Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Mimi dan Dunia Malam



Ko Roby 1



Kebetulan hari sabtu berikutnya Ko Roby dan kawan-kawannya mempunyai acara dugem. Mereka akan menyewa area couch seperti biasanya. Dan mereka mengundangku kembali.

Undangan yang segera ku iya kan.
Bahkan dengan sedikit menyombongkan diri aku mengatakan kalau aku akan mengajak pacarku.
Membuat Thya penasaran ingin tahu seperti apa sebenarnya perwujudan laki-laki yang kuakui sebagai pacar.


Sabtu malam kita sudah berkumpul diarea sofa kami dan sangat siap untuk berpesta.
Yang kukenal saat itu hanya Thya yang berpasangan dengan ko Robby dan Karen yang berpasangan kembali dengan Binsar. Yang lain teman-teman ko Roby yang tak kukenal.
Semua perempuan yang ada tampak benar-benar mempersiapkan dirinya baik-baik agar tampil sexy dan menarik. Termasuk aku.

Aku memakai tanktop putih dengan tali bahu yang kecil dipadu dengan celana jeans ketat. Rambutku disanggul modern sedikit acak-acakan tapi berkesan merangsang karena bagian tengkukku jadi jelas terbuka.

Jo tampil dengan tidak kalah menariknya, dengan kaos v neck kasual lengan panjang dan celana jeans robek.
Setidaknya penampilannya bisa mengimbangi penampilanku.
Aku dapat melihat banyaknya wanita dalam rombongan kami yang mencuri pandang kepadanya. Apalagi Thya.
Aku bisa merasa kalau Thya tertarik kepada adikku.


Aku dan Jo menelan 'i' lebih banyak dari biasanya saat itu. Karena kupikir kita mulai lebh awal dan mempunyai waktu yang lebih panjang.
Aku dan Jo bergoyang diarea sofa paling pojok dekat dinding sementara Thya dan ko Roby disebelahku.
Perasaan bangga bisa memamerkan Jo yang kuakui sebagai pacarku membuat ku bergoyang lebih bersemangat dari biasanya.

Thya yang disebelah kami sepertinya tidak mau kalah dengan aksiku. Ia melakukan semua yang aku lakukan pada ko Roby. Bahkan cenderung lebih berani lagi.
Persaingan terselubung antara aku dan Thya membuahkan keberuntungan tersendiri bagi pasangan kami. Mereka seakan seperti raja-raja minyak yang sedang diservis oleh dayang-dayangnya.

Jo dan jo Roby pun sudah menjadi sangat akrab. Kullihat disela goyangan mereka terkadang berbincang dan tertawa-tawa.


Disuatu kesempatan Jo pamit untuk pergi ke toilet meninggalkan aku bergoyang seorang diri.

Tapi tidak terlalu lama. Ketika aku asyik bergoyang sendirian tiba-tiba Thya memelukku dari belakang.

"Mi,..masa tadi ko Roby bilang kalau bokin lu ngajak joget tuker-tukeran pasangan." Thya berkata dekat telingaku.

"Hahaha,...terserah aja lah." Aku hanya menjawab sekedarnya.

Aku tau kalau Jo pasti tidak akan berani mengajak bertukar pasangan seperti yang dikatakan Thya.
Aku mengerti mungkin Thya saja yang ingin berpasangan dengan Jo. Sedari tadi aku sudah memperhatikannya.
Dan aku pikir tidak apalah. Selama ini Thya sudah sangat baik kepadaku. Tidak apa sekali-sekali menyenangkan dia.

"Thank you sayang. Mantap happy-happy kita." Kata Thya tertawa-tawa sambil menarik ko Roby untuk bangkit berdiri bergabung bergoyang bersama kami.

Kami bertiga bergoyang bersama-sama gila-gila-an. Kadang seperti bermain kereta, kadang aku diapit ditengah, kadang ko Roby diapit ditengah oleh 2 wanita sexy sambil tertawa-tawa.

Ketika Jo kembali ketempat kami dengan segera Thya menghampiri dan menangkapnya. Seakan sudah tidak sabar ia ingin menerkam Jo.
Aku memberi senyum menggoda ketika Jo menatapku seperti meminta persetujuan dariku.


Semenjak ditinggal Thya kurasakan ko Roby mulai berani kepadaku Tangannya memeluk perutku erat dari belakang sementara batang penisnya yang sudah kurasakan mengeras menempel dan menekan-nekan ketat pantatku.
Aku cukup terkejut dengan perlakuannya. Tak pernah sebelum-sebelumnya ko Robi seberani ini kepadaku.

Awalnya aku selalu menggeliat dan berusaha membebaskan diri dari dekapan ko Roby. Aku masih merasa tidak rela kalau tubuhku diraba-raba olehnya. Apalagi didekat pacarnya yang merupakan sahabatku sendiri.

Tapi ketika kumelihat bagaimana Thya dan Jo asyik bergoyang begitu mesranya tanpa memperdulikan kami, aku mulai menjadi panas.
Apalagi saat kulihat Thya semakin menjadi-jadi, menarik Jo untuk masuk bergoyang dipojok menghalau aku dan ko Roby yang terpaksa sedikit bergeser keluar.

Semakin lama kami bergoyang hatiku menjadi semakin panas melihat kemesraan Thya dan Jo adikku. Akupun mulai berpikir untuk membalas Thya dengan menggoda pacarnya ko Roby.
Aku tidak berusaha lagi menghindari tangan-tangan mesum ko Roby, bahkan tertantang untuk menggodanya lebih jauh agar ia terlena.

Suatu strategy yang salah.
Karena justru malah aku yang masih hijau yang lebih dahulu terlena oleh ko Roby.

"Ahhh..." Aku terengah kegelian. Bulu-bulu disekujur tubuhku berdiri ketika ko Roby menciumi dan menjilati tengkukku yang terbuka.
Pandai sekali ia menaikkan gairahku.
Aku hanya bisa pasrah bersandar pada tubuhnya.
Nafsu perlahan mulai menguasai tubuhku.

Ko Roby sejenak menarik bangku bulat dan meletakkannya didekat tempat kami bergoyang.

"Ikutin kayak Thya." Bisiknya ditelingaku.

Aku melirik sebentar kearah Thya. Ia berdiri sedikit membungkuk dengan sikunya bertumpu pada sandaran kursi bulat membuat posisinya seperti menungging. Dan Jo memeluknya erat dari belakang dengan posisi selangkangan Jo menempel erat dengan pantat Thya yang bulat besar.
Posisinya sangat menantang sekali, seperti orang bersetubuh dengan gaya dogie style. Aku mengikuti arahan ko Roby.

Ketika ku mulai bertumpu pada sikuku ko Roby langsung menekan pantatku dengan tubuhnya sampai aku tersentak kedepan.

"Hhh..." tumbukan kasar yang kurasa pada belahan pantatku tak membuatku sakit, malah nikmat dan nyaman.

Ingatanku sejenak kembali pada pemandangan live sex yang pernah kusaksikan di private room minggu yang lalu.
Aku membayangkan keadaanku seperti saat itu. Pantat menungging dan ditumbuk dengan kencang oleh batang penis yang keras dan besar.

Imajinasi yang bermain dalam pikiranku semakin membuat aku lupa diri dan terbuai oleh nafsu. Aku hanya bisa mendesah dan menggoyang kepalaku kekiri dan kanan. Perlahan kurasakan cairan mulai keluar mengalir membasahi vaginaku.

Dalam ketidak sadaranku, tanpa dapat kucegah kurasakan tangan ko Roby sudah menelusup kedalam tanktopku, menyelinap kebalik bra katunku yang berenda dan meremas serta memainkan dadaku sesukanya.

"Ko...jangan ko!"

Tanganku bergerak menangkap tangan ko Roby berusaha menghentikannya. Wajahku menoleh kebelakang menatap ko Roby memohon untuk menghentikan kenakalan tangannya kepada tubuhku.

Ini sudah terlalu jauh. Aku menginginkan tubuhku disentuh, digoda, dan dirangsang. Tapi hanya dari luar.
Aku tidak mau kalau sampai terlalu jauh seperti ini.

"Sst...lu tenang aja Mi. Gak akan ada yang tau." Ko Roby merayu berusaha meyakinkanku.

Tubuhku menggelinjang-gelinjang dan tanganku berusaha sekuatnya untuk menarik tangan ko Roby keluar, tapi semua sia-sia.
Ko Roby dengan kuat memelukku dan tangannya terus meraba dan menggelitik dadaku.

"Ugghhh..." Baru pernah ada tangan yang meraba dadaku secara langsung.

Rasanya sungguh tak pernah kusangka bisa senikmat ini.
Tekstur kasar tangan seorang laki-laki bersentuhan langsung dengan kulit dadaku yang halus.
Remasannya yang kadang lembut kadang kasar.
Apalagi saat putingku dipermainkan,
Mau tak mau harus kuakui kalau aku menyukai permainan tangannya pada dadaku.

Tanganku perlahan kehilangan tenaganya, menyerah tak kuasa lagi untuk menghentikan kenakalan tangan ko Roby pada dadaku.
Kepalaku bergoyang kekanan dan kiri semakin cepat. Nafasku memburu semakin berat seiring dengan remasan tangan ko Roby yang semakin liar didadaku.

"Agghh...dada lu kenceng banget Mi,..." Kata-kata ko Roby berat terdengar didekat telingaku.

"Jarang diremes yah? Biar gua aja yang remes-remes terus yah Mi. Sambungnya lagi terengah-engah dengan nada gemas.

"Kapanpun lu mau gua siap Mi."

"Nggghhh....koohh.." Aku hanya bisa mendesah.

Tak tahu lagi harus berkata apa. Perasaan malu, takut, juga menikmati, semua terkumpul menjadi satu bercampur aduk.
 
Terakhir diubah:
keren gan.. penasaran ane sama ni cerita. apalagi lanjutan cerita dari dugem sama ce mimi bagian terakhir
 
Jadi keinget masa2 d jkt dl.. Hehehe
 
gan cerita yg dugem with ce miminya kemana ya????? ane cari di sedarah ilang?? ada yg bisa bantu??
 


Thya Atmanagara



Pengalamanku dengan ce Mimi membuka lembaran baru bagiku.
Sejak saat itu aku senantiasa mengkhayalkan tubuh kakakku sendiri.

Bagaimana tidak...setelah apa yang telah kita lakukan...!

Awalnya aku menduga kalau ceceku yang dulunya alim sudah berubah menjadi nakal dan terjerumus kedalam pergaulan malam.
Tapi setelah menghabiskan waktu mengobrol dan bercerita dikost ce Mimi, aku jadi lebih mengenal tentang cece ku mulai saat itu.

Berdasar cerita dan pengakuan cece, ternyata cece tidak senakal yang aku kira. Sampai saat ini pengalamannya tentang sex tidak begitu banyak. Ia hanya pernah 2x berpacaran.
Dan selama berpacaran paling jauh ia hanya berciuman dan saling meraba tubuh dengan masih dilapisi pakaian saja.
Pengalaman terangsang dan orgasme malah baru pernah ia rasakan saat itu dariku, adiknya sendiri.

Lucky me..! ^_^

Yang menggembirakan adalah saat itu kita membuat sebuah kesepakatan.
Kalau ce Mimi hendak pergi dugem dia akan ajak aku sebagai partnernya dan juga untuk menjaganya. Ia percaya setidaknya aku sebagai adik tidak akan berani berbuat terlalu jauh kepadanya. Kalau untuk peluk-pelukan, pegang-pegang, atau bahkan gesek-gesek seperti kejadian semalam ia tidak berkeberatan. Asalkan kita lakukan saat berada dalam diskotik. Kalau didalam tempat yang gelap ce Mimi merasa lebih lepas dan tak merasa bersalah karena ia tidak dapat melihatku jelas sebagai adiknya.

Dan memang kalau "ritual neken" tanpa partner pasti tidak akan seru. Sedangkan mencari laki-laki lain untuk "partner neken" ce Mimi masih belum berani. Itu menurut pendapat cece.
Dan tentu nya semua ini harus kami rahasiakan dari semua orang dan paling penting orang tua kami.
Kesepakatan yang tentu saja sangat aku setujui. Bagaimana tidak, dugem kemungkinan besar dia yang modalin. Tentu saja karena ia sudah bekerja. Dan aku mempunyai kesempatan memeluk dan memegang tubuh cece ku yang sexy dan sangat menggairahkan.


* * *


Malam minggu berikutnya ce Mimi benar-benar mengajakku dugem kembali.
Saat itu awal bulan, dia baru saja gajian. Ce Mimi dan kawan-kawannya janjian untuk menyewa "couch" atau area "sofa" di diskotik tempat pertama kali kami berjumpa. Diskotik C***N.

Aku pergi berdua dengan cece dari tempat kost dengan memakai mobil kantornya.
Sejak dimobil saja mataku sudah jelalatan melihat penampilan ce Mimi yang benar-benar sexy. Tank top putih dengan tali bahu yang kecil dan celana jeans ketat. Rambutnya digelung tak beraturan.

Kulit mulus ce Mimi dibagian leher, pundak, dan ketiak benar-benar terekspos bebas mengundang untuk diraba dan dikecup.
Berkali-kali ce Mimi mendorong-dorong wajahku untuk tidak terlalu memelototi tubuhnya sambil tertawa-tawa.


Sesampai nya dilokasi kami saling berkenalan, basa-basi dan mulai sibuk dengan "ritual on" kami masing-masing.
Ada 5 pasangan termasuk aku dan cece saat itu dalam area sofa yang kami sewa. Semuanya teman-teman ce Mimi, tidak ada yang aku kenal sebelumnya.

Ada 1 orang kawan ce Mimi yang betul-betul menarik perhatianku. Namanya Thya. Orangnya kecil mungil. Tingginya mungkin tidak sampai 150cm an, tapi berdada sangat besar dan bulat. Kulitnya sangat putih seperti ce Mimi, tapi wajahnya terkesan nakal. Dan penampilannya saat itu sangat menantang. Entah pakaian apa, semacam dress kemeja ketat tanpa lengan dipadu dengan rok mini.
Ia datang bersama pacarnya yang bernama Roby yang kupanggil ko Roby karena nampak lebih berumur dibandingkan kami semua. Mungkin sekitar pertengahan 20tahunan menjelang 30. Sedikit lebih pendek dariku tapi agak gemuk. Perawakannya seperti om-om.

Aku dan ce Mimi duduk di sofa yang paling pojok agar tidak banyak mengalami gangguan. Sementara Roby dan Thya duduk disebelahku.

Ketika pengaruh obat sudah merasuki tubuh, kami semua mulai menggoyang tubuh mengikuti irama musik dengan berbagai macam gaya kami masing-masing.
Ada yang hanya duduk sambil menggoyang-goyangkan kepala, ada yang break-dance, ada yang memperagakan gerakan kungfu, bahkan ada juga yang hanya saling berpelukan erat sambil menghentak-hentakan tubuhnya seperti orang yang sedang bersetubuh.

Ce Mimi menggoyang badannya secara sensual menghadapku disela dua kaki ku yang kubuka sambil duduk disofa. Cece memang tak bisa hanya duduk diam kalau sedang on. Ia lebih senang berdiri dan bebas menggoyang tubuhnya kesana kemari.
Aku hanya tersenyum-senyum saja memandangi dirinya sambil menggoyang-goyangkan kepalaku.

O ya ce Mimi saat itu memperkenalkan aku sebagai pacarnya kepada kawan-kawannya. Menurut pendapat cece biar semua segan dan tidak berani mencuri-curi kesempatan padanya.

Semakin bertambahnya waktu, semua penghuni diakotik semakin terhanyut oleh irama musik. Goyangan ce Mimi pun semakin berani dan liar. Kadang ia dengan sengaja menyentuhkan dadanya kewajahku menggoda nafsu birahi yang mulai bangkit seiring dengan semakin menyatunya pengaruh obat setan kealiran darah kami semua.

Thya yang berjoget dengan ko Roby disebelah kami seperti tertantang dan tidak mau kalah dengan ce Mimi. Ia melakukan semua yang ce Mimi lakukan padaku kepada Roby pacarnya. Bahkan terkesan lebih berani. Ia kadang naik menduduki pangkuan ko Roby sambil meliuk-liukan tubuhnya. Aku dan ko Roby saat itu tampak seperti raja-raja minyak yang digoda oleh tarian-tarian erotis selir-selir yang sexy.
Tampaknya ko Roby dan Thya pun sadar kalau aku terkadang memperhatikan mereka. Merekapun kadang memperhatikan kami.

"Bro, cewe lu hot banget jogetnya yah." Tiba-tiba saja ko Roby berteriak ditelingaku.

"Iya ko. Sama tuh cewe lu juga hot banget." Aku menjawab seadanya berusaha basa-basi bersikap sopan kepada ko Roby.

Jujur memang aku bernafsu juga melihat body sexy Thya. Tapi kupikir ia kan datang bersama pacarnya, gak mungkin ada kesempatan bagiku untuk berbuat apa-apa dengan dia. Lagian saat ini partnerku adalah cece ku yang tidak kalah cantik dan sexy nya dengan Thya. Dan aku harus menjaganya.

"Kalau mau gantian pasangan jogetnya bilang aja. Gua santai aja bro. Yang penting kita happy!" Kata-kata yang tak kuduga kudengar dari mulut ko Roby.

Kata-kata yang membuat hatiku tergelitik untuk mencobanya. Tapi bagaimana caranya, tidak mungkin aku dengan tiba-tiba switch pasangan begitu saja. Bagaimana kalau cece ku tidak setuju. Aku hanya memberikan senyum dan jempolku kearah ko Roby sementara pikiranku semakin dipenuhi imajinasi liar.

Tiba-tiba ce Mimi menarikku untuk berdiri. Ia memutar badannya membelakangiku dan melingkarkan tanganku diperutnya membuat ku memeluknya rapat dari belakang. Cece sudah ingin merasakan gesekan dan tekanan penisku. Kulayani dia. Pikiranku kembali ketubuh sexy cece ku.

Tapi tak beberapa lama saat aku sedang asyik berjoget dan menikmati setiap sentuhan tubuhku pada tubuh cece, aku terasa hendak buang air.

"Damn.." Umpatku dalam hati. "Mengganggu saja."

Kupamit pada ce Mimi dan berlalu ketoilet.

Setelah menyelesaikan urusanku ditoilet tiba-tiba aku mendapat sebuah ide nakal.
Aku lepas celana dalam dan kukenakan celana jeansku langsung. Celana dalam kumasukan kantong. Kupikir kalau tanpa celana dalam nanti pasti gesekan dan tekanan tubuh cece ku akan semakin lebih terasa dipenisku.
Hehehe...ku kembali ke sofa kami dengan tanduk yang tumbuh keluar diatas kepalaku.

Tapi tampaknya rencanaku harus berubah. Ketika kukembali kudapati ce Mimi sedang asyik berjoget dipeluk dari belakang oleh ko Roby. Sementara Thya memeluk ko Roby dari belakang.
Ko Roby di "Sandwich" oleh 2 orang gadis sexy.

Aku tak tahu harus berbuat apa. Kupikir aku akan duduk saja joget sendiri dulu.
Tapi ketika ku mendekat Thya langsung meenghampiri dan memelukku. Tampaknya benar-benar kejadian kita bertukar partner.
Ce Mimi hanya mengerlingkan matanya dan tersenyum kearahku. Aku pun mengikuti alur permainan. Kutaruh kedua lenganku ke pinggang Thya dan mulai mengimbanginya bergoyang.

Thya mungkin mengerti kalau aku masih canggung berjoget dengan dia. Dia menunjukkan keagresifannya agar aku lebih rileks.

"Its okay Jo rileks aja. Saat ini gua partner lu. Lu boleh buat apa aja sama gua. Jangan mau kalah ama Roby tuh. Dia aja berani ama cewe lu."

Aku melirik sekilas kearah Roby dan ce Mimi. Tangan Roby memeluk erat-erat perut ce Mimi dari belakang sambil bergoyang menekan-nekan penisnya kepantat cece. Sementara ce Mimi tampak pasrah melepaskan tubuhnya bergoyang mengikuti Roby.

"Fuck!" Ada sedikit cemburu yang timbul dalam hatiku melihat mereka.

"Apa aja yah."

"Kalau berani." Jawab Thya seakan menantangku.

Kuputar tubuh Thya membelakangiku dan kupeluk erat perutnya. Penisku langsung kutempelkan dan kutekan pada pantatnya yang bulat dan besar.

"Mulai berani dia...hihihi..." Thya berbisik ditelingaku sambil menyandarkan tubuhnya ketubuhku.

Kami berdua bergoyang mengikuti musik. Aku memang sudah sangat bernafsu untuk menggesekkan penisku pada pantatnya yang besar dari tadi.
Sampai aku sengaja sedikit menekukkan lututku agar kedudukan penisku tepat kebagian belahan pantat Thya yang memang bertubuh jauh lebih kecil dari tubuhku.

"Koq kerasa banget?" Tiba-tiba Thya berucap seperti kebingungan.

"Lu..***k pake celana dalam yah?" Tanya nya lagi kemudian ketika otaknya mulai tersadar akan keadaan tubuh bawahku yang menempel kepantatnya.

"Hehehe....sstt..!" Kata ku terkekeh-kekeh memandang wajahnya yang menengadah bersandar didadaku.

"Hahaha...nakal lu." Katanya lagi tertawa-tawa. Ia tidak marah.

Kemudian ia menarikku. "Sini..!"

"Misi..misi...kita dipojok aja biar bisa senderan." Katanya sambil menggusur posisi ci Mimi dan ko Roby yang sedang asyik berjoget.

Mau tak mau ci Mimi dan ko Roby bergeser mengalah.

Sekarang aku dan Thya berada didepan sofa yang paling pojok. Tempat yang paling tersembunyi dan paling gelap diarea sofa kami. Sebelah kanan kami tembok. Bersandar ditembok ada beberapa kursi bulat tinggi yang tak terpakai.
Thya menarik salah satu kursi bulat itu dan memposisikannya didepan sofa. Aku yang tak mengerti mengikuti saja arahan Thya.

Ce Mimi dan ko Roby pun tampak memperhatikan dan penasaran dengan apa yang akan diperbuat Thya.

Thya kemudian berdiri dibelakang kursi bulat yang ditariknya dan menarikku untuk kembali memeluknya dari belakang.
Oohh...dengan adanya kursi bulat itu sebagai tumpuan, ternyata Thya sekarang bisa lebih bebas membungkukkan tubuhnya dan menungging agar aku bisa lebih maksimal lagi meng-eksplor pantatnya. Pintar juga dia.

Aku semakin bernafsu. Kutempelkan dan kutekan-tekan pantatnya sambil bergoyang mengikuti musik. Lokasi kami yang cukup gelap dipojok ditambah terhalangnya kami dari dunia luar oleh ce Mimi dan Roby membuat aku bertambah berani.
Aku sudah lupa kalau disebelah kami ada pacar Thya dan ce Mimi yang terkadang memperhatikan kami. Hal itu tampaknya tidak terlalu menjadi masalah juga, karena baik ko Roby ataupun Thya tidak berkeberatan.

Thya tampak menikmati juga tekanan-tekanan penisku pada pantatnya. Pantatnya semakin menungging sementara kepalanya terus bergoyang kekanan dan kiri mengikuti irama musik.
Tanganku semakin berani. Perlahan kumasukkan tangan kananku yang berada disisi tembok kebalik baju dan mulai menyentuh kulit perut Thya.
Tanganku meraba, menekan, dan meresapi kemulusan kulitnya. Sambil perlahan-lahan menuju sasaranku diatas perutnya.

Aku berhenti sebentar ketika tanganku menyentuh bagian bawah bra Thya, memastikan kalau ia tidak keberatan akan aksiku. Thya masih diam.

Kunaikkan tanganku ke buah dadanya. Dada yang memang besar sekali. Tak cukup telapak tanganku menangkupi seluruh dadanya.

Adrenalin didorong oleh pengaruh ecstacy memacu jantungku berdegup sangat kencang. Jujur ini adalah dada perempuan pertama yang pernah kusentuh secara langsung.

Kumulai dengan remasan perlahan. Masih tak ada reaksi dari Thya. Kuremas agak sedikit kuat. Masih tak ada reaksi apa-apa dari dia. Thya terus asyik menggeleng-gelengkan kepalanya yang agak tertunduk. Aku semakin berani. Kumasukkan tanganku kesela bra dari bawah. Kudorong bra nya keatas hingga dada Thya terbebas. Ketika jariku mulai menyentuh puting nya Thya mengeluh dan mendesah. Kepalanya yang terus bergoyang terdongak keatas sejenak. Mulutnya setengah terbuka dan matanya terpejam.

Nikmat sekali rasa nya meremasi dan meraba dada Thya yang kencang dan mulus. Birahi ku semakin terpancing. Ku tekan-tekan penisku terus kuat-kuat tepat disela pantat Thya. Rasa nya aku ingin segera memacu sperma ku keluar secepat mungkin.

Goyanganku semakin kuat disertai dengusan nafasku yang memburu. Tubuh Thya ikut tergoncang-goncang kesana kemari. Ketika kurasakan tidak lama lagi sperma ku akan keluar tiba-tiba Thya membalikkan tubuhnya menghadapku.

Aku terkejut dan dengan segera melepaskan tanganku dari dadanya. Aku mengira dia akan marah, aku terdiam saat itu. Aku membuang muka mengalihkan pandanganku, tidak berani bertemu tatap dengan Thya.

"Cece..!" Aku terkejut dalam hati ketika aku mengalihkan pandangan aku melihat kearah ce Mimi dan ko Roby yang asyik bergoyang disebelah kami.

Cece sudah mengambil salah satu kursi bulat dan menjadikannya tumpuan juga seperti Thya. Posisi joget mereka pun sama seperti aku dan Thya. Ko Roby memeluk ce Mimi yang agak menungging erat-erat dari belakang.

Yang membuatku terkejut tampak dalam keremangan tangan ko Roby sudah menghilang dibalik baju ce Mimi. Dan tampak siluet seperti ada sesuatu yang bergerak-gerak dibalik tanktop ce Mimi dibagian dada.

Aku yang masih penasaran akan keberanian ce Mimi tak dapat mengamati mereka lebih jauh lagi. Thya menarikku kembali. Thya tidak marah akan perbuatan ku. Malah tampak lebih bernafsu lagi.

Ia duduk diatas bangku bulat kemudian menarikku untuk joget berhadapan disela kakinya yang menjepit pinggangku.
Kursi bulat agak sedikit diputar posisinya sehingga kini aku sedikit agak bersender ketembok sementara Thya membelakangi orang-orang lainnya menghadapku, sehingga aku terlindung dari pandangan.

"Aku capek berdiri terus." Katanya.

Aku melanjutkan goyanganku. Kedua tanganku menggenggam tangan Thya dipangkuannya. Kadang wajahku maju kearah wajah Thya, kadang mundur. Thya pun seperti mengikuti arah goyanganku. Ketika aku memajukan wajahku ia pun memajukan wajahnya sampai beberapa kali kening kami bertemu dan bersentuhan. Sementara kurasakan kedua kaki Thya kadang menjepit pinggangku dengan kuat.

Kenakalan Thya terus memancing keberanianku. Disaat kedua kening kami bertemu beberapa kali secara tak sengaja aku memajukan juga bibirku. Yang kemudian disambut juga oleh bibir Thya. Kami berciuman sekilas-sekilas. Bibir bertemu bibir, bahkan terkadang lidah bertemu lidah.
Tapi tak pernah terlalu lama kami membiarkan bibir kami bersatu. Setidaknya kami selalu menjaga agar tidak sampai terlihat orang lain apalagi ko Roby.

Tanganku terlepas dari genggaman Thya dan mulai mengusap-usap pahanya yang mulus. Perlahan merayap semakin keatas menyibak rok mini menuju pusat selangkangannya. Kedua tangan Thya pun mengusap dan membelai kedua pahaku. Perlahan juga menuju selangkanganku. Kami berdua benar-benar terhanyut saat itu.
Disuatu kesempatan kedua pasang mata kami yang sayu karena nafsu bertemu. Dan kami seperti saling mengerti tentang keinginan masing-masing tanpa berkata-kata.

Jempolku yang sudah sampai kesasaranku mulai menekan dan menggosok celana dalam yang membungkus vagina Thya. Terasa dijari-jariku celana dalamnya sudah basah. Mungkin dia sudah terangsang juga sejak dari tadi. Tangan Thya pun merabai penis yang sudah sangat keras menegang dibalik celana jeansku. Mata kami tetap saling bertatapan satu sama lain walau kepala kami terus bergoyang kekanan dan kiri dengan cepatnya.

Beberapa saat kemudian Thya menurunkan retsleting celanaku dan mengeluarkan penisku dari sarangnya. Ia menggenggam, meremas, dan mengocok penisku.
Baru pernah kurasakan ada tangan lembut perempuan yang menyentuh penisku langsung. Rasanya nikmat sekali.
Tanganku tak mau kalah mengimbangi keterampilan tangan Thya. Kusibak celana dalam Thya dari samping. Jari-jariku menggesek dan menekan sekitar vagina Thya secara acak. Vaginanya sudah sangat basah membanjir dengan cairan kenikmatannya.

Cukup lama kami bermain dengan jari dan tangan dikelamin kami. Berusaha saling memberi kenikmatan.
Dalam nafsu tanpa sadar perlahan tubuhku semakin maju mendekat ketubuh Thya, berusaha menyentuhkan penisku pada vaginanya.
Tapi walau sudah maksimal kuberusaha penisku tetap tak mampu menyentuh vaginanya. Tubuhku tertahan oleh bangku bulat yang diduduki Thya.

Thya tampaknya mengerti. Dengan gerakan perlahan agar tak diketahui orang lain ia memajukan pantat dan menurunkan tubuhnya dari bangku bulat yang ia duduki.

Aku meremas kuat kedua paha Thya dekat pinggulnya saat penisku mulai menyentuh permukaan vaginanya. Jantungku berdetak ssmakin cepat seakan mau meledak karena sensasi ketegangan dan nafsu yang menguasai.

"Ahhh...ggghh.." Sayup kudengar Thya mengerang.

Kedua mata kami tetap saling bertatapan. Aku berusaha mendesakkan terus pantatku kedepan sambil menarik pantat Thya kearahku. Berusaha memasukkan penisku kelubang vaginanya. Tapi memang keadaan dan posisi kami saat itu sangat sulit. Posisi Thya bahkan sudah mengambang, duduk bertumpu pada setengah pantatnya dengan kedua tangannya berpegangan erat pada sandaran bangku bulat.
Kurasa kepala penisku saja yang berhasil memasukinya.

Walau baru kepalanya saja kenikmatan yang kurasa sangat tak terkira. Rasanya seperti ada sesuatu yang hangat, lembut, dan basah menyelimuti dan memijat-mijat pelan kepala penisku.
Aku terus mendorong-dorong dan mendesak-desakkan pantatku. Kepala penisku keluar masuk keluar masuk vagina Thya yang sempit seiring goyangan tubuh kami.

Sensasi kenikmatan yang baru pernah kurasakan membuatku tak dapat bertahan terlalu lama. Aku mulai merasakan seluruh aliran darah disekujur tubuhku seperti tersedot terpusat pada penisku.

Kutekan penisku kuat-kuat dan sedalam-dalam yang kubisa ke vagina Thya. Seiring dengan geraman dan remasan kuat tanganku dikedua paha Thya, tubuhku mengejat-ngejat. Aku orgasme!

Penisku menembakkan isinya dengan kuat.
Isi yang sebenarnya kusiapkan untk cece ku malam ini.
Berkali-kali spermaku keluar didalam vagina Thya.

Thya tampak sedikit terkejut dengan keadaan tubuhku yang bergetar. Dan mungkin ia juga merasakan sensasi tembakan-tembakan sperma ku dibawah sana. Tubuhnya terasa mengencang dan menegang sesaar. Matanya tetap memandangku sayu. Sekilas tangannya membelai pipiku mesra. Mulutnya yang setengah terbuka tampak berusaha tersenyum terengah-engah.

Beberapa saat kami tetap melanjutkan goyangan kami dalam posisi itu sambil saling menatap. Penisku yang sudah berkurang ketegangannya sekali-sekali masih bersentuhan dengan vagina Thya.
Tubuhku kadang masih bergetar merasakan sisa-sisa kenikmatan ditengah goyangan kami.

Cairan spermaku yang banyak terasa mengalir keluar kembali dari lubang vaginanya. Mungkin memang karena penisku hanya masuk sedikit jadi spermaku tidak masuk sempurna dan dengan mudahnya mengalir keluar kembali.
Aku pikir mungkin saat itu aku sudah kehilangan setengah keperjakaanku olehnya. Perempuan yang baru saja aku kenal.

Sambil bergoyang tanganku dan tangan Thya bekerja sama membersihkan spermaku dengan tissue, sambil sesekali jari-jariku menekan dan mengorek lubang vaginanya. Terus menggoda kenikmatan pada tubuh Thya.

Ketika tiba-tiba ce Mimi datang menghampiri kami.

"Thya,..antar ke wc yuk."

Aku dan Thya terkejut. Untung posisi kami agak terlindung. Dan saat itu kami tidak terlalu terlihat sedang melakukan perbuatan yang mesum.
Thya merapatkan kaki nya dan aku segera menyembunyikan penisku yang masih terbuka dibalik kaos.

"Ayo." Jawab Thya sambil memutar kursi bulatnya dan menarik ce Mimi pergi.

Saat kesempatan itu juga aku memasukkan "Jo junior" ku yang sudah puas kesarangnya kembali.

Ketika mereka beranjak pergi aku menghempaskan tubuhku duduk di sofa disebelah ko Roby yang masih tampak asyik dengan goyangannya. Dengkulku terasa lemas dan pegal saat itu. Tapi tubuhku ringan dan lega sekali rasanya.

"Gimana bro? Asyik gak cewe gua goyangannya?" Tiba-tiba ko Roby bertanya padaku saat aku meraih minuman dimeja.

"Mantap ko....top banget." Jawabku sambil tersenyum.

"Hehehe..." ko Roby cengengesan. "Cewe lu juga oke bro. Tapi kurang berani. Mungkin masih baru kali yah dugemnya?"

"Iya ko. Maklumin aja. Anak baik-baik dia." Jawabku lagi.

Aku tak terlalu bernafsu untuk berbincang-bincang lebih jauh dengan ko Roby.
Saat itu tubuhku masih tinggi dengan Inex ditambah oleh sisa-sisa rasa kenikmatan orgasme yang baru kuraih tadi.

Aku hanya tersenyum-senyum sendiri sambil menggoyang kepalaku perlahan bermain dengan imajinasi khayalan tentang vagina Thya.
Tak kudengar lagi apa yang ko Roby katakan.


* * *
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd