Selamat pagi buat sobat-sobat, suhu, master dan reader yang ane sayangi.
Mohon maaf atas ketidaknyamanannya di trit Pelarian Cinta ini. Beberapa bulan belakangan emang ane disibukkan dengan rutinitas kerjaan di Real hingga trit ini terabaikan.
Untuk kelanjutan cerita ini sedang dalam proses
Cuplikan di chapter sebelumnya....
Setelah menerima telepon dari sahabatnya, Pramudya masih terpaku di tempat itu. Sambil memegangi ponselnya ia terlihat sedang berpikir dan merenung.
“Ada masalah apa ya? Kok, sampe-sampe VirGhost bersikeras mau menemuiku ke Bandung. Apa yang sudah terjadi sama perusahaanku, selama aku memberi mandat dan kepercayaan kepadanya? Sebaiknya segera kukirimkan alamat rumah sakit ini lewat WA supaya ViGhost segera sampai dan aku tau apa yang sudah terjadi sebenarnya.” gumam Pramudya lalu ia mulai mengetikkan alamat rumah sakit tempat Cinta melahirkan saat ini.
Namun sebelum sempat ia beranjak dari tempat itu tiba-tiba Hp-nya kembali berbunyi. Dan yang meneleponnya adalah Reni, sekretaris perusahaannya. Segera saja diangkatnya telepon itu.
“Ya, Hallo Ren!” Pramudya menjawab panggilan telepon itu.
“Iya hallo, Pak Pram. Bapak sehat-sehat saja di sana?” ujar Reni sekretarisnya menanyakan kabarnya saat ini.
“Alhamdulillah, sehat-sehat dan baik-baik saja, Ren.
Hmmm...! Ada masalah apa Ren sampai-sampai kamu menghubungi saya? Penting kayaknya ya?” jawab Pramudya dan bertanya balik pada sekretarisnya itu.
“Iya, Pak sangat penting. Ini berkaitan dengan perusahaan Bapak! Ada informasi dan kabar tidak baik mengenai perusahaan Bapak.” ujar Reni sekretarisnya memberitahukan dari ujung telepon sana.
Pramudya nampak mulai gusar, nampak raut wajahnya tidak tenang dan kaget setelah mendengar Reni berbicara barusan. Sambil menghela nafas panjang untuk mengatur nafas dan emosinya lalu Pramudya berbicara lagi lewatHP-nya.
“Katakan saja informasi dan kabar apa itu? Jangan ragu dan sungkan bicaranya!”
“Begini Pak! ................................. Lalu Reni mulai memberitahukan apa yang diketahuinya setelah sempat menguping pembicaraan antara Kuciah dan VirGhost dan menyampaikan apa saja yang didengarnya itu pada Pramudya. ................................gitu Pak yang saya dengar tadi!”
“Aaapppaaaa.....?” Pramudya sontak kaget setelah mendengarkan penjelasan Reni barusan. Ia seakan tidak percaya apa yang didengarnya barusan. Kuciah dan VirGhost adalah dua orang direktur perusahaan PT. xxx yang ia percaya, malah mereka berkhianat untuk menguasai perusahaannya.
Akibat mendapat berita buruk tentang perusahaannya membuat Pramudya
shock dan penyakit darah tingginya naik. Kepalanya mendadak menjadi berat dan pusing serta penglihatanya menjadi tidak jelas. Sambil memegangi kepalanya yang sakit. Pramudya berusaha berjalan meninggalkan tempat itu dengan langkah goyah dan sempoyongan.
Dan,
tiba-tiba...
Bruuukkk...
@@@@@@@@
“Papaaaa....” Teriak seorang lelaki ketika ia melihat Pramudya telah tergeletak di lantai.
Lelaki itu pun segera bergegas berlarian mendekati tubuh Pramudya yang terkulai pingsan. Lalu membopong tubuh Pramudya, membawanya ke dalam dengan tergesa-gesa dan diliputi rasa panik.
“Dok, dokter...! Tolongin papa mertua saya, dok! Saya menemukan Beliau jatuh pingsan di sana!” Lelaki itu memberitahukan perihal kondisi Pramudya pada seorang dokter yang kini sudah berada di ruang IGD.
“Tenang, Pak! Serahkan penanganan medisnya pada Kami. Kami akan melakukan segala daya upaya terbaik kami demi menyelamatkan pasien. Bapak sebaiknya tunggu di luar selama kami melakukan tindakan medis!” ujar seorang dokter jaga yang saat itu segera menangani Pramudya dibantu oleh dua orang suster yang turut sigap membantu mempersiapkan semua peralatan medis.
Lelaki itu segera keluar dari ruang IGD dengan langkah gontai. Lalu ia duduk di kursi yang berada di samping pintu ruang IGD (Instalasi Gawat Darurat) sambil mengeluarkan HP dari dalam sakunya ia menghubungi seseorang.
“Assalamualaikum. Ya hallo, Mas Har.” Sahut suara dari ujung telepon sana.
“Waalaikum salam, Jelita. Kamu ada di mana sekarang?” jawab lelaki itu lewat ponselnya.
“Adek di ruang perawatan Cinta Mas. Emang ada apaan Mas? Kok, kayak panik gitu bicaranya?” suara dari ujung telepon sana berbicara.
“Dek, kamu bisa ke sini nggak? Ke ruang IGD sekarang. Tadi Mas mendapati Papa pingsan dan sekarang tengah ditangani oleh dokter di ruang IGD.” Lelaki itu memberitahukan pada lawan bicaranya di telepon.
“Apaaaa? Papa pingsan! Gimana keadaan Papa, Mas? Beliau tidak kenapa-kenapa, kan?” Suara histeris wanita dari ujung telepon setelah mendengar kabar tersebut.
“Tenang sayang. Kamu jangan panik, ya! Insya Allah, Papa baik-baik saja.” Ujar lelaki itu mencoba menenangkan wanita yang ada di ujung telepon sana.
“Jelita sekarang ke sana Mas. Jelita mau pamit dulu sama Mama dan Cinta untuk menemui Mas Har dan melihat kondisi Papa.”
“Ok. Kalau begitu! Tolong jangan ceritakan dulu kondisi Papa pada Cinta dan Mama terutama kepada Mama takutnya malah Mama jadi panik nanti, Dek.” Ujsr lelaki itu menjawab dari ponselnya.
“………. Assalamualaikum.”
“Waalaikum salam.” Sahut lelaki itu lalu menyudahi panggilan telepon tersebut.
Setelah menghubungi istrinya, lelaki tersebut menuliskan pesan WA pada seseorang, memberitahukan situasi yang sedang terjadi saat ini.
dan pegeditan sebelum di posting.
Mohon kesabarannya dan terus pantengin terus trit Pelarian Cinta ini.
Salam semprot
rad76