Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sebuah Keluarga

Hukuman apa ya yang cocok buat tante May

  • Dilecehin

    Votes: 111 34,0%
  • Dipamerin

    Votes: 123 37,7%
  • Diumpanin

    Votes: 33 10,1%
  • Dianggurin

    Votes: 59 18,1%

  • Total voters
    326
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Wedyaaaaaaannnnnnnn coba bini ane mau berbagi hmmmm jafi ane bisa ngejagain adik2nya wkwkwkwk

wkwkwkwk... Impian ente impian semua kakak ipar hu.... Kecuali yg kedapetan adek iparnya cowok semua :pandatakut:

kebayang banget adegannya gimana walaupun cuma lewat tulisan, luar biasa suhu. salut banget dah

makasih :hati:

Jaga terus keperawananmu Anna, biar adikmu aja dulu buat pemanasan :malu:

mari kita jaga bareng2 meki nya anna....

Buat suhu suhu lain... Makasih yo supportnya, silahkan ditunggu tamatnya... Masih panjang ini ceritanya.... Sabar ya hu...
 
buseeet keren banget ceritanya hu.. terima kasih banyak
 
anjaayy.... kerennn abiss...

kakak ijinkan ade nya kuda2an ama pacar kakak2nya... dan ikutan having fun...

:mantap::semangat::mantap:
 
Bab III. Tante May




2 hari yang lalu......


"Brengsek...!!" sungutku memandang layar Android. Terpampang foto seorang pria yang dengan mudah kukenali sebagai suamiku sedang berjemur dipantai hotel kawasan Nusa Dua Bali. Memakai kursi double, terlihat suamiku sedang berjemur dengan memeluk seorang wanita muda yang tak asing bagi pernikahanku....

"Parasit..!!" sungutku lagi, aku tahu wanita itu adalah rekan kerja suamiku. Janda muda 26 tahun, hampir separuh umurku yang sekarang menginjak 42 tahun, cantik sih... putih dan singset... cih!.


Sejak 6 tahun lalu pernikahan kami memang mulai terasa hambar, karier suamiku di tempat kerjanya sebagai PNS meroket membuat kami banyak kehilangan waktu, sementara pekerjaan ku sendiri bisa dibilang biasa saja sebagai karyawan Admin disalah satu perusahaan pelayaran... toh aku bekerja hanya untuk tambahan dana kebutuhan keluarga. Dengan semakin jauhnya hubungan kami, aku mulai menangkap benih - benih perselingkuhan suamiku sejak 4 tahun yang lalu, dimulai dari hal - hal kecil seperti sering pulang terlambat, berangkat lebih pagi, dandanan lebih rapi dan kesibukannya dengan gadget yang tersamar dengan aktivitas nya yang memang meningkat seiring karier, hingga hal - hal yang membuat kami bersitegang seperti bau parfum wanita lain dibaju dan tubuhnya, tanda cipokan dibadannya yang diingkari dengan alasan memar terbentur, beberapa fotonya dengan wanita lain yang kudapat dari beberapa social media temannya... ya... akhirnya aku terpaksa stalking. Itupun masih diingkarinya dengan mengatakan bahwa itu adalah rekan kerja, rekan kerja bullshit...! mana ada rekan kerja yang memiliki foto berdua lebih dari 12 foto di acara dan momen berbeda dengan pose mesra, sementara dengan yang lain tidak.


Dan terakhir yang benar - benar membuat pernikahan kami diujung tanduk ketika 6 bulan yang lalu kutemukan bukti transfer ke wanita tersebut selama 2 bulan berturut - turut, ketika seluruh emosiku memuncak, suamiku hanya bisa berkilah bahwa dia memiliki hutang dengan rekannya tersebut dan haru melunasi dengan cicilan... bullshit!!!.


Maka ketika aku mendengar bahwa suamiku akan pergi ke Bali dengan alasan kerja, aku meminta bantuan salah satu saudara jauhku yang juga merupakan OB di kantorku untuk mengikuti kegiatan suamiku. Biaya sepenuhnya kutanggung menggunakan uang tabunganku sendiri.


Dan kini, firasatku ternyata beralasan. Aku masih terdiam di meja kerjaku, pekerjaan bisa kutinggal, aku bisa mengambil cuti, toh selama ini aku jarang cuti. Yang jadi masalah adalah anak - anakku, memang mereka sudah dewasa, namun sebagai ibu, aku jarang meninggalkan anakku.


Baru kuingat... ada Rei... pacar Anna itu bisa dipercaya dan bertanggungjawab, aku bisa merasakannya entah kenapa. Pertama kali aku melihatnya, aku merasa dekat dengan Rei, meski kami jarang berbincang. Meski dia terlihat nakal, namun aku melihat guratan khas seorang pemimpin dan pria yang bertanggung jawab pada diri Rei. Mungkin itulah yang juga menarik hati Anna, anakku itu pasti tidak salah pilih, memang Anna tidak sepintar Nia, namun Anna memiliki bakat untuk mengerti seseorang dengan baik. Huuffhh... sungguh beruntung aku memiliki Anna, dia sanggup berpikir dewasa.


Aku yakin hubungan kami sebagai suami istri pasti juga dirasakan oleh Anna dan mungkin oleh adik - adiknya, namun Anna sanggup mencerahkan suasana, setiap kami bermasalah ada saja cara Anna untuk membuat adik - adiknya merasa nyaman dirumah.


Hhhmmm.... termasuk kejadian itu... pikirku sambil menyandarkan kepalaku dikursi.... kejadian yang merenggut keperawanan Nia. Yang merubah beberapa sifat Nia, namun Anna mampu menyesuaikan dengan itu semua.


Dan kini, perempuan itu.... brengsek! aku jadi kepikiran lagi, segera kuambil teleponku... Anna


"Ya bu..?" kudengar Anna diseberang telepon

"Halo, Anna..." kataku

"Ya... napa?"

"Gini... ibu rencana mau nyusul bapak ke Bali... ada yang perlu ibu selesaikan juga masalah kantor disana"

"Ibu... ibu nggak kenapa - kenapa kan?" tak terasa mataku panas mendengar Anna bertanya seperti itu, pasti dia merasa ada yang tidak beres

"Ya enggak apa - apa lah... ibu cepet aja kok.. 2 hari paling"

"Ohh.. ya nggak apa, biar Anna jaga rumah"

"Iya kan ada Rei juga... ibu percayain sama kamu ya Na.."

"Iya bu... ibu kapan berangkat?"

"Sore ini mungkin, ibu ini udah mau pulang"

"waah... dadakan juga ya, bu... ibu mending ajak Mika deh"

"Mika? nggak usahlah...."

"Udah... percaya Anna, ajak Mika... dia udah abis ujian kok, ga ada pelajaran, pasti juga mau refreshing, kasian dirumah juga. Kalau di Bali, biar ga ganggu ibu, Mika bisa main ke rumah Triana pasti mereka seneng bisa ngumpul lagi" kata Anna menyebutkan nama Triana, sahabat baik Mika yang pindah sekolah untuk mengikuti Ayahnya dinas sebagai polisi

"Oiya... bener juga, tapi nggak apa ya Na.." aku ragu, tapi aku yakin Anna pasti punya pikiran lain.

"Nggak apa lah.."

"Yaudah kalo gitu ibu telp Mika dulu... kamu baik - baik dirumah"

"Ya bu... ibu juga yang sabar kalo ngadepin Mika, jangan marah - marah terus... tar ilang cakepnya"

"ga bakal ilang nak... permanen ini"

"hihihihi... yaudah... jangan lupa oleh - oleh ya bu.."

"Hmmm... dah ya" kataku sambil mematikan telepon


Akupun segera menelpon Mika untuk memberi kabar tersebut, seperti kata Anna, Mika senang sekali. Kutelepon mbok Nah untuk menyiapkan barangku, selanjutnya ku ajukan cuti dan memesan tiket pesawat dan hotel, sengaja aku memilih hotel yang sama dengan suamiku.... bukan.... setelah ini aku akan mengajukan cerai.


---------- oooOooo ----------


".....sebentar lagi kita akan mendarat di bandara Internasional Juanda Surabaya di Sidoarjo...." suara kru pesawat itu menyadarkanku dari lamunan, pandanganku beralih dari pemandangan awan yang terlihat dari jendela ke Mika yang duduk disebelahku sibuk membaca majalah. Kupandangi Mika dengan perasaan sayang... ku kecup kepalanya.


"Apaan sih mi...cium - cium ih!" kata Mika, dari ketiga anakku, hanya Mika yang memanggilku Mami.

"Udah mau sampai sayang... mami kira kamu tidur"

"Enggaklah... kita dijemput kan ya?"

"Iya... tadi mas Rei, mbak Anna sama mbak Nia udah jalan"

"Asyiiikk..." kata Mika ceria

"Eh...kok asyik?"

"Mi...! nanti makan malam diluar doong..!! laper..!!"

"Iyaaa.... tar kita bareng - bareng makan dulu, seneng amat sih kamu?"

"hihihi.... enggak... abis enak ada mas Rei, jadi rame semuanya, padahal mas Rei nya sendiri ga banyak omong, tapi semua jadi rame"

"Oiya..? mami ga perhatiin... eh.. tapi bener juga... ni kamu jadi cerewet tau - tau"

"Enak aja"

"Udah aaah mi... mau baca" kata Mika lagi, akupun membelai kepala Mika dan memikirkan kata - katanya, bener juga... ternyata Mika juga merasakan pengaruh Rei dikeluargaku.


---------- oooOooo ----------


"Mbaaak...!" jerit Mika disambut pelukan Anna

"Duuuuh... kaya ga ketemu lama aja Mik" kata Rei sambil cengengesan ngeliat Mika yang dibalas dengan juluran lidah dari Mika.

"Capek bu?" tanya Rei sambil menyalami dan mencium tangan lalu mengambil tas di tanganku

"Enggak lah Rei... cepet ini dari Bali" kataku sambil merangkul Nia yang berdiri disebelah Rei, lalu kami berjalan ke parkiran

"Oleh - olehnya mana?" kata Anna

"Adaaa... tu di tas, tar kita buka ya dirumah"

"Aseeeeek..!!" teriak Anna disusul Nia yang mengepalkan tangan tanda yes

"Rei dapet gak tan?" tanya Rei sambil membuka pintu mobil, Rei di posisi pengemudi, sebelahnya Anna, lalu aku, Nia dan Mika dibelakang

"Dapetlah... orang itu makanan" jawabku sambil tersenyum simpul

"Mas Rei nggak usahlah... nggak kasihan apa sama cewek - cewek ini" kata Nia

"hah?? kalo soal makanan gua rela deh jadi cewek"

"Ada syaratnya Rei...! traktir kita makan baru kamu boleh ngincipin oleh - oleh" sahut Anna sambil memijat - mijat bahu Rei

"Setuju mbaaak...!! traktir... traktir" tambah Nia sambil nepuk - nepuk bahu Rei.


Mbak...? aku tertegun, nggak salah denger ni? udah hampir 3 tahun Nia tidak memanggil Anna dengan sebutan mbak. Kulihat Mika juga sedikit kaget.


"Tumbeeeen... panggil mbak ke mbak Anna" ledek Mika

"Diem anak kecil... ini mbak kita... yang sopan" sahut Nia, aku masih terpana melihat perubahan Nia.

"Okeeeee...!! kita makan dulu aja ya!" tanya Rei

"Pizza dooong" pinta Mika

"ih kamu... terserah mas Rei dong mau apa" kataku

"Hahahaha... gpp tan, kita ke pizza aja" lalu kami pun melanjutkan makan malam terlebih dahulu, setelah itu kami pun kembali kerumah, Rei kutawari untuk kembali menginap namun ditolaknya dengan halus.


---------- oooOooo ----------


Hari - hari berikutnya aku disibukan dengan proses perceraianku, ya perceraian... langkah itulah yang kuambil, dan suamiku dengan mudah menyetujuinya. Ternyata selama ini dia terjerat hutang yang sangat besar karena beberapa kasus di kantornya, hal itu pulalah yang akhirnya mendekatkan dirinya dengan wanita tersebut yang ternyata anak seorang konglomerat di Surabaya. Uang.. ternyata ini semua soal uang, benar - benar memalukan, aku sampai tidak bisa mengenali suamiku yang sekarang.


Keputusanku itu kusampaikan ke ketiga anakku keesokan harinya setelah sampai Surabaya, walau sedikit shock, namun ketiganya mendukung keputusanku. Sekarang semua telah berubah, namun yang perlahan kusadari, Rei semakin dekat dengan keluargaku. Tidak hanya Anna, sekarang Nia pun dekat dengan Rei.... sangat dekat bahkan. Kalau jalan berdua mungkin orang akan mengira mereka berpacaran. Namun perubahan diri Nia membuatku senang, dia kembali seperti Nia yang dulu... dulu sebelum dia kehilangan keperawanannya.


Yang membuatku heran kebersamaan Rei dan Nia tidak menimbulkan kecemburuan di diri Anna, bahkan kadang kulihat saat Nia terpergok menatap penuh perasaan ke Rei, Anna tidak mempermaslahkannya. Tidak mungkin Anna tidak tahu, karena akupun dapat melihatnya. Bahkan Mika pun juga bisa merasakannya.


"Ciiiieeee... disuapin segala mas Rei makan es nya..." kata Mika di minggu siang saat Rei main kerumah, dia duduk disofa ruang keluarga sambil nonton tv ditemani Nia yang membawa sekotak es krim, sementara Anna tiduran disofa dengan kepala menumpu paha Rei

"Napa lu Mik? mau ikutan suapin gua?

"Enggak ah...mending aku makan sendiri"

"Yaudah sana... makan sendiri biar tumbuh dan berkembang" ledek Nia

"emang taneman... kok bukan mbak Anna sih sih yang suapin" tanya Mika

"Enggak dek... males... hari minggu ini, waktunya malas - malasan" sahut Anna

"Iiiihh... putusin aja tuh mas, jadian aja ma mbak Nia...perhatian" lanjut Mika

"wkwkwkwkwk... jangan diputuslah... orang mas sayang" jawab Rei

"hhmmm... yaudah dua - duanya ajaaa" lanjut Mika

"wkwkwkwk... boleh juga tuh usul lu Mik"

"udaaaaah... diem bawel amat ni anak" kata Nia sambil suapin Rei dengan sebongkah es.


Aku yang mengamati hal tersebut dari tangga lantai 2 sedikit tertegun, iya juga ya.... jangan - jangan mereka pacaran, ah entahlah. Toh juga kalau mereka pacaran lebih baik, karena semua menyetujui... eh... tapi kan Nia dan Anna bersaudara. Ahhh.. akupun mengibaskan tanganku menghapus pikiranku yang bingung dan kembali masuk kamar.


Huuufh... aku menghela nafas saat menghempaskan tubuhku ke ranjang, sudah hapir 2 bulan sejak awal perceraianku, dan saat ini pikiran ku sudah mulai tenang. Namun permasalahan baru datang saat pikiran tenang, gairahku meningkat. Aku menyadari sudah hampir 4 bulan aku tidak bercinta, bahkan sebelumnya pun kuantitas bercintaku dengan mantan suamiku juga tidak teratur sejak 4 tahun lalu.


Dan kini, siang ini aku kembali merasakan gairahku muncul. Akupun segera bangkit dan mengambil air wudhu lelu lanjut shalat Ashar. Selesai shalat, aku termenung memikirkan gairahku, setelah aku pikir sepertinya gairah itu timbul saat aku melihat Rei, gilaaa.... berpikir apa aku ini. Kugelengkan kepalaku untuk mengusir nafsu yang kembali timbul ini.


Akupun bangkit dan merapikan sajadahku, lalu saat hendak melepas mukena yang kukenakan, aku memiliki ide gila. Aku dengan cepat membuka mukena dan selanjutnya seluruh pakaian ku hingga telanjang bulat, lalu kukenakan mukenaku lagi. Jantungku berdetak cepat membayangkan aku tidak mengenakan apa - apa dalam mukena ini.


Tangan kananku meraba gundukan payudaraku dari luar dapat kurasakan kulitku tergesek kain mukena yang licin, hal ini membuat nafasku memburu, tangan kiriku perlahan merambat ke selangkanganku, saat mencapai belahan vaginaku, kutekan sedikit dan seketika nafasku tersengal. Kupandangi kaca dan kulihat mukaku memerah, aku segera melepaskan tangan dari tubuhku. Aku lalu terduduk diam dipinggir ranjang dan tiba - tiba aku kembali memiliki ide gila.


Kulangkahkan kakiku menuju pintu, perlahan kubuka pintu kamar, kulihat Anna tertidur disofa depan tv, Mika sedang asyik nonton drama, Nia tidak kulihat, lalu mataku mendapatkan Rei sedang merokok diteras belakang. Dengan perlahan aku berjalan menuju teras belakang, aku merasa seperti sedang berjalan dalam keadaan telanjang.


"Rei... kamu udah shalat?" tanyaku sambil berdiri di pintu

"Eh... tante, udah tan... tadi, itu Nia barusan shalat juga"

"oooh... yaudah kirain belum"

"Udah lah tan, ini masih ngadem sama rokokan"

"Iya ya... panas banget emang" kataku sambil melangkah ke taman sehingga aku sekarang berdiri membelakangi Rei. Kuangkat bagian bawah mukena ku setinggi betis saat melangkah dibebatuan. Rasanya luar biasa, jantungku berdetak sangat kencang aku merasa telanjang didepan Rei, aku yakin wajahku memerah.

"Surabaya mah juara tan soal panas..."

"Iya ya... ga ada mendung" jawabku termangu, melihat langit lalu berbalik menghadap Rei untuk masuk ke rumah saat kulihat Rei memandangku terpana

"Kenapa Rei?" tanyaku

"Ehh.. ee.. enggak apa tan... baru nyadar kalo tante cantik, pantes anaknya cantik semua" puji Rei sambil tergeragap

"iyalaah... kamu kemana aja kalo sekarang baru sadar?" jawabku sambil tertawa kecil sambil duduk di kursi sebelah Rei, astagaaa.... aku menikmati ini, digoda oleh pacar anakku saat memakai mukena tanpa menggunakan pakaian dalam... aku merasa vaginaku basah.

"Wkwkwk... iya ya tan... kenapa baru sekarang sadar.. wkwkwk"

"Seneng amat kayanya"

"Enggak... tadinya mau bilang... sadarnya kalo tante sendirian, kalo ada anak - anaknya kesilep auranya"

"Hahahahahaha... enak ajaaa"

"Makanya nggak jadi bilang, takut ga sopan"

"Itu bilang"

"Khilaf tante..."
"Hhhihihiihi..." kamipun terdiam, beberapa kali kulihat Rei melirik dadaku saat berbicara, karena kepikiran akupun menundukan kepalaku dan ternganga kaget, ternyata kain mukena polos ini terkena keringatku dan membuat kainnya menempel dikulit payudaraku, kulihat dengan jelas bentukan gunung kembarku ini tercetak jelas dengan sedikit menerawang warna kulitku bahkan putingku yang cukup besar karena telah menyusui ini tercetak menonjol kehitaman. Kaget bukan main, aku melirik Rei, kulihat dibagian selangkangannya menggembung dan dia tampak gelisah.

"ehh... tante masuk dulu Rei" kataku sambil bergegas masuk melalui jendela tinggi di samping kursiku agar tidak melewati Rei

"ehh... iya tante..."


Saat sampai dikamar aku melihat diriku dicermin, jantungku masih berdetak kencang, gilaa.... ini sungguh gilaa... Rei pasti menikmati suguhan payudaraku, hingga putingku... menikmati? aduuuuh... kenapa aku justru menikmati ini semua, putingku tambah ngaceng.


Aku melirik lemari pakaianku, segera aku menuju pintu kamar lalu ku kunci dari dalam, lalu bergegas membuka lemari pakaianku, kurogoh bagian belakang dan kurasakan benda itu.


Kini aku duduk termangu dipinggir ranjang sambil memegang sebatang dildo, dildo yang sejak aku beli 4 bulan lalu disalah satu toko online karena emosi nafsu sesaat saat itu dan belum pernah aku gunakan hingga saat ini. Kupegang dan kuamati dildo tersebut, batangnya tidak terlalu panjang, mungkin 15 cm, namun ada tekstur bintil - bintil di setengah batangnya. Aku sedikit bergidik saat meraba bagian bintil tersebut, kubayangkan bagaimana rasanya saat tergesek daging liang vaginaku, aku memejamkan mata dan langsung kurasakan gatal dibagian bawahku. Aku tidak tahan....


Segera kuambil kondom yang telah kusiapkan, lalu ku pasangkan ke dildo tersebut, kemudian akupun mengangkat bagian bawah mukenaku dan kurentangkan kakiku lebar - lebar. Kuarahkan dildo tersebut kebibir vaginaku, tangan kiriku mengoles - oles puting payudaraku. Kurasakan vaginaku terbelah saat dildo tersebut memasuki liang kenikmatanku.


"Nggghhh....sshhh" rintihku saat kurasakan geronjolan bintil - bintil tadi menggaruk bagian dalam daging vagina.

"Ahhh... " rintihku lagi, astaga... nikmat sekali rasanya, aku menggigit bibirku sendiri menahan desahanku, tangan kiriku meremasi kedua payudaraku bergantian terkadang kupilin putingku sementara dibawah, aku mempercepat gerakan tanganku mengocok dildo tersebut... dildo? aahh... bukan... ini bukan dildo.... kontol... batinku, kontol Rei...


"Oouugghh..." tanpa sadar aku melenguh, gila... ini kontol Rei... hanya membayangkan itu aku langsung menggila, becek kurasakan di vaginaku, gerakan kocokan kupercepat, tangan kiriku sekarang menerobos masuk ke mukenaku sehingga dapat kurasakan kulitku secara langsung.


Sambil tetap mengocok kontol Rei di vaginaku, aku merayap mundur ke tengah ranjang, gerakanku menambah sensasi geli di vaginaku. Kini aku berbaring terlentang dengan kaki mengangkang terbuka hingga ke pinggang, pinggulku ikut bergerak mencari titik - titik sensitif didalam vaginaku.


Aku makin beringas mengocok kontol Rei, punggungku sedikit melengkung ke atas, bibirku mulai membuka dan mataku memejam, tangan kiriku kuarahkan ke bawah mencari klitorisku dan langsung kugosok dengan cepat saat kurasakan bagian tersebut sudah basah oleh lendirku.


"NNNN....NNGG....MMMPPPHH... MMPPHHH.... MMPPPPHH" aku menutup rapat bibirku meredam jeritan orgasmeku, mataku masih terpejam, kedua tanganku masih terdiam dibawah, kontol Rei masih tertelan di vaginaku memberikan sensasi geli saat vaginaku berkedut.


Badanku lemas, sesaat mataku terbuka... Astaghfirullah... apa yang kulakukan. Aku menarik keluar kontol Rei dari vaginaku.


"Shhh.. ahh" masih kurasakan geli saat bintil - bintil tadi kembali menggesek, Astaghfirullah.... ini bukan kontol Rei... ini dildo... aku kembali termenung... lama...hingga aku tertidur.


To be Kontolnyut.....
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd