Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Pendekar Cinta ~ Dendam Kesumat (1)

Bimabet
14. Satu-persatu binasa

Matahari menghiasi pagi dengan sinar keemasannya, menggantikan malam-malam yang penuh dengan bintang bintang keperakan. Pagi yang segar menyapa kota Hui-Chang termasuk gedung megah di ujung jalan yang paling ramai. Li Kun Liong memasuki gerbang gedung tersebut di sambut tatapan curiga penjaga pintu gerbang.
"Siapa engkau, mau bertemu dengan siapa ?" tanya si penjaga.
"Suruh Bok-Wangwe keluar, malaikat elmaut sudah menjemputnya" sahut Li Kun Liong.
"Kurang ajar, pemuda gila dari mana pagi-pagi begini sudah berkeliaran membuat onar" kata si penjaga sambil mendorong Li Kun Liong pergi. Tapi yang terdorong jatuh bukan Li Kun Liong melainkan dia sendiri, dengan mengereng murka ia mencabut golok di pinggangnya dan menyabetkan ke badan Li Kun Liong. Dengan tenang Li Kun Liong menyentil jatuh golok dari tangan si penjaga. Mendengar bunyi gaduh di depan, para penjaga yang lain berdatangan dan ikut mengeroyok Li Kun Liong. Tanpa membuang tempo, dalam waktu singkat Li Kun Liong menjatuhkan semua pengeroyoknya, ada yang patah tulang, gigi rontok, pingsan, tangan keseleo.

Sambil menginjak dada salah satu penjaga, ia bertanya di mana Bok-Wangwe. Penjaga tersebut memberitahu Bok-Wangwe pagi-pagi sekali sudah pergi ke peternakan kudanya di pinggir kota menginspeksi kuda-kudanya.
Li Kun Liong tahu letak peternakan kuda tersebut, dengan santai berjalan keluar dari gedung kediaman Bok-Wangwe menuju pinggiran kota.

Selama beberapa bulan ini sudah beberapa kali ia bentrok dengan jago-jago persilatan yang menganggapnya sebagai Bwe-hoa-cat, namun ia berhasil menghindari pertempuran yang bisa memperdalam kesalahpahaman tersebut. Sebisa mungkin ia tidak ingin melukai lawan-lawannya. Ia bertekad menangkap penjahat jai-hoa-cat yang aseli karena itu adalah satu-satunya cara untuk membersihkan nama baiknya. Yang mengherankan, Bwe-hoa-cat yang aseli selama beberapa bulan ini juga tidak melakukan aksi apa pun sehingga menyulitkan Li Kun Liong dalam mencari jejaknya.

Peternakan kuda Bok-Wangwe di pinggiran kota Hui-Chang masih tampak seperti tiga tahun yang lalu, tak berubah dengan gedung besar di tengah peternakan kuda tersebut.

Dari kejauhan nampak mendatangi dengan cepat seekor kuda putih ditunggangi Bok-Wangwe, debu-debu berterbangan di sekitarnya. Melihat kehadiran Li Kun Liong menghadang jalan, kaget tak kepalang Bok-Wangwe, serta merta ia menarik tali kekang mencoba berbalik arah. Bagaikan tersambar petir, kuda tersebut tiba-tiba terlonjak!. Seraya mencoba mengendalikan kuda dengan semua kemahiran yang dimilikinya, Bok Wangwe melemparkan senjata rahasia berbentuk bintang segi lima ke arah Li Kun Liong. Dengan tenang Li Kun Liong menghindarkan diri, bunyi desing senjata rahasia tersebut sangat nyaring tanda si pelempar memiliki tenaga dalam yang sempurna, melayang ke samping tanpa mampu menyentuh tubuh Li Kun Liong. Ia menjulurkan tangan meraih salah satu senjata rahasia dan dengan sebat menimpuk balik mengincar kaki depan kuda. Sambil meringkik kesakitan, tiba-tiba kuda tersebut mengangkat kedua kaki depannya ke atas, bergerak liar melemparkan Bok-Wangwe dari punggungnya, lalu berlari menjauh. Bok-wangwe hinggap dengan sempurna di tanah tanpa kekurangan sesuatu pun. Dengan wajah pucat ia bersiap sedia menghadapi Li Kun Liong.
"Sekarang engkau tidak akan bisa lagi mengandalkan teman-temanmu, sudah saatnya engkau melunasi hutang darahmu" kata Li Kun Liong dengan geram.

Tanpa berkata sepatah kata pun dengan nekad ia melancarkan serangan hidup mati terhadap Li Kun Liong. Matanya bergerak liar mencoba mencari jalan lolos tapi Li Kun Liong tidak memberikan kesempatan sedikit pun baginya untuk melarikan diri.
Dengan hati-hati ia melayani setiap serangan Bok-Wangwe, serangan dari seseorang yang putus asa tanpa memperdulikan apa pun tidak boleh di anggap ringan apalagi ilmu silat Bok- Wangwe boleh dibilang termasuk jago kosen. Li Kun Liong merasa ilmu silat yang dilatihnya selama ini tidak sia-sia, sekarang dengan mudah ia mampu melihat kelemahan dari ilmu silat Bok- Wangwe.

Cukup dengan gerakan yang sederhana, ia menghalau setiap serangan Bok-Wangwe. Diam- diam Bok-Wangwe merasa kaget sekali melihat kemajuan ilmu silat Li Kun Liong, hanya berselang tiga tahun saja Li Kun Liong sudah memiliki ilmu silat yang susah di ukur tingginya. Hatinya semakin mendelu, harapan untuk menang semakin kecil. Dengan susah payah ia berusaha menghindarkan diri dari setiap serangan Li Kun Liong.
"Plakk! Tranggg... aduhhh...!" Hanya dalam sekejap mata saja terjadinya. Entah bagaimana Bok-Wangwe itu sendiri tidak tahu, pergelangan tangannya sudah terpukul patah, dan tiba-tiba ia merasa amat sakit pada telinga dan mata kanannya. Ia roboh menggulingkan diri sampai beberapa meter lalu meloncat lagi berdiri. Telinga kanan dan mata kanannya mencucurkan darah! Ternyata daun telinga kanannya pecah bagian atasnya, sedangkan pelupuk mata kanannya pun robek! Begitu cepat gerakan kedua lengan Li Kun Liong hingga tak dapat di hindarinya.

Belum sempat ia memperbaiki kedudukan, serangan Li Kun Liong datang menerpa kembali. Sambil berputar menggerakkan tubuhnya, Bok-Wangwe memperhebat pertahanan dirinya. Hatinya terguncang keras mendapat serangan bertubi-tubi.
Li Kun Liong segera berseru keras dan menggerakan tangannya, yang kiri mengirim pukulan ke arah lambung, pukulan pancingan karena yang benar-benar menyerang adalah tangan kanannya yang cepat mencengkram ke arah pundak kiri Bok-Wangwe. Kelihatannya gerakan ini sederhana namun tak dapat dihindarkan Bok-Wangwe.
"Krak..Aduh!" dalam sekejap pundak kiri Bok-Wangwe patah terkena cengkraman jari besi Li Kun Liong. Tanpa membuang kesempatan, Li Kun Liong melancarkan serangan susulan yang mengarah ke dada Bok-Wangwe.
"Duk..!" dengan telak tangan kanan Li Kun Liong yang berisi tenaga sakti delapan bagian menghantam dada Bok-Wangwe. Sambil mengeluarkan darah segar dari mulutnya, Bok-Wangwe yang sudah terluka parah berusaha melancarkan serangan terakhir, mengajak mati bersama. Li Kun Liong tidak sudi menghadapi serangan nekad tersebut, dengan manis ia mengelak dan mundur menjauh.

Diiringi dengan rintihan kesakitan, Bok-Wangwe tewas mengenaskan dengan mata melotot. Sambil menghela nafas lega, Li Kun Liong meninggalkan peternakan kuda. Sejauh ini ia telah berhasil membinasakan tiga dari lima orang yang bertanggung jawab atas kematian kedua orang tuanya yaitu Lu Seng Hok, Tiong-Jin-Tojin dan Bok-Wangwe. Sedangkan untuk Sim-Gan, ia memutuskan untuk tidak membalas dendam, penyesalan yang menghinggapinya selama bertahun-tahun sudah cukup sebagai balasannya. Ia merasa ayahnya tidak akan menyesali keputusan ini.
Satu-satunya musuh keluarganya tinggal Tiong-Cin-Tojin, biang keladi dari semua ini.
 
Bu-Tong-Pai gempar dan berduka, dua orang tokoh mereka mengalami kekalahan mengenaskan dari Bwe-Hoa-Cat. Bahkan Tiong-Jin-Tojin binasa di ujung pedang jai-hoa-cat, sedangkan Tiong-Cin-Tojin terluka cukup parah dan harus beristirahat cukup lama serta ilmu silatnya dipastikan tidak akan selihai dahulu.
Sebelumnya jago muda mereka, Bu-Tong-Kiam-Sam- Hiap (Tiga pendekar pedang Bu-Tong) telah binasa oleh Bwe-Hoa-Cat.

Berdasarkan penuturan Tiong-Cin-Tojin, Bwe-Hoa-Cat yang selama ini di cari-cari ternyata adalah Li Kun Liong yang pernah datang dan tinggal selama beberapa hari di Bu-Tong bersama rombongan dari Thai-San-Pai tiga tahun yang lalu.

Dengan rasa tak percaya Tan Sin Liong mendengar berita tersebut, ia tidak yakin Li Kun Liong adalah Bwe-Hoa-Cat namun bukti-bukti sudah terpampang di depan mati hingga ia hanaya dapat berdiam diri.

Ketua Bu-Tong-Pai, Tiong Pek Tojin segera memerintahkan murid-murid Bu-Tong memburu dan menangkap Bwe-Hoa-Cat Li Kun Liong hidup atau mati.
Ia segera mengabarkan berita duka ini kepada supeknya Kiang-Siang-Tojin yang saat ini sudah berusia lebih dari delapan puluh tahunan, sedangkan gurunya bekas ketua Bu-Tong-Pai terdahulu – Kiang-Ti-Tojin sudah lama tidak mencampuri urusan partai dan lebih sering bersamadhi, jarang keluar dari tempat pertapaannya.
"Siancai..siancai, dunia kangouw sekarang memang semakin kacau oleh para penjahat, mereka sudah semakin berani dan kelewatan. Tiong-Pek, engkau harus bertindak tegas dalam masalah ini, segera utus beberapa tianglo dan Tan Sin Liong turun gunung dan menangkap penjahat ini" kata Kiang-Siang-Tojin muram.
"Baik supek" jawab Tiong-Pek-Tojin dengan hormat.
"Bagaimana keadaan Tiong-Cin apakah lukanya parah?" Kiang-Siang-Tojin menanyakan kesehatan murid kesayangannya.
"Cukup parah supek, perlu istirahat beberapa bulan dan ilmu silatnya mengalami kemunduran." "Baiklah, nanti lohu akan menjenguknya sendiri. Ilmu silat penjahat ini sangat mencengangkan, ia sanggup menghadapi gabungan ilmu silat Tiong-Jin dan Tiong-Cin, entah berasal dari mana kepandaian yang dimilikinya" renung Kiang-Siang-Tojin.

Beberapa bulan berlalu tanpa kejadian apa-apa di Bu-Tong-San. Luka yang di derita Tiong-Cin- Tojin sudah pulih namun ilmu silatnya tidak bisa pulih seratus persen. Ia sangat mendendam terhadap Li Kun Liong karenanya.

Suatu pagi yang bening di kaki gunung Bu-Tong nampak seorang pemuda berwajah tampan berjalan santai mendaki gunung Bu-Tong. Pemuda ini adalah Li Kun Liong, alangkah beraninya ia mengunjungi Bu-Tong-Pai. Ia telah memikirkan hal ini berulang kali. Ia akan menghadap ketua partai Bu-Tong Tiong-Pek-Tojin dan berusaha menjelaskan semua alasan yang sampai membuatnya bertindak kejam membunuh Tiong-Jin-Tojin dan melukai Tiong-Cin-Tojin. Ia berharap Tiong-Pek-Tojin cukup bijaksana dan mengerti akan tindakannya ini bukan untuk memusuhi Bu-Tong-Pai namun semata-mata masalah pribadi dengan Tiong-Cin-Tojin dan Tiong-Jin-Tojin. Ia tahu perjalanannya kali ini sangat beresiko ibaratnya mendatangi sarang harimau tapi ia telah membulatkan tekad untuk menghadapinya, apa pun yang terjadi.

Sesampainya di pintu gerbang partai Bu-Tong, ia di hadang murid-murid Bu-Tong yang sedang berjaga. Ia memperkenalkan diri dan menjelaskan maksud kedatangannya untuk menghadap Tiong-Pek-Tojin. Begitu tahu yang datang ternyata adalah Bwe-Hoa-Cat Li Kun Liong, serempak mereka menghunus pedang dan mengurung Li Kun Liong, sedangkan murid yang lain membunyikan genta tanda bahaya.

Li Kun Liong mengelak ke sana kemari dari serangan murid-murid Bu-Tong, ia hanya berkelit saja tanpa membalas. Ia berharap segera bertemu Tiong-Pek-Tojin sebelum masalah ini berlarut- larut. Bunyi genta tanda bahaya berkumandang ke seluruh Bu-Tong-Pai menggagetkan segenap murid-murid Bu-Tong yang sedang berlatih barisan pedang. Sudah puluhan tahun genta tanda bahaya tidak pernah berbunyi, tidak heran berbunyinya genta tanda bahaya tersebut membuat murid-murid Bu-Tong termasuk para tokok-tokohnya kaget dan ingin tahu siapa yang berani mati menyerbu Bu-Tong-Pai.

Berduyun-duyun murid-murid Bu-Tong-Pai keluar untuk melihat apa yang sebenarnya terjadi. Tampak oleh mereka, saudara-saudara seperguruan mereka berusaha mengurung seorang pemuda dalam Kiam-Tin (barisan pedang) Bu-Tong-Pai yang terkenal keampuhannya.
"Semua murid berhenti dahulu!" terdengar suara mengalun memasuki telinga para murid Bu- Tong yang sedang bertempur. Para murid Bu-Tong serentak menarik mundur pedang mereka dan secara teratur mundur menjauhi gelanggang pertempuran meninggalkan Li Kun Liong sendirian di tengah lingkaran murid-murid Bu-Tong-Pai.

Li Kun Liong tahu yang barusan berteriak menyuruh mundur lawan-lawanya adalah tokoh puncak Bu-Tong-Pai. Tampak beberapa depa di depan mendatangi lima orang tojin berusia sekitar lima puluh tahunan dengan wajah angker menghadapi dirinya. Ia tahu mereka adalah angkatan Tiong yang merupakan angkatan ketua Bu-Tong-pai saat ini.

Sambil menjura Li Kun Liong berkata "Maafkan cayhe kalau sudah menganggu ketenangan Bu- Tong-Pai tapi sebenarnya cayhe datang ke sini untuk bertemu Tiong-Pek-Tojin dan menjelaskan semua kesalahpahaman yang terjadi."

Salah seorang tojin yang menjadi pimpinan adalah Tiong-Jit-Tojin yang menjabat sebagai pelaksana harian Bu-Tong, ia mempunyai sifat yang keras dan teguh sama pendirian, tidak heran Tiong-Pek-Tojin menunjuknya menjadi pelaksan harian Bu-Tong. Ia sudah lama merasa marah terhadap Bwe-Hoa-Cat karena salah seorang murid utamanya yang tergabung dalam Bu-Tong- Kiam-Sam-Hiap binasa di tangan penjahat ini sehingga kejadian hari ini merupakan kesempatan yang sangat baik baginya untuk menuntut balas kematian murid kesayangannya.
"Hmm...engkau masih semuda ini sudah melakukan kejahatan yang sangat kejam, bahkan berani membunuh murid-murid Bu-Tong-Pai dan menyerbu kesini, tidak ada yang perlu dibicarakan lagi, hutang darah harus di bayar dengan darah" kata Tiong-Jit-Tojin sambil melambaikan tangan sebaagi tanda bagi ke empat saudara seperguruannya untuk maju bersama mengepung Li Kun Liong. Walaupun sangat marah namun Tiong-Jit-Tojin tidak mau gegabah, ia tahu penjahat ini memiliki ilmu silat yang sangat tinggi, terbukti suheng dan sutenya Tiong-Cin- Tojin dan Tiong-Jin-Tojin sampai terluka dan terbunuh.

Mereka berlima adalah tulang punggung Bu-Tong-Pai saat ini, ilmu silat mereka sudah mencapai tahap tertinggi. Selama ini jarang sekali para murid-murid Bu-Tong melihat mereka berlima maju bersama menghadapi lawannya, dengan penuh perhatian dan hati-berdebar-debar mereka memperhatikan jalan pertempuran yang sangat jarang terjadi dengan seksama.

Pedang yang digunakan para murid Bu-Tong-Pai di kenal dengan nama Jian, pedang lurus panjang yang masing-masing mempunyai dua sisi tajam dan pegangan berbentuk sayap yang menghadap ujung pedang. Terbuat dari campuran perak, besi dan logam pilihan dengan tahap- tahap pembuatan yang sangat rumit, pedang tersebut sangat efektif menjalankan jurus-jurus pedang Bu-Tong.

Diperlukan latihan yang panjang untuk menguasai penggunaan pedang Jian tersebut, hanya mereka yang berbakat dapat menjalankan pedang Jian ini dengan baik.
Li Kun Liong tidak di beri kesempatan untuk mengeluarkan sepatah kata pun lagi, ia sibuk menghindari serangan dari kelima tokoh Bu-Tong ini. Bergulung-gulung sinar putih berkilauan dari pedang-pedang lawannya mengurung tubuh Li Kun Liong, terasa olehnya perbawa barisan pedang ini jauh berkali-lipat lihainya dari barisan pedang yang dimainkan para murid Bu-Tong tadi.

Menghadapi barisan pedang ini, Li Kun Liong menjaga kedudukannya tetap di tengah-tengah, diam tak bergerak, yang berputaran hanya sinar pedangnya.
Barisan pedang dari Bu-Tong-Pai memiliki kemampuan utama untuk menahan serbuan lawan yang lebih banyak tapi juga mampu mengurung tokoh persilatan yang bagaimana pun lihainya. Dengan di pimpin Tiong-Jit-Tojin sebagai kepala barisan, barisan pedang ini mengurung rapat Li Kun Liong, tidak menyisakan setitik lubang pun untuk meloloskan diri, ibarat nyamuk pun tidak dapat lolos dari barisan pedang ini.

Tahap kepandaian ilmu silat Li Kun Liong sekarang bila satu lawan satu, sudah melebihi para pengeroyoknya namun dengan bergabung ke lima tokoh Bu-Tong ini dalam satu kesatuan menyulitkan Lu Kun Liong. Puluhan jurus pertama ia mencoba bertahan dengan sesekali melancarkan serangan. Seperti yang kita ketahui Li Kun Liong memiliki ingatan yang sangat langka, sekali melihat tidak akan terlupakan. Setelah mengamati dengan seksama ia bisa melihat barisan pedang ini mengikuti semua petunjuk dari kepalanya yaitu Tiong-Jit-Tojin, hingga ia memutuskan untuk mencoba menghancurkan barisan ini dengan menyerang kepalanya terlebih dahulu. Tapi tidak semudah yang ia pikirkan, begitu ia mulai mencecar Tiong-Jit-Tojin, para tojin yang lain secara otomatis melindungi Tiong-Jit-Tojin dari serangan Li Kun Liong. Ini semakin menyakinkan Li kun Liong, satu-satunya cara untuk membongkar barisan pedang ini adalah dengan terlebih dahulu menyerang kepalanya, ibarat ular, ketok dulu kepala ular baru yang lainnya.

Tiong-Jit-Tojin mengeluarkan seruan keras, pedang mereka berkelebat dan tahu-tahu telah menjadi satu gulungan sinar tebal dan panjang, mengeluarkan suara bercuitan dan bayangan tubuh mereka lenyap tergulung sinar pedang yang menjadi satu. Tiba-tiba terdengar suara mencicit keras ketika sinar pedang itu menyambar ke arah Li Kun Liong, Li Kun Liong menggerakkan pedangnya menusuk ke arah sinar pedang yang menyambarnya seperti kilat itu.
"Cing..cing..trang......!"

Gulungan sinar pedang yang berkelebat itu menjadi buyar, berkali-kali mengitari tubuh Li Kun Liong, berusaha membabat tubuh kakek itu namun selalu dapat di halangi Li Kun Liong.

Ratusan jurus telah berlalu, peluh nampak di masing-masing dahi mereka terutama di dahi Li Kun Liong, ia mulai kehabisan tenaga.
Dalam hal tenaga dalam jelas Li Kun Liong kalah latihan, ia baru memiliki belasan tahun latihan sedangkan lawan-lawannya memiliki latihan tenaga dalam puluhan tahun. Namun dari segi keuletan dan keanehan jurusnya, ia jauh lebih unggul dari para tokoh Bu-Tong ini yang rata-rata sudah tua hingga sejauh ini masing-masing pihak masih dapat bertahan seimbang.

Murid-murid Bu-Tong-Pai lainnya terngangga kagum melihat barisan pedang yang biasa mereka latih bisa memiliki kedashyatan sedemikian rupa dimainkan guru-guru mereka. Tapi mereka juga sangat kagum melihat kesaktian Li Kun Liong yang sebaya umurnya dengan mereka mampu melayani barisan pedang Bu-Tong selama ratusan jurus. Tiong-Jit-Tojin dan sute-sutenya pun tidak kalah kagum melihat kegigihan Li Kun Liong, dalam hati masing-masing mengakui bila menghadapi Li Kun Liong sendirian, mereka pasti kalah. Bahkan ketua mereka pun belum tentu sanggup menghadapi barisan pedang mereka, mungkin hanya Kiang-Ti-Tojin atau Kiang-Siang-Tojin yang mampu melakukannya.

Tidak sedikit pelajaran yang berhasil di petik Li Kun Liong dari pertempuran ini, sebagian besar jurus-jurus terlihai dari barisan ini sudah masuk dalam ingatannya. Bukan tidak mungkin apabila terjadi pertempuran yang kedua kalinya, Li Kun Liong telah memiliki kunci-kunci untuk memecahkan barisan ini – namun itu urusan di belakang hari. Sekarang yang terpenting adalah bagaimana agar tidak mati konyol dalam barisan ini, sekuatnya ia memeras semua kepandaian yang selama ini ia pelajari. Semakin lama semakin memahami ia hakekat ilmu silat. Ibarat teori saja masih kurang lengkap tanpa adanya latihan, maka kesempatan yang langka ini tidak disia- siakan Li Kun Liong untuk memperdalam ilmu silatnya.

Puluhan jurus kembali lewat dengan cepat, nafas Li Kun Liong sudah memburu tanda tenaganya mulai habis, begitu pula lawan-lawannya. Gerakan barisan pedang mulai sedikit melambat, tahap yang paling menentukan dari pertempuran telah menjelang tiba.
Namun sebelum masing-masing pihak-pihak terluka, tampak mendatangi ketua Bu-Tong-Pai diikuti beberapa orang diantaranya Kiang-Siang-Tojin, Tiong-Cin-Tojin dan...Sim Gan.

Rupanya beberapa saat sebelum kedatangan Li Kun Liong, Sim Gan telah datang terlebih dahulu untuk menemui Tiong-Pek-Tojin. Ia di terima dengan tangan terbuka karena sebelumnya ia telah beberapa kali berkunjung ke Bu-Tong menemui sahabatnya Tiong-Cin-Tojin.
Sim Gan yang diliputi rasa bersalah, mendengar kabar yang tersiar di dunia kangouw bahwa sutitnya (keponakan murid) Li Kun Liong di tuduh sebagai Bwe-Hoa-Cat dan di buru murid-murid Bu-Tong-Pai karena melukai dan membunuh Tiong-Cin-Tojin dan Tiong-Jin-Tojin serta Bu-Tong- Kiam-Sam-Hiap.
Ia tidak mempercayai berita bahwa Li Kun Liong adalah Bwe-Hoa-Cat, tidak mungkin keturunan suhengnya menjadi penjahat.

Maka dengan penuh tekad untuk menebus dosa-dosanya, ia mendatangi Bu-Tong-Pai, menemui Tiong-Pek-Tojin dan menceritakan semua perbuatan mereka yang mengeroyok mati Li Hong Kiat suami istri, orang tua Li Kun Liong.

Dengan kaget Tiong-Pek-Tojin mendengarkan penuturan Sim-Gan, segera ia memerintahkan salah seorang murid Bu-Tong untuk mengundang supeknya Kiang-Siang-Tojin dan sutenya Tiong- Cin-Tojin.

Selagi mereka menunggu kedatangan kedua tojin ini, terdengar genta tanda bahaya berbunyi. Tiong-Pek-Tojin kaget, segera ia memerintahkan Tiong-Jit-Tojin sekalian menghadapi kejadian di luar sedangkan ia mengurus masalah Sim-Gan terlebih dahulu. Itulah sebabnya mengapa ia terlambat keluar.

Dengan muka pucat pasi, Tiong-Cin-Tojin mengakui semua kesalahannya. Kiang-Siang-Tojin merasa sangat kecewa mendengar pengakuan murid kesayangannya, ia merasa telah gagal mendidik murid. Umurnya seolah-olah bertambah menua, memang berat kekecewaan yang ia pikul setelah sebelumnya ia kecewa Tiong-Cin-Tojin tidak terpilih sebagai ketua Bu-Tong-Pai menggantikan Kiang-Ti-Tojin.

Dari muridnya, Tiong-Pek-Tojin tahu yang datang adalah Li Kun Liong, maka dengan buru-buru ia keluar bersama-sama Kiang-Siang-Tojin, Sim Gan dan Tiong-Cin-Tojin yang mengikuti mereka dengan hati lesu.
Mereka menyaksikan pertempuran sudah mencapai tahap mengkhawatirkan, Tiong-Pek-Tojin segera mengerahkan lweekang dan berseru "Berhenti semua, lohu ada yang mau dibicarakan.'

Mendengar ketua mereka sudah datang, dengan lega Tiong-Jit-Tojin sekalian mundur teratur, mereka bersyukur Tiong-Pek-Tojin keluar pada saat yang tepat hingga pertempuran berdarah dapat mereka hindari.

Li Kun Liong melihat yang datang adalah Tiong-Pek-Tojin dan musuh besarnya Tiong-Cin-Tojin serta yang tidak ia duga sama sekali, susioknya Sim-Gan.
Sambil menjura ke arah Li Kun Liong, Tiong-Pek-Tojin berkata "Apa kabar Kun Liong, sekarang ilmu silatmu mengalami kemajuan yang sangat pesat, bagaimana kabar Master The-Kok-Liang?"
Dengan tersipu-sipu Li kun Liong membalas salam Tiong-Pek-Tojin,
"Cayhe baik-baik saja selama ini cianpwe, sedangkan kabar Master The-Kok-Liang, cayhe belum berkesempatan bertemu kemabli dengan beliau tiga tahun belakangan ini"
"Apakah benar kabar yang tersiar di dunia persilatan bahwa engkau adalah Bwe-Hoa-Cat ?" tanya Tiong-Pek-Tojin.
"Bukan cianpwe, cayhe berani bersumpah, ini adalah kesalahpahaman. Li Kun Liong lalu menceritakan semua pengalamannya hingga ia di tuduh sebagai jai-hoa-cat termasuk pertempurannya dengan Tiong-Jin-Tojin dan Tiong-Cin-Tojin"
"Lalu bagaimana dengan Bu-Tong-Kiam-Sam-Hiap, apakah engkau yang membunuh mereka" "Tentu saja tidak, cayhe belum pernah berjumpa dengan mereka apalagi sampai bertempur. Ini pasti perbuatan Bwe-Hoa-Cat yang aseli, cayhe berjanji pasti akan membereskan persoalan ini" jawab Li Kun Liong penasaran.
Sambil memangut-mangutkan kepalanya, Tiong-Pek-Tojin menatap supeknya Kiang-Siang-Tojin meminta pendapat. Semua penuturan Li Kun Liong sama persis dengan yang diceritakan Sim Gan.

Sambil menghela nafas panjang, Kiang-Siang-Tojin berkata "Tiong-Pek, lohu serahkan semua masalah ini kepadamu sebagai ciangbujin untuk memutuskan"
"Kun Liong, untuk sementara lohu mempercayai semua ceritamu terutama mengenai persoalan pribadimu dengan murid murtad Tiong-Cin-Tojin dan Tong-Jin-Tojin, untuk masalah tersebut Bu- Tong-Pai lepas tangan dan tidak ikut campur. Tapi mengenai kematian Bu-Tong-Kiam-Sam-Hiap, engkau harus dapat membuktikan bukan dirimu yang melakukannya. Lohu beri waktu setahun untuk membersihkan nama baikmu, apakah cukup ?" tanya Tiong-Pek-Tojin.
"Terima kasih cianpwe, cayhe pasti berusaha sekuat tenaga menangkap Bwe-Hoa-Cat yang aseli."
"Sekarang Tiong-Cin sute, apa yang hendak engkau katakan, semua perbuatan jahatmu sudah terbongkar"

Dengan muka pucat dan putus asa, ia merasa malu kejahatannya telah diketahui, tiba-tiba Tiong-Cin-Tojin menghunus pedang dan mengorok lehernya sendiri, darah muncrat kemana-mana. Tiong-Cin-Tojin roboh binasa membunuh diri.
Murid-murid Bu-Tong-Pai yang hadir terkesima, bingung dengan semua kejadian barusan, mereka tidak mengerti apa yang sesungguhnya terjadi. Namun setelah di beri penjelasan oleh Tiong-Pek-Tojin, mereka baru mengerti. Mereka kembali ke tempat masing-masing, meninggalkan Sim Gan dan Li Kun Liong berdua saja.
Dengan wajah sedih dan menyesal, Sim Gan berkata pasrak, "Sutit, lohu tahu kesalahan lohu tidak dapat diampuni, silakan engkau membalas kematian kedua orang tuamu."
"Tidak perlu susiok, memang semua ini kesalahan susiok, tapi susiok telah menyesali dan menebusnya. Biarlah semua kejadian ini berlalu, ayah di alam baka pasti merestui semua ini" jawab li Kun Liong.

Dengan wajah bersyukur dan berterima kasih Sim Gan mengajak Li Kun Liong mampir ke kediamannya namun dengan halus Li Kun Liong menolak, ia masih harus menangkap Bwe-Hoa-Cat untuk memulihkan nama baiknya. Tapi ia berjanji apabila ada waktu akan mengunjungi susioknya.
Mereka pun berpisah dengan hati gembira melanjutkan perjalanan masing-masing.

15. Bwe-Hoa-Cat Yang Asli
 
update bro?
 
15. Bwe-Hoa-Cat Yang Asli

Dedaunan layu berguguran
Ditiup sang angin melayang resah
Tiada kemudi tiada arah nan pasti
Hilangnya seri membawa diri
Mengapa ini terjadi dikala nan indah
Saat percintaan bertakhta di puncak
Mengapakah pengorbanan ini tidak terbalas
Hanya kerna perpisahan yang silam

Seorang wanita muda berusia dua puluh tahunan berjalan dengan lesu di jalanan kota Gui- Yang, wajahnya sangat cantik membuat siapa pun yang melihatnya pasti terpesona. Namun sayang raut muka sedih yang nampak di wajahnya yang jelita sedikit mengurangi kecantikannya. Selama tiga tahun ini ia telah berkelana demi mencari pujaan hatinya, namun hampir putus asa belum juga ia berhasil mendapat berita apa pun.

Di depan sebuah warung makan yang besar, ia berhenti untuk menangsal perutnya yang kosong. Saat itu waktunya makan siang hingga hampir semua meja terisi penuh oleh pelanggan rumah makan tersebut. Bau harum masakan menerpa penciumannya, membuat perutnya berkeruyukan. Di bantu salah satu pelayan rumah makan tersebut, ia mengisi meja terakhir yang tersedia, segera ia memesan dua tiga macam sayur.

Sejak pertama kali ia memasuki rumah makan ini, setiap mata pria menatapnya dengan kagum. Sambil tersenyum tipis, ia tidak memperdulikan tatapan-tatapan tersebut, sudah sering kali dimana pun ia mampir mengalami kejadian seperti ini.

Di salah satu pojok ruang makan, duduk seorang pria berusia dua puluh lima tahunan sedanng menikmati makanannya. Kemunculan wanita muda tadi telah menarik perhatiannya, dengan mata bersinar-sinar, ia terus menatap wanita tersebut. Matanya yang tajam seolah-olah hendak menelanjangi tubuh si gadis, sudah beberapa bulan ini ia tidak menemukan gadis yang sesuai dengan seleranya namun gadis ini sangat mencocoki dirinya.

Di sebelah meja gadis tersebut, duduk sepasang pria berusia empat uluh tahunan, mengenakan pakaian ringkas dengan pedang tersoreng di punggung masing-masing, dandanan mereka seperti piauw-su. Mereka sedang memperbincangkan berita kangouw terkini dengan suara pelan tapi masih bisa di dengar oleh telinga si gadis yang tajam.

Menurut salah seorang piauw-su yang berbaju abu-abu, beberapa hari yang lalu tersiar kabar bahwa Bwe-Hoa-Cat Li Kun Liong telah mengunjungi Bu-Tong-Pai dan menghadapi kerubutan tokoh-tokoh terkenal dari Bu-Tong-Pai dengan hasil seri. Namun beritanya masih simpang siur, ada yang mengatakan Bwe-Hoa-Cat terluka dan melarikan diri, sedangkan berita lain mengatakan Bwe-Hoa-Cat berhasil membunuh salah satu tokoh Bu-Tong-pai sebelum meloloskan diri.

Tidak heran bila peristiwa yang terjadi di Bu-Tong-Pai simpang siur, murid-murid Bu-Tong-Pai enggan menceritakan aib yang menimpa tokoh mereka Tiong-Cin-Tojin.
Mendengar nama Li Kun Liong di sebut-sebut, wajah gadis ini bersinar cerah, akhirnya ia mendapatkan berita tentang Li Kun Liong. Cuma yang membuat dirinya sangat kaget adalah tuduhan bahwa Li Kun Liong adalah Bwe-Hoa-Cat, namun setidaknya ia mendapat jejak untuk ditelusuri.

Semua gerak-gerik gadis ini tidak luput dari perhatian si pemuda, ia menduga si gadis mempunyai dendam dengan Bwe-Hoa-Cat.
Ia bangkit dan berjalan menuju ke arah si gadis tersebut, sambil menjura ia menyapa "Maafkan cayhe kalau sudah menganggu ketenangan nona, dari tadi cayhe memperhatikan nona sangat tertarik mendengar berita tentang Bwe-Hoa-Cat, mungkin cayhe bisa membantu karena kebetulan cayhe sedikit mengetahui keberadaan Bwe-Hoa-Cat."

Gadis tersebut menatap pemuda yang mengajaknya bicara, wajahnya cukup tampan dengan senyumannya yang mengoda. Ia bukan gadis kemarin sore yang masih awam dengan hubungan pria dan wanita, sekilas ia sudah tahu pemuda ini sudah berpengalaman namun mendengar si pemuda tahu keberadaan Li Kun Liong, ia tertarik hatinya.
"Siangkong ini...?"
"Nama cayhe Yap Fei, dengan memberanikan diri menyapa nona sekaligus mungkin dapat membantu nona menghadapi Bwe-Hoa-Cat" kata si pemuda sambil duduk di hadapan gadis tersebut.
"Terima kasih, memang saya ingin mencari Bwe-Hoa-Cat" katanya singkat. "Kalau boleh tahu, siapa nama nona yang mulia?"
"Panggil saja siau-Erl, tadi saudara bilang mengetahui keberadaan Bwe-Hoa-Cat, apakah benar?"
"Cayhe menduga Bwe-Hoa-Cat sudah berada di kota ini, jadi sebaiknya nona mencari penginapan terlebih dahulu, nanti kita bisa bersama-sama mencari Bwe-Hoa-Cat."
Siau-Erl mengangguk setuju. Dengan gembira pemuda yang bernama Yap Fei ini lalu memanggil pelayan dan memesan sebuah kamar untuk siau-Erl yang bersebelahan dengan kamarnya.

Sore harinya ia mengajak siau-Erl berpesiar ke telaga di pingiran kota sambil menyerapi kabar Bwe-Hoa-Cat.
Mereka menyewa sebuah perahu , Yap Fei mengarahkan perahu ke tengah telaga. Langit nampak sangat cerah tak berawan, tampak dikejauhan perahu berseliweran membawa pelancong- pelancong menikmati suasana sore hari di telaga. Tengah telaga tersebut sangat ramai, sesekali telinga mereka mendengar suara kecapi dan tiupan seruling yang sangat merdu di iringi lantunan merdu tembang cinta berasal dari sebuah perahu yang megah, penuh kegembiraan dan keriangan. Nampak oleh mereka seorang gadis penghibur sedang memetik kecapi sambil menyanyikan sebuah tembang cinta...

Mengalun indah suara kecapi
Mengalun indah dengan irama simfoni
Dawai-dawainya merunduk malu saat disentuh
Dipetik jari sang pujangga hati
Pujangga yang merindukan seorang kekasih tambatan hati
Yang selalu terbawa mimpi namun tak dapat diraih
Ketika kecapi cinta mulai terdengar
Sudut hati mulai bermain perasaan
Perasaan cinta yang terbentuk secara alami
Inti sari cinta menemukan rasa yang sebenarnya
Rasa manis yang menghidangkan kenikmatan
Kemanisannya takkan pudar 'tuk selamanya
Engkaulah sang kecapi cinta berdawai asmara
Membawa angan-angan merajut indahnya kasih
Jemarinya mendenyut dan merona tersipu-sipu
Melodi kecapi memang melodi hati
Takkan lenyap alunan nadanya
Nada-nada kalbu yang menggetarkan jiwa

Para pemuda-pemuda berpakaian perlente di perahu megah tersebut bertepuk tangan memuji keindahan suara si penyanyi. Mereka sepertinya berasal dari keluarga-keluarga hartawan atau pejabat-pejabat kota yang terpandang.

Perahu mereka melaju perlahan-lahan membelah telaga, mengelilingi telaga, sesekali mereka berpapasan dengan perahu lain. Tanpa mereka sadari, dari kejauhan nampak sebuah perahu mengikuti dari belakang. Yap Fei mendayung perahu menjauhi keramaian ke arah seberang telaga yang sepi. Tak terasa sore hari sudah menjelang malam, perlahan-lahan matahari mulai tenggelam kembali keperaduannya, permukaaan air telaga terlihat gelap, namun suasana telaga semakin indah, di kejauhan terlihat kerlap-kerlip lampu dari perahu-perahu di tengah telaga seperti bintang menambah gemerlapnya malam.

Perahu yang mengikuti Yap Fei berdua masih terlihat dikejauhan, di dalam perahu tersebut tampak empat orang pria yang terdiri dari dua orang pemuda berusia dua puluh tahunan dan dua orang pria pertengahan empat puluh tahunan. Salah satu pemuda tersebut adalah Bai Mu An si pedang kilat, seorang yang lain adalah Lu Gan. Sedangkan pria pertengahan umur yang berbaju hijau adalah Tong-leng (pemimpin Gie-lim-kun) – Sun Kai Shek yang berjuluk Kip-hong-kiam (si pedang angin lesus), wajahnya berwibawa dengan kumis dan jengot yang dipelihara rapi menambah keangkerannya. Sorot matanya sangat tajam berkilau di kegelapan malam menandakan lweekang yang tinggi. Pria pertengahan yang satu lagi yang menyertainya adalah salah seorang wie-su Gie-Lim-Kun yang sedang menyamar dalam usaha menangkap Bwe-Hoa-Cat.

Yang mengherankan mereka ini bisa berjalan bersama-sama. Ternyata secara kebetulan Lu Gan dan Bai Mu An bertemu Sun Kai Shek di tepi telaga tadi. Lu Gan mengenal pemimpin Gie-Lim-Kun ini karena susioknya merupakan kenalan baik Sun Kai Shek.

Selagi bercakap-cakap, tanpa sengaja Lu Gan melihat ke arah perahu yang sedang lewat dari kejauhan, nampak olehnya seorang pemuda berbaju putih dengan seorang gadis sedang mengarahkan perahu mereka ke tengah telaga. Ia tidak dapat memastikan karena pemuda berbaju putih tersebut membelakanginya tapi lapat-lapat mengenali postur tubuh pemuda tersebut sebagai Bwe-Hoa-Cat Li Kun Liong yang pernah mereka keroyok. Buru-buru ia memberitahu kawan-kawannya apa yang barusan ia lihat hingga akhirnya mereka mengikuti perahu tersebut.

Sambil mengikuti perahu tersebut semakin Lu Gan yakin bahwa ia tidak salah apalagi kemudian perahu tersebut menjauhi keramaian. Mereka tidak mau mengikuti terlalu dekat, takut ketahuan.
Bai Mu An yang pernah bertemu dan berjalan bersam Li Kun Liong ragu-ragu dengan postur tubuh si pemuda berbaju putih, namun ia diam saja. Ia mengikuti saja ajakan teman lamanya Lu Gan menguntit perahu pemuda tersebut.

Mereka kehilangan jejak perahu buruan mereka yang menghilang di balik pepohonan di tepi telaga. Sambil berputar-putar di sekelilingnya sambil mengerahkan ketajamanan mata mereka mencari perahu tersebut.

Sementara itu, di perahunya Yap Fei sedang berusaha merayu siau-Erl namun ditanggapi dengan dingin oleh siau-Erl. Suasana telaga yang sepi semakin membuatnya semakin berani untuk bertindak. Ia berusaha memegang tangan siau-Erl tapi dengan manis siau-Erl menarik tangannya pada saat yang tepat.
"Mau apa kau" tanyanya sambil berkerut kening.
"He..he..he, bukannya engkau sedang mencari Bwe-Hoa-Cat" kata Yap Fei sambil tertawa licik. "Ja..di engkau adalah Bwe-Hoa-Cat yang sebenarnya bukan Li Kun Liong" sahut siau-Erl kaget. "Hm.. engkau tahu yang sebenarnya sekarang juga percuma, tidak ada yang akan tahu.
Sebaiknya engkau secara sukarela bersedia melayaniku atau kalau tidak..."

Belum sempat Yap Fei menyelesaikan perkataannya, siau-Erl kecil sudah melancarkan serangan ke arah pundaknya. Tangannya yang ramping menyambar dengan kecepatan kilat menghantam pundak Yap Fei namun dapat dihindarkan dengan manis oleh Yap Fei. Ia merasa kaget melihat kecepatan yang dimiliki siau-Erl, ternyata korbannya kali ini memiliki ilmu silat yang tinggi. Dalam perahu yang sempit mereka bergebrak belasan jurus, perahu bergoyang-goyang dengan keras namun masing-masing memiliki ilmu meringankan tubuh yang sama-sama nomer wahid sehingga masih bisa bertempur tanpa tercebur ke telaga bahkan perlahan-lahan perahu mereka mengarah ke pinggiran telaga.
 
Terima kasih utk updatenya ! Keep posting bro :semangat:
 
Terakhir diubah:
wow.... mantap bro updatenya...:beer: tetap semangat:semangat:
 
update mas bro? Nanggung banget..pendek.
 
Wah, udah update. Makin seru jalan ceritanya. Tapi :kentang: suhu.

Ditunggu lanjutannya :semangat:

:cendol: sent
 
Brader frans lanjut'------ dimana dikau brow......
 
Bimabet
Gerakannya yang demikian ringan dan cepatnya cukup merepotkan Yap Fei atau mungkin lebih tepat kita sebut Bwe-Hoa-Cat.
"Dukkkkk!" kedua tangan mereka beradu, siau-Erl kecil terhuyung dua langkah ke belakang sedangkan Bwe-Hoa-Cat tak bergeming. Ternyata dalam adu tenaga dalam siau-Erl masih kalah setingkat dari pemuda ini. Bwe-Hoa-Cat dengan cerdik melancarka pukulan-pukulan yang disertai tenaga yang kuat mengarah ke bagian-bagian tubuh yang berbahaya. Cukup kewalahan siau-Erl melayani strategi Bwe-Hoa-Cat, ia menyadari kalah tenaga dan tidak boleh dibiarkan berlarut-larut kalau tidak mau tertawan. Kebetulan perahu mereka sudah mendekati tepian, tiba-tiba ia melompat menghindar dengan gerakan lee-hie-tha-teng (ikan gabus melentik) ke arah tepian dan mendarat dengan mulus di tanah.

Begitu tiba di tanah ia segera mengembangkan ginkangnya melarikan diri ke dalam hutan, di ikuti dengan ketat oleh Bwe-Hoa-Cat yang tidak mau kehilangan korbannya yang sudah di depan mata.
Ilmu meringankan tubuh mereka sama-sama lihai namun karena hatinya gugup dan keadaan yang gelap serta keadaan hutan yang penuh akar di bawah membuat gerakannya sedikit lambat dan dapat di susul Bwe-Hoa-Cat.

Mereka terus bertempur dengan seru, sekarang jelas kelihatan keunggulan Bwe-Hoa-Cat atas siau-Erl.
Makin gelap cuaca tanda malam tiba, makin indah di situ. Bulan muncul dengan cahayanya yang gilang gemilang, langit bersih tak tampak sedikitpun awan, permukaan air telaga bermandikan cahaya bulan, seakan-akan terbakar menjadi emas, berkilauan. Angin bersilir membuat air emas itu berombak sedikit dan bunga-bunga teratai yang berkelompok disana-sini mulailah menari-nari menggoyang-goyangkan pinggang ke kanan kiri.

Bagaikan kucing yang mempermainkan tikus buruannya, Bwe-Hoa-Cat sesekali berhasil mencolek buah dada siau-Erl yang membusung di balik pakaiannya bahkan dengan gerakan yang indah ia mampu mengusap bokong siau-Erl.

Sambil menggigit bibirnya dengan gemas siau-Erl memperhebat serangannya namun tetap tak berhasil menyentuh tubuh Bwe-Hoa-Cat. Suatu ketika dengan gerakan yang tak terduga-duga, Bwe-Hoa-Cat berhasil menutuk jalan darah siau-Erl hingga roboh ke tanah.

Sambil cengar-cengir ia menghampiri tubuh siau-Erl yang roboh terbaring di tanah. Perlahan- lahan ia mengusap-usap pipi merah siau-Erl lalu menciumnya dengan mesra. Siau-Erl memejamkan matanya berusaha mematikan rasa, ia sadar apa yang akan menimpanya namun dengan tabah menghadapinya sambil mengerahkan tenaga dalam berusaha membuyarkan tutukan Bwe-Hoa-Cat.

Direngutnya seluruh baju yang dipakai siau-Erl memperlihatkan tubuh mulus seorang gadis yang sedang mekar-mekarnya.
Bwe-Hoa-Cat mencium tanpa henti di dahi, bibir, pipi dan leher siau-Erl yang jenjang, tangannya mengusap-ngusap buah dada siau-Erl yang bulat itu perlahan-lahan. Jejarinya mencari-cari puting siau-erl. puting siau-erl yang kecil itu dipicit-picitnya perlahan hingga kedua-duanya tegak, seolah-olah bunga yang kembang mekar. gairahnya makin menyala. kedua buah dada siau-erl yang menegang itu kelihatan indah dalam cahaya yang samar-samar.

Ia pun terus meremas-remasnya,... ia pun tak tahan.... terus ia melekapkan bibirnya di puting kanan siau-erl...aduhhh sedapppnyaaaa.... ditarik-tariknya puting siau-erl perlahan-lahan dengan bibirnya. kemudian dijilat-jilatnya sekeliling puting siau-erl. Seterusnya ia isap dan gigit. kanan dan kiri puting siau-erl, ia isap, sedut sepuas-puas hatinya. siau-erl mengerang kesakitan...kejantanannya tegangg dan kerass... perlahan-lahan ia meletakkan senjatanya di hadapan gerbang kewanitaan siau-erl, siap untuk menerobosnya...namun....

Tiba-tiba terdengar kesiur angin pukulan mengarah punggungnya, walau pun saat itu ia sedang asyik-asyiknya namun reaksinya masih berjalan. Dengan cepat ia berguling-guling menghindari serangan tersebut lalu melompat berdiri menghadapi penyerangnya.

Tampak olehnya si penyerang adalah seorang pemuda dengan wajah jijik sedang menatapnya dengan mata melotot. Di belakang pemuda itu tampak tiga orang menyertainya. Mereka adalah Bai Mu An, Sun Kai Shek dan bawahannya.

Setelah berputar-putar sekian lama akhirnya mereka melihat sebuah perahu kosong terombang-ambing di tepi danau. Dengan cepat mereka mengarahkan perahu ke tepian dan memeriksa perahu tersebut.
Bawahan Sun Kai Shek adalah seorang ahli pemburu penjahat yang memiliki penciuman yang sangat tajam, sering kali berkat penciumannya ia berhasil memecahkan kasus-kasus kejahatan yag membingungkan pihak pemerintah. Sambil mengendus-endus perahu tersebut ia memberitahu atasannya bau harum bunga bwe yang berhasil ia cium dari tempat duduk di perahu tersebut.
"Tidak salah lagi, berarti pemuda tersebut pastilah Bwe-Hoa-Cat Li Kun Liong, mungkin tidak jauh dari ini ia sedang memperkosa korbannya" kata Lu Gan dengan geram sambil mendahului masuk ke dalam hutan untuk mencari jejak Bwe-Hoa-Cat.

Demikianlah mereka datang pada waktu yang tepat sebelum siau-Erl ternoda lebih jauh. Sambil melenggos menghindari pemandangan yang mengiurkan, Bai Mu An membebaskan tutukan siau- Erl kecil. Dengan cepat siau-Erl kecil meraih pakaiannya yang berserakan dan menutupi tubuhnya yang telanjang.
"Di..a adalah Bwe-Hoa-Cat yang asli" katanya dengan gagap, lega terbebas dari hinaan si Bwe- Hoa-Cat.
"Ap..a, berarti Li Kun Liong bukanlah Bwe-Hoa-Cat" kata Lu gan sambil mengerutkan keningnya.
"Benar, ia sendiri yang mengaku tadi bahkan aku berhasil mengambil senjata rahasia bunga bwenya" kata siau-Erl sambil memperlihatkan beberapa senjata rahasia berbentuk bunga bwe.

Rupanya saat mereka bertanding, siau-Erl memperlihatkan kelihaiannya dalam mencopet dengan mengambil senjata rahasia bunga bwe yang berada di saku baju Bwe-Hoa-Cat.
Dengan wajah kaget mereka memeriksa senjata rahasia tersebut.
"Memang benar ini adalah senjata rahasia yang biasa digunakan Bwe-Hoa-Cat" kata bawahan Sun Kai Shek.

Mereka berempat lalu mengurung Bwe-Hoa-Cat sedangkan siau-Erl berlindung di balik pohon mengenakan pakaiannya kembali.
Ketika ia kembali, pertempuran telah di mulai. Dikerubuti empat jago kosen dunia persilatan, Bwe-Hoa-Cat memperlihatkan kelihaiannya, ia mengelak ke sana kemari sambil sesekali melancarkan serangan balasan. Namun yang mengeroyoknya kali ini adalah jago-jago persilatan kelas satu, masing-masing tidak kalah hebatnya bila bertanding satu persatu. Setelah beberapa puluh jurus berlalu, Bwe-Hoa-Cat mulai keteteran. Beberapa kali ia harus berjibaku menghindarkan serangan-serangan ke empat pengeroyoknya, bahkan pundak kirinya sudah terserempet pedang Bai Mu An, juga paha kirinya tertusuk pedang Sun Kai Shek. Ia makin memperhebat pertahanannya sambil seolah-olah hendak melancarkan serangan mati-matian namun dengan gerakan yang tak terduga-dua, tangan kirinya melemparkan sesuatu ke tanah dan mengeluarkan suara keras disertai asap tebal mengepul ke udara, menghalangi penglihatan. Mereka berempat serempak mundur menghindari kabut asap tersebut, takut asap itu megandung racun.

Begitu asap tebal mulai menghilang tersapu angin malam, Bwe-Hoa-Cat telah menghilang di kegelapan hutan.
"Sayang ia berhasil lolos!" kata siau-Erl gemas.
"Jangan khawatir nona, kali ini kami sudah mengetahui wajahnya yang sebenarnya. Begitu kembali ke kotaa, akan saya suruh pelukis untuk membuat sketsa wajah Bwe-Hoa-Cat dan menyebarkannya ke seluruh kota-kota kerajaan, tanggung ia tidak akan berani melakukan aksinya lagi. Lohu rasa tidak berapa lama lagi ia pasti tertangkap" kata Tong-leng (pemimpin Gie-lim-kun) – Sun Kai Shek yakin.

Mereka lalu kembali ke perahu dan kembali ke kota Gui-Yang.
Dengan cepat berita bahwa Bwe-Hoa-Cat yang asli adalah bernama Yap Fei, bukan Li Kun Liong, menguncangkan sungai telaga sekali lagi. Namun Bwe-Hoa-Cat asli ini tidak kalah lihai dengan Li Kun Liong, ia mampu lolos dari kerubutan jago-jago kelas wahid seperti kepala Gie-Lim- Kun, Si pedang kilat Bai Mu An dan Lu Gan.
Siau-Erl melanjutkan perjalanannya mencari pujaan hatinya Li Kun Liong.

Kicauan burung memecah hening..
mencari rezeki di pagi hari..
berterbangan ke sana ke mari..
berkicau riang suka hati..
mengapa aku merintih begini..
bagai tak upaya mencari diri..
berkurung dalam lingkungan..
mengharap yang pipih datang melayang..
yang bulat datang menggolek..
kudrat yang ada di sia sia kan..


Dengan wajah tertunduk lesu ia melangkahkan kakinya perlahan-lahan meninggalkan kota Gui- Yang...

16. Epilog
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd