Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Mesum Akhwat Tuti dan Nia

Status
Please reply by conversation.
Episode 3 : Rangsangan Awal

Tersi dan Prakni lalu menyergap Tuti dari belakang begitu membelakangi mereka saat ia keluar dari pintu dapur. Kedua remaja itu langsung membagi tugas. Prakni langsung mengambil dan mengunci kedua tangan Tuti dengan kedua tangan kekarnya ke belakang. Sontak saja Tuti kaget. Ia ingin berteriak. Namun, itu tidak bisa. Karena tangan kanan Tersi langsung membekapnya dengan sapu tangan di tangan kanannya. Jadi, hanya gumaman tertahan saja yang keluar dari mulutnya.

"Hmmpph... Mmpphh..."

Namun, Tuti tidak hilang akal. Ia menggerakan tubuhnya sekuat tenaga tanda memberontak agar bisa melepaskan diri dari kedua remaja tanggung itu. Tapi, cengkraman Prakni menguat di belakang Tuti. Ditambah lagi dengan bekapan Tersi yang menguat membungkam mulutnya. Tuti tak hilang ide. Ia segera mengayunkan kaki kanannya untuk menendang Tersi di depannya. Namun, sia-sia saja karena Tersi keburu menghindar ke samping sambil tetap membungkam mulut Tuti. Prakni yang melihat hal itu lalu menginjak kaki kiri Tuti yang masih bertumpu sebagai pijakan.

"Mmpphh.. Eewwhh..." gumam Tuti kesakitan yang kaki kirinya diinjak.

Tak mau kalah, Tersi lalu mengeluarkan pisau lipat dan langsung membukanya seraya mengacungkannya ke arah Tuti. Mata pisau yang berkilat itu seketika membuat pucat wajah Tuti. Akhwat itu mendadak beku tubuhnya karena ketakutan.

"Kalau Mbak Tuti macam-macam atau ngelawan lagi sama kami, tahu sendiri akibatnya nanti." ancam Tersi dengan senyum liciknya.

"Ya, Mbak turuti apa mau kami dengan sukarela atau kami paksa dengan kekerasan. Mengerti?", desak Prakni memperkeras pegangannya pada kedua tangan Tuti dan injakannya pada sebelah kaki Tuti. Sementara itu, pisau lipat Tersi semakin mendekati wajahnya.

Tuti yang menahan sakit dan ketakutan langsung menganggukan kepala lemah tanda setuju. Melihat hal itu membuat Tersi dan Prakni gembira sambil tertawa penuh kemenangan. Tersi lalu melepaskan bekapannya dari mulut Tuti. Tangannya lalu merogoh ponsel smart phone dari saku kanannya sementara tangan kirinya masih mengancam Tuti dengan pisau lipatnya. Prakni sudah melepaskan kunciannya pada kedua tangan Tuti dan injakannya pada sebelah kakinya. Namun, kedua tangannya merangkul erat perut Tuti sedangkan kedua kakinya memgunci kedua kaki Tuti dari belakang.

"Ah.", jerit Tuti perlahan diperlakukan seperti itu oleh Prakni. Namun ia sekarang hanya bisa pasrah.

"Ayo, sekarang Mbak Tuti coba tonton video ini. Bisa tahan, gak?" tantang Tersi lalu menyentuh tombol sensor sentuh.

Video masturbasi dan lesbian Tuti dan Nia kemarin di pom bensin pun diputar. Tuti terkejut melihat dan menontonnya. Namun, mendadak birahinya kembali naik. Kedua payudara dan putingnya mulai mengeras dan memeknya pun mulai terasa ngilu.

"Aakkhh.", jerit Tuti perlahan tanda kaget. Rupanya kedua tangan Prakni dari belakang mulai berpindah ke tempat yang berbeda. Tangan kanannya mulai mengelus memek Tuti yang masih tertutup rok panjangnya. Sementara tangan kirinya mulai membelai lembut payudara kiri Tuti yang masih tertutup jilbab lebar dan jubah longgar.

"Hmmm.. Aahhh.. Uuhhh..." desis Tuti menikmati.

Semakin lama, gerakan lembut Prakni mulai berubah jadi makin keras dan dalam serta bergantian antara kedua payudara dan memek serta anus Tuti yang juga sedang menonton video pornonya. Itu membuatnya makin horny.

"Aauwwhh.. Eekkhhhh... Uuwwahhh." desah Tuti binal menikmati dengan mata merem melek.

Saat video itu selesai, Tersi memasukkan smartphone nya lagi ke dalam saku celananya, lalu kembali mengancam Tuti.

"Jadi, kalau Mbak Tuti berontak atau gak mau nurut, video ini akan kami sebarkan ke dunia maya. Patuhi saja apa mau kami. Oke?", ancam Tersi pedas.

"Iiyyaa, Bang. Oowhh..", angguk Tuti lemah dan keenakan karena masih diraba dan diremas oleh Prakni di belakangnya.

"Eh, ayo, Ter. Kita telanjangin Mbak Tuti.", ajak Prakni mesum dan merasa Tuti makin mendekati klimaksnya. Terlihat dari kedua putingnya dan memeknya yang lembab akan mengeluarkan cairan.

"Dengan senang hati, Prak." sambut Tersi ngeres.

Tersi dan Prakni lalu berbagi tugas. Dengan sigap Tersi lalu menyampirkan jilbab lebar Tuti ke samping dan dijuntaikannya ke belakang punggungnya. Sambil terus mendekati badan Tuti, Tersi lalu membuka resleting jubah itu di bagian belakang. Setelah jubah itu melorot, tampaklah dua buah dada besar berukuran 38 B yang masih tertutup bra krem. Dilepaskannya pula pengait bra di bagian belakang dan bra pun terlepas ke bawah. Kini, dua bukit kembar telanjang mirip melon terpampang di hadapan Tersi. Wajahnya tertegun dan matanya tak berkedip menatap mesum ke arahnya.

Sementara itu, Prakni yang sedang berjongkok berhasil membuka resleting rok panjang Tuti dan memelorotkannya setelah sebelumnya dia menarik paksa jubah itu hingga ke bawah. Tampaklah memek Tuti yang cembung dan terlindung celana dalam pink. Diloloskannya penutup terakhir itu dari sana. Terpampanglah memek Tuti dengan rambut jembut cukup lebat. Melihat itu membuat Prakni semakin terangsang nafsunya.

"Wah, kayaknya gue mau makan melon kuning kembar yang montok gedenya, Prak.", seru Tersi kesenangan.

"Wih, gue juga sepertinya mau lahap kue apem dengan tambahan parutan kelapa item, Ter.", sahut Prakni gembira.

Mendengar kedua perkataan Tersi dan Prakni yang bernada pelecehan verbal itu membuat kedua kuping Tuti panas dan wajahnya menjadi tak suka. Namun, ia hanya bisa pasrah melihat dan mendengar ancaman, ucapan, dan perlakuan kasar kedua remaja bedebah ini. Ia takut akan dikasari lebih besar lagi dan ditambah dengan ancaman disebarluaskannya video porno dirinya dan Nia. Ia hanya bisa tertunduk malu dan menyesal kenapa dia tak waspada sebelumnya akan niat busuk kedua remaja ini. Kini, tubuh hampir telanjangnya yang kuning langsat menjadi santapan empuk bagi kedua remaja ini yang hanya menyisakan jilbab lebar dan kedua kaus kakinya. Rupanya hal itu membuat sensasi gila tersendiri bagi kedua remaja ini.

"Ah, gue mau coba iris-iris dikit nih melon.", kata Tersi tiba-tiba.

"Kalau gue mau cabut rambut-rambut jembut ini.", bilang Prakni mendadak.

Mendengar itu, sontak membuat Tuti terkejut dan memohon pada keduanya.

"Duh, tolong jangan lakukan itu pada saya karena bisa luka dan berdarah, Abang berdua.", seru Tuti terisak sambil menangkupkan kedua tangan di depan dadanya.

"Tenang aja, Mbak. Saya hanya pakai punggung tumpul pisau ini.", hibur Tersi.

"Santai aja, Mbak. Kalau saya cuma cabuti satu-satu rambut jembut. Agar lebih bersih.", redam Prakni.

"Oohh, tapi pelan-pelan aja, ya." ujar Tuti sedikit lega.

"Beres, Mbak." koor Tersi dan Prakni bersamaan.

Tersi lalu mulai 'mengiris' atau tepatnya menekan kuat punggung pisaunya ke kedua payudara montok Tuti. Akibatnya, timbul jejak keputihan bekas tekanannya di daging kembar itu. Bahkan kadang punggung pisau itu ditekankan ke pangkal, tengah, dan puting kecoklatan Tuti yang mirip tangkai coklat kecil buah melon. Sementara itu, Prakni mulai mencabut satu demi satu helai rambut jembut sambil menekan itil Tuti di bawah.

"Hhmm.. Eehh.. Aahh... Aadduuhh... Uuwwhh...", desis Tuti menahan sedikit rasa sakit dan kegelian diperlakukan seperti itu.

Tersi lalu memasukkan pisau yang sudah dilipatnya ke dalam saku celananya. Ia mulai mencium bibir dan memasukkan lidahnya ke dalan mulut Tuti. Akibatnya, lidah mereka berdua saling terkait. Ia juga meremas kedua payudara Tuti sambil sesekali memelintir putingnya. Tuti merasakan sensasi luar biasa saat ketiga titik sensitifnya dikuasai Tersi.

"Mmphh... Ssss.. .Ssllurpp.", bunyi kedua bibir dan lidah Tersi dan Tuti yang beradu.

"Uupphhh.. Nngghh..", desis Tuti tertahan saat kedua toket dan putingnya dipermainkan Tersi.

Prakni pun menjilat-jilat intensif lubang memek Tuti sambil sesekali menggigit itilnya. Dua jari tangannya ia masukkan ke dalam lubang anus Tuti. Cairan cinta yang mulai keluar sedikit demi sedikit pun dijilati dan diminum Prakni.

"Eepphhh.. Iiiggcchh.", desis Tuti menahan sakit dan geli sebab kedua titik sensitifnya (memek dan anus) sudah dikendalikan Prakni. Praktis, kini kelima titik sensitifnya sudah berada di genggaman kekuasaan kedua remaja mesum ini.

Kedua puting Tuti sudah mulai basah oleh sedikit ASI. Tanpa pikir panjang, jari-jari Tersi yang basah karenanya langsung menjauh dan digantikan oleh mulutnya. Dihisapnya jumlah ASI yang sedikit itu oleh mulutnya secara bergantian dengan cepat. Sementara itu, Prakni makin dalam menempelkan mulutnya di dinding memek Tuti untuk meminum cairan cinta yang makin mengucur deras.

"Aahh.. Oohhh.. Sshhh.." desah Tuti antara kesakitan dan kegelian bercampur nikmat karenanya.

Tuti dilecehkan seperti itu selama beberapa menit. Tak terasa, orgasme akan tiba sebentar lagi sementara remasan, hisapan, dan tusukan Tersi dan Prakni semakin kencang di kedua toket, memek, dan anusnya.

"Cccrrrrtttt... Sssrrrttt... Bbbrrrttt...", bunyi ASI, cairan cinta, dan urine Tuti secara bersamaan.

"Aaahhhh...", racau Tuti lega setelah melepaskan orgasmenya.

Akibatnya, banyak cairan cinta itu berhasil diminum Prakni dan kedua jarinya jadi berlumur banyak urine Tuti. Sementara itu, sesaat sebelumnya, kedua tangan Tersi memegang bagian sisi luar toket Tuti dan mengarahkan kedua puting dengan jarak sangat dekat ke arah mulutnya sehingga jumlah lumayan ASI Tuti berhasil diminumnya. Tersi dan Tuti juga heran kenapa bisa muncul ASI. Mungkin karena gairah seks Tuti dan remasan serta puntiran Tersi yang terlalu kuat. Sisa-sisa ASI di kedua puting Tuti dijilat rakus oleh mulut Tersi. Mulut Prakni pun menjilat serakah sisa cairan cinta di memek Tuti. Sisa cairan urine itu pun dilap Prakni dengan celana dalam Tuti di anusnya.

Namun, rupanya, permainan mereka belum selesai. Prakni pun berdiri dan mengambil handuk hijau bertulis rajutan huruf 'Tuti' di jemuran handuk di dekatnya. Ia pun merangkul pundak Tuti sedangkan tangan satunya meremas bergantian kedua payudara Tuti dari samping. Di sisi satunya, Tersi menepuk dan menampar pantat Tuti sambil terkadang menusuk satu dua jarinya ke dalam memek Tuti.

"Ayo, jalan ke kamar mandi, Mbak Tuti! Kami akan bantu memandikanmu." ancam Tersi sengit.

"Dan juga ada plus-plusnya. Cepat jalan!", perintah Prakni keras.

"Iiiyyaa, Bang. Pe..pelan..lan, ya. Aauww. Uuhhh. Eehhmmm.", jawab Tuti parau seraya menahan sakit dan geli karenanya. Tuti pun berjalan sambil berjuang menahan pelecehan yang dilakukan Tersi dan Prakni.

Dengan langkah bergegas, ketiganya melangkah ke kamar mandi. Pakaian gamis longgar, rok panjang, bra, dan celana dalam Tuti hanya dibiarkan tergeletak di lantai bekas pergumulan awal seks mereka tadi. Tersi lalu menutup pintu kamar mandi. Prakni menaruh handuk Tuti di gantungan baju. Keduanya lalu menghentikan pelecehan pada Tuti dan berdiri agak dekat di hadapan Tuti yang menunduk ketakutan. Entah apa yang akan dilakukan kedua remaja itu padanya yang berupa plus-plusnya selain memandikannya dengan cara yang mungkin aneh. Kedua remaja mesum itu hanya tersenyum mesam mesem ke arah Tuti yang hanya melihat lantai kamar mandi. Kedua kontol mereka sudah menegang di balik celana jeans mereka. Lirikan mata Tuti pada kedua benda panjang yang masih tertutup itu membuatnya menelan air ludah ke kerongkongannya. Mungkin sekarang ia akan menikmati kedua kontol itu di beberapa bagian dan lubang-lubang tubuhnya. Ia untuk pertama kali akan merasakan gesekan dan sodokan kontol laki-laki. Bukan hanya satu, tapi dua kontol sekaligus juga hubungan normal namun ilegal antara dua jenis kelamin karena selama ini ia hanya berhubungan lesbi dengan sepupunya, Nia. Antara ketakutan dan penasaran, ia menantikannya. Sementara itu, Nia masih tertidur pulas di dalam kamarnya tanpa tahu apa yang akan terjadi lagi selanjutnya pada sepupunya itu.

...(Bersambung)...

Segini dulu, Agan-agan dan Suhu-suhu sekalian. :D Maaf, bila kepanjangan dan ada kekurangannya juga. :Peace: Selamat membaca. :baca: Mohon masukannya juga. :beer: Terima kasih. :)
Kok tiba2 keluar ASI padahal tuti masih perawan ? Bukannya keluar ASI buat yang udeh punya anak suhu...
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd