rasanya vaginaku...

Semakin lama semakin meningkat rasa nikmatnya...

Tubuhku seperti mendaki suatu yang tak kutahu ada apa dipuncaknya.

Tubuhku hanya ingin untuk terus menerus ditekan.

Seiring rasa kenikmatan yang semakin tinggi vaginaku semakin basah.
Cairan kenikmatan seakan tak henti-henti keluar dari vaginaku.
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd