Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Sanggupkah Aku Menjaganya? (Kisah Nyata)

Bimabet
Teruntuk suhu yang sudah mampir di tulisan ane.

ini adalah satu dari tiga rencana salam perpisahan ane di tulisan ini.
untuk yg terkahir, maukah para suhu disini meramaikan thread ini?
mari budayakan komentar atau tinggalkan sesuatu yg manis di tulisan ini.
mari kita saling memuaskan dengan saling mendukung apa kebutuhan masing-masing.
bukankah orgasme yg menyenangkan itu ketika berbarengan?

terima kasih atas perhatian para suhu disini, semoga harinya menyenangkan


salam,
88
 
Yaah... Mau udahan aja Suhu Barbuk? Yeah, setiap ada pertemuan pasti ada perpisahan. Semoga Suhu Barbuk selalu sehat sehingga rajin posting karya-karya lain yang lebih mantab.
 
ga sabar membaca prosesi mengalirnya darah keperawanan didi
 
#





Harum semilir angin laut mencumbui ragaku. Seketika rasa tenang memuaskan dahagaku. Butir-butir pasir mulai menempel di kaki kami. riuh suara manusia yang gembira menandakan bahwa kami semakin dekat dengan bibir pantai.

Aku mencoba meresapi setiap energi yang ada. Air. Udara. Tanah. Dan cinta manusia yang membawaku lepas terbang jauh dibawah alam bawah sadarku. Ekor ombak kecil berhasil membawaku mendarat di bumi, mensyukuri karunia Tuhan yang sering kita lupakan.

Cukup banyak wisatawan yang datang pada sore itu. Sore yang cerah untuk sekedar bercengkrama dengan sejuknya hawa laut. Beberapa wisatawan asik dengan ombak yang menerjang mereka. Beberapa diantara sik berbincang. Aku dan Ardi masuk menjadi bagiannya.

Aku menolak ajakan Ardi untuk sekedar membasahi diri dengan asinya air laut. Aku ingin lebih lama menikmati suasana ini. Tanpa menunggu persetujuan ku, Ardi langsung menghambur menuju laut, bersatu dengan manusia lainnya.

Setelah aku mengikat rambutku, aku memutuskan untuk bergabung bersama Ardi yang sedang asik bercengkrama dengan ombak di bibir pantai. Segarnya air asin ini langsung menghinggapi tubuhku. Sesekali kami tertawa untuk sekedar melepaskan emosi yang ikut terhempas bersama gulungan ombak yang datang.

Karena lelah, aku menepi. Aku duduk di pinggir pantai sambil membiarkan angina mengeringkan pakaianku yang basah.

“yang, ke kamar yuk. Bajunya basah takut masuk angina” Ardi membujuk
“nanti deh yang, masih pengen disini” aku menolak
“tapi ini angin nya kenceng, lho. Tau sendiri aku orangnya gampang masuk angina” Ardi merendah sambil memainkan pasir di kaki ku
“huhuhu, lagian jadi orang lemah amat kali, gampang masuk angina” aku mengejeknya
“hahaha, kayanya kamunya kuat aja. Biarin lemah masuk angin, yang penting kuat di ranjang, hahaha” Ardi membalas, kali ini sudah menjurus mesum
“dih, apaan kuat. Kaya udah pernah aja” aku menolak pernyataannya
“lah kan dulu, kamu duluan yang keluar. Kamu aja ngeluh lama keluarnya, iya kali yang” Ardi menjawab bangga
“aku lupa pernah ngomong gitu. Jam berapa sekarang yang?” aku mencoba mengingat pengakuan ku tentang kehebatan Ardi
“gak tau, kan gak bawa hp. Kalo diliat dari mataharinya kayanya jam 5an” Ardi kali ini tampil sok ilmiah
“sok tau amat kali, huhuhu. Tapi langitnya kayanya ke tutup awan deh, padahal aku mau liat sunset” aku berkata sambil membuang pasir ke tubuhnya
“iya sih, yaudah yuk kita ke kamar. Udah lengket juga” Ardi berdiri sambil mengajak ku

Aku menyerah. Aku langkahkan kaki ku menjauh dari deru ombak. Sekilas aku lihat beberapa wisatawan memang meninggalkan pantai meski langit sebenarnya masih terang.

“yang” aku memulai pembicaraan
“mmmm” ardi hanya acuh
“kamu ngajak pulang sekarang biar bisa mandi bareng kan? Ngaku!” aku langsung to the point
“aih iya, aku sebenernya udah lupa sih, jadi kamu mau nih?” Ardi tampak kegirangan
“dih, aku kan cuma nanya. Kamu pengen banget ke kamar soalnya” aku malu sekaligus memberikan pembelaan
“hahaha, tapi boleh kan yang?’ Ardi kembali menggoda ku
“apaan sih, aku kalo mandi suka lama” jawabku agak jutek
“haha, aku bercanda kok sayang. Kalo gak mau juga gak apa-apa” Ardi memeluk pinggangku

Sesampainya di kamar atau lebih tepatnya bungalow kami, Ardi langsung membuka pintu. Setelah mencuci kaki denga kran air yang ada di depan, kami langsung beringsut masuk. Aku langsung menuju handphone yang sengaja ku tinggalkan. Disusul dengan Ardi yang menengok handphonenya setelah menutup pintu.

“yang, aku duluan yah, katanya kamu mandinya lama” Ardi berkata sambil mengambil sabun yang ada di tasnya
“gak mau, aku duluan!” jawab ku jutek
“yang, kamu marah yah,aku bercanda kok” Ardi mendekati ku yang sedang mengambil sabun dan shampoo
“apaan sih, marah kenapa coba” aku masih menjawab sekenanya

Setelah membawa sabun dan shampoo, aku langsung masuk kamar mandi. aku melihat ke cermin yang di wastafel, aku sudah berantakan. Aku kemudian menyalakan shower untuk membilas tubuhku dari air laut. Setelah semuanya tersiram, aku lupa membawa handuk.

“yang, mau minta tolong ambil anduk dong” aku berkata sambil memunculkan kepalaku di pintu

Ardi kembali dengan membawa handuk yang ku minta.

“yang sabun kamu mana?” aku berkata dengan keadaan yang sama
“ada yang, kamu gak bawa sabun?” Ardi balik bertanya sambil membawa sabunnya
“jadi mau mandi bareng, buruan aku kedinginan yang” aku berkata dengan anda datar
“seriusan yang? Duh haha” Ardi langsung masuk ke kamar mandi, tapi aku tahan
“kunci dulu pintunya, takut ada yang mau ikut mandi” aku berkata sambil menutup pintu

Tak sampai satu menit, Ardi kini sudah berada dalam kamar mandi. tubuhnya terlihat gemetar entah karena dingin atau gugup.

Aku langsung inisiatif memintanya untuk membuka baju. Tanpa diminta dua kali, Ardi langsung membuka bajunya sekaligus celana pendeknya. Tersisa celana dalam warna hitam yang sudah sempit karena isinya sudah mengembung.

Aku meminta Ardi untuk membuka pakaianku. Dimulai dari kaos yang ku gunakan, lalu kemudian celana pendek yang di lepaskan. Tinggalah aku hanya mengenakan bra yang kupakai tadi siang dengan celana dalam tipis berwarna hijau muda. Karena kondisi kamar mandi yang terang dengan lampunya, aku yakin Ardi bisa melihat terawangan bulu kemaluan ku yang tercetak karena basah.

Ardi langsung mengarahkan tubuhku ke dinding. Suasana kamar mandi saat itu sunyi sekali. Hanya sayup-sayup suara pengunjung hotel yang sedang beraktifitas. Karena suasanya sunyi, aku bisa mendegar nafas Ardi memburu.

Kami langsung berciuman. Aku harus sedikit mendongak karena Ardi lebih tinggi dari ku. Bibir kami saling memagut satu sama lain. Secara bergantian seirama kami saling memuaskan. Ketika aku mengulum bibir bawahnya Ardi mengulum bibir bawah ku. Menurut Ardi pada satu kesempatan, bibirku sangat menggoda. Tipikal bibir yang pas untuk dicium, tidak tipis tapi tidak terlalu tebal.

Sesekali terdengar sayup suara pengunjung hotel yang sedang menikmati senja dari lubang udara di dalam kamar mandi. kecupan demi kecupan terus berjalan sampai birahi kami perlahan bangkit. Tangan Ardi masih sabar memegang pinggangku. Sementara tanganku sibuk memegang dagunya agar bibirnya pas dengan bibirku.

Kami akhirnya melepaskan ciuman kami. Ardi mencium mesra keningku. Kami tak banyak berbicara, biarkan tubuh kami yang bergerak dan nafsu kami yang berkuasa. Perlahan tangan Ardi mulai merayapi punggungku, kaitan bra yang dia tuju. Meski agak susah, akhirnya kaitan itu terlepas juga. Lega rasanya. Bra yang sebenarnya kecil itu membuatku sesak. Sengaja aku memakainya karena ingin terlihat lebih tampil menggoda.

Ardi kemudian membuka penutup bukti kenyal itu. Membuangnya ke sembarang tempat. Kini di hadapannya terpampang nyata buah dada ranum. Buah itu sudah matang siap untuk dipanen. Payudaraku terasa lebih kencanag dan putingku sudah mengeras. Entah apakah itu karena efek nafsu atau kedinginan. Yang jelas saat ini aku ingin benda itu segera dimanjakan.

Perlahan Ardi mulai meremas payudaraku, langsung keduanya. Untuk menghilangkan rasa gugup aku kembali memagut bibirnya. Sesekali tangan Ardi nakal dengan mencubit puting payudaraku. Perpaduan antara sakit dan nikmat, seperti antara surge dan neraka. Ciuman kami kini berubah menjadi lebih liar. Aku mencoba menulusuri rongga mulutnya dengan lidahku.

Mmhhhhh oohhhhhhh

Sesekali aku mendesah saat perlakuan tangannya pada payudaraku terlampau nikmat. Kombinas antara remasan di payudara dan jilatan di leher membuatku kalap. Aku sampai lupa membalas budi pada Ardi yang telah membuatku mabuk kapayang. Ada sesuatu dibawah sana yang sedari tadi menggesek pada celana dalam ku yang sudah mulai basah oleh cairan cintanya.

“gimana enak gak yang”Ardi bertanya sambil terus meremas payudaraku
“enakh sayangh, mau aku kocokin gak yang?” aku menggoda sambil meremas penisnya yang masih tertutup celana dalam
“oohhh, mau dong. Keluarin sendiri aja, bosen aku ngeluarin sendiri terus, hahaha” Ardi balik menggoda
“dih, emang kamu suka ngeluarin sendiri?” aku kaget dan reflek meremas batang dalam genggaman
“duh, sakit yang. Ya iya lah, kalo mau kencing kan aku yang keluarin, emang siapa lagi? Dasar mesum pikirannya” Ardi balas mencubit putingku
“hahaha, udah sange mah suka ngelantur yang. Buka ih cepetan” aku mulai merajuk
“sabar dong, udah gak sabar banget kayanya” ucap Ardi sambil membuka celana dalamnya

Kini kondisi kami sudah telanjang. Maksudku Ardi yang telanjang, sedangkan aku hampir telanjang karena masih ada celana dalam yang sebenarnya sudah bisa memperlihatkan apa yang menjadi isinya.

“kayanya makin gede aja ya kontol kamu” kataku saat Ardi berhasil meloloskan celana dalamnya
“eh kamu ngomongnya asal aja, aku kaget” Ardi terlihat kaget dengan ucapanku barusan
“maaf, hehe. Gak tau aku juga, kok aku jadi gini ya” aku malu sendiri
“yaudah yang, kocokin lagi kontolnya, hahaha” Ardi malah melanjutkannya

Kami kemudian kembali berpagutan. Tangan kiriku mengocok penisnya sedangkan kedua tangan Ardi masih sibuk meremasi kedua payudaraku yang semakin kenyal. Sebenarnya ciuman kami sudah tidak terlalu fokus. Ardi sepertinya sudah mulai menikmati kocokanku meski aku sendiri agak kurang nyaman dengan posisi mengocok seperti ini. Sementara aku mulai gelisah saat tangan Ardi berpidah ke bongkahan pantatku. Diremasnya sambil sesekali lidahnya menyusuri leherku.

“enak gak yang?” aku bertanya pada Ardi
“lumayan yang, kamu buka dong cd nya, masa aku doang yang telanjang” Ardi menjawab sambil sedikit terengah

Aku kemudian melepaskan tanganku dari penisnya mulai terasa panas. Aku agak sedikit menjauh dari Ardi sehingga menciptakan sedikit jarak antara kita. Aku kemudian secara demonstratif membuka celana dalam ku. Adegan ku sepertinya membuat Ardi semakin bernafsu.

Aku kemudian mendekat kembali. Tak butuh waktu lama kami kembali berpagutan. Lidah kami saling beradu saling membelit. Tanganku sudah pada penisnya sedang tangannya sudah menggesek bibir vaginaku.

Oohhhhh sayanggghhhhhh

Aku mendesah saat sapuan tangan Ardi menyenggol klitorisnya. Aku sudah tidak fokus untuk mengocok penis Ardi. Perhatianku terbagi antara sapuan tangan di vaginaku atau remasan di payudara kananku. Setelah sekita 5 menit kami melakukan itu Ardi melepskan tangannya.

“kamu kenapa yang?” Ardi bertanya sambil memeluk pinggangku
“kamu nakal, tadi kaya geli terus enak banget tau. Kayanya kena itunya deh” aku malu-malu mengakuinya
“lah emang kena apanya yang?” Ardi Nampak pura-pura tak tau
“dih pura-pura gak tau. Yang, kamu udah sange banget ya?” Ardi bertanya sambil mengokakan kepala
“emang gak tau yang, emang kena apaan? Ya iya lah, ada cewe telanjang sampe ngdesah itu mana aku gak horny”Ardi mencubit pantatku gemas
“kena itilnya, puas kamu aku ngomong jorok” aku sedikit ngambek
“hahaha, kamu basah banget yang, udah terangsang banget?” Ardi masih mencoba menggodaku
“iya, kamu mau gak jilatin memek aku, terus di itil aku di emut-emut gitu” aku balas dengan yang lebih binal.
“hahaha, sekarang nadia masuk jebakan ku. Yaudah cari posisinya dulu, susah aku kalo sambil beridiri” Ardi kembali mencium keningku

Aku yang agak kesal harus menyerah. Aku jatuh cinta padanya, pada sosok yang selama ini ada di sampingku. Tubuhku ini taka da apa-apanya dibandingkan pengorbanannya selama ini. Ardi, Nadia cinta kamu.

Aku kemudian memposisikan duduk di ujung kloset duduk yang tersedia. Tanganku bertumpu kebelakang pada pinggiran kloset yang sudah ditutup sebelumnya. Ardi sendiri sudah bersimpuh didepan lututku yang masih merapat, menutup harta karun yang akan segera dinikmatinya. Dengan posisi ini otomatis aku tidak bisa berkutik. Jika aku lepaskan satu tanganku otomatis aku tidak seimbang dan bisa jatuh. Dengan kata lain meski posisi Ardi berada dibawah, dia menjadi penguasa penuh atas tubuh ku yang dikuasai birahi.

Perlahan kemudian Ardi membuka kaki ku. Kini terlihat sudah vaginaku. Bagian tubuh yang selalu ku rawat dan ku jaga kesuciannya sampai pada suamiku nanti. Terlihat sudah guratan garis vertical dengan sedikit bulu diatas nya. Terlihat mengkilap karena cairan pelumas yang sudah sedari tadi keluar menandakan bahwa dia siap untuk menerima rangsangan yang lebih.
Ardi kemudian memulai dari atas. Dia mulai mengulum paydaraku. Bergantian kiri dan kanan dilumatnya. Sesekali memberikan gigitan kecil pada ujungnya yang tentu membuatku mendesah kenikmatan. Saat sedang mengerjai payudaraku, otomatis penisnya itu terangkat seiring badannya yang harus menyesuaikan dengan posisi payudaraku. Sesekali kepala penisnya menyenggol vaginaku yang sudah banjir. Ini menambah sensasi yang ada.

“ssshhhhhh yaanggghhhhh, cepetan dibawaahhhhssss” aku mendesah saat Ardi sepertinya malah menikmati momen menyusuinya
“apanya sih yang? Aku lagu pengen nyusu dulu” Ardi membalas sambil sesekali mengigiti puting payudaraku
“memeknyahhh, ohhhh aku gak kuat yanghh” aku kembali mendesah saat Ardi menghisap kuat payudaraku

Ardi kemudian langsung mengalihkan perhatiannya pada vaginaku. Diciumi sejenak sebelum akhirnya lidahnya bergerak naik turun. Kedua tangannya memegangi pahaku yang merapat karena menahan kenikmatan yang mendera. Lidahnya mulai lincah bekelana saat aku merasakan ada dua jari yang membuka bibir vaginaku. Aku merasakan ada benda hangat lembut masuk kedalam lubang itu.

Suara mulut Ardi yang seakan sedang menikmati sesuatu yang basah berharmoni dengan suara desahanku yang semakin menggila. Sesuai dengan perintahku Ardi mulai mengulum klitorisku. Sungguh ini luar biasa. Aku berharap desahanku tidak terdengar keluar meski aku bisa mendengar sayup suara pengunjung hotel yang sepertinya baru pulang dari pantai.

Aku sudah sejak tadi birahi tak butuh waktu lama untuk orgamse. Meskipun banyak yang mengatakan jika wanita akan susah orgame, sepertinya tidak padaku. Apalagi kini permainan Ardi sudah semakin hebat menurutku. Entah dia belajar dari mana, selama hanya aku yang menikmatinya aku tak masalah.

“ahhhhh sayanggghhhh akuuu mau keluuarrsshhhhhhh” aku mendesah

Ardi tak menghiraukan peringatanku. Yang dilakukannya malah membuatku menjadi. Sekitar satu menit setelah peringatan dini, aku menggelepar. Aku orgasme. Vaginaku terasa berkedut. Ototnya terasa memijat-mijat. Aku merasa vaginaku mengelurakan cairan yang cukup banyak meski tak sampai squirt.

“oohhhh ohhhh saaaynggghhhh eenaaakkkhhhhhhh” aku sedikit berteriak sambil merpatakan kaki ku.

Aku tak peduli apakah Ardi bisa bernafas atau tidak, yang jelas aku ingin menikmati orgamse ini sutuhnya.

Merasa nafasnya terancam, Ardi memundurkan badannya. Aku lihat mukanya agak sedikit basah. Aku yang sudah lemas beranjak dari kloset yang duduk dilantai sambil tetap mengangkang. Aku membiarkan bagian paling privatku terlihat oleh Ardi. Apa lagi yang harus ku tutupi?

“enak yang? Sampe teriak gitu, heheh” Ardi menggoda ku
“sumpah kamu belajar dari mana? Enak banget” aku menjawab dengan masih terengah-engah
“tapi bener yah, memek kami wangi terus gak amis lagi cairannya, gurih terus lembut itu itilnya juga, aku pengen lagi hehe” Ardi sedikit memuji usahaku merawatnya
“iya lah, buat suami nanti. Makannya nikahin aku cepetan, biar bisa ngrasain memek aku seutuhnya, hahaha. Aduh aku lemes” aku menggodanya
“dih kok lemes, ini belum lemes loh” Ardi menunjuk pada penisnya yang berdiri tegak
“yang gede banget sih, aku takut” aku agak bergidik melihat penisnya yang menurutku besar
“ini mah biasa aja, tapi rasanya bisa bikin kamu jerit-jerit, haha” Ardi malah balik menggoda
“nanti aku kocokin lagi yah, nanti tapi aku lemes banget” Aku menggoda dengan menyenggol penisnya dengan kaki ku
“di kocok doang nih yang?” Ardi memang gemar memancing
“nanti aku sepongin sampe muncrat peju kamu, puas kamu Ardi denger Nadia ngomong kotor? Huhuhu” aku sedikit malu sebenarnya
“hahaha, aku tunggu sayang” Ardi kemudia berusaha memeluk ku
“yaudah aku mau mandi dulu, udah lengket sama keringet gini badannya” aku bangun dengan sisa tenagaku

Kami menyudahi ronde kali ini dengan berciuman. Aku kemudian melanjutkan mandi, sedang Ardi harus menahan kontraksi sambil menungguku mandi. aku tak sabar apa yang akan terjadi malam nanti. Kami berencana akan mengadakan tukar kado, kira-kira apakah rencanaku akan berhasil.






#
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd