Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Nuernberg - Dua Kosong Satu Tujuh. [TAMAT]

Bantu pilih ya...

  • With threesome

    Votes: 46 82,1%
  • Without threesome

    Votes: 10 17,9%

  • Total voters
    56
  • Poll closed .
PART 5

BUk8z6mA_o.jpg


Aku memegang keningku, sedikit hangat. Apa aku masuk angin karena hujan-hujanan?

Dia terbangun, "Eh udah bangun..."
"...Semalem ngapain sampe ujan-ujanan?" Tanyanya.

Astaga, apa aku harus jujur lagi?

"Aku... Sempet nyasar tadi..." Aku berbohong.
"Nyasar lagi? Kakak udah lumayan lama disini masih nyasar?" Dia menatapku, aku hanya nyengir.

"Yaudah kamu tunggu sini aku bikin bubur..."

Oiya aku belum cerita, sudah tiga hari kami memutuskan menyewa salah satu flat di dekat rumah Gracia, atas saran ibunya agar kami lebih leluasa berdua. Aku nggak ngerti maksudnya sih tapi Gracia yang cerita. Gio? Ya Gio sama neneknya. Kami nggak boleh ajak Gio tinggal bersama kami. Tapi gapapa, dengan begitu aku kan bisa... Gio kamu mau punya adik ga? EHEHEHEHE...

dFcKgnFZ_o.jpg

"Kok turun? Biar aku keatas aja. Kamu masih sakit itu..." Gracia mengaduk buburnya.
"Nggak, udah lumayan baik kok..." Aku menuruni tangga.

Duduk di sofa, menyetel televisi. Aku lupa ini Jerman, acara TVnya aku nggak ngerti...

Gracia mendekatiku membawa semangkuk bubur...

"Nih makan..."

Aku tersenyum lalu memakan bubur buatan Gracia, dia menyeka rambutku memegang keningku...

"Udah turun ya..." Bisiknya.

Tiba-tiba dia mencium keningku, aku melongo...

"Biar cepet sembuh..." Dia nyengir.

Aku diam sebentar, dia berdiri mau bergegas tapi aku tahan, dia menatapku...

"Apa?" Dia bingung.
"Ini juga..." Aku memukul-mukul telunjuk ke bibirku.

Dia duduk kembali lalu mencium bibirku...

"Lagi..." Bisikku.

Dia mencium bibirku lagi.

"Udah ah..."
"Ish, lagi..."

Gracia menurut, menciumku kali ini lebih lama. Lidah kami saling pangut, tanganku bergerak meremas payudaranya dari luar bajunya. Dia mendesis tapi menahan tanganku...

"Lagi sakit juga, udah nanti aja kalo udah sehat!" Dia sedikit keras.

Aku diam menatapnya sayu...

"Oiya, besok temenin aku ketemu ci Shani ya kak..." Gracia nyengir menatapku.


DEG...

Ketemu Shani?


"Ya, oke..." Balasku singkat.
"Emang ada apa?" Lanjutku.

"Dia perlu bantuan aku beres-beres flatnya..."
"Terus aku ngapain harus ngikut kalian?"
"Ish, kakak kan cowok bisa bantu-bantuin angkat barang yang berat!"

Dia melotot menatapku.

"Tapi aku masih sakit..." Aku polos menatapnya.
"Gamau tau! Besok ikut!" Dia meninggalkanku.

Astaga...



***

bjwJ3KKC_o.jpg


Semoga Shani berpura-pura nggak kenal aku...

Kami sudah berdiri di depan flat milik Shani, beberapa menit kemudian Shani keluar. Jantungku berdegup. Takut kalo Shani mengaku mengenalku, soalnya kami sudah sering bertemu tanpa sepengetahuan Gracia...

"Hai Ci, apa kabar?" Gracia menyapa Shani dan cipika-cipiki.
"Baik kok, yuk masuk. Eh...

Shani menatapku.

Mati aku...

Dia menatap mataku sesaat, "Ini siapa, gee?"

Ada yang aneh dari tatapannya, seperti berusaha berbicara sesuatu...

"Kakyov, papahnya Gio..."


DEG...
Tatapannya berubah!


"Oh... Jadi dia yang nelantarin kamu? Yaudah yuk masuk..." Shani mengajak kami masuk.


Nelantarinnya biasa aja dong!


Gracia berubah jadi sedikit segan sementara Shani... Jadi bengis kalo ngeliat aku. Damn!

EgEoMPS6_o.jpeg

Kami mulai membersihkan flat Shani, awalnya suasana jadi sedikit canggung tapi lama-kelamaan jadi terbiasa. Shani memvacum debu-debu dan mengepel lantai, Gracia membereskan beberapa barang berserakan dan foto-foto yang sedikit berdebu, aku? Aku membersihkan debu-debu diatas lemari dan barang-barang tinggi lainnya seperti kaca gantung dan jam dinding...

Setengah jam kami bebersih flat milik Shani, aku dan Gracia masih sibuk di ruang tamu sementara pemilik flat gatau kemana...

"Kamu sering bantuin dia ya?" Tanyaku.
"Iyalah kak, soalnya kan dia tinggal sendiri kasian..." Jawab Gracia.
"Kamar mandinya dimana deh? Mau kencing..." Tiba-tiba aku kebelet.
"Itu tuh lurus di ujung..." Gracia mengarahkanku.

Izq8Umlc_o.jpg


Aku buru-buru berjalan tapi tiba-tiba...

"Eh...

Shani keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk...


DEG...

Putih mulus...

Dia masuk ke kamarnya, kayaknya nggak sadar ada aku. Kebelet banget!

Setelah selesai aku keluar kamar mandi dan melewati kamar Shani, pintunya terbuka sedikit... Hmm...

Perlahan kubuka pintunya...


DEG...



Dia hanya menggunakan bra dan celana dalam seperti sedang mencari bajunya. Dan anehnya...

"Aku lagi ganti baju, harusnya kamu nggak boleh kesini kan?" Dia sadar ada aku.

Damn!


"Ah, I-iya, maaf..." Aku panik.

Aku langsung menutup pintu kamarnya. Responnya aneh, dia nggak teriak sama sekali, malah tenang banget...


Kayaknya menarik nih...


Aku menyusul Gracia ternyata di ruang tengah, dia asyik menonton televisi. Tapi pikiranku malah mengingat kejadian barusan...

"Kamu kenapa kak?"
"Ha? Gapapa..."

"Pucet gitu..." Dia menatapku.

Aku berusaha tenang duduk di sampingnya.

"Lah emang udah selesai?" Tanyaku menatapnya.
"Tinggal yang ringan-ringan..." Jawabnya cuek.
"Kemana ci Shani?" Lanjutnya celingak-celinguk.
"G-Gatau deh..." Aku sedikit panik.

Aku diam bersender sementara Gracia fokus menonton, tiba-tiba aku merasa tangan Gracia menyentuh pahaku. Aku kaget tapi berusaha tenang. Mau ngapain nih anak? Perlahan mulai bergerak ketengah menuju selangkanganku, buru-buru aku pegang.

"Ngapain?" Bisikku.
"Iseng..." Dia nyengir.
"Nanti kalo ketauan Shani gimana?" Aku sedikit panik.

"Ya jangan sampe ketauan..." Dia jadi cengengesan.
"Lagian pegang doang..." Lanjutnya.

Dia melepas tanganku lalu kembali ke area selangkanganku sambil menatapku sayu. Dia gila! Ini di tempat temennya!

"P-Pindah deh, Ja-Jangan disini..." Aku sedikit gagap.
"Kenapa? Takut ya?" Gracia tertawa.

Ini nggak beres!


Dia melanjutkannya, aku panik. Berusaha menahan tangannya tapi tidak dihiraukan. GRACIA!

"Mmmhh..."

Dia mengulum penisku setelah mengeluarkannya. Astaga, ini kelakuan paling nekat darinya!

Tiba-tiba terbayang Shani tadi...



"Ssshh... Shan..."

Tiba-tiba dia berhenti, aku bingung...

"Shan?" Tanyanya.


DEG...



"Eee, Shania maksudnya. Ya maaf salah sebut, lanjut deh..." Aku sedikit panik.
"Nggak jadi deh..." Dia merapikan kembali semuanya.

Aku bingung tapi masih panik...

"Kenapa? Udah enak juga..."
"Nanti kalo ketauan ci Shani gimana?"
"Ya jangan sampe ketauan. Kalo takut bilang!"
"Kata-kata aku tuh! Di bolak-balik aja!"
"Ya kamu duluan pake ngulang kata-kata aku..."


Kami jadi ribut sendiri, tiba-tiba Shani muncul...


"Apasih? Kalian ribut banget..."


DEG...



Baru kali ini aku melihatnya memakai you can see, warna putih kontras dengan branya yang berwarna biru dongker, aku diam...

"Ci, aku mau ke minimarket dulu ya sebentar..." Celetuk Gracia.

Shani mengiyakan, aku reflek mengikuti Gracia keluar. Tiba-tiba dia menghentikanku...

"Kakyov sini aja, temenin ci Shani..."

"Apa?" Aku bingung.
"Aku cuman ke minimarket bentar kok..." Dia menatapku.

"Ya tapi kan aku harus nemenin kamu..."

Aku berusaha santai berusaha membaca pikiran Gracia yang tiba-tiba aneh ke minimarket.

"Itu ci Shani masih butuh bantuan..."
"Iya yov... Aku butuh bantuan..."

Shani angkat bicara...


Damn!

Ini aneh, kenapa tiba-tiba mereka kayak bekerjasama?



Aku nggak bisa apa-apa kalo begini, akhirnya Gracia keluar ke minimarket sementara aku membantu Shani. Dia membereskan beberapa baju kotor dan mencuci piring sementara aku merapihkan beberapa sisa makanan diatas meja makan...

"Kenapa kamu biarin Gracia sendirian disini?"

Tiba-tiba Shani berkata seperti itu, aku diam kaget...

"M-Maksudnya?"

"Iya kamu kenapa biarin Gracia sendirian disini ngurus Gio sementara kamu di Indonesia gatau nggak ada kabar?"

Dia menatapku serius. Kenapa jadi gini? Aku ngerasa kayak di interogasi...

"Eee... Soalnya...

Tunggu, aku pernah ngaku belum nikah kan? Mati aku...


"Soalnya apa? Gracia itu udah aku anggap kayak adik sendiri. Aku nggak mau dia terus-terusan sedih gegara kamu!"


Raut wajahnya serius, apa dia udah tau siapa aku sebenernya?


"O-Oke... Kalo emang kamu mentingin Gracia, kenapa kamu pura-pura nggak tau waktu pertama kali kita ketemu?" Aku berusaha memancing.
"A-Aku udah tau kalo Yovie yang dimaksud kamu..." Dia membela diri.
"Kalo udah tau kenapa kamu berusaha tetep contact sama aku? Terus ngapain kamu ngajak kenal lebih deket?" Aku terus berusaha.

"Kenapa jadi bahas aku? Kan aku yang nanya kenapa kamu biarin Gracia disini sendirian?" Dia tetap berusaha tenang tapi sepertinya menutupi sesuatu.

"Apa jangan-jangan kamu beneran udah nikah?"


DEG...



"Ka-Kalo iya kenapa?"

Dia diam seperti kaget, menggeleng sesaat.

"Kamu gila!"
"Gila kenapa?"
"Ya kamu udah gila, kalo kamu udah nikah kenapa kamu bikin Gracia hamil?!" Dia gemetar.

Aku menghela nafas sesaat...

"Kamu nggak ngerti masalahnya, Shan. Tolong jangan ikut campur..."


Dia gemetar menatapku...


"Gracia itu udah aku anggap adik sendiri. Aku nggak mau dia nanggung beban ini semua sendirian!" Dia sedikit naik.

"Kan aku udah bilang, kamu nggak ngerti masalahnya, Shan..."

"Aku cuman mau belain Gracia, Yov!" Dia makin naik.
"Ya oke. Aku nggak punya pilihan waktu itu! Puas?" Aku nggak bisa tahan.
"Pilihan apa?" Dia jadi bingung.

"Waktu itu orang tua aku meninggal, terus Gracia tiba-tiba harus ke Jerman! Terus kamu pikir aku harus gimana?! Aku harus ke Jerman juga bareng Gracia?! Aku biarin aja orang tua aku?! Dan aku juga punya adik perempuan disana! Di biarin aja gitu?!"


Aku meledak saat itu. Dia diam...


Aku tersadar, "Maaf aku jadi bentak-bentak kamu..."


Hening...


"Kalo gitu, sekarang harusnya adik kamu udah bisa di tinggal kan?" Tanyanya.

"Nggak bisa, soalnya mereka punya anak..."

Suara Gracia tiba-tiba terdengar, aku kaget Shani juga...

"Ayo kak kita pulang..."

Aku jadi bingung, ada apa ini? Tatapan Shani berubah. Ada sesuatu yang berusaha ditanyakannya...

"Makasih ci, aku tau cici sayang banget sama aku. Mangkanya aku bisa ngurus Gio sendirian tanpa kak Yovie...
...Karena ada ci Shani disini..."


Dia bergegas keluar dan aku menyusulnya meninggalkan Shani yang jadi terdiam menatap kami keluar...

49RJlqca_o.jpg


***


Gracia menangis...

Semenjak pulang dari flat Shani dia terus-terusan menangis. Aku nggak tau apa penyebabnya, setiap aku tanya dia nggak mau jawab. Aku membuatkannya coklat panas...

"Kenapa sih? Udah dong, udah sejam kamu nangis mulu..." Aku menenangkannya.
"Maafin aku kak..." Dia memegang tanganku.
"Ya apa yang bikin kamu nangis itu apa?" Aku penasaran.

Akhirnya dia mau bercerita, setelah kejadian aku memberitahunya bahwa aku dekat dengan seorang gadis asal Indonesia disini, dia dan Shani saling bertemu tanpa sepengetahuan aku, Shani jadi penasaran seperti apa sosok asliku tapi di sisi lain Shani juga merasa kesal sama diriku yang menelantarkan Gracia seperti ini hingga mereka berencana saling bertemu di flat dan Shani menanyakan hal itu secara langsung kepadaku...

"Kakyov nggak marah kan?"
"Ngapain aku marah? Justru aku bingung..."
"Bingung kenapa?"
"Jadi... Tadi, kamu ke minimarket ga? Abis cepet amat..."


Gracia berubah nyengir...


"Nggak, aku di depan dengerin kalian ngomong..."
"Astaga, aku udah mikir tuh. Kenapa aneh tiba-tiba ke minimarket? Ternyata..."

Aku mengacak halus rambutnya.

"Tapi aku seneng sekarang kamu disini kak..."

Aku menarik kepalanya mendekat dan mencium keningnya. Sejujurnya aku juga seneng bisa sedeket ini sama kamu Gee. Untuk pertama kalinya aku bisa meluk kamu kayak gini...


Jika aku... Di pelukmu...
Sekejap aku terbakar...
Dan akan menjadi abu...
Jika aku terus begini...
Menghilang dari dunia ini pun ku tak apa...
Dibanding tak disentuhmu, dan menjadi sebuah fosil...



Seketika sebuah lagu teringang di telingaku seiring aku memeluk Gracia seperti ini. Dia mendongak menatapku...
Mendekat...
Mencium bibirku lembut...
Aku memejamkan mataku sesaat setelah Gracia memejamkan mata...


Gelap...


Aku membuka mataku...

"Shan?"

Shani duduk di depanku dengan senyumnya yang khas...

rYlITtT9_o.jpg


"Kok..?"
"Apa?" Dia nampak bingung.
"Tadi aku ciuman sama Gracia, mana Gracia?" Aku bingung karena tiba-tiba semua berubah...


Gelap...



Aku mengangkat kaki Shani keatas agar penisku masuk lebih dalam. Dia mengerang lebih keras. Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua tapi kami masih terbawa nafsu...

"ARRGGHH... YoVV... MMHHH..."
"Ngghh... Ss.. Shan! Nnngghhh..."

Aku menggenjot vagina Shani, makin lama makin keras. Didalam sana penisku seperti di peras! Ooh... ff... Fuck!

"Nngghh... Sh... Shaann! AAHH!"
"YooVV... F..Fuck!"

Tiba-tiba dinding otot vagina Shani makin kuat mencengkram kepala penisku. Nggak kuat! AAAHH!

"SHANI! EERRGGHH!!"
"AAHHH!!! YOV!!!!"

Y90gLRH1_o.jpg


Aku terbangun...

Berkeringat...

Ku tengok ke sebelah Gracia tertidur pulas...

"Damn, cuman gegara aku ngintip langsung mimpi?"



BERSAMBUNG...


WCCMamjq_o.png



Ehehehe maaf ya SSnya putus-putus wkwk soalnya mau jelasin dramanya dulu (?) ya walo nggak drama banget tapi masuklah. Masuk kemana? Ya pokoknya masuk lah WKWKWKWK


Next Part
 
Terakhir diubah:
Kent
PART 5

BUk8z6mA_o.jpg


Aku memegang keningku, sedikit hangat. Apa aku masuk angin karena hujan-hujanan?

Dia terbangun, "Eh udah bangun..."
"...Semalem ngapain sampe ujan-ujanan?" Tanyanya.

Astaga, apa aku harus jujur lagi?

"Aku... Sempet nyasar tadi..." Aku berbohong.
"Nyasar lagi? Kakak udah lumayan lama disini masih nyasar?" Dia menatapku, aku hanya nyengir.

"Yaudah kamu tunggu sini aku bikin bubur..."

Oiya aku belum cerita, sudah tiga hari kami memutuskan menyewa salah satu flat di dekat rumah Gracia, atas saran ibunya agar kami lebih leluasa berdua. Aku nggak ngerti maksudnya sih tapi Gracia yang cerita. Gio? Ya Gio sama neneknya. Kami nggak boleh ajak Gio tinggal bersama kami. Tapi gapapa, dengan begitu aku kan bisa... Gio kamu mau punya adik ga? EHEHEHEHE...

dFcKgnFZ_o.jpg

"Kok turun? Biar aku keatas aja. Kamu masih sakit itu..." Gracia mengaduk buburnya.
"Nggak, udah lumayan baik kok..." Aku menuruni tangga.

Duduk di sofa, menyetel televisi. Aku lupa ini Jerman, acara TVnya aku nggak ngerti...

Gracia mendekatiku membawa semangkuk bubur...

"Nih makan..."

Aku tersenyum lalu memakan bubur buatan Gracia, dia menyeka rambutku memegang keningku...

"Udah turun ya..." Bisiknya.

Tiba-tiba dia mencium keningku, aku melongo...

"Biar cepet sembuh..." Dia nyengir.

Aku diam sebentar, dia berdiri mau bergegas tapi aku tahan, dia menatapku...

"Apa?" Dia bingung.
"Ini juga..." Aku memukul-mukul telunjuk ke bibirku.

Dia duduk kembali lalu mencium bibirku...

"Lagi..." Bisikku.

Dia mencium bibirku lagi.

"Udah ah..."
"Ish, lagi..."

Gracia menurut, menciumku kali ini lebih lama. Lidah kami saling pangut, tanganku bergerak meremas payudaranya dari luar bajunya. Dia mendesis tapi menahan tanganku...

"Lagi sakit juga, udah nanti aja kalo udah sehat!" Dia sedikit keras.

Aku diam menatapnya sayu...

"Oiya, besok temenin aku ketemu ci Shani ya kak..." Gracia nyengir menatapku.


DEG...

Ketemu Shani?


"Ya, oke..." Balasku singkat.
"Emang ada apa?" Lanjutku.

"Dia perlu bantuan aku beres-beres flatnya..."
"Terus aku ngapain harus ngikut kalian?"
"Ish, kakak kan cowok bisa bantu-bantuin angkat barang yang berat!"

Dia melotot menatapku.

"Tapi aku masih sakit..." Aku polos menatapnya.
"Gamau tau! Besok ikut!" Dia meninggalkanku.

Astaga...



***

bjwJ3KKC_o.jpg


Semoga Shani berpura-pura nggak kenal aku...

Kami sudah berdiri di depan flat milik Shani, beberapa menit kemudian Shanoi keluar. Jantungku berdegup. Takut kalo Shani mengaku mengenalku, soalnya kami sudah sering bertemu tanpa sepengetahuan Gracia...

"Hai Ci, apa kabar?" Gracia menyapa Shani dan cipika-cipiki.
"Baik kok, yuk masuk. Eh...

Shani menatapku.

Mati aku...

Dia menatap mataku sesaat, "Ini siapa, gee?"

Ada yang aneh dari tatapannya, seperti berusaha berbicara sesuatu...

"Kakyov, papahnya Gio..."


DEG...
Tatapannya berubah!


"Oh... Jadi dia yang nelantarin kamu? Yaudah yuk masuk..." Shani mengajak kami masuk.


Nelantarinnya biasa aja dong!


Gracia berubah jadi sedikit segan sementara Shani... Jadi bengis kalo ngeliat aku. Damn!

EgEoMPS6_o.jpeg

Kami mulai membersihkan flat Shani, awalnya suasana jadi sedikit canggung tapi lama-kelamaan jadi terbiasa. Shani memvacum debu-debu dan mengepel lantai, Gracia membereskan beberapa barang berserakan dan foto-foto yang sedikit berdebu, aku? Aku membersihkan debu-debu diatas lemari dan barang-barang tinggi lainnya seperti kaca gantung dan jam dinding...

Setengah jam kami bebersih flat milik Shani, aku dan Gracia masih sibuk di ruang tamu sementara pemilik flat gatau kemana...

"Kamu sering bantuin dia ya?" Tanyaku.
"Iyalah kak, soalnya kan dia tinggal sendiri kasian..." Jawab Gracia.
"Kamar mandinya dimana deh? Mau kencing..." Tiba-tiba aku kebelet.
"Itu tuh lurus di ujung..." Gracia mengarahkanku.

Izq8Umlc_o.jpg


Aku buru-buru berjalan tapi tiba-tiba...

"Eh...

Shani keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk...


DEG...

Putih mulus...

Dia masuk ke kamarnya, kayaknya nggak sadar ada aku. Kebelet banget!

Setelah selesai aku keluar kamar mandi dan melewati kamar Shani, pintunya terbuka sedikit... Hmm...

Perlahan kubuka pintunya...


DEG...



Dia hanya menggunakan bra dan celana dalam seperti sedang mencari bajunya. Dan anehnya...

"Aku lagi ganti baju, harusnya kamu nggak boleh kesini kan?" Dia sadar ada aku.

Damn!


"Ah, I-iya, maaf..." Aku panik.

Aku langsung menutup pintu kamarnya. Responnya aneh, dia nggak teriak sama sekali, malah tenang banget...


Kayaknya menarik nih...


Aku menyusul Gracia ternyata di ruang tengah, dia asyik menonton televisi. Tapi pikiranku malah mengingat kejadian barusan...

"Kamu kenapa kak?"
"Ha? Gapapa..."

"Pucet gitu..." Dia menatapku.

Aku berusaha tenang duduk di sampingnya.

"Lah emang udah selesai?" Tanyaku menatapnya.
"Tinggal yang ringan-ringan..." Jawabnya cuek.
"Kemana ci Shani?" Lanjutnya celingak-celinguk.
"G-Gatau deh..." Aku sedikit panik.

Aku diam bersender sementara Gracia fokus menonton, tiba-tiba aku merasa tangan Gracia menyentuh pahaku. Aku kaget tapi berusaha tenang. Mau ngapain nih anak? Perlahan mulai bergerak ketengah menuju selangkanganku, buru-buru aku pegang.

"Ngapain?" Bisikku.
"Iseng..." Dia nyengir.
"Nanti kalo ketauan Shani gimana?" Aku sedikit panik.

"Ya jangan sampe ketauan..." Dia jadi cengengesan.
"Lagian pegang doang..." Lanjutnya.

Dia melepas tanganku lalu kembali ke area selangkanganku sambil menatapku sayu. Dia gila! Ini di tempat temennya!

"P-Pindah deh, Ja-Jangan disini..." Aku sedikit gagap.
"Kenapa? Takut ya?" Gracia tertawa.

Ini nggak beres!


Dia melanjutkannya, aku panik. Berusaha menahan tangannya tapi tidak dihiraukan. GRACIA!

"Mmmhh..."

Dia mengulum penisku setelah mengeluarkannya. Astaga, ini kelakuan paling nekat darinya!

Tiba-tiba terbayang Shani tadi...



"Ssshh... Shan..."

Tiba-tiba dia berhenti, aku bingung...

"Shan?" Tanyanya.


DEG...



"Eee, Shania maksudnya. Ya maaf salah sebut, lanjut deh..." Aku sedikit panik.
"Nggak jadi deh..." Dia merapikan kembali semuanya.

Aku bingung tapi masih panik...

"Kenapa? Udah enak juga..."
"Nanti kalo ketauan ci Shani gimana?"
"Ya jangan sampe ketauan. Kalo takut bilang!"
"Kata-kata aku tuh! Di bolak-balik aja!"
"Ya kamu duluan pake ngulang kata-kata aku..."


Kami jadi ribut sendiri, tiba-tiba Shani muncul...


"Apasih? Kalian ribut banget..."


DEG...



Baru kali ini aku melihatnya memakai you can see, warna putih kontras dengan branya yang berwarna biru dongker, aku diam...

"Ci, aku mau ke minimarket dulu ya sebentar..." Celetuk Gracia.

Shani mengiyakan, aku reflek mengikuti Gracia keluar. Tiba-tiba dia menghentikanku...

"Kakyov sini aja, temenin ci Shani..."

"Apa?" Aku bingung.
"Aku cuman ke minimarket bentar kok..." Dia menatapku.

"Ya tapi kan aku harus nemenin kamu..."

Aku berusaha santai berusaha membaca pikiran Gracia yang tiba-tiba aneh ke minimarket.

"Itu ci Shani masih butuh bantuan..."
"Iya yov... Aku butuh bantuan..."

Shani angkat bicara...


Damn!

Ini aneh, kenapa tiba-tiba mereka kayak bekerjasama?



Aku nggak bisa apa-apa kalo begini, akhirnya Gracia keluar ke minimarket sementara aku membantu Shani. Dia membereskan beberapa baju kotor dan mencuci piring sementara aku merapihkan beberapa sisa makanan diatas meja makan...

"Kenapa kamu biarin Gracia sendirian disini?"

Tiba-tiba Shani berkata seperti itu, aku diam kaget...

"M-Maksudnya?"

"Iya kamu kenapa biarin Gracia sendirian disini ngurus Gio sementara kamu di Indonesia gatau nggak ada kabar?"

Dia menatapku serius. Kenapa jadi gini? Aku ngerasa kayak di interogasi...

"Eee... Soalnya...

Tunggu, aku pernah ngaku belum nikah kan? Mati aku...


"Soalnya apa? Gracia itu udah aku anggap kayak adik sendiri. Aku nggak mau dia terus-terusan sedih gegara kamu!"


Raut wajahnya serius, apa dia udah tau siapa aku sebenernya?


"O-Oke... Kalo emang kamu mentingin Gracia, kenapa kamu pura-pura nggak tau waktu pertama kali kita ketemu?" Aku berusaha memancing.
"A-Aku udah tau kalo Yovie yang dimaksud kamu..." Dia membela diri.
"Kalo udah tau kenapa kamu berusaha tetep contact sama aku? Terus ngapain kamu ngajak kenal lebih deket?" Aku terus berusaha.

"Kenapa jadi bahas aku? Kan aku yang nanya kenapa kamu biarin Gracia disini sendirian?" Dia tetap berusaha tenang tapi sepertinya menutupi sesuatu.

"Apa jangan-jangan kamu beneran udah nikah?"


DEG...



"Ka-Kalo iya kenapa?"

Dia diam seperti kaget, menggeleng sesaat.

"Kamu gila!"
"Gila kenapa?"
"Ya kamu udah gila, kalo kamu udah nikah kenapa kamu bikin Gracia hamil?!" Dia gemetar.

Aku menghela nafas sesaat...

"Kamu nggak ngerti masalahnya, Shan. Tolong jangan ikut campur..."


Dia gemetar menatapku...


"Gracia itu udah aku anggap adik sendiri. Aku nggak mau dia nanggung beban ini semua sendirian!" Dia sedikit naik.

"Kan aku udah bilang, kamu nggak ngerti masalahnya, Shan..."

"Aku cuman mau belain Gracia, Yov!" Dia makin naik.
"Ya oke. Aku nggak punya pilihan waktu itu! Puas?" Aku nggak bisa tahan.
"Pilihan apa?" Dia jadi bingung.

"Waktu itu orang tua aku meninggal, terus Gracia tiba-tiba harus ke Jerman! Terus kamu pikir aku harus gimana?! Aku harus ke Jerman juga bareng Gracia?! Aku biarin aja orang tua aku?! Dan aku juga punya adik perempuan disana! Di biarin aja gitu?!"


Aku meledak saat itu. Dia diam...


Aku tersadar, "Maaf aku jadi bentak-bentak kamu..."


Hening...


"Kalo gitu, sekarang harusnya adik kamu udah bisa di tinggal kan?" Tanyanya.

"Nggak bisa, soalnya mereka punya anak..."

Suara Gracia tiba-tiba terdengar, aku kaget Shani juga...

"Ayo kak kita pulang..."

Aku jadi bingung, ada apa ini? Tatapan Shani berubah. Ada sesuatu yang berusaha ditanyakannya...

"Makasih ci, aku tau cici sayang banget sama aku. Mangkanya aku bisa ngurus Gio sendirian tanpa kak Yovie...
...Karena ada ci Shani disini..."


Dia bergegas keluar dan aku menyusulnya meninggalkan Shani yang jadi terdiam menatap kami keluar...

49RJlqca_o.jpg


***


Gracia menangis...

Semenjak pulang dari flat Shani dia terus-terusan menangis. Aku nggak tau apa penyebabnya, setiap aku tanya dia nggak mau jawab. Aku membuatkannya coklat panas...

"Kenapa sih? Udah dong, udah sejam kamu nangis mulu..." Aku menenangkannya.
"Maafin aku kak..." Dia memegang tanganku.
"Ya apa yang bikin kamu nangis itu apa?" Aku penasaran.

Akhirnya dia mau bercerita, setelah kejadian aku memberitahunya bahwa aku dekat dengan seorang gadis asal Indonesia disini, dia dan Shani saling bertemu tanpa sepengetahuan aku, Shani jadi penasaran seperti apa sosok asliku tapi di sisi lain Shani juga merasa kesal sama diriku yang menelantarkan Gracia seperti ini hingga mereka berencana saling bertemu di flat dan Shani menanyakan hal itu secara langsung kepadaku...

"Kakyov nggak marah kan?"
"Ngapain aku marah? Justru aku bingung..."
"Bingung kenapa?"
"Jadi... Tadi, kamu ke minimarket ga? Abis cepet amat..."


Gracia berubah nyengir...


"Nggak, aku di depan dengerin kalian ngomong..."
"Astaga, aku udah mikir tuh. Kenapa aneh tiba-tiba ke minimarket? Ternyata..."

Aku mengacak halus rambutnya.

"Tapi aku seneng sekarang kamu disini kak..."

Aku menarik kepalanya mendekat dan mencium keningnya. Sejujurnya aku juga seneng bisa sedeket ini sama kamu Gee. Untuk pertama kalinya aku bisa meluk kamu kayak gini...


Jika aku... Di pelukmu...
Sekejap aku terbakar...
Dan akan menjadi abu...
Jika aku terus begini...
Menghilang dari dunia ini pun ku tak apa...
Dibanding tak disentuhmu, dan menjadi sebuah fosil...



Seketika sebuah lagu teringang di telingaku seiring aku memeluk Gracia seperti ini. Dia mendongak menatapku...
Mendekat...
Mencium bibirku lembut...
Aku memejamkan mataku sesaat setelah Gracia memejamkan mata...


Gelap...


Aku membuka mataku...

"Shan?"

Shani duduk di depanku dengan senyumnya yang khas...

rYlITtT9_o.jpg


"Kok..?"
"Apa?" Dia nampak bingung.
"Tadi aku ciuman sama Gracia, mana Gracia?" Aku bingung karena tiba-tiba semua berubah...


Gelap...



Aku mengangkat kaki Shani keatas agar penisku masuk lebih dalam. Dia mengerang lebih keras. Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua tapi kami masih terbawa nafsu...

"ARRGGHH... YoVV... MMHHH..."
"Ngghh... Ss.. Shan! Nnngghhh..."

Aku menggenjot vagina Shani, makin lama makin keras. Didalam sana penisku seperti di peras! Ooh... ff... Fuck!

"Nngghh... Sh... Shaann! AAHH!"
"YooVV... F..Fuck!"

Tiba-tiba dinding otot vagina Shani makin kuat mencengkram kepala penisku. Nggak kuat! AAAHH!

"SHANI! EERRGGHH!!"
"AAHHH!!! YOV!!!!"

Y90gLRH1_o.jpg


Aku terbangun...

Berkeringat...

Ku tengok ke sebelah Gracia tertidur pulas...

"Damn, cuman gegara aku ngintip langsung mimpi?"



BERSAMBUNG...


WCCMamjq_o.png



Ehehehe maaf ya SSnya putus-putus wkwk soalnya mau jelasin dramanya dulu (?) ya walo nggak drama banget tapi masuklah. Masuk kemana? Ya pokoknya masuk lah WKWKWKWK
Kentaanngg. Ditunggu banget update selanjutnya hu. Btw, gre udh lama nih gk dianal
 
Keras keras, saking pengen ekse mamsky sunni sampe kebawa mimpi neh si yopi kwokwok.
Gw demen pas drama yopi ngamox ke shani ttg masalah the devil triangle tuh, wkwkwkwk. Asli kebawa banget suasana si yopi triggered.
PART 5

BUk8z6mA_o.jpg


Aku memegang keningku, sedikit hangat. Apa aku masuk angin karena hujan-hujanan?

Dia terbangun, "Eh udah bangun..."
"...Semalem ngapain sampe ujan-ujanan?" Tanyanya.

Astaga, apa aku harus jujur lagi?

"Aku... Sempet nyasar tadi..." Aku berbohong.
"Nyasar lagi? Kakak udah lumayan lama disini masih nyasar?" Dia menatapku, aku hanya nyengir.

"Yaudah kamu tunggu sini aku bikin bubur..."

Oiya aku belum cerita, sudah tiga hari kami memutuskan menyewa salah satu flat di dekat rumah Gracia, atas saran ibunya agar kami lebih leluasa berdua. Aku nggak ngerti maksudnya sih tapi Gracia yang cerita. Gio? Ya Gio sama neneknya. Kami nggak boleh ajak Gio tinggal bersama kami. Tapi gapapa, dengan begitu aku kan bisa... Gio kamu mau punya adik ga? EHEHEHEHE...

dFcKgnFZ_o.jpg

"Kok turun? Biar aku keatas aja. Kamu masih sakit itu..." Gracia mengaduk buburnya.
"Nggak, udah lumayan baik kok..." Aku menuruni tangga.

Duduk di sofa, menyetel televisi. Aku lupa ini Jerman, acara TVnya aku nggak ngerti...

Gracia mendekatiku membawa semangkuk bubur...

"Nih makan..."

Aku tersenyum lalu memakan bubur buatan Gracia, dia menyeka rambutku memegang keningku...

"Udah turun ya..." Bisiknya.

Tiba-tiba dia mencium keningku, aku melongo...

"Biar cepet sembuh..." Dia nyengir.

Aku diam sebentar, dia berdiri mau bergegas tapi aku tahan, dia menatapku...

"Apa?" Dia bingung.
"Ini juga..." Aku memukul-mukul telunjuk ke bibirku.

Dia duduk kembali lalu mencium bibirku...

"Lagi..." Bisikku.

Dia mencium bibirku lagi.

"Udah ah..."
"Ish, lagi..."

Gracia menurut, menciumku kali ini lebih lama. Lidah kami saling pangut, tanganku bergerak meremas payudaranya dari luar bajunya. Dia mendesis tapi menahan tanganku...

"Lagi sakit juga, udah nanti aja kalo udah sehat!" Dia sedikit keras.

Aku diam menatapnya sayu...

"Oiya, besok temenin aku ketemu ci Shani ya kak..." Gracia nyengir menatapku.


DEG...

Ketemu Shani?


"Ya, oke..." Balasku singkat.
"Emang ada apa?" Lanjutku.

"Dia perlu bantuan aku beres-beres flatnya..."
"Terus aku ngapain harus ngikut kalian?"
"Ish, kakak kan cowok bisa bantu-bantuin angkat barang yang berat!"

Dia melotot menatapku.

"Tapi aku masih sakit..." Aku polos menatapnya.
"Gamau tau! Besok ikut!" Dia meninggalkanku.

Astaga...



***

bjwJ3KKC_o.jpg


Semoga Shani berpura-pura nggak kenal aku...

Kami sudah berdiri di depan flat milik Shani, beberapa menit kemudian Shanoi keluar. Jantungku berdegup. Takut kalo Shani mengaku mengenalku, soalnya kami sudah sering bertemu tanpa sepengetahuan Gracia...

"Hai Ci, apa kabar?" Gracia menyapa Shani dan cipika-cipiki.
"Baik kok, yuk masuk. Eh...

Shani menatapku.

Mati aku...

Dia menatap mataku sesaat, "Ini siapa, gee?"

Ada yang aneh dari tatapannya, seperti berusaha berbicara sesuatu...

"Kakyov, papahnya Gio..."


DEG...
Tatapannya berubah!


"Oh... Jadi dia yang nelantarin kamu? Yaudah yuk masuk..." Shani mengajak kami masuk.


Nelantarinnya biasa aja dong!


Gracia berubah jadi sedikit segan sementara Shani... Jadi bengis kalo ngeliat aku. Damn!

EgEoMPS6_o.jpeg

Kami mulai membersihkan flat Shani, awalnya suasana jadi sedikit canggung tapi lama-kelamaan jadi terbiasa. Shani memvacum debu-debu dan mengepel lantai, Gracia membereskan beberapa barang berserakan dan foto-foto yang sedikit berdebu, aku? Aku membersihkan debu-debu diatas lemari dan barang-barang tinggi lainnya seperti kaca gantung dan jam dinding...

Setengah jam kami bebersih flat milik Shani, aku dan Gracia masih sibuk di ruang tamu sementara pemilik flat gatau kemana...

"Kamu sering bantuin dia ya?" Tanyaku.
"Iyalah kak, soalnya kan dia tinggal sendiri kasian..." Jawab Gracia.
"Kamar mandinya dimana deh? Mau kencing..." Tiba-tiba aku kebelet.
"Itu tuh lurus di ujung..." Gracia mengarahkanku.

Izq8Umlc_o.jpg


Aku buru-buru berjalan tapi tiba-tiba...

"Eh...

Shani keluar dari kamar mandi dengan menggunakan handuk...


DEG...

Putih mulus...

Dia masuk ke kamarnya, kayaknya nggak sadar ada aku. Kebelet banget!

Setelah selesai aku keluar kamar mandi dan melewati kamar Shani, pintunya terbuka sedikit... Hmm...

Perlahan kubuka pintunya...


DEG...



Dia hanya menggunakan bra dan celana dalam seperti sedang mencari bajunya. Dan anehnya...

"Aku lagi ganti baju, harusnya kamu nggak boleh kesini kan?" Dia sadar ada aku.

Damn!


"Ah, I-iya, maaf..." Aku panik.

Aku langsung menutup pintu kamarnya. Responnya aneh, dia nggak teriak sama sekali, malah tenang banget...


Kayaknya menarik nih...


Aku menyusul Gracia ternyata di ruang tengah, dia asyik menonton televisi. Tapi pikiranku malah mengingat kejadian barusan...

"Kamu kenapa kak?"
"Ha? Gapapa..."

"Pucet gitu..." Dia menatapku.

Aku berusaha tenang duduk di sampingnya.

"Lah emang udah selesai?" Tanyaku menatapnya.
"Tinggal yang ringan-ringan..." Jawabnya cuek.
"Kemana ci Shani?" Lanjutnya celingak-celinguk.
"G-Gatau deh..." Aku sedikit panik.

Aku diam bersender sementara Gracia fokus menonton, tiba-tiba aku merasa tangan Gracia menyentuh pahaku. Aku kaget tapi berusaha tenang. Mau ngapain nih anak? Perlahan mulai bergerak ketengah menuju selangkanganku, buru-buru aku pegang.

"Ngapain?" Bisikku.
"Iseng..." Dia nyengir.
"Nanti kalo ketauan Shani gimana?" Aku sedikit panik.

"Ya jangan sampe ketauan..." Dia jadi cengengesan.
"Lagian pegang doang..." Lanjutnya.

Dia melepas tanganku lalu kembali ke area selangkanganku sambil menatapku sayu. Dia gila! Ini di tempat temennya!

"P-Pindah deh, Ja-Jangan disini..." Aku sedikit gagap.
"Kenapa? Takut ya?" Gracia tertawa.

Ini nggak beres!


Dia melanjutkannya, aku panik. Berusaha menahan tangannya tapi tidak dihiraukan. GRACIA!

"Mmmhh..."

Dia mengulum penisku setelah mengeluarkannya. Astaga, ini kelakuan paling nekat darinya!

Tiba-tiba terbayang Shani tadi...



"Ssshh... Shan..."

Tiba-tiba dia berhenti, aku bingung...

"Shan?" Tanyanya.


DEG...



"Eee, Shania maksudnya. Ya maaf salah sebut, lanjut deh..." Aku sedikit panik.
"Nggak jadi deh..." Dia merapikan kembali semuanya.

Aku bingung tapi masih panik...

"Kenapa? Udah enak juga..."
"Nanti kalo ketauan ci Shani gimana?"
"Ya jangan sampe ketauan. Kalo takut bilang!"
"Kata-kata aku tuh! Di bolak-balik aja!"
"Ya kamu duluan pake ngulang kata-kata aku..."


Kami jadi ribut sendiri, tiba-tiba Shani muncul...


"Apasih? Kalian ribut banget..."


DEG...



Baru kali ini aku melihatnya memakai you can see, warna putih kontras dengan branya yang berwarna biru dongker, aku diam...

"Ci, aku mau ke minimarket dulu ya sebentar..." Celetuk Gracia.

Shani mengiyakan, aku reflek mengikuti Gracia keluar. Tiba-tiba dia menghentikanku...

"Kakyov sini aja, temenin ci Shani..."

"Apa?" Aku bingung.
"Aku cuman ke minimarket bentar kok..." Dia menatapku.

"Ya tapi kan aku harus nemenin kamu..."

Aku berusaha santai berusaha membaca pikiran Gracia yang tiba-tiba aneh ke minimarket.

"Itu ci Shani masih butuh bantuan..."
"Iya yov... Aku butuh bantuan..."

Shani angkat bicara...


Damn!

Ini aneh, kenapa tiba-tiba mereka kayak bekerjasama?



Aku nggak bisa apa-apa kalo begini, akhirnya Gracia keluar ke minimarket sementara aku membantu Shani. Dia membereskan beberapa baju kotor dan mencuci piring sementara aku merapihkan beberapa sisa makanan diatas meja makan...

"Kenapa kamu biarin Gracia sendirian disini?"

Tiba-tiba Shani berkata seperti itu, aku diam kaget...

"M-Maksudnya?"

"Iya kamu kenapa biarin Gracia sendirian disini ngurus Gio sementara kamu di Indonesia gatau nggak ada kabar?"

Dia menatapku serius. Kenapa jadi gini? Aku ngerasa kayak di interogasi...

"Eee... Soalnya...

Tunggu, aku pernah ngaku belum nikah kan? Mati aku...


"Soalnya apa? Gracia itu udah aku anggap kayak adik sendiri. Aku nggak mau dia terus-terusan sedih gegara kamu!"


Raut wajahnya serius, apa dia udah tau siapa aku sebenernya?


"O-Oke... Kalo emang kamu mentingin Gracia, kenapa kamu pura-pura nggak tau waktu pertama kali kita ketemu?" Aku berusaha memancing.
"A-Aku udah tau kalo Yovie yang dimaksud kamu..." Dia membela diri.
"Kalo udah tau kenapa kamu berusaha tetep contact sama aku? Terus ngapain kamu ngajak kenal lebih deket?" Aku terus berusaha.

"Kenapa jadi bahas aku? Kan aku yang nanya kenapa kamu biarin Gracia disini sendirian?" Dia tetap berusaha tenang tapi sepertinya menutupi sesuatu.

"Apa jangan-jangan kamu beneran udah nikah?"


DEG...



"Ka-Kalo iya kenapa?"

Dia diam seperti kaget, menggeleng sesaat.

"Kamu gila!"
"Gila kenapa?"
"Ya kamu udah gila, kalo kamu udah nikah kenapa kamu bikin Gracia hamil?!" Dia gemetar.

Aku menghela nafas sesaat...

"Kamu nggak ngerti masalahnya, Shan. Tolong jangan ikut campur..."


Dia gemetar menatapku...


"Gracia itu udah aku anggap adik sendiri. Aku nggak mau dia nanggung beban ini semua sendirian!" Dia sedikit naik.

"Kan aku udah bilang, kamu nggak ngerti masalahnya, Shan..."

"Aku cuman mau belain Gracia, Yov!" Dia makin naik.
"Ya oke. Aku nggak punya pilihan waktu itu! Puas?" Aku nggak bisa tahan.
"Pilihan apa?" Dia jadi bingung.

"Waktu itu orang tua aku meninggal, terus Gracia tiba-tiba harus ke Jerman! Terus kamu pikir aku harus gimana?! Aku harus ke Jerman juga bareng Gracia?! Aku biarin aja orang tua aku?! Dan aku juga punya adik perempuan disana! Di biarin aja gitu?!"


Aku meledak saat itu. Dia diam...


Aku tersadar, "Maaf aku jadi bentak-bentak kamu..."


Hening...


"Kalo gitu, sekarang harusnya adik kamu udah bisa di tinggal kan?" Tanyanya.

"Nggak bisa, soalnya mereka punya anak..."

Suara Gracia tiba-tiba terdengar, aku kaget Shani juga...

"Ayo kak kita pulang..."

Aku jadi bingung, ada apa ini? Tatapan Shani berubah. Ada sesuatu yang berusaha ditanyakannya...

"Makasih ci, aku tau cici sayang banget sama aku. Mangkanya aku bisa ngurus Gio sendirian tanpa kak Yovie...
...Karena ada ci Shani disini..."


Dia bergegas keluar dan aku menyusulnya meninggalkan Shani yang jadi terdiam menatap kami keluar...

49RJlqca_o.jpg


***


Gracia menangis...

Semenjak pulang dari flat Shani dia terus-terusan menangis. Aku nggak tau apa penyebabnya, setiap aku tanya dia nggak mau jawab. Aku membuatkannya coklat panas...

"Kenapa sih? Udah dong, udah sejam kamu nangis mulu..." Aku menenangkannya.
"Maafin aku kak..." Dia memegang tanganku.
"Ya apa yang bikin kamu nangis itu apa?" Aku penasaran.

Akhirnya dia mau bercerita, setelah kejadian aku memberitahunya bahwa aku dekat dengan seorang gadis asal Indonesia disini, dia dan Shani saling bertemu tanpa sepengetahuan aku, Shani jadi penasaran seperti apa sosok asliku tapi di sisi lain Shani juga merasa kesal sama diriku yang menelantarkan Gracia seperti ini hingga mereka berencana saling bertemu di flat dan Shani menanyakan hal itu secara langsung kepadaku...

"Kakyov nggak marah kan?"
"Ngapain aku marah? Justru aku bingung..."
"Bingung kenapa?"
"Jadi... Tadi, kamu ke minimarket ga? Abis cepet amat..."


Gracia berubah nyengir...


"Nggak, aku di depan dengerin kalian ngomong..."
"Astaga, aku udah mikir tuh. Kenapa aneh tiba-tiba ke minimarket? Ternyata..."

Aku mengacak halus rambutnya.

"Tapi aku seneng sekarang kamu disini kak..."

Aku menarik kepalanya mendekat dan mencium keningnya. Sejujurnya aku juga seneng bisa sedeket ini sama kamu Gee. Untuk pertama kalinya aku bisa meluk kamu kayak gini...


Jika aku... Di pelukmu...
Sekejap aku terbakar...
Dan akan menjadi abu...
Jika aku terus begini...
Menghilang dari dunia ini pun ku tak apa...
Dibanding tak disentuhmu, dan menjadi sebuah fosil...



Seketika sebuah lagu teringang di telingaku seiring aku memeluk Gracia seperti ini. Dia mendongak menatapku...
Mendekat...
Mencium bibirku lembut...
Aku memejamkan mataku sesaat setelah Gracia memejamkan mata...


Gelap...


Aku membuka mataku...

"Shan?"

Shani duduk di depanku dengan senyumnya yang khas...

rYlITtT9_o.jpg


"Kok..?"
"Apa?" Dia nampak bingung.
"Tadi aku ciuman sama Gracia, mana Gracia?" Aku bingung karena tiba-tiba semua berubah...


Gelap...



Aku mengangkat kaki Shani keatas agar penisku masuk lebih dalam. Dia mengerang lebih keras. Keringat sudah membasahi tubuh kami berdua tapi kami masih terbawa nafsu...

"ARRGGHH... YoVV... MMHHH..."
"Ngghh... Ss.. Shan! Nnngghhh..."

Aku menggenjot vagina Shani, makin lama makin keras. Didalam sana penisku seperti di peras! Ooh... ff... Fuck!

"Nngghh... Sh... Shaann! AAHH!"
"YooVV... F..Fuck!"

Tiba-tiba dinding otot vagina Shani makin kuat mencengkram kepala penisku. Nggak kuat! AAAHH!

"SHANI! EERRGGHH!!"
"AAHHH!!! YOV!!!!"

Y90gLRH1_o.jpg


Aku terbangun...

Berkeringat...

Ku tengok ke sebelah Gracia tertidur pulas...

"Damn, cuman gegara aku ngintip langsung mimpi?"



BERSAMBUNG...


WCCMamjq_o.png



Ehehehe maaf ya SSnya putus-putus wkwk soalnya mau jelasin dramanya dulu (?) ya walo nggak drama banget tapi masuklah. Masuk kemana? Ya pokoknya masuk lah WKWKWKWK
 
Kent

Kentaanngg. Ditunggu banget update selanjutnya hu. Btw, gre udh lama nih gk dianal
Kalo gini ts harus tanggung jawab, cerita ini harus sampai tamat
wajib ekse shani sih :D
Tenang sodara-sodara.. semua ada waktunya..
:senam2:

Beraharap pas yovie ditinggal berduaan sama shani langsung beraksi. Ternyata kuat juga iman dia
Wkwkwk kan udah bereaksi... Dalam mimpi...
:wek:

Yovie bener2 disampingnya ada gracia eh mimpinya sm ci shani jgn sampe lupa masih ada shania sm yuvi
Shania sama Yuvi? Siapa itu?
:haha:
 
Bimabet
Mantaaappp suhu :D
Makasih dim! Minat trade ga? Wkwkwk
:horey:

Keras keras, saking pengen ekse mamsky sunni sampe kebawa mimpi neh si yopi kwokwok.
Gw demen pas drama yopi ngamox ke shani ttg masalah the devil triangle tuh, wkwkwkwk. Asli kebawa banget suasana si yopi triggered.
Ngamuk2 di mimpiin (?) Abis shani.. putih mulus dan seksi, berjalan seperti sang bidadari kan ku ekse dia sampai mati (?) Eh maap nyanyi..
:banzai:

Nice update hu di tunggu kelanjutannya
Kukira beneran di exe si shani ternyata cuma mimpi
Ya.. semua berawal dari mimpi. Itu jadi cita2 Yovie skrg, ekse Shani..
:kangen:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd