Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Petualangan Pasutri

Part 7: Tempat Pijat

Kamis.

Hari ini seperti biasa Tony bangun dengan keadaan berada di rumah sendirian karena istrinya telah pergi bekerja. Dia lalu mulai melakukan aktivitas hariannya seperti biasa. Mandi, sarapan lalu lanjut dengan bekerja.

Pria itu terlihat begitu fokus menatap layar monitor di depannya, sampai dia tidak menyadari bahwa dia sudah duduk terlalu lama dengan posisi duduk yang sama, membuat Tony yang tiba-tiba akhirnya bergerak langsung mengernyit. Punggungnya terasa sangat sakit.

Tony akhirnya memutuskan untuk istirahat sebentar dari pekerjaannya dan menelpon istrinya.

“Halo babe,” sapa Anne ketika mengangkat telepon dari suaminya itu.

“Selamat siang, cantik, gimana harimu sejauh ini?” sapa Tony dengan ramah.

“Sibuk, sibuk banget. Hari ini banyak banget pekerjaan yang disuruh,” ujar Anne dengan nada suara yang terdengar sedikit lelah. “Gimana denganmu?”

“Sama seperti biasa sih. Aku bekerja dari pagi dan sekarang punggungku sakit, jadi aku beristirahat sebentar,” balas Tony memberitahukan bagaimana keadaannya.

Itu mungkin akan terdengar seperti sebuah keluhan, tapi Tony berpikir bahwa setidaknya dia harus memberitahukan hal itu ke istrinya.

“Kenapa sore ini kau tidak istirahat saja, babe?” tanya Anne dengan khawatir. “Lalu kau mungkin bisa pergi ke tempat pijat untuk memijat punggungmu,” lanjutnya memberikan sebuah saran.

“Uhh… Entahlah, aku benar-benar tidak suka jika orang asing menyentuh tubuhku,” balas Tony dengan tidak yakin.

Meskipun dia memiliki fantasi seksual sampai ke arah pria lain harus menyentuh tubuh istrinya, tapi Tony sendiri tidak terlalu suka ketika orang yang tidak dikenalnya menyentuh tubuhnya sendiri. Itu sebabnya, selama bersama dengan Anne, Tony tidak pernah sekalipun selingkuh atau sekedar main dengan wanita lain.

“Itu akan membantumu untuk merilekskan punggungmu!” ujar Anne dengan nada suara sedikit meninggi yang terdengar seperti sebuah omelan.

“Aku tahu, kau benar,” balas Tony yang terdengar ogah-ogahan. “Lihat nanti deh, mungkin aku akan pergi,” lanjutnya.

“Ok, tapi pikirkan baik-baik ya, sebelum punggungmu lebih sakit,” ujar Anne dengan lembut. “Ah, ngomong-ngomong aku harus pergi. I love you babe.”

“Love you too, baby.”

Setelah mengatakan itu, panggilan telepon suami istri itu langsung berakhir membuat Tony menghela napasnya.

Pada akhirnya, Tony memutuskan untuk berdiri, melakukan sedikit peregangan dengan wajah berdenyit karena sakit, dan akhirnya memutuskan untuk keluar dari ruangan kerjanya dan tiduran di sofa yang berada di ruang tamu.

Dia berharap, dengan sedikit rebahan membuat punggungnya bisa menjadi lebih baik.

“Sial! Punggungku sakit banget!” maki Tony ketika merasakan bahwa rebahan tidak membuat punggungnya terasa lebih baik.

Tony akhirnya berdiri dan memutuskan untuk keluar. Sepertinya dia memang harus mengikuti saran istrinya untuk pergi ke tempat pijat karena punggungnya terasa begitu sakit.

Setelah masuk ke dalam mobilnya, Tony lalu mengeluarkan handphonenya dan mencari tempat pijat terdekat sambil menahan rasa sakit, dan akhirnya mengikuti petunjuk arah setelah menemukan sebuah tempat pijat yang tidak terlalu jauh dari rumahnya.

Begitu masuk di tempat pijat itu, seorang resepsionis langsung menyambut Tony.

“Selamat sore, ada yang bisa dibantu?” tanya wanita dengan ramah.

Wanita itu berkulit gelap dengan rambut keriting dengan ukuran dada 38d. Dia memakai sebuah blazer berwarna abu-abu tapi tidak memakai dalaman apa-apa lagi, membuat Tony bisa melihat belahan dadanya yang terlihat begitu menggoda.

“Ah, punggungku hari ini terasa sakit banget dan aku ingin itu untuk dipijit jika itu memungkinkan,” ujar Tony yang sedikit salah tingkah.

Ini adalah pertama kalinya datang ke tempat seperti ini, dan sejujurnya Tony merasa benar-benar canggung. Apalagi ketika dia disambut oleh resepsionis yang begitu seksi seperti wanita di depannya.

“Kami tentu bisa membantumu dengan itu,” ujar wanita itu dengan ramah. “Oh iya, kebetulan minggu ini tempat kami ada promo di mana kau bisa mendapatkan pijatan full body selama satu jam dengan hanya membayar setengah harga saja,” lanjut wanita itu sambil menunjukkan paket promo mereka.

“Oh? Sepertinya aku akan benar-benar bodoh jika tidak mau mengambil promo itu,” ujar Tony yang sedikit tertarik ketika mendengar soal promo itu.

“Iya kan? Kalau begitu ayo ikut aku, aku akan menunjukkan ruang pijatnya,” balas wanita itu masih dengan ramah.

Tidak lama kemudian Tony masuk ke salah satu ruangan yang berada di belakang. Ruangan itu terlihat cukup nyaman dengan satu buah tempat tidur panjang yang berada di tengah-tengahnya yang merupakan meja pijitannya.

“Tunggu sebentar di sini ya. Nanti akan sama Fernanda,” ujar wanita itu dengan ramah sambil tersenyum.

Tony mengangguk dan membalas senyuman wanita itu sebelum ekspresi wajahnya langsung berubah sedikit panik.

“Oh shit! Aku tidak menyadari bahwa wanita yang akan memijitku. Kuharap bahwa dia memiliki kekuatan yang cukup untuk memijat punggungku,” pikir Tony yang sama sekali tidak menyadari akan hal ini.

Dia pikir, karena dia adalah seorang laki-laki, maka sudah sewajarnya jika terapis laki-laki juga yang akan memijitnya, tapi begitu mendengar nama Fernanda, Tony langsung tahu bahwa itu adalah nama seorang wanita.

Kecuali dia adalah laki-laki yang mengubah namanya menjadi Fernanda.

Tapi Tony yakin bahwa author tidak akan mengubah ceritanya menjadi ke arah sana.

Ketika Tony sedang melihat-lihat ruangan pijat itu, pintu ruangan itu tiba-tiba kembali terbuka dan seorang wanita masuk ke dalamnya.

“Halo,” sapa Fernanda sambil tersenyum.

Fernanda adalah seorang wanita berusia 30-an dengan tinggi 170cm dengan kulit kecoklatan. Saat ini dia memakai celana berwarna putih dan sebuah kemeja berwarna abu-abu dengan ketiga kancingnya sengaja dibuka, membuat belahan dadanya itu terlihat dengan jelas.

“Holy shit! Dia seksi!” maki Tony dalam hati ketika melihat penampilan wanita itu. Tatapan matanya secara refleks tertuju pada belahan dada yang tampak malu-malu dan terlihat jelas sekali tidak memakai bra.

Ukuran dada Fernanda tidak sebesar ukuran resepsionis tadi di depan, tapi itu terlihat sedikit lebih besar dari Anne. Wajahnya juga terlihat lumayan dan tidak jelek-jelek sekali.

“Oh em… halo. Aku Tony, kau Fernanda ya?” tanya Tony yang sedikit terbata-bata karena canggung.

“Iya. Aku dengar kau telah memilih promo mingguan spesial untuk pijatan satu jam?” tanya Fernanda masih dengan ramah untuk memastikan.

Tony mengangguk. “Iya, tapi kalau bisa tolong lebih khusus pijit bagian punggungku ya. Aku benar-benar kesakitan,” ujar Tony sambil mengernyit.

“Tidak masalah. Aku akan mengurusmu dengan baik, Tony” ujar Fernanda dengan senyuman manisnya. Tatapan matanya terlihat sedikit menggoda.

“Yeah, aku yakin kau akan mengurusku dengan baik,” pikir Tony yang benar-benar tidak mengira bahwa akan ada wanita seseksi Fernanda di tempat pijit seperti ini

“Iya, mohon bantuannya,” ujar Tony singkat.

“Kalau gitu, tolong lepaskan pakaianmu dan naik ke meja pijit sementara aku akan membuat ruangannya menjadi remang-remang dan mengambilkan minyaknya,” ujar Fernanda yang langsung berbalik untuk melakukan pekerjaannya.

“Baik!” jawab Tony lalu mulai melepaskan kaos dan celana panjangnya, membuatnya kini hanya memakai boxer. Namun, ekspresi wajah Tony tiba-tiba berubah menjadi ragu.

“Apa aku harus melepaskan boxerku juga?” tanya Tony yang terlihat tidak yakin. Ini adalah pertama kalinya dia datang ke tempat pijat, dan dia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

“Senyamanmu saja,” balas Fernanda yang masih membelakangi Tony untuk mengambil minyak yang berada di salah satu rak yang berada di sana.

Mata Tony secara refleks langsung tertuju pada bokong Fernanda yang terlihat jelas dan nampak akibat memakai celana putih.

“Holy shit! Dia memiliki pantat yang luar biasa! Kayaknya aku pakai boxerku saja deh. Aku yakin aku bakal ngaceng ketika dia mulai menyentuhku,” pikir Tony lalu langsung tengkurap di meja pijat itu sebelum sesuatu dibalik boxernya itu bangun dan membuat situasinya menjadi canggung.

Setelah beberapa saat, ruangan yang tadinya terang oleh cahaya lampu kini mulai menjadi remang-remang, dan samar-samar Tony juga bisa mencium aroma therapy yang membuatnya menjadi lebih rileks.

“Kau sudah siap?” tanya Fernanda yang sudah siap dengan minyak dan alat tempur lainnya.

“Iya, tolong pijat punggungku dulu ya,” ujar Tony yang memang sengaja tengkurap.

Fernanda mengangguk dan kedua tangannya menyentuh punggung Tony yang lebar itu. Kedua tangannya tampak mulai bergerak dengan lihai dan sesekali Fernanda menanyakan apakah dia harus memberikan tekanan lebih atau sudah cukup.

Tony yang tadinya sedikit skeptis dengan Fernanda, perlahan-lahan mulai terlihat nyaman dan menyukai sentuhan tangan wanita itu. Apalagi Fernanda sepertiya benar-benar tahu bagaimana mengatasi punggungnya.

“Bagaimana perasaanmu?” tanya Fernanda ketika sudah sekitar 30 menit dia memberikan pijatan pada punggung pria itu.

“Kau benar-benar luar biasa! Punggungku terasa lebih baik sekarang!” puji Tony yang masih tengkurap.

“Baguslah. Kau tadi terasa begitu tegang awalnya, tapi sekarang kau menjadi lebih rileks.”

“Ya, aku merasa lebih rileks,” jawab Tony jujur.

“Kalau begitu, sekarang aku akan memijat kakimu,” ujar Fernanda memberitahukan. Bagaimana pun, Tony mengambil paket untuk pijat full body, jadi dia tidak hanya bisa memijat bagian punggungnya saja.

“Baik.”

Setelah mendengar persetujuan Tony, Fernanda langsung memijit bagian belakang kaki Tony. Dia memijit kedua kaki itu sekitar 6 menitan dan Tony terlihat begitu nyaman.

“Kau bisa berbalik sekarang,” ujar Fernanda begitu selesai memijit kaki Tony.

“Baik,” jawab Tony yang kembali terdengar patuh lalu langsung berbalik.

Namun, ekspresi wajah Tony terlihat sedikit canggung karena dia menyadari ada sebuah tonjolan di bagian boxernya. Meskipun dia tidak benar-benar keras dan tegang, tapi boxer itu hanyalah kain tipis saja, dan ukurannya juga lumayan besar, membuat tonjolan mau tidak mau sedikit terlihat.

Fernanda lalu melanjutkan pijatannya dan mulai menyentuh dada bidang dan berotot milik Tony. Sebelum perlahan-lahan kedua tangannya mulai turun dan bergerak ke arah perutnya.

“Uh… Jangan ngaceng! Tangannya benar-benar dekat banget!” pikir Tony yang berusaha untuk memikirkan hal lain sebelum situasinya berubah menjadi begitu canggung.

Tony akhirnya menghela napas dengan lega ketika tangan Fernanda tidak berlama-lama di bagian perutnya dan langsung berpindah ke arah kakinya.

Kedua tangan Fernanda lalu mulai memijit kaki Tony selama beberapa menit, sebelum akhirnya kedua tangannya itu naik ke atas pahanya, dan di saat itulah sesuatu yang ditakutkan oleh Tony akhirnya terjadi.

Penis yang tadinya masih tertidur, perlahan-lahan mulai bangun dan membentuk sebuah tenda di celana dalamnya karena merasa begitu terangsang dengan sentuhan lembut dari tangan Fernanda.

“Tidak! Ini benar-benar akan terjadi! Itu akan bangun!” pikir Tony dengan gugup.

Pada akhirnya, penis itu tidak lagi membuat tenda dan benar-benar keluar dari celana dalamnya. Kepala pusakanya dan setengah batangnya terlihat begitu jelas.

Fernanda yang memijit bagian paha Tony, mau tidak mau menyadari ketika celana dalamnya itu membuat sebuah tenda, tapi dia benar-benar terkejut ketika penis itu akhirnya keluar dari celana dalamnya, apalagi dia bisa melihat dengan jelas kepala penis itu hampir menyentuh pusar Tony.

“Sial! Aku harus bilang apa sekarang?” pikir Tony ketika dia melihat bahwa Fernanda sekarang jelas-jelas melihat ke arah penisnya yang keras.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd