Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Perjuanganku Menaklukkan Ketakutan

CHAPTER XII: SELANGKAH LEBIH MAJU
Hari-hariku ku lewati dengan normal seperti mahasiswa pada umumnya. Setelah pertemuan dengan Mbak Tika, aku jadi lebih semangat untuk segera menuntaskan skripsiku ini yang menjadi salah satu penghalang hubunganku dengan Dita.

Walau hati masih sedikit sakit, tapi aku masih berharap bisa kembali berhubungan dengan Dita. Merskipun banyak yang menasehatiku untuk melupakannya. Aku mendengar kabar bahwa Dita, sudah mulai masuk kuliah, dia masuk pada sore hari karena pagi sampai siang dia bekerja paruh waktu menjadi pengajar di kampus kecil.

Aku beberapa kalimenerima SMS darinya, dan pesan di FB juga. Dia selalu bilang kangen kepadaku. Aku selalu membalasnya dengan nada dingin. Ya aku sudah tidak terlalu mengharapkannya jadi seadanya saja.

Sore itu, malam minggu aku paksakan untuk ke rumah pak Asrul, melakukan bimbingan seperti biasa. Berbekal setumpuk revisian skripsi, aku beranikan untuk berkonsultasi dengan Pak Asrul. Aku yakin ini sudah saatnya, karena sudah selesai semua sampai Bab terakhir.
Rumah Pak Arul berada di sebelah selatan Jogja, dekat dengan Stadion kandang Sepakbola Sleman. Perumahan sederhana yang aku lihat memang banyak dosen tinggal disitu.

Aku memakirkan sepeda motorku di dekat pintu gerbang rumahnya. Sepintas kulihat diperempatan ada Mobil Jazz, milik pacarnya Mbak Tika. Jika memang benar, pasti Mbak Tika sedang di dalam mengantri.

Aku mulai masuk, dan ternyata benar, Mbak Tika ada di urutan ketiga mahasiswa yang bimbingan saat itu.

“eh Mbak Tika, keduluan nih.. udah lama mbak?” tanyaku ke Mbak Tika yang langsung dilirik olrh mahasiswa lain, yang pastinya penuh tanya kenapa aku bisa akrab dengan Mbak Tika.

Urutan pertama ada Mas Eko, mahasiswa angkatan paling tua, yang sudah diujung DO, disusul oleh Mbak Rani, mahasiswa seangkatan Mbak tika namun beda kelas, dan terkenal sebagai seorang yang pendiam. Dengan Jilban yang menjuntai sampai bawah.

“Iya, aku buru-buru sih, maklum kan malam minggu, jadi sebelum kencan, bimbingan dulu, sekaligus nyenening pacar.” Mbak Tika menjawab seraya mengankat kedua alisnya.

“ooohh.. gitu, iyaa deeeeh yang punya pacar. Itu pacarmu nunggu di mobil apa gimana?”

“Kok ga diajak aja kesini, kasian tau suruh nungguin di mobil” Aku menjawab sambil sedikit menengok ke arah mobil Jazz yang terparkir di seberang. Yang aku perhatikan, tidak ada orang di dalam mobil itu.

“dia lagi keluar kayanya, ngopi di warkop depan perumahan.. ga di mobil kok.. tenang aja. Aku pacar yang manusiawi. Hahahahaha” Mbak Tika langsung terdiam, tahu bahwa Pak Asrul baru saja membuka pintu, tanda bahwa bimbingan bisa dimulai.

Mahasiswa pertama Mas Eko, mulai bimbingan. Kami memang berada dalam satu ruangan. Jadi , mendengar semua apa yang dikatakan Pak Asrul terhadap mahasiswanya.

Mas Eko harus kembali lagi revisi karena banyak kalimat yang salah dalam penulisan. Dia keluar ruangan dengan muka yang lesu, berpapasan dengan beberapa temannya sengkatan yang mulai datang.

Mahasiswa kedua, Mbak Rani pun mulai bimbingan, pada akhir bimbingannya Mbak Rani juga harus revisi kembali. Memang sangat sulit di jurusanku ini untuk lulus. 5 tahun kuliah itu adalah waktu yang paling cepat untuk lulus. Kalau ada yang 4 atau 4,5 tahun sudah lulus, pasti mahasiswa diatas rata-rata otaknya.

Selanjutnya giliran Mbak Tika yang bimbingan.

“Kalian kan yang skripsinya sama ya?”

“Sini sekalian berdua barengan, biar ga dua kali saya kerja”

Pak Asrul berujar untuk sekaligus memeriksa kerjaan kami berdua. Maklum saja sudah banyak yang antri di belakang. Biar cepat selesai.
“Baik pak, biar sekalian aja ya pak.” Aku menjawab dan mendekati Mbak Tika dduduknya.

Kami berasa seperti dua orang sejoli yang sedang diajari oleh orang tua dalam memadu kasih. Aku dan Mbak Tika sangat dekat duduknya. Harum wangi rambutnya tercium wangi.

Aku melihat wajah Pak Asrul yang manggut-manggut, membaca skripsiku, dan kadang mengerutkan dahi saat membaca skripsi Mbak Tika. Entah apa yang dipikirkannya. Penuh tanda tanya. Mudah-mudahan sesuatu yang bagus.

“Jadi ini kalau saya lihat memang punya Tika masih perlu banyak perbaikan, terutama di pembahasan. Kamu harus lebih rinci dalam menjelaskan ya Tika.”

“Untuk kamu Alan, setelah ini kamu ke pembimbing dua ya, kalau udah setelah itu langsung Sidang aja”

Pak Asrul memberikan kalimat terakhir bagi kami. Yang pada saat itu langsung bergembira hatiku. Skripsi yang selama ini aku kerjakan tidak sia-sia. Ke Pembinbing dua artinya adalah aku hanya perlu membetulan kosa-kata yang ada dalam skripsi. Untuk urusan substansi, sudah tidak ada revisi lagi.

Kata-kata Pak Asrul itu juga mengagetkan mahasiswa lain yang ada termasuk Mbak Tika. Kaget karena aku, mahasiswa yang dibawah mereka sudah selangkah lebih dekat ke wisuda daripada mereka.

“Terima kasih banyak pak.. nanti saya langsung ke Pak Abdul,” Saya menjawab Pak Asrul, sambil menyalaminya dan pamit.
Begitu juga dengan Mbak Tika.

“kamu kok pinter sih Alan, sudah lanjut aja, aku ditinggalin nih..” Mbak Tika Menggerutu, mengernyitkan dahinya manja.
Memang kalau sudah kepalang cantik, pose apapun juga cantik.

“hehehehehe... tenang aja mbak, nanti bisa aku bantu kok..”

“tuh Mas nya sudah nungguin, sana malem mingguan”

Aku berkata seolah menyuruhnya segera pergi dengan pacarnya. Padahal dalam hati, pengen banget menghabiskan waktu malam minggu lebih lama dengan Mbak Tika.

Mbak Tika pamit, menyalamiku, dan melambaikan tangan. Begitu juga dengan pacarnya, dia melambaikan tangan.

Aku ingin bergegas untuk pulang memberitahu keluarga tentang apa kemajuan yang telah kuraih malam itu.

Tak lama, ada SMS masuk, yang kutahu adalah Dita.

Selamat ya Alan, semangat ngejar skripsinya. Love you.

Aku langsung membalasnya,

Makasih, pasti tau kabar dari Mas Andi, aku ke kosanmu sekarang.

Aku langsung tembak dia tentang kenapa dia tahu keberhasilanku melewati pembimbing satu, Mas Andi pasti kasih kabar ke Dita. Aku tahu karena Mas Andi adlah anggota Ekstrakulikuler Debat, sama seperti Dita yang dulu ikutan.

Aku putuskan untuk ke kosan Dita selain untuk memberikan kabar baik, aku juga kangen sama Dita. Atau juga bisa kangen akan hangat jepitan vaginanya. Aku sudah lama sekali tidak bercinta. SMS dari Dita itu merupakan sebuah kode untuk melampiaskannya

Aku menuju kosan yang sama, dan ketemu dengan penjaga yang sama. Waktu itu penjaga langung mempersilakan masuk, tanpa basa basi. Mungkin dia sudah tau apa yang akan aku lakukan di dalam kamar.

Aku ketuk pintu kosan Dita, berwarna pink, warna yang sudah berubah dari sebelumnya yang berwarna putih biasa. Ternyata sudah ada sedikit renovasi.

Dita membukakan pintu kamar. Dia hanya memakai setelah tanktop dan CD. Waktu sudah malam memang jadi Dita pasti memakai setelan pakaian itu.

Dan tanktopnya tanpa dilapisi bra. Sehingga terlihat jelas tonjolan payudara Dita yang sudah lama tak kusentuh.

“hallo Dita, gimana kabarnya..” Aku memulai pembicaraan, sambil memegang tangannya. Menatap matanya.

“baik Alan, kamu gimana... aku dengar kamu sudah lanjut ke pembimbing dua. Aku senang mendengarnya. Itu perkembangan yang cukup baik.”

Dita tersenyum lalu memelukku erat.

“Aku masih sayang sama kamu Alan, aku mau balikan sama kamu” Dia memeluk erat tubuhku.

Dia kemudian menciumku, melumat bibirku.

Aku tak sempat membalas perkataannya, lumatan bibirnya menghalangiku untuk berkta sepatah katapun. Dia memegang kepalaku, kemudian perlahan membuka bajuku,

Tanganku pun perlahan meraba bagian pantatnya, memerasnya, bergantian dengan meremas payudara Dita. Desahannya membuatku semakin bernafsu.

Pintu kamar langsung ditutup rapat, kami berciuman lama, berbaring di kasur, yang empuk. Tanganku melucuti semua pakaiannya. Tanktop hitam yang membalut tubuh Dita aku lepas.

Payudara Dita yang merekah aku remas, kemudian aku jilatin dengan gigitan sedikit.

“aaaacchhh” Dita mengerang kesakitan. Kesakitan yang berbeda tipis dengan keenakan.
Erangan itu membuatku bernafsu.

Kami pun bertelanjang berdua. Penisku kemudian dilahap Dita, dihisap habis. Dita seolah kesetanan, seperti seorang wanita yang sudah bertahun tidak bercinta.

Aku tak kuasa, aku rebahkan Dita di kasur. Ku mulei memasukkan penisku di vagina Dita yang sudah becek. Enak sekali rasanya. Hangat.
“aaaachhhh enaak, sayang.... genjot terusss... aaahhh....” Dita mendesah. Desahannya sedikit tertahan karena takut tetangga kos mendengar.

Aku pun mulai menggenjot perlahan... kemudian aku tingkatkan kecepatan... lebih cepat lagi..

Tangan Dita mencengkerap pundakku, mencakarnya... Matanya merem dan melek keenakan.

Aku genjot terus, dan tak lama kemudian kami klimaks hampir bersamaan.. Dita klimaks duluan. Sedangkan aku klimaks dan ku keluarkan spermaku di perutnya..

Kami pun menikmati malam itu. Aku sudah lama sekali tidak menikmati hangatnya tubuh wanita.

Walaupun Dita sudah bukan lagi pacarku, tapi bercinta dengan Dita masih tetap enak bagiku.

Kami berpelukan, menikmati hangatnya tubuh yang berpeluh. Aku sudah tidak peduli dengan apa yang ada di luaran sana.

Biasanya Penjaga Kos mengetok pintu bila tahu ada cowok yang menginap di kamar wanita. Tapi saat itu tak ada. Aku pun terlelap, tidur bersama Dita malam itu hingga pagi menjelang.

Bersambung...
 
Perjuangan Alan ke mbak Tika berat juga Ya .. btw pacar mbak Tika setia juga , selalu mengintili mbak Tika , apa karena servisan mbak Tika yang yahut ...

Mudahan mudahan aja servis pacar mbak Tika gak ok jadi Tika bisa berpaling ..
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Bimabet
Gila si Dita ngak lupa rasanya di entot sama si Alan. Udah di putusin tapi ngarap si Alan utk balik lagi.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd