Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sanggupkah Aku Menjaganya? (Kisah Nyata)

Hai. Terima kasih untuk yang sudah sabar menanti. Rencana akan ada beberapa episode yang akan dirilis. Setelah ini, kisah ini akan selesai sampai disini. Selamat menikmati.
 
#


Akhirnya kami sampai juga disini. Aku sendiri masih tidakpercaya bahwa sekarang aku menjadi bagian hidup Ardi seutuhnya. Tak pernah ku bayangkan jika hubungan yang dulu ku anggap sebagai kisah cinta masa sekolah kini sampai pada tingkat yang paripurna. Segela perasaan campur aduk, senang, takut, haru semua menjadi satu. Kebahagiaan juga terpancar dari raut tamu undangan yang datang. Semoga ini menjadi awal kehagiaan yang hakiki dalam hidup kami berdua, amiin.

Meski acaranya hanya satu hari tapi rasanya badan lelah luar biasa. Mungkin karena beberapa malam sebelumnya aku tidak bisa tidur dengan nyenyak. Tapi, siapa yang menjamin jika malam nanti aku akan tidur tenang? Ardi sudah mengganti pakaiannya dengan kemeja dan celana jeans. Ketampanannya terlihat natural. Aku sendiri masih sibuk melepas beberapa riasan make up sebelum aku berganti baju. Hiruk pikuk masih terdengar dari luar. Termasuk orangtua Ardi yang pamit untuk pulang. Karena menggunakan WO jadi aku dan keluarga tak perlu repot membereskan sisa pernikahan. Setelah dirasa taka da barang tertinggal, aku dan Ardi pulang menuju rumahku.

Tak ada yang spesial dari kamarku dalam menyambut Ardi datang. Hanya sprei yang baru ku ganti semalam dan barang yang dirapihkan. Ardi tidak asing dengan kamar ini. Kamar yang sering menjadi saksi bisu bagaimana birahi kami saling beradu. Boneka-boneka diatas kasur sangat paham bagaimana liarnya aku jika sudah terbakar nafsu. Tempat sampah kecil menjadi tempat favorit mampirnya tisu yang penuh sperma. Ya, kami memang dulu sering bercumbu. Tapi dengan komitmen yang kuat, aku dan Ardi bisa menjaga keperawananku.

“nih handuknya kalo kamu mau mandi” kataku sambil memberikan handuk bersih pada Ardi
“kamu mau mandi?” tanyanya
“ya mandi dong, emang kamu mau tidur sama yang belum mandi?” jawabku

Setelah makan malam dan berbincang dengan keluargaku, kami masuk ke kamar. Aku sempat dititipkan pesan oleh Kak Sinta agar pelan-pelan saja biar tidak sakit. Tapi apakah kami akan melakukannya malam ini? Rasanya kami lelah dengan hari ini.

Ada rasa yang berbeda kali ini. Jika dulu saat kami berdua dalam kamar ini ada perasan takut, kini masih dengan rasa yang sama, tapi takut akan sebuah kecanggungan. Aku kemudian menyibukan diri dengan membuka satu per satu amplop yang ada. Tak alam kemudian Ardi mengikuti. Butuh waktu satu jam untuk membuka semua amplop dan hadiah yang kami dapat. Lelah juga ya pikirku. Aku kemudian berinisitaif mengambil minum ke dalam kamar sambil Ardi membereskan sisa sampah amplop dan kado kami. Di luar kamar nampak sepi. Semua nampak kelelahan dengan acara hari ini.
Kini aku dan Ardi duduk bersampingan ditepian kasur. Ada rasa canggung disana. Aku tau tujuan kita mala mini tapi aku ragu memastikannya.

“mau malem ini yang?” tanyaku memecah keheningan
“kamu takut ya? Yaudah gak usah deh yang” Ardi menjawab
“terus mau kapan?” tanyaku memastikan
“nanti 5 menit lagi deh, heheh” jawabnya sambil menatap ke arahku

Kami kemudian tertawa kecil. Lumayan untuk mengusir rasa canggung. Sejurus kemudian Ardi memegang dagu ku. Membimbing bibirku untuk bertemu dengan bibirnya yang sudah cukup lama tidak menyapa. Ciuman pertama kami sebagai sepasang suami istri. Rasanya sungguh nikmat. Nikmat karena setiap kenikmatan yang kita rasa mendapat pahala. Tak butuh waktu lama untuk menaikan birahi ku. Sekilas terkenang lagi momen saat percumbuan itu. Aku mau rasa itu lagi, rasa yang membuat akau serasa melayang.

Tanganku mulai merayapi pundak Ardi. Sementara tangan Ardi muuli berpindah pada bahu ku. Bergantian bibir kami saling melumat. Sesekali lenguhan terdengar dari bibirku sebagai respon dari gejolak nafsu yang mulai bangkit. Perlahan tapi pasti kedua telapak tangan Ardi menyusuri tangangku yang akhirnya berhenti pada satu tujuan, payudaraku. Setelah sampai langsung diremasnya benda itu. Meski masih memakai bra tapi aku bisa merasakan remasannya. Ditambah aku yang saat ini memakai baju barong dan bra tanpa busa membuat aku yakin Ardi bisa dengan mudah merasakan kekenyalan payudara itu.

“mau dari dalem?’ tanyaku saat bibir kami terlepas
“iya dong, masa dari luar melulu” balasnya
“kamu juga buka dong, masa aku aja” aku mencoba bernegosiasi
“yaudah kamu duluan” Ardi menawar
“gak mau, barengan” kataku yakin

Setelah itu Ardi membuka kaosnya dan membuang sembarang ke lantai. Aku sendiri masih malu membuka baju ku.

“dih curang, katanya barengan yang” Ardi merajuk
“hahah aku malu sayang” kataku sambil memegang tangannya yang mencoba membuka bajuku
“ya ampun yaaang, kaya baru pertama aja” katanya


Akupun mengalah. Aku membuka kaos barong yang ku pakai dan langsung membuangnya sembarang. Dinginnya AC langsung menusuk kulitku yang putih ke kuningan kontras dengan bra tipis warna hitam yang ku pakai. Ardi langsung tertegun dengan keindahan istrinya. Aku spontan menutupi dadaku dengan menyilangkan tangan. Sadar aku malu, Ardi langsung mencium bibirku dan kami kemudian kembali berciuman.

Kali ini tangannya menjalar ke punggung. Mencoba membuka pengait bra yang ku pakai. Cukup sulit awalnya namun sukses akhirnya. Bergitu terlpas Ardi langsung membuka penutup terkahir payudaraku. Sejurus kemudian tangannya pindah ke depan, mendekap dengan pasti payudara 34B yang kini sah menjadi miliknya. Diremasnya pelan sambil sesekali memilin puting payudaraku.

“ohhhhhh sshhhhhhhh”

Hanya desahan yang bisa menggambarkan kenikmatan halal ini. Lidahnya bermain di telinga kiri yang menjadi salah satu titik rangsanganku. Sesekali jarinya kelewat gemas mencubit putting payudarau yang mulai mencuat. Lidahnya yang terkadang nakal ikut menggelitik leherku yang mulai beridir bulu halusnya. Ohhh nikmatnya percumbuan ini.

Kalian bisa bayangkan, aku dan Ardi adalah pasangan dengan kegiatan seksual aktif meski tidak sampai penetrasi. Namun kami berkomitmen untuk menghentikan semua itu karena niat kami akan menikah. Saat ini, semua boleh kami lakukan sesuka kami. Kini penis yang sering aku kulum itu boleh memasuki liang vagina yang sering dijilat Ardi. Seketika hadir fabtasi-fantasi nakal yang ingin sekali aku lakukan jika sudah menikah. Salah satu fantasiku yang akan ku wujudkan akan bercinta halaman rumah kami yang sedang dibangun.

Ditengah pelayaranku dalam gelombang kenikmatan, Ardi menghentikan aktifitasnya. Dia meminta aku membuka seluruh pakaiannya. Tentu aku tambah malu. Meski lampu dikamarku temaram tetapi aku sebenarnya masih bisa mengenali warna-warna. Itu nenandakan bahwa masih cukup terang sebenarnya. Namun apa mau dikata, akhirnya kami sepakat untuk membuka pakaian bersama. Aku langsung membuka celana pendek berbahan satin langsung dengan celana dalam ku. Alhasil mereka teronggok dilantai dengan kondisi tergulung. Sementara Ardi langsung menunjukan batang kejantanannya yang sepertinya hmmm lebih besar dan keras dari sebelumnya.

Sekarang tubuhku sudah benar-benar telanjang total dihadapan Ardi. Tiba-tiba Ardi menarik tanganku sehingga aku terduduk dipangkuannya yang saat itu sudah duduk ditepi tempat tidur. Tanpa berkata apa-apa dia langsung mencium bibirku. Aku tidak sempat menghindar, bahkan aku sampai hamoir terjatuh kebelakang. Untung saja tangan Ardi sigap memeluk punggung telanjangku.

Dadaku semakin berdegup kencang ketika lidah Ardi menelusup kecelah bibirku dan menggelitik hampir semua rongga mulutku. Mendapat serangan mendadak itu darahku seperti berdesir, sementara bulu tengkukku merinding. Aku pun terkejut ternyata batang kemaluan Ardi yang sudah sangat kencang terjepit antara perutku dan perutnya. Aku merasakan betapa besar dan panjang benda keras yang terjepit. Rasanya sudah sangat rindu aku dengan benda ini. Biasanya seminggu sekali ia mampir dicelah sempit vaginaku atau setidaknya dia memuntahkan isinya di wajahku yang rutin aku rawat.

“pelaaann pelaanhhh yaanghhh” kataku terbata-bata.
“ssshhhhh ohhhhhh” desisku antara sadar dan tidak.

Mendengar desahanku Ardi memang melepas ciumannya dibibirku, tetapi kedua tangannya masih tetap memeluk pinggang rampingku dengan erat. Aku masih terduduk dipangkuannya. Tetapi ia malah mulai menjilati leherku. Ia menjilati dan menciumi seluruh leherku lalu merambat turun ke dadaku. Aku memang pasif dan diam, namun nafsu birahi sudah semakin kuat menguasaiku. Harus kuakui, Ardi sepertinya semakin pandai dalam mengobarkan birahiku. Jilatan demi jilatan lidahnya keleher dan dadaku benar-benar telah membuatku terbakar dalam kenikmatan.

Dengan penuh nafsu Ardi melumat kedua puting payudaraku yang sudah sangat keras bergantian. Aku kembali melayang di awan saat dengan gemas Ardi menghisap kedua puting payudaraku bergantian. Seekali tangannya gemas meremas bongkahan pantatku. Rangsangan yang kuterima begitu dahsyat untuk kutahan. Apalagi benda keras yang terjepit diantara kedua tubuh telanjang kami mulai menyapa bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Tanpa sadar aku menggoyang pinggulku untuk memperoleh sensasi gesekan antara bibir kemaluanku dengan batang penisnya.

Ardi sendiri tampaknya juga sudah sangat terangsang. Aku dapat merasakan napasnya mulai terengah-engah disela-sela aktifitasnya menysu. Aku juga bisa merasakan penisnya mengedut-ngedut tanda aliran darah sedang deras dibawah sana. Sementara aku semakin tak kuat untuk menahan erangan. Maka aku pun mendesis-desis untuk menahan kenikmatan yang mulai membakar kesadaranku. Setelah itu Ardi melepaskan cumbuannya dan memintaku untuk merebahkan diri di atas tempat tidur.

Pikiranku langsung sadar. Mungkin ini saatnya. Saat aku melepas keperawananku. Simboll kesucian wanita padabudaya timur. Tak perduli seberapa baikbudi pekertinya, jika sudah hilang keperawanan maka sudah tidak baik lagi. Sejujurnya aku juga agak risih. Bebera artikel mengatakan bahwa bisa saja tidak keluar darah saat pertama kali berhubungan intim. Tapi, semoga Ardi mengerti akan hal itu.

Kini kedua kakiku menjuntai ke lantai dengan pantatku yang bertumpu pada ujung tempat tidur. Posisi seperti ini biasa kami lakukan saat Ardi akan mencumbu vaginaku. Dengan tubuh telanjang bulat tanpa tertutup sehelai kainpun yang menutupi tubuhku, aku merasa risih juga dipandang sedemikian rupa. Aku berusaha menutupi dengan mendekapkan lengan didada dan celah pahaku, tetapi dengan cepat tangan Ardi memegangi lenganku dan merentangkannya.

“malu sayaang” kataku tersipu
“Kamu cantik banget sayang” katanya dengan suara parau tanda bahwa ia sudah sangat terangsang
“jangan diliatin mulu, malu yang” kataku lagi
“yaudah, aku jilatin aja ya biar enak” katanya sebelum membenamkan wajahnya ke payudaraku
 
#lanjutan

Dari payudaraku jilatan Ardi turun menuju pangkal pahaku. Sebelum sampai tujuannya, sesekali lidahnya mampir di perut dan di paha bagian dalam. Sensasi geli dari sapuan lidahnya yang basah membuat aku makin terangsang. Disaat aku menahan rangsangan dengan menutup pahaku, tapi tangan Ardi lebih kuat menahan kakiku agar tetap terbuka. Jujur, perjalanan sentuhan yang Ardi lakukan semakin membuat lendir di kemaluanku semakin deras mengalir. Meski tanpa disentuh sekalipun aku bisa merasakan bahwa sensasi geli yang ditimbulkan di beberapa bagian tubuhku bermuara di liang vaginaku. Semakin Ardi menggoda untuk menyentuh kemaluanku, semakin aku terangsang karena rasa penasaran akan sebuah kenikmatan.

Kini penelusurannya sampai di titik akhir. Aku yakin Ardi bisa melihat betapa benda itu kini sudah basah dengan lendir licin yang melumasi liangnya. Aku merasakan ada yang merembes keluar liangnya. Aku menutup mata, menanti tingkah sang penjantan pada hasil buruannya. Dipegangnya pangkal pahaku kemudian tanpa basa-basi dikecupnya celah basah itu dengan mesra.

“ohhhhhhhhhh”

Spontan aku mendesah. Akhirnya, setelah perjalanan panjang, sampai juga cumbuan itu di titik kenikmatan ini. Tubuhku menggelinjang hebat. Aku semakin salah tingkah dan tak tahu apa yang harus kulakukan. Yang jelas aku kembali merasakan adanya desakan yang semakin menggebu dan menuntut penyelesaian. Sementara kedua tangannya merayap ke atas dan langsung meremas-remas kedua buah dadaku. Bagaikan seekor singa buas ia menjilati liang kemaluanku dan meremas payudaraku.

Lidahnya yang panas mulai menyusup ke dalam liang kemaluanku. Tubuhku terlonjak dan pantatku terangkat saat lidahnya mulai mengais-ngais bibir kemaluanku. Tanganku menarik kepala Ardi agar lebih ketat agar lebih kuat menekan selangkanganku sedangkan pantatku selalu terangkat seolah menyambut wajah cumbuan yang dilakukan pada selangkanganku. Kini aku tidak bisa berbuat apa-apa lagi selain megap-megap dan mengerang karena kenikmatan yang amat sangat dan sulit dilukiskan dengan kata-kata.

Aku semakin melayang dan seolah-olah terhempas ke tempat kosong. Jilatan Ardi semakin cepat, ujung lidahnya bertemu dengan daging kecil tepat diatas vaginaku. Tubuhku bergetar dan mengejang bagaikan tersengat aliran listrik. Ardi semakin mempercepat gerakan bibirnya saat aku semakin berisik mendesah. Akhirnya aku mengejat-ngejat dan menggelepar saat bibir Ardi menyedot klitorisku.

“aahhhhhh” aku mendesah panjang

Aku sampai pada puncak orgasmeku. Pantatku secara otomatis terangkat hingga wajah Ardi semakin terbenam di antara selangkanganku yang terkangkang lebar. Napasku tersengal-sengal setelah mengalami orgasme setelah beberapa waktu aku tidak merasakannya.

“gimana sayang? Enak gak?” Ardi beranjak dari bawah langsung memeluk tubuh telanjangku yang masih tergulung sisa-sisa ombak kenikamatan
“geliii bangeet yang, kamu kok bisa sih?” tanyaku heran sambil menatap matanya
“hahah ada deh, ngliat kamu kaya gitu aku jadi gak tahan” godanya
“yaudah masukin yang, tapi pelan-pelan ya, aku takut” aku membalasnya
“tapi boleh gak, disepongin dulu, aku takut kaget nantinya” tanyanya polos

Dengan malu-malu kupegang batang kemaluan Ardi yang tepat berada di atas vaginaku. Batang keras yang dulu sering keluar masuk mulutku ini nampaknya semakin besar. Batang ini terasa hangat dengan tekstur yang berurat. Ku raskan ada cairan pelumas yang keluar dari ujung kepalnya yang licin. Aku mulai mengocok kemaluan Ardi. Namun karena posisinya tidak nyaman, aku meminta dia untuk berbaring.

Kini posisi kami bertukar, ardi tidur terlentang diatas kasur sedang aku bersimpuh dilantai. Perlahan tanganku mulai mengocok kemaluan Ardi. Naik turun masih tidak beraturan. Sesekali terdengar lenguhan keluar dari mulutnya tanda perlakuanku berbuah kenikmatan. Sudah cukup pemanasannya, aku kemudian memasukan penisnya dalam mulutku. Seketika mulutku terasa penuh. Sambil berjongkok di lantai aku terus menjilati menyusuri seluruh batang kemaluan Ardi yang ku rasakan lebih besar dan panjang itu. Sesekali dengan nakal kusedot biji peler bergantian yang membuat pantat Ardi terangkat. Sambil aku mengulum buah zakarnya, tanganku tetap aktif mengocok penis Ardi. Batangnya kini sudah basah dan agak sedikit kengket karena air liurku sudah menutupinya. Tak sanggup bertahan lebih lama, Ardi memintaku untuk berhenti.

“kenapa berenti yang?” tanyaku sambil berdiri
“gak kuat yang, enak banget. Nanti belum masuk udah keluar duluan” jawab Ardi sambil bangkit duduk

Atas kesepakatan bersama, akhirnya aku berbaring. Kembali aku rasakan perasaan takut sekaligus penasaran. Ardi dengan sigap mengambil posisi diantara kedua kakiku yang terbuka lebar. Dilipatnya lututku sambil membuka pangkal pahaku. Kini penis Ardi tepat didepan mulut vaginaku. Aku memintanya untuk digesekan sambil coba dimasukan.

Perlahan kepala penis Ardi yang hangat mulai membuka bibir vaginaku. Kepalanya mulai naik turun atas arahan majikannya. Sesekali hentakan yang dilakukan Ardi membuatku kaget karena perih. Tapi gesekan kepala penisnya membuat aku juga merasakan nikmat.

Dengan sabar Ardi menggesek-gesekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku yang sudah sangat licin. Ia memutar-mutar dan menggocek-gocekkan batang kemaluannya di sela-sela bibir kemaluanku. Hal ini membuatku benar-benar hampir tidak kuat lagi menahan kenikmatan yang menderaku. Mendapat serangan yang luar biasa nikmat itu, secara refleks aku memutar-muatarkan pantatku. Aku begitu terangsang. Karena vaginaku yang semakin licin tanpa sadar kepal apenisnya sudah mulai masuk ke vaginaku. Mungkin seperempat batangnya juga mulai beradaptasi dengan dindin luar vaginaku.

Semakin Ardi mncoba mendorong penisnya ternyata semakin nikmat ku rasakan. Meski memang terasa sedikit perih ketika bertambah dalam, tapi kenikmatan ini belum pernah aku rasakan. Mungkin, ini adalah reskor terdalam batang penisnya masuk dalam tubuhku. Aku tergetar hebat mendapatkan rangsangan ini. Dari matanya akupun tau bahwa Ardipun merasakan hal yang sama. Sesekali terdengar lenguhannya kegelian.

“nadia memek kamu basah banget, aku masukin ya ohhhh” Ardi meminta izin
“pelan-pelan yang, sshhhh, ini masih perihhh” aku membalas keenakan
“tapi gimana rasanya yang?” Ardi kembali bertanya
“enaakhh sayaang, tapi perih. Kaya gini aja dulu” kataku

Kami bertahan cukup lama pada posisi ini. Ardi masih terus berusaha mendorong penisnya untuk masuk lebih dalam. Aku yang keenakan tentu akan memproduksi cairan pelican yang semakin banyak. Otomatis akan mempermudah jalan masuknya. Kini aku telah benar-benar tenggelam dalam birahi. Napasku semakin memburu dan tubuhku kembali berkelejat menahan kenikmatan. Aku rasa aku hampir sampai. Rasa perih itu kini perlahan hilang. Aku merasakan perih ketika penis Ardi menyentuh bagian di dalam vaginaku. Mungkin itu selaput dara. Tapi, baru segini saja aku sudah merasa nikmat, apalagi semua penis Ardi masuk?

“sayaangghhh aku pengen keluarrr” erangnya tertahan
“yaaudah yaanghhh, ohhh keluarin ajaahhh” akupun membalas sekenanya

Setelah itu kami kembali memacu birahi. Gesekan penisnya masih cepat yang membuat kepalanya makin sering menyentuh selaput daraku. Rasa perih sudah tak terpikirkan ketika gelombang itu akhirnya datang. Ardi sayang, aku sampai duluan.

“ohhhhhhh ahhhhhhhhhh” aku kembali melenguh, kali ini lebih hebat

Ada sesuatu yang menggelegak di dalam sana. Mataku terbeliak dan tanpa malu-malu lagi aku mengangkat pantatku menyambut gocekan batang kemaluan Ardi di bibir kemaluanku. Aku berkelejotan, sementara napasku semakin memburu. Gerakanku semakin liar saat liang kemaluanku berdenyut-denyut. Disaat yang bersamaan Ardi mencabut penisnya dari liang kemaluanku dan ejakulasi diatas perutku.

“Nadiaaahhhh, ohhhh ohhhh” Ardi mengerang disertai tembakan spermanya

Rasanya malam ini adalah malam yang indah. Rasanya kami lupa jika seharian kami harus melayani para tamu yang datang. Malam ini, kamarku dan segala barang yang ada didalamnya menjadi saksi. Betapa menyenangkannya menjadi pasangan suami istri.

Samar kulihat cukup banyak cairan spermanya yang jatuh diperutku.dengan sigap Ardi mengambil tisu untuk mengelapnya. Kami berdua berpelukan. Ardi rebahan dikasur, kemudian aku naik ketas tubuhnya. Kami membiarkan tubuh telanjang kami yang berkeringat menjadi tontonan pendingin ruangan yang sepertinya tidak memberi dampak apapun pada kami. Panasnya birahi kami membuat badan kami berkeringat.
 
Bookmark dulu hu
Pantau seminggu lagi ada update apa tidak :)
 
Makasih updatenya neng. Biarkan saja jgn pindah rumah
 
Setelah pendakian itu, kami memutuskan untuk tidur. Aku hanya memakai celana dalam dan Ardi telanjang. Katanya, ini adalah salah satu impiannya untuk bisa tidur telanjang denganku. Tanpa melihat jam, aku langsung tertidur.

Namun tiba-tiba aku terbangun ketika aku merasakan geli. Rasanya seperti payudaraku ada yang menjilati. Aku membuka mata dan kulihat Ardi sedang sibuk menyedot kedua payudaraku secara bergantian. Kembali aku harus menggelinjang dan nafsuku perlahan mulai bangkit.
Tubuh telanjang Ardi menindihku. Dalam keadaan masih mengantuk sesekali aku mendesah saat giginya beradu gemas pada puting payudaraku.

Perlahan namun pasti lidah Ardi mulai menelusuri setiap lekuk liku tubuhku. Tanpa rasa jijik dijilatinya ketiakku yang bersih mulus, karena aku memang rajin mencabuti bulu ketiakku. Rasanya geli luar biasa diperlakukan seperti itu. Lidahnya yang basah dan panas seolah-olah menggelitik ketiakku. Setelah puas menjilati kedua ketiakku bergantian, lidahnya mulai menelusuri tubuhku bagian samping ke arah bawah. Sekarang pinggangku dijadikannya sasaran jilatannya. Aku semakin tak mampu menahan diri.

Karena bukan hanya itu rangsangan yang diberikannya. Tangannya yang nakal ternyata tak tinggal diam. Ditangkupkannya telapak tangannya yang besar ke bukit kemaluanku masih tertutup celana dalam yang sepertinya sudah mulai lembab. Lalu dengan gerakan lembut diremas-remasnya bukit kemaluanku.

Beberapa saat kemudian sambil bibirnya menjilati perut bagian bawahku, jari jari Ardi mulai bergerak menyusuri celah hangat di antara bibir kemaluanku yang sudah sangat basah. Jarinya bergerak sepanjang celah itu dari atas ke bawah hingga menyentuh lubang analku. Dengan dibantu cairan yang keluar dari liang kemaluanku jarinya mulai dimasuk-masukkan ke dalam lubang analku hingga lubang analku kurasakan mengedut-ngedut.

Tanpa meminta persetujuan dariku, Ardi membalik posisi tubuhnya. Wajahnya sekarang menghadap ke selangkanganku dan selangkangannya pun dihadapkannya ke wajahku. Sekarang penis Ardi yang sudah sangat keras menggantung di atas wajahku. Uratnya yang seperti tali kelihatan menonjol sepanjang batang kemaluannya yang berwarna hitam kecoklatan. Tiba-tiba kurasakan batang kemaluan itu mengganjal tepat di bibirku. Rupanya Ardi menginginkan batang kemaluannya kujilati seperti tadi. Aku pun membuka bibirku dan dengan lembut mulai menjilati ujung batang kemaluannya yang mengkilat. Tubuhku pun tersentak dan tanpa sadar pantatku terangkat ke atas saat Ardi mulai menjilati vaginaku. Bibirnya dengan gemas menyedot labia mayoraku lalu disisipkannya lidahnya ke dalam bibir kemaluanku.
Saking gelinya tanpa sadar kedua kakiku menjepit kepalanya untuk lebih menekankan wajahnya ke selangkanganku.

Tubuhku semakin menggeliat liar saat lidah Ardi mulai menggesek-gesek klitorisku yang rasanya membengkak dan berdenyut-denyut seolah mau pecah. Mataku sudah membeliak hampir terbalik. Aku merasa hampir mengalami orgasme lag. Namun saat desakan di bagian bawah perutku hampir meledak tiba-tiba Ardi menjauhkan bibirnya dari selangkanganku. Aku kecewa sekali rasanya. Orgasme yang hampir kuperoleh ternyata menjauh lagi. Ternyata ini memang taktik agar aku penasaran.

Ardi mengubah posisi lagi. Kini wajahnya menghadap ke wajahku lagi. Tubuhnya ditempatkannya di antara kedua pahaku yang memang sudah terbuka lebar. Kemudian bibirnya mencium bibirku dengan lembut. Akupun membalasnya. Lidah kami saling berkutat. Sementara itu tubuh bagian bawah penisnya mulai menekan selangkanganku. Hal ini kurasakan dari tekanan batang kemaluannya yang terjepit bibir keamaluanku, walaupun belum masuk ke dalam liang kemaluanku.

“yang, aku masukin ya” pintanya

Aku tidak menjawab. Hanya angguka tanda persetujuan. Aku gemetar luar biasa ketika merasakan kepala batang batang kemaluan itu mulai menyentuh bibir vaginaku. Lalu dengan perlahan digoyangkanya pantatnya hingga batang kemaluannya mulai menggesek celah bibir kemaluanku. Hal ini berlangsung beberapa saat dengan irama yang teratur seperti pemain biola yang menggesek biolanya dengan khidmat. Ardi lalu memegang penisnya dan dicucukannya ke celah-celah bibir vaginaku yang sudah sangat licin. Dengan pelan didorong pantatnya hingga akhirnya ujung penisitu berhasil menerobos bibir kemaluanku.

Aku menggeliat hebat ketika kepala penis itu mulai menyeruak masuk. Walaupun mulanya sedikit perih, tetapi perlahan namun pasti ada rasa nikmat yang baru kali ini kurasakan mulai mengalahkan perihnya selangkanganku. Perlahan namun pasti Ardi terus menerus mengayunkan pantatnya. Aku merasakan bibir vaginaku mulai melebar, menerim atamu yang selama ini aku nantikan untuk hadir memenuhi rongga hampa itu. Sedikitdemisedikit penis Ardi mulai masu ke dalamnya. Keringat kami berdua semakin deras mengalir, sementara mulut kami sesekali berpagutan. Ada rasa perih bercampur nikmat saat panis Ardi mencoba masuk lebih dalam. Perlahan perih itu berganti nikmat yang tentu akan menghasilkan cairan pelicin di liang vaginaku.

“sakit yang?” tanyanya melihatku yang meringis
“enakkhh, pelan aja tapi yanghh” jawabku sambil sedikit mendesah

Perlahan tapi pasti penis itu melesak ke dalam libang kemaluanku. Vaginaku terasa penuh sesak oleh batang batang kemaluan Ardi yang cukup besar itu. Ada rasa pedih menghunjam di perut bagian bawahku. Aku merasakan ada sesuatu yang sobek dibawah sana. Apakah itu selaput daraku? Secara reflek air mataku mengalir. Entah akupun bingung. Antara perih dan senang. Melihat aku menangis, Ardi menghentikan gerakannya.

“ehh kenapa yang? Sakit ya?’ tanyanya
“gak apa-apa sayang. Pelan-pelan masukinnya. Perih” jawab ku
“yaudah gak usah dilanjutin yang, kamu kasian kesakitan” Ardi kembali berbicara
“jangaaan, tanggung yang. Coba kamu goyangin pelan-pelan” kataku

Rasanya aneh. Seketika rasa nikmat menggantikan rasa sakit yang tadi menghentakku. Kurasakan batang penisnya mengedut-ngedut dalam jepitan liang vaginaku.

Kemudian dengan perlahan sekali Ardi mulai mengayunkan pantatnya hingga kurasakan batang kemaluannya menyusuri setiap inci liang kemaluanku. Perlahan rasa perih itu berubah menjadi nikmat sekali rasanya. Ardi kemudian menurunkan badannya, mengulum payudaraku yang sudah menegang. Cumbuan Ardi cukup ampuh membuatku melupakan rasa perih itu. Semakin Ardi menggoyangkan pinggulnya semakin aku mengeluarkan cairan pelumas pada liang vaginaku.

Kudengar Ardi mendengus tanda birahinya sudah mulai meningkat. Gerakan batang kemaluannya semakin mantap di dalam jepitan liang kemaluanku. Aku merasakan betapa batang kemaluanya yang keras sesekali menggesek-gesek klitorisku. Aku pun mengerang dan tubuhku bergerak liar menyambut gesekan batang kemaluannya. Pantatku mengangkat ke atas seolah-olah mengikuti gerakan Ardi yang menarik batang kemaluannya dengan tidak beraturan

Napasku semakin terengah-engah dan merasakan kenikmatan yang kini semakin tak tertahankan. Tanpa sadar aku pun mengimbangi genjotan Ardi dengan menggoyang pantatku. Semakin lama, genjotannya semakin cepat dan keras, sehingga tubuhku tersentak-sentak dengan hebat. Benar kata orang, pertemuan antara dua daging ini sungguh nikmat sekali.

Goayangan Ardi sudah semakin leluasa meski masih tak beraturan. Rasa perih yang tadi sempat menguasai vaginaku kini berubah menjadi rasa geli nikmat yang seakan tak berujung. Rasanyaberkali lipat dari jilatan lidah Ardi atau gesekan batangnya di antara bibir vaginaku. Ardi semakin mempercepat goyangnya saat vaginaku rasanya semakin licin.

“aahhhh saayanggghhhh aakkkuuu keluuarhhh” Ardi berkata sambil terbata menahan nikmat

Lima sodokan setelah Ardi berkata demikian penisnya dihujamkan ke dalam vaginaku. Rasanya seperti ada yang menyentuh mulut rahimku. Ku rasakan penisnya berkedut disusul dengan ada cairan hangat yang membanjiri liang kemaluanku.

“oohhhhhhh ohhh ohhhh” Ardi mendesah

Tangannya gemetar menumpu badannya yang tersapu gelombang kenikmatan. Aku agak kecewa sebenarnya karena kenikmatan yang baru saja ku dapatkan ternyata tidak bertahan lama. Tapi aku pernah baca jika laki-laki yang masih perjaka pasti akan cepat orgasme saat pertama kali berhubungan badan. Penisnya belum terbiasa menerima rangsangan dari pasangannya. Tapi aku berharap Ardi tak selemah itu. Sebab saat kami pacaran dulu dia sulit sekali orgasme.

“maaf ya sayang, aku gak tahan jadi aku masukin aja semua” katanya
“gak apa-apa sayang, enak yang? Cepet banget keluarnya?” tanyaku sambil mengelus dadanya
“sumpah yang, rasanya lebih dari paskita pacaran, geli terus basah gitu” jelasnya

“yaudah cabut yang, udah kecil kan lagian” kataku sambil melihat selangkangan kami yang menyatu
Seketika ada cairan keluar dari vaginaku saat penis Ardi keluar. Banyak sekali. Cairan pink yang menandakan diriku sah melepas keperawanannku dengan Ardi. Darah akibat robekan selaput darahku bercampur dengan sperma Ardi.

Setelah pertarungan itu, kami memutuskan kembali tidur. Ada rasa bangga pada diriku karena bisamenjaga keperawananku sampaipadatitik ini. Meski secara fakta kami beberapa kali hampir kecolongan, tapi nyatanya kami sanggup melakukannya. Darah itu menjadi pembuka gerbang naluriku sebagai wanita dewasa. Kini seks bukan lagi hal yang tabu bagiku. Sejujurnya memang sejak dulu aku mendambakannya, namun karena adat ketimuran kami harus menundanya. Aku bangga pada Ardi. Dia sanggup menahan iman meski kadang godaan lebih banyak datang. Dari sisi liarku, ingin sekali aku menjadi muara fantasi seksnya. Aku siap menjadi mainannya, budaknya, pemuas nafsunya.

Setelah kami membereskan sisa pertarungan semalam, kami bergegas menuju toko peralatan rumah. Kami memanfaatkan uang hasil pemberian tamu undangan untuk membeli kebutuhan rumah tangga kami. Meski di bawah sana rasanya masih ada yang mengganjal dan sedikit perih, namun aku bahagian karena aku kini sepenuhnya miliknya. Siang itu kami mengulangi lagi. Mendaki kenikmatan untuk membiasakan kelamin kami dalam menggapai puncak orgasme. Siang itu Ardi tampil lebih perkasa. Dia mampu bertahan saat aku dengan beringasnya menggoyang penis itu di vaginaku dari atas.

“yang, enak banget ya jadi penganten baru haha” katanya sambil membelai rambutku
“hahaha untung kita sabar ya. Kalo kita ngelakuinnya pas pacaran, jadi gak seru kayaya” kataku
“kan katanya aku boleh make kamu kapan aja kan?” tanyanya ragu
“kenapa emang yang? mau tiap hari? Haha” aku menantang
“haha bukan. Aku gak bermaksud apa-apa sih. Cuma aku punya fantasi aja” katanya ragu
“fantasi apaan yang? Aku juga sebenernya ada sih pengen nyoba gitu” kataku malu
“kamu emag punya fantasia apa yang?” Tanya
“gak mau. Kamu dulu” jawabku
“yaudah. kalo kamu gak mau juga gak apa-apa sih. Tapi aku takut” Ardi menahan
“yaudah kasih tau dulu” kataku tegas
“yaudah, maaf ya. Aku pengen banget maen tapi kamu ake kerudung gitu yang. Maaf sih. Tapi aku punya fantasi gitu sih. Jadi kerudungnya dipake tapi bawahnya telanjang” Ardi bersuara
“hahaha kok bisa sih yang kepikiran gitu?” tanyaku penasaran
“ya gak tau yang. Kamu tuh alim tapi kaya doyan gitu sama seks gitu.apalagi kalo aku keluarinyya di muka kamu gitu, duhhh kan jadi ngaceng lagi negbayanginnya haha” katanya menjelaskan
“gak mau kalo dimulut. Apaan kali” aku menjawab
“yaudah sekarang fantasi kamu apaan yang” Ardi penasaran
“haha jangan marah ya. Aku pengen banget kita seharian maen. Jadi telanjang gitu yang seharian. Terus aku juga pengen maen dihalaman belakang rumah kita. Kayanya kalo ngwee di alam liar tuh enak gitu suasannya, duh aku juga jadi mau lagi” kataku malu
“dasar kamu yang. Yaudah gampang deh itu mah. Sekarang mah kita maen yang bisa aja dulu. Masih mau gak? Heheh” Ardi menggoda ku
“ya mau lah yang hahah” kataku bersemangat
“mau apa yang?” Ardi kembali menggoda
“mau kontol Ardi dimasukin ke memek Nadia. Mau dientotin sampe enak. Mau di crot di dalem. Nadia pelayannya Ardi” kataku bermanja
“sumpah yang, aku bikin kamu lemes dah. Sini aku kontolin memek kamu yang enak itu”



TAMAT
 
Fiuh, akhirnya ya, sampe sini juga


Terima kasih kepada suhu sekalian atas atensinya di cerita ini. Terima kasih atas kesabarannya nunggu cerita baru. Mohon maaf atas tulisan yang sekiranya kurang memuskan ini. Sampai bertemudi tulisan lainnya.

Salam hangat
88
 
Jav Toys
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd