Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Rahma [NO SARA]

Status
Please reply by conversation.
Semoga yang seadanya ini bisa membuat haus sedikit berkurang.

DUA
Esok harinya, ada hal yang berubah di Rahma. Dia sudah menjawab salamku dengan bersuara. Asal kalian tahu saja, seorang akhwat yang militant tidak akan memperdengarkan suaranya jika menjawab salam. Katanya itu adalah fitnah. Ketika aku masuk ke ruangan mengucapkan salam, suara Rahma telah terdengar, untuk pertama kalinya dia bersuara dengan hal yang bukan berkaitan langsung dengan pekerjaan. Sejak saat itu, rangkaian rumit yang tersusun menjadi sebuah labirin teka-teki tentang Rahma perlahan mulai terbuka. Rahma kini terbiasa menitipkan salam pada istriku setiap dia akan meninggalkan kantor untuk pulang. Tidak hanya itu, kini Rahma juga telah mau menerima setiap kali ku sodorkan segelas minuman, entah kopi, teh atau yang lainnya. Biasanya dia hanya mengucapkan terima kasih lalu membiarkanku meletakkan minuman yang ku bawa di meja kerjanya. Tidak jarang pula Rahma menitipkan pesanannya setiap aku pergi ke rumah makan untuk makan siang. Rahma lebih suka makan di kantor, sebab katanya lebih efisien waktu kerja.

Sifat keterbukaan Rahma perlahan menggeser orientasi kedekatanku dengannya. Ketika pada awalnya aku mendekati Rahma hanya untuk lebih akrab saja, kini entah mengapa orientasi perkenalanku dengan Rahma mulai menjalar ke sekitar selangkangan. Ah, selalu saja ujung ujungnya begitu. Entah bagaimana rasanya si Rahma yang masih serba misterius itu ketika sedang menerima sodokanku. Entah bagaimana suara desahannya. Entah bagaimana wanita yang tertutup cadar itu menggeliat di bawah tubuhku. Ah, otakku kini semakin keruh dengan segala pikiran itu. Kini saatnya menggunakan lagi obat perangsang yang selama ini selalu menghuni saku celanaku. Hanya saja, aku belum tahu kapan waktu yang tepat untuk melakukan hal ini. Situasi di kantor selalu menjadi penghalang.

Bayangan tentang meyetubuhi Rahma terus merasuki kepalaku dan menjadi racun yang mempengaruhi obsesiku. Sikapnya yang misterius dan tertutup, statusnya yang adalah seorang ummahat, cara berpakaiannya yang sangat tertutup membuatku semakin terobsesi. Rahma lebih radikal dari Arni, istiku. Arni memilih untuk tidak memakai cadar karena memang belum sepaham dengan cara berpakaian itu sedangkan Rahma jika ku perhatikan, jilbabnya saja lebih panjang dari Arni. Jika Arni mengenakan jilbab hingga selutut, jilbab Rahma menutup hingga sejajar betisnya. Kainnya pasti kain yang tebal karena aku sering menyetrikakan jilbab istriku. Kainnya tebal dan agak berat. Hal aku semakin penasaran dengan wajah dan tubuh Rahma. Iblis memang selalu pintar mencari celah untuk menyesatkanku dan kalian, atau mungkin juga karena aku terkena penyakit ‘maruk’ yang sudah memasuki stadium tinggi. Dan salah satu cara andalannya adalah dengan memanfaatkan urusan seputar selangkangan.

Kesempatan itu semakin terbuka ketika Pak Imran membagi tim kerja untuk menyelesaikan laporan tahunan. BPK akan mengaudit Pemerintah Provinsi, dan pemprov pasti akan meminta seluruh SKPD melengkapi laporan keuangannya. Setiap kepala SKPD harus mengerahkan segala sumber daya untuk menyelesaikan laporan agar bisa mendapatkan predikat Wajar Tanpa Pengecualian. Peringkat ini adalah prestasi tersendiri untuk pemerintah dalam membuktikan pemerintahannya bersih atau tidak. Tentunya instansiku juga terkena imbasnya. Setiap kepala bidang membentuk tim kerja yang berkoordinasi untuk menyelesaikan tugas rutin tersebut.

Entah kebetulan atau kebenaran, Pak Imran, atasan kami, menempatkanku bersama Rahma dan Dian dalam satu tim. Posisi kami di finalisasi berkas. Setiap tim-tim yang lain selesai menyusun kelengkapan berkas-berkas, kami bertugas untuk menyortir dan kemudian membuatkan konsideran laporannya, serta membuatkan Rincian anggaran yang berkaitan dengan berkas tersebut. Ini artinya, tim kami akan lebih banyak lemburnya dibandingkan tim-tim lain dalam ruangan ini.

“woi…..ada yang mau nitip minuman? Saya mau ke kantin. Suntuk!” kataku kepada teman-teman sekantorku. Sontak mereka mengangkat kepala dari rutinitas mereka dan masing masing menyebutkan pesanannya. Kecuali Rahma tentunya. Dia diam saja dan tetap aktif dengan laptopnya. Aku menghampiri mejanya.

“Ummu Kalila. Mau nitip apa?” tanyaku dengan suara pelan. Takut menyinggung.

Rahma seperti kelihatan agak terkejut karena aku mengetahui kunniyahnya.

“Mmmm….ntar aja deh, Kang.”

“Ya gak enak toh, masak semua orang pada nyongnyong (bahasa di kantorku untuk mengunyah) trus Bu Rahma tidak.”

“Mmm….iya deh. Es teh tawar aja”

“OK Sip…..”

Aku turun ke kantin dan memesan semua yang disebutkan teman seruanganku. Rupanya pesananku terlalu banyak. Sepuluh minuman artinya sepuluh gelas, blum lagi ditambah gorengannya. Ah biarlah nanti kuantarkan pakai baki saja. Ketika minuman terhidang di baki, ku teteskan obat andalanku satu tetes saja di dalam gelas Rahma. Ini hanya untuk pancingan saja karena strategiku adalah bermain cantik. Aku tidak ingin terkesan kesusu mendapatkannya. Biarlah insting dan libidonya yang berbicara. Untung saja hari itu hanya Rahma yang memesan es teh, sehingga tidak susah bagiku untuk menandai gelasnya. Seperti biasa, aku kemudian membawakan minuman itu di baki dengan berlagak seperti OB. Tentunya teman-teman sekantor telah hafal dengan perilakuku yang kadang suka nyeleneh, termasuk ini salah satunya.

Sesampainya di ruanganku, kubagikan minuman itu kepada seluruh pegawai. Mereka kadang mencandaiku dengan polahku yang berlagak OB lalu kembali ke rutinitasnya masing-masing sambil menunggu gorengan yang akan diantarkan oleh pelayan kantin. Beberapa waktu setelahnya aku selalu mencuri-curi pandang ke arah Rahma. Tampak matanya yang indah beberapa kali dipincingkan dan dipejamkan dengan erat. Kondisi yang canggung ini membuatku menceritakan sebuah joke. Awalnya hanya joke biasa.

“Gyaahahahahaha……”

Berbagai gelak tawa terdengar menyambut joke yang ku lemparkan. Aku puas karena joke yang ku lemparkan ternyata mengena. Dan lebih hebat lagi, ku lihat baru Rahma agak terguncang-guncang. Dia tertawa. Ah, Rahma tertawa meskipun aku tidak mendengar suaranya. Beberapa teman sekantor menimpali joke ku lalu mereka kembali ke rutinitasnya. Aku pun kembali ke rutinitasku, hingga ku dengar suara Rahma.

“Akang ini pintar ngelucu juga, ya?”

WHAT THE…….!!!!!

Untuk pertama kalinya Rahma menimpali lawakanku dengan sebuah komentar. Ku lihat Rahma yang masih sibuk mengetik. Pandanganku kemudian beralih ke teman-teman kerjaku yang ternyata juga memandangku. Pasti mereka heran, karena untuk pertama kalinya mereka mendengarkan celoteh Rahma. Aku hanya mengangkat bahu kepada mereka lalu kembali membalas Rahma.

“Hehehe….lumayan, untuk merenggangkan otot dan otak, Bu”

“Lucu juga…..” Kata Rahma pelan. Entah mengapa dadaku seperti bergemuruh. Rasanya seperti baru saja mendapatkan Hadiah Alphard lima biji. Ah, namanya akhwat, seorang yang penuh misteri. Bisa memancingnya saja seperti ini sudah sangat bahagia.

Sejak saat itu, ada suasana yang berubah di kantor pada hari-hari setelahnya. Suasananya kini menjadi lebih hidup, karena Rahma juga sudah mulai menanggapi setiap joke yang diceritakan, baik olehku maupun oleh teman yang lain. Bahkan suatu ketika aku pernah menceritakan joke yang agak ngeres sedikit. Semua teman-teman tertawa, termasuk Rahma. Beberapa teman pun sudah tidak canggung lagi mengomentari ceritaku dengan komentar yang agak mesum. Meskipun Rahma hanya diam saja, tidak ku pungkiri kalau dia juga terhibur dengan tingkah polah kami. Tentunya aku tidak pernah lupa untuk selalu mencari celah meneteskan obat itu setetes tiap harinya.

Tiga hari semenjak ku teteskan obatku, terdengar kabar kalau Dian, rekan setim kami, terkena Tipes dan harus di rawat intensif di rumah sakit. Tentunya ini menjadi kendala tersendiri, karena dengan tidak adanya Dian, otomatis kinerja kami akan terpengaruh. Waktu untuk mengerjakan laporan akan menjadi lebih lama. Tetapi Tuhan itu Maha Adil. Dibalik setiap kesusahan Dia telah menyiapkan kemudahan yang lain. Dengan sakitnya Dian, mau tidak mau frekwensi waktuku dengan Rahma menjadi lebih besar, dan aku tentu saja suka itu.

Rahma, sebuah misteri Ilahi yang menjadi tantangan tersendiri bagiku. Entah mengapa, kian hari berlalu, kian besar obsesiku untuk bisa menaklukkannya, tentunya dengan bantuan beberapa tetes obat andalanku. Hmm….entah bagaimana dia ketika ku cumbu bibirnya yang sampai sekarangpun masih tidak bisa terlihat olehku. Entah bagaimana dia ketika dadanya yang entah bagaimana ukurannya ku lumat dengan lahap. Entah bagaimana dia mendesah ketika akhirnya aku masuk ke dalam dan memompanya. Ah….bayangan-bayangan ini semakin memenuhi kepalaku. Entah kapan bisa terlaksana.

“Ahh…..akhirnya selesai juga…….” Ujarku sambil merenggangkan badanku. Seharian penuh duduk di kantor membuat tubuhku pegal-pegal semua. Rahma masih sibuk memilah-milah dokumen di mejanya.

“Kang, duluan, ya?” Kata ibu Dewi sambil meninggalkan ruangan bersama ibu Anisa.

“Yup…. Saya juga udah mau balik….” Jawabku.

Kini dalam ruangan ini tinggal kami berdua. Aku bangkit lalu pergi mengambil air minum di dispenser, tiba-tiba ku dengan Rahma bicara.

“Pak. Ada rencana mau jenguk ibu Dian?” Bahasanya resmi. Biasanya manggil Akang sekarang manggil bapak.

“Iya, yah…..kapan, Bu?”

“Ya terserah bapak saja, tapi mungkin sendiri-sendiri saja” ujarnya sambil mengemasi tasnya.

“Kok gitu?”

“Ya kan kita gak boleh boncengan atau berdua dalam satu mobil, Bapak. Fitnah namanya.” Ujarnya.

“Ya juga, sih.”

“Ya udah, pak. Saya duluan pulag dulu. Assalamu alaikum”

“Iya. Wa alaikum salam”

Bersambung
 
Beh....
Kentang Om....

Masih lebih enak nungguin cerita yg dr part 1 dr pd dikentangin kayak gini....
 
haduh, tegang fikiran menanti rencana ekse...
 
Status
Please reply by conversation.
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd