Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Putri's Incestuous Family

update sehari 2x ahh.. biar greget
enjoy suhu sekalian, semoga terhibur
seperti biasa, kritik dan sarannya selalu ditunggu


Update 4. Broken Even Further

POV Pita

“what the…, mataku tidak salah liat kan?” tanyaku pada diri sendiri. Awalnya aku curiga melihat mama begitu menempel dengan papa saat menonton film, jarang-jarang mama dan papa menunjukkan kemesraannya di depan kami. Tapi kali ini beda, mama kelihatan sangat aktif. Kemudian sesuatu menarik perhatianku.

‘loh, kemana tangan mama yang satunya?” pikirku karena aku tak dapat menemukan tangan kiri mama. Rupanya tangan kiri mama ada dibawah bantal, dan bantalnya ada di atas selangkangan papa. Kulihat gerakan seperti maju mundur dibawah bantal sehingga bantal tersebut kelihatan bergoyang-goyang. “ah tidak mungkin, masa mama dan papa berani berbuat begitu di depan kami” pikirku meyakinkan diri.

“eh iya, Pita katanya mau bilang sesuatu sama papa” tiba-tiba mama berkata sambil melihat kearahku. Akupun kaget dan segera mengalihkan pandangan dari gerakan-gerakan aneh di bawah bantal yang dipangku papa.

“ohh iya sampai lupa” jawabku “gini lho pa, aku...” belum sempat kuselesaikan kalimatku mama kembali menyela

“Pita kalo mau minta sesuatu sama papa caranya yang benar dong, harus pintar-pintar ambil hati papamu, kaya mama” ucap mama sambil tersenyum dengan tangan yang masih bergoyang-goyang dibawah bantal.

Seharusnya aku bisa saja melakukan hal lain untuk mengambil hati papa, tapi aku malah berdiri kemudian duduk bersimpuh di kaki papa. Aku benar-benar penasaran atas apa yang kulihat.

“gini lho pa, aku mau travelling rencananya” ucapku sambil melihat keatas kearah mata papa. Tiba-tiba gerakan tangan mama terhenti. Lalu kualihkan pandanganku kearah kaki papa tetapi ekor mataku tetap awas melihat kearah mereka. Sebelum kulanjutkan kata-kataku kulihat bantal tadi bergerak-gerak kembali.

“kan minggu depan sudah mulai libur semester, jadi aku sama teman-teman bikin rencana mau travelling” lanjutku sambil terus memijit betis papa. Sekali lagi kuarahkan pandanganku kearah bantal yang dipangku papa dan “astaga, itukan kepala penis papa” teriakku dalam hati.

Kali ini tangan mama bukannya berhenti tapi malah semakin cepat digoyang-goyangkannya hingga bantal tersebut berubah posisi dan tersembullah penis papa. Ternyata benar dugaanku. Mama sedang menggenggam penis papa dan menggerakkannya maju mundur sambil sesekali meremasnya.

Mataku terpaku. Kepala penis kemerahan itu pas sekali menunjuk ke arahku. Sambil sesekali batang kemaluan papa terlihat saat mama memaju mundurkan tangannya. Kulirik sebentar kearah papa, kulihat papa berpura-pura sedang melihat TV, tapi aktingnya tidak bisa membohongiku. Wajah papa terlihat memerah sambil sesekali papa meringis seperti menahan sesuatu.

Aku tak bisa bohong. Libidoku terusik. Aku sadar bahwa pria yang ada didepanku adalah papaku sendiri, tapi apa daya, sisi kewanitaanku berkata lain.

Dapat kurasakan puting susuku mengeras seperti biasa terjadi saat aku sedang horny. Gatal sekali rasanya, ingin sekali ku pencet puting susuku untuk menghilangkan rasa gatalnya. Tapi itu tidak mungkin, aku harus tetap berusa untuk berpura-pura tidak tahu apa yang papa dan mama sedang lakukan.

“ke…kemana?” Tanya papa sedikit tergagap.

“ke bali pa” jawabku sambil mataku tak lepas memandang penis papa yang sedang diremas-remas oleh mama.

Ternyata baru kusadari sedari tadi mata papa tidak bisa diam, beberapa kali kulihat dari sudut mataku kalau papa sedang menatap layar TV, tapi lebih sering kulihat pandangan papa agak tertunduk seperti melihat kebawah.

“jangan-jangan…” ucapku dalam hati. Benar apa yang kukira. Walaupun mata papa menunduk tapi bukan mataku yang dipandangnya, melainkan payudaraku. “ahh tidak mungkin papa berani melakukan hal tak senonoh semacam itu” aku mencoba berfikir rasional.

Tapi sekali lagi pembelaanku terhadap papa terpatahkan. Pandangan papa begitu lekat melihat ke arah dadaku, ke arah putingku yang keras dan menonjol tepatnya. Akal sehatku sepertinya sudah terbang entah kemana. Seharusnya cepat-cepat kututupi area dadaku tetapi yang kulakukan malah sebaliknya. Dengan jantung berdegup kencang semakin kubusungkan dadaku. Aku kini duduk sedikit lebih tegap sehingga gunungan dadaku semakin terlihat jelas.

Gatal dikedua putingku semakin tidak tertahankan mengetahui pandangan papa tak lepas dari dadaku. Kalau saja aku dapat menghentikan waktu untuk beberapa detik saja pasti yang kulakukan adalah memencet dan memelintir kedua putingku dengan keras demi menghilangkan rasa gatal yang sangat hebat ini.

Jurusan kepalaku dan papa memang searah., tapi arah pandangan kami berbeda. Mataku tak lepas dari kepal penis papaku sedangkan mata papaku memandang tajam kearah putingku. Sesekali arah pandangan papa berubah melihat jauh lebih kebawah kearah pahaku.

Gaya dudukku memang sedikit mengangkang untuk menjaga keseimbangan sehingga mata papa pasti sedang berpesta membayangkan apa yang ada dibalik celana ketat yang kukenakan.

Belum hilang rasa gatal diputingku kini vaginaku terasa berkedut-kedut. “Pita kamu sudah gila ya” hati nuraniku mencoba mengambil alih “dia papamu, tidak seharusnya dia melihat barang berharga milikmu itu”.

Tapi persetan, nafsu sudah menelan akal sehatku. Yang kutahu di depanku ada sebatang penis yang sedang merasakan nikmat, dan sepasang mata sedang memperkosa tubuhku. Tentu saja ada rasa bangga setiap kali ada mata-mata nakal sedang menelanjangiku. Tapi kali ini yang kurasakan jauh melebihi itu. Kenyataan bahwa dia papaku semakin menambah gatal di vagina dan putingku. Dapat kupastikan vaginaku sudah mulai basah karena kini selangkanganku terasa sedikit lembab.

“hah Bali?” terdengar adikku yang sedang kubelakangi memekik “ihhh aku ikut dong kak” rengeknya sambil bangkit lalu duduk bersimpuh dihadapanku.

“enak aja, kan kakak sama teman-teman, masa kamu mau ikut” protesku. Sukurlah sekarang putri ada bersama kami sehingga dapat sedikit mengalihkan perhatianku dan mungkin papa dan mama akan menghentikan aktifitasnya.

Dan lagi-lagi aku salah. Kocokan mama dipenis papa semakin kasar, bantal yang satu-satunya menutupi kelakuan mereka bergoyang dengan sedikit keras.

Tak kusangka didepan putri mereka yang polos papa dan mama malah semakin beringas. Kali ini pandangan mata papa terpecah. Bukan lagi puting dan selangkanganku yang ditatapnya tapi kini dada Putripun menjadi sasaran.

Selain tidak mengenakan BH, daster yang dikenakan Putri memang sedikit longgar. Otomatis jika dilihar dari atas maka akan terlihat isi dibalik daster yang dikenakannya.

Wajah papa semakin memerah, dan ringisannya semakin sering muncul. Kupastikan saat ini kedua mata papa tengah berpesta menikmati payudara adikku yang ranum. Puting adikku dapat kulihat sedikit membekas di bawah kain dasternya dan pastinya terpampang jelas dari sudut pandangan papa.

Putri kemudian memeluk papaku sambil merengek minta diajak jalan-jalan. Dadanya yang kenyal pasti sudah menggelitik syaraf kaki papa. Rangsangan pada papa pasti semakin bertambah besar, selain dada adikku yang mnempel di kakinya, mata papa kini kembali menikmati moleknya tubuhku, Buktinya, tak lama kemudian terdengar “ahhhh” desah papa lirih.

Untuk menghidari kecanggungan, aku pura-pura bertanya “kenapa pa, aku mijitnya terlalu keras ya?”

“i..iya” jawab papa singkat kemudian meringis menahan remasan tangan mama di penisnya.

“jadi gimana pa, boleh ya?” tanyaku mencoba mengarahkan perhatian papa ke permintaan yang ku sampaikan sebelumnya.

“i..iya boleh” jawab papa singkat

“horeee, makasih pa” teriakku senang. Akhirnya izin dari papa sudah kudapatkan, rencana-rencana yang sudah kususun dengan kawan-kawanku dapat terlaksana.

Dengan keadaan sadar sepenuhnya aku bangkit dan merangkul leher papa sebagai tanda senangku. Sengaja kudekatkan putingku kearah mulut papa, dengan harapan gila mulut papa akan menyambar putingku yang sangat gatal. Putingku hampir saja menyentuh pipi papa namun tiba-tiba tubuh papa seperti terlonjak dan matanya memejam.

“sttt, hahhh, hahhh...” desah papa sambil terengah-engah. Tak ada lain dalam tebakanku kalau papa baru saja orgasme. Dapat kulihat papa berusaha mengatupkan mulutnya agar tak ada suara yang keluar saat dia menembakkan spermanya. Aku yakin tangan mama dan bantal yang dipangku papa sudah basah terkena ledakan sperma papa.

Setelah semua selesai dan aku kembali ke sofa dimana tadi aku duduk. Pikiranku masih melayang-layang membayangkan seperti apa bentuk penis papa yang sesungguhnya. Aku penasaran karena yang kulihat hanyalah bagian kepala dan sebagian kecil batangnya.

Tak lama kemudian mama bangkit dan berjalan santai ke arah kamar mandi, sekitarsemenit kemudian giliran papa yang bangkit lalu berjalan ke arah kamar tidur.

Mataku tadi sempat terbelalak saat papa berusaha bangkit dari duduknya. “oh my god…”pekikku dalam hati. Penis papa Nampak secara utuh dimataku. Penis besar kecoklatan kelihatan menjuntai diantara kedua pahanya. Dapat kulihat kilatan bekas sperma dibagian kepala penisnya.

“Doni mungkin tak ada setengahnya” ucapku dalam hati. Aku teringat penis Doni mantan pacarku yang sudah beberapa kali ditusukkannya di vaginaku. Dalam posisi ereksi saja ukuran penis Doni tak sebesar ukuran penis papa yang sedang lemas.

“ya tuhan..ada apa denganku” teriak batinku saat hayalanku dengan liar menggambarkan bagaimana penis besar papa memporak-porandakan vaginaku. “dia papaku” ucapku sekali lagi dalam hati. Tapi tetap saja bayangan penis besar papa tidak bisa hilang dari pikiranku.

Putingku masih saja terasa gatal ingin disentuh dan rasa lembab di vaginaku semakin terasa. Aku tahu tak ada jalan lain selain menuntaskan nafsuku saat ini juga. Kalau tidak, akan seharian kepalaku terisi bayangan penis besar papa.

“kakak tidur siang ya Put” aku berkata kepada Putri.

“hmmmm” jawab putri mengiyakan tanpa memandang ke arahku.

Lalu aku beranjak dari sofa dan berjalan ke arah kamarku. Baru beberapa langkah akupun kembali kearah sofa yang tadi diduduki papa dan langsung ku ambil bantal yang tadi digunakan papa dan mama menutupi aksi mereka lalu kubawa ke dalam kamar.

Setibanya didalam kamar tanpa menunggu lagi langsung ku lepas tanktop ku dan langsung jariku memilin kedua putingku.

“achhhh..pa” desahku lirih.

Kuremas-remas dadaku dan kupelintir kedua putingku mencoba menghilangkan rasa gatal yang dari tadi kuderita. Yang kubayangkan sedang mempermainkan dadaku tidak lain adalah papaku sendiri.

“achh pa..remas yang kuat pa” ucapku olah-olah papa berdiri didepanku.

Kubuka kancing celana yang kukenakan. Lalu dengan sekali sentakan loloslah celana beserta CD yang kukenakan. Ternyata aku sudah benar-benar basah. Lender dari lubang kemaluanku terlihat membasahi celana dalamku.

Lalu dengan beringas kutelusuri celah vaginaku dengan jari dan kutusukkan dua jariku hingga masuk tertelan lubang kemaluanku.

“achh pa, sodok memek Pita pa…achhh” rintihku sambil membayangkan penis besar ayahku yang sedang berada dalam vaginaku.

Dengan buas ku kocok lubang kemaluanku. Keluar masuk jariku berusaha menuntaskan hasrat yang dari tadi menyiksaku. Tak lupa tanganku yang lain terus memijit-mijit dadaku dan memelitir putingku.

“achhh..sttt..jilati memek Pita pah..” racauku sambil membayangkan lidah papa sedang menjilati sepanjang celah vaginaku dan berhenti untuk bermain-maik di klitorisku yang menonjol. “ahhh…kelentit pita..enakkk..pahh”

Tanganku masih denganliar mengobok-obok lubang vaginaku. Sedangkan tangan ku yang satu lagi memainkan klitorisku denagn gerakan memelintir. Kemudian kuhentikan aktifitas tangan diklitorisku dan akupun menggapai bantal sofa yang tadi kubawa masuk.

Harapanku pun terkabul, dapat kulihat tetesan kental sperma papa masih menempel di permukaan bantal. Tak menunggu lama dengan rakusnya kusapukan lidahku dan kutelan sisa-sisa sperma papa di permukaan bantal. “ochhh, mani papa…enakkk pa..hahhh” racauku sambil terus menjilat-jilati bekas sperma papa. Rasa sedikit asin yang kurasakan benar-benar membuat birahiku meroket.

Rasa nikmat di vaginaku yang sedang diaduk-aduk jariku sendiri terasa semakin bertambah saat kubayangkan aku sedang menyedot sperma papa langsung dari sumbernya.

Kubayangkan kepala penis papa yang besar sedang tertelan didalam mulutku “pahhhh, kontoll papa besar banget.. achhh, mulut Pita sampai gakk muat pahhh, achhh” racauku.

Hujaman demi hujaman mendarat di vaginaku saat jariku mengaduk-aduk lubang vaginaku. Lalu kali ini kualihkan jari-jari ku untuk focus menggesek klitorisku.

Aku sudah benar-benar lupa dengan dunia disekelilingku. Nikmat seks yang kurasakan sebelumnya tak sebanding dengan nikmat yang kurasakan saat ini.

bantal sperma papa masih berada didepan wajahku sambil kujilati dan jariku yang lain menggesek-gesek klitorisku. Pertahanankupun jebol. Dapat kurasakan tanda-tanda gelombang orgasme akan menghantamku beberapa detik lagi.

Urat-urat dikakiku menegang dan klitorisku berkedut kedut. Perasaan seperti ingin pipis memenuhi vaginaku, tapi ini pipis yang berbeda, pipis yang nikmat dan beda dari biasanya.

Disaat detik-detik terakhir sebelum aku mencapai orgasmeku secara tak sengaja kubuka mataku yang sebelumnya tertutup bantal.

“astaga” didepan kamarku, bersandar dipintu dengan dengan senyum menyungging berdiri mamaku.

Ingin kuhentikan gelombang orgasmeku tapi semua sudah terlambat.

“achhh.achhhh..owhhh” orgasme yang dari tadi kunantikan akhirnya datang. Gelombang demi gelombang rasa nikmat menghajar tubuhku.

Sambil merasakan nikmat yang luar biasa mataku berpandangan dengan mama. Tak mampu aku menahan laju rintihan kenikmatan yang meluncur dari mulutku, lalu aku terbaring sambil terengah-engah.

“Bagaimana ini bisa terjadi” pikirku. Disanalah aku terbaring dengan kaki terbuka memamerkan vagina berbulu halus yang kutata rapih. Cairan kenikmatan merembes keluar dari celah vaginaku. Dan semua itu dapat dengan jelas dilihat oleh mama.

Tak terbayangkan lagi betapa malunya aku. Secara tidak sadar dan dengan tubuh polos, aku telah memuaskan hasratku dengan bermasturbasi di hadapan mamaku sendiri dengan bantal bekas sperma papa ada dipelukanku.

Ingin rasanya aku lompat dari jurang demi menghilangkan rasa maluku, tapi aku tak berdaya, semua sudah terjadi. Aku hanya terdiam sambil mamandang mamaku yang tersenyum. Berharap semua ini hanya mimpi.

“lho ma, ko berdiri disitu” tanya papaku saat tiba dari kamarnya di lantai 2.

Celaka aku, rasa malu saat dilihat mamaku saja sampai membuatku berharap ingin mati saja, apalagi jika papaku sampai melihatku seperti ini. Tapi tiba-tiba mama menutup pintu kamarku dengan perlahan. Membuatku lega setengah mati.

“Pita tidur, mama abis masangkan selimut” ucap mamaku berbohong “kasian nanti dia kedinginan”. Mama berbohong demi menyelamatkan harga diriku.

Kini aku sedang duduk meringkuk di kamarku. Apa yang harus kulakukan nanti saat bertemu mama, ackhhh pusing kepalaku memikirkannya. (bersambung)
 
weleh weleh... makin ajib aja ne cerita...
 
:semangat: .... udaaahhh ppiiiittt .... to the point aja sama mama klo pengen ngerasain kontol nya papa mengaduk memek mu .... :D
:adek: sekalian ya :pantat: nya minta di anal
 
Wah ada yg rame nih.....wajib dinantikan update selanjutnya....nice story
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd