Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sebuah Keluarga

Hukuman apa ya yang cocok buat tante May

  • Dilecehin

    Votes: 111 34,0%
  • Dipamerin

    Votes: 123 37,7%
  • Diumpanin

    Votes: 33 10,1%
  • Dianggurin

    Votes: 59 18,1%

  • Total voters
    326
  • Poll closed .
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Hanjeeeer roleplay nya..
Di speed up biar mika cepet gede ya Hu?
#masihmika
Dan main roleplay dia magang atau daftar kerja
Ahayyyy
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Anjay, gue baca dr pertama, marathon. Ceritanya campur2, horni, bahagia, lucu, s3dih, penasaran (sama mika) dsb. Mantap lah
 
anjir gak sabar bgt ane hu nunggu pecah perawanya anna sama mika pasti dahsyat bgt tuh
 
Malam itu gua masih sibuk di sofa depan TV, jemari gua mondar - mandir antara tuts keyboard laptop, mouse dan setumpuk dokumen yang sore tadi baru diserahkan tante May. Gua akuin kinerja tante May dan Vanya luar biasa, berkat keduanya pekerjaan yang butuh ketelitian ekstra ini jadi lebih mudah gua koreksi. Di depan gua Mika asyik nonton sinetron sambil main game di gadget dan tiduran di karpet, mulutnya tak berhenti mengunyah menghabiskan sekaleng jack n jill seorang diri, heran gua... ni anak makan banyak tapi ga gede - gede badannya.




"Masih belum tidur say..." tanya Anna yang barusan keluar dari kamar dan langsung mendusel meringkuk memeluk gua.

"bentar, kurang 2... kamu belum tidur?" tanya gua sambil mengecup pipi Anna

"ini dah mau tidur, kamu mau kopi?"

"Udah tadi nanti aja... toh ada Mika tu, tar kalo mau dia gua suruh bikin"

"Ogah amat" sahut Mika cepat

"hahaha...." tawa gua kecil


Pandangan gua beralih ke Anna wajahnya yang cantik terlihat gundah, gua tersenyum kecil dan mengecup lagi pipi Anna sambil melepas mouse untuk
mengelus rambutnya.

"Udah... lu tidur aja dulu, tenang aja... ini mah enteng"

"mmmppp... jangan capek - capek ya...." kata Anna sambil mengecup pipi gua dan beringsut bangkit menuju kamar

"Dooooooh... yang diperhatiin istrinya langsung bengong gitu" ledek Mika ngelihat gua bengong menatap pintu kamar Anna

"hah... enggak, gua lagi mikir ini barusan gua kentut bau ga ya?" balas gua bercanda

"aaaaa...!!! mas Rei mah kebiasaan jorooook!! udah ah Mika tidur juga" omel Mika sambil bangkit dan merapikan makanannya

"hahahaha... emang bau?? enggak kaaan"

"beluuum... tapi pasti nanti bau!"

"hahaha... ya udah sana tidur anak kecil, besok susah pula dibangunin"

"Mas, besok aku dianter ga?"

"iya lah... tapi Kamis ga bisa ya, mas Rei ada acara pagi"

"gampang... makasih mas Rei jeleeeeek... jangan malam - malam tidurnya" kata Mika sambil melambaikan tangannya masuk kamar


Gua kembali bengong, otak gua sedikit meleset malam ini, pekerjaan ini harusnya dapat gua selesaikan dalam 1,5 jam namun kini sudah hampir 3 jam dan belum selesai. Huuuufffh... perlahan gua beri note coretan di kertas untuk berkas yang belum gua periksa, biarlah besok biar Vanya yang kerjain. Perlahan gua mulai membereskan meja dan beranjak masuk ke dalam kamar.


Sesampainya dikamar gua merasa butuh ketenangan, kedua tangan gua meregang, kepala gua menengadah ke atas sambil menutup mata, nafas gua hirup dalam - dalam. Perlahan gua berjalan mengambil HP yang tergeletak diatas kasur, beberapa notifikasi muncul, salah satunya WA dari Anna


Jangan capek - capek.... miss u babe

Sayang kamu....


Gua tersenyum melihat WA Anna, enggak gua balas.... jempol gua scroll kebawah mencari WA dari sobat gua si Basri 2 minggu lalu, mata gua nanar membaca kembali isi WA itu...


Sob, sorry... gua bingung mau ngomongnya, tapi gua harap lu berpikiran jernih

Anna deket sama cowok lain, hampir 3 bulan terakhir... kemaren gua lihat dia ngedate sama cowok itu di Kopitiam

Please jangan panas kepala, belum tentu gua bener juga, cuman pingin kasih kabar

Soalnya mereka pegangan tangan... sorry


Nafas gua tercekat, mata gua terasa panas, gua udah ga bisa mikir lagi. 2 Minggu terakhir benar - benar seperti neraka buat gua, dengan menggigit bibir gua lempar HP gua sekuat tenaga ke dinding


PRAAK..!


Suara pecah HP gua saat bertemu dinding seakan seirama dengan hati gua, melihat pecahan HP gua dilantai seakan melihat cerminan gua saat ini. Gua meringkuk bersujud dan mulai mengeluarkan air mata, gua geratakkan gigi gua agar tidak keluar suara cengeng bayi dewasa ini.


Anna... kenapa?


---------- oooOooo ----------


Sore ini gua duduk dengan tegang di Kopitiam, gua lirik BB Gemini lama yang gua pakai sementara, malas rasanya beli HP lagi. Jam menunjukan pukul 16.40 WIB, kurang 5 menit lagi....


"Rei... udah lama ya nunggu?" Suara Anna terdengar dari belakang

"Belum, baru 10 menitan lah" bohong... gua disini hampir 1 jam yang lalu

"Udah pesen?" tanya Anna sambil membuka menu, pandangan gua lurus menatap Anna didepan gua

"Siapa?" tanya gua pelan

"hah?" sahut Anna kaget dan menatap mata gua

"Siapa?" tanya gua lagi

"aa...apanya? siapa apanya?" tanya Anna gugup, matanya kembali ke arah buku menu, tangannya bergerak membolak - balik buku menu namun gua yakin dia sama sekali ga lihat apa yang tertulis disana

"Lu minta kita ketemu... gua udah tau apa yang mau lu omongin, jadi ga usah di omongin dan ga usah dijelasin, yang gua mau tau.... siapa?" cerocos gua cepat.


Gerakan Anna terhenti, kepalanya tertunduk, badannya terlihat bergetar. Kami terdiam, beberapa saat kemudian perlahan kepala Anna terangkat menatap gua, air mata ternyata mengalir deras dari kedua matanya, giginya erat menggigit bibirnya hingga terlihat ada bagian yang sobek, gua sekuat tenaga menahan diri agar tidak terbawa emosi.


"kaa... kamu tahu..hiks... sejak ka.. kapan?"

"Jangan balik tanya dong... siapa?" tegas gua

"....."

"huuufffhh..." gua ulurkan tangan gua menggenggam tangan Anna, sedikit gerakan menarik kelaur dari gesturenya membuat gua melepaskan tangan gua.

"Gua bukan mau berantem sama cowok itu kok Na... kalo itu yang lu pikir... gua cuman pengen tahu sepantes apa dia buat elu" kata gua

"Irfan... Irfan Tanis" bisik Anna lirih


Sial... gua kenal ini cowok, Irfan Tanis, kakak kelas gua, pribadi yang pantas jadi idola... dan jauh lebih daripada gua. Dulu dia salah satu panutan gua, damn... lulus cumlaude sekarang kerja di bisnis Migas
internasional, aktif jadi pembicara di seminar mahasiswa dan aktif menulis di beberapa forum dan jurnal ekonomi. Fuck...!!!!


Gua menunduk... malu.


"Rei... aa... aku minta maaf..." suara Anna tidak terdengar jelas


Badan dan jiwa gua serasa terpisah, badan gua bergerak sendiri bangkit dari kursi dan berjalan cepat kearah mobil, Anna dibelakang mengejar gua, dan tangannya berhasil memegang tangan gua di parkiran, mulutnya terlihat bergerak cepat namun tidak ada yang terdengar di telinga gua, badannya bergerak menahan tangis yang keluar. Perlahan badan gua bergerak menarik Anna kearah mobil, perlahan gua naik ke mobil.


"Maafin aku Rei... aku maaf Rei... Rei... please jangan diam..." ratap Anna, perlahan gua menatap Anna dan tersenyum

"Iya... gua butuh waktu sendiri sekarang, maafin ya kalo gua pernah salah ama elu Na... trust me, gua ga kenapa - napa, dan gua ga mungkin marah sama elu, dan gua tau siapa Irfan, dan gua tau dia pantas buat elu... jadi gua pengen sendiri dulu... ya... please..." kata gua sambil perlahan menutup pintu dan mulai menjalankan mobil meninggalkan Anna yang terisak.


---------- oooOooo ----------


4 batang puntung rokok tertanam dalam di asbak, segelas Avocado menemani gua di Excelso malam ini, pikiran gua melayang ga jelas, sesaat gua terpaku saat sosok yang gua tunggu muncul dari balik pintu


"Rei...! gila ni ruangan penuh asep lu doang" teriak orang itu sambil tersenyum lebar dan berjalan kearah gua

"hahaha... bisa aja lu bang... masih ngerokok kan?" sahut gua sambil menyambut uluran tangannya dan mempersilahkan duduk

"Masihlah..." katanya sambil mengambil rokok gua dan menyulut satu

"Gimana kerjaan bang? tambah sukses kayanya?"

"hahaha... bisa aja, yah sukses gua juga masih jadi pekerja Rei, gua denger lu sekarang dah jadi pengusaha ya?"

"hehehe... ya kecil - kecilan lah, situ pekerja tapi top management ya ga bisa dibilang pekerja juga kali bang"

"oiya lu dapet salam dari George Chung"

"hah...? Digest?"

"iya"

"lu kenal bang?"

"hahahaha... ya kan gua juga kontributor hahaha.... gua kemaren ketemu sama orang - orang itu di Malaysia waktu ada acara, nama lu cukup harum kayanya"

"sial... bisa aja"

"enggak kepikiran kerja di luar Rei?"

"hahaha... enggak ah, itu gua nulis dikolom ekonomi itu juga karena gua lagi semangat dulu, sekarang udah males nulis"

"kirain lu minat, karena sebenernya dengan otak kaya lu, lu bisa bersaing lah...."

"hahaha... kalo soal bersaing, kita bicara nanti, pesen dulu gimana?" kata gua sambil menyodorkan menu ke Bang Irfan Tanis yang tersenyum lembut kearah gua saat ini

"Rei... gua tahu apa yang lu mau bicarain, dan gua appreciate lu mau ketemu gua dalam kondisi kaya gini"

"Sejak kapan bang?"

"Gua intro dulu ya... gua kenal Anna dah lama kan Rei, dan gua tahu dia cewek lu. Gua ketemu dia lagi di acara Sunday Marketnya perusahaan gua, dan akhirnya kita banyak ngobrol, dan sorry... waktu gua tanya hubungan kalian dia cuman mengangkat bahu" hati gua teriris mendengar itu

"lanjut bang"

"oke... terus terang gua tertarik Rei sama Anna, ya sapa yang enggak sih, dan gua cari tahu tentang kalian, tapi sepanjang yang gua dapet ternyata lu deket sama adeknya si Nia... yah gua sih waktu itu masih berpikir kalau lu deket sama Nia karena Anna pacar lu, tapi semakin lama gua ngerasa sikap Anna open" gua matikan rokok dan mulai membakar satu batang lagi

"terus"

"yah... gua semakin deket Rei sama Anna..."

"lu punya nomer gua bang... temen kita ada beberapa yang nyambung"

"i know... but... sorry i'm jerk in here... i just can't loose my chance having Anna"

"hhmmmm... lu harus malu ma diri lu sendiri bang... dalam beberapa bagian maksud gua"

"i know"

" dan gua seharusnya berhak kasih lu kepalan tangan gua"

"hahaha... i know"

"tapi ga gua lakuin... karena Anna yang milih elu... Anna yang pergi dari gua, bukan elu yang rebut Anna"

"thank you"

"seberapa serius lu ma Anna bang?"

"gua udah ngelamar dia Rei... literaly" gua tertunduk

"dan dia bakal jawab setelah dia menyelesaikan urusannya sama elu, itu yang dia bilang"

"hehehe... anjing ya bang... seandainya orang itu bukan elu, mungkin gua ga bisa setenang ini ngobrol beginian"

"thank you Rei, tapi gua tahu lu nahan semuanya, gua cuman bilang... forgive us"

".......besok bang.... gua selesaikan semuanya"

"jangan kebawa emosi ya Rei"

"hahaha... lu tau gua lah bang...." tawa gua getir sambil bangkit dari duduk

"jangan buat dia nangis bang" kata gua sambil berjalan disisi bang Irfan menepuk bahunya dan melangkah keluar, biar bagaimanapun..... gua ga mau keliatan ga keren didepan orang ini.

"gak akan Rei!" teriak bang Irfan dibelakang gua

"sama bayarin itu bill gua!!!!" teriak gua

"hahaha...!!! bangkeeee!!!"


---------- oooOooo ----------


Aku termenung memikirkan kepergian Rei, damn... gua ngerasa busuk disini... tapi Anna terlalu istimewa buat gua lepasin, maafin abang lu ini Rei batin gua sambil tersenyum pahit


"Silahkan pak bill nya"

"oiya... berapa mbak?"

"total Rp. 648,500.00 pak"

"hah?? mahal amat perasaan dimeja cuman ada avocado?"

"udah diberesin pak lainnya"

"hah?"

"itu asbak aja udah ganti 3 kali, ada masalah pak temennya?"

"hahahaha.... dari jam berapa?"

"jam berapa ya? lama pokoknya"

"hahahaha.... ya... yaa... ini ya mbak... makasih.... hahaha.." gua masih terbahak saat keluar dari Excelso.


Thank you Rei... batin gua sambil tersenyum kecut


---------- oooOooo ----------


Sometimes I feel like I'm drunk behind the wheel
the wheel of possibility
However it may roll, give it a spin
See if you can somehow factor in
You know there's always more than one way
to say exactly what you mean to say

Was I out of my head or was I out of my mind?
How could I have ever been so blind?
I was waiting for an indication, it was hard to find
Don't matter what I say, only what I do
I never mean to do bad things to you
So quiet but I finally woke up
If you're sad then it's time you spoke up too


Lantunan suara fastball dari mp3 mobil mengena telak dihati gua malam ini. Dering polyphonic dari BB jadul gua tak henti berdering sepanjang jalan malam ini, perlahan gua arahkan mobil masuk ke parkiran hotel Bumi, gua malas pulang malam ini. Gua lirik lagi BB yang berdering, kali ini dari Nia... bergantian Anna, Nia dan Tante May mencoba menghubungi gua namun tidak ada yang gua tanggapin, belum...


Setelah menyelesaikan proses check in, gua langsung masuk kamar dan merebahkan diri di kasur, gua buka 49 sms yang belum terbaca, bukan untuk gua baca namun hanya sekedar agar notifikasi hilang dari tampilan depan.


Duuungg....


Suara dentingan tanda SMS masuk dari Nia, huffffhh.... kepala gua terasa berat, perlahan gua pejamkan mata saat jempol gua menekan tombol dial


"Massss Reeeiii.... huaaaa... hikks hiksss... maass"

"ssst... udah jangan nangis ah, napa sih pake nangis segala"

"maaassss... huuu...huu... Nii... Niiaa minta maaf ya mas... huaaa.. pasti semua gara - gara Nia"

"Nia sayaaang... jangan nangis ah, mas ga suka... jangan salahkan Nia juga, orang nia ga salah"

"mas dimana? mas ga mau pulang? masss... pleaseee jangan pergi"

"hihihihi.... Nia jeleeek... ga pergi gua, ini lagi pengen sendiri dulu, besok juga balik... udah ah jangan nangis, tar jelek kalo matanya jendol"

"massss!!!! ga lucu!!!"

"hahaha" gua tertawa kecil, perlahan gua denger Nia berbicara dengan orang lain diujung telepon

"Rei" suara Anna terdengar

"Hai" tenggorokan gua tercekat

"dimana...?" suaranya terdengar biasa, namun gua tahu ada semacam penekanan disana, Anna menahan tangis.

"gua sendiri dulu ya malam ini, biar jernih dulu babe... besok siang gua balik, kita bicara ya..."

"Kamu ketemu..."

"Bang Irfan? iya gua ketemu...."

".....mmmm...."

"hahaha... Anna, gua ga tau kenapa ini terjadi, tapi ada baiknya gua jernihin pikiran dulu sekarang dan tolong gua mau bicara besok waktu pulang"

"iya... mmmm... Anna... mmm... maaf"

"no... gua yang kudu bilang... huuuuffhhh... terima kasih" air mata mengalir dari sudut mata gua

"Rei... " suara Anna terdengar bergetar

"hmmm...."

"jaga diri ya.."

"iya... udah dulu ya..."

"iya..."

"bye Anna"

"bye Rei"


Sambungan telepon pun terputus, BB terjatuh dari genggaman seperti gua yang terjatuh dalam penyesalan.


---------- oooOooo ----------


Beberapa jam yang lalu....


"ANNA!!! KAMU GILA!!!!" teriak ibu kepadaku saat aku menceritakan mengenai hubungan ku dengan Rei

"KAMU.... AAAAH.... Annaaaaa... ibu pusing..." kembali ibu terlihat kebingungan.

"Ibu.... Anna minta maaf"

"Naaak... kamu tahu kan apa yang sudah Rei lakukan buat kita??"

"iyaaa..."

"bukan nak... ini bukan balas budi, tapi.... ahhh... sudahlah...."

"iya bu... Anna paham, memang beberapa sisi Anna salah, untuk itu Anna minta maaf"

"huuu... uuuu...uuu... mbaaakk... ini gara - gara Nia ya mbak?? Nia minta maaf mbak.... jangan tinggalin mas Rei, biar Nia yang pergi" ratap Nia yang meringkuk di sofa memeluk tubuhku, wajahnya bengkak akibat tangis, perlahan kuusap rambutnya.

"Dek... enggak lah, oke... biar Anna jelasin ya... Rei... itu cowok baik, dan sangat amat pantas jadi calon suami yang baik, jarang ada cowok kaya dia... paling tidak dia punya tanggung jawab sebagai pria...
ya kan...." yang disambut anggukan Nia dan lirikan ibu

"namun... maafin Anna... saat ini ada sosok lain yang masuk dan justru lebih dalam menancapkan rasa sayang nya ke Anna ketimbang Rei... dan cowok itu juga sama baiknya dengan Rei...."

"Tapi mas Rei... hikss.. hikss... membagi perhatiannya buat kita semua, ka... kalau cuman buat mbak pasti.. pasti mas Rei lebih mbak...." kata Nia terbata - bata.

"Mbak kenal Rei dengan baik Nia... mbak tahu beberapa sifat dan pemikiran Rei yang kadang nyeleneh, dan mbak juga tahu... sesuatu yang mungkin tidak kamu sadari" kataku sambil memeluk Nia erat.

"Anna... ibu percaya sama kamu... maafin kita semua ya... tolong.... jangan... jangan buat kalian lebih tersakiti lagi"

"iya bu..."

"Dan ibu..... ibu minta maaf" kata ibu salah tingkah

"Ibu ga salah.... dan Anna ikhlas" jawabku sambil tersenyum memahami posisi ibu

"Ibu masuk kamar dulu, kalian masuk kamar, Nia kamu jangan lebay... Mika ga perlu tahu" kata ibu sambil berjalan masuk kekamar, aku hanya menghela nafas melihat ibu.

"Dek.... masuk kamar yuk" kataku sambil merangkul Nia, kamipun berjalan beriringan kedalam kamar.


Sesampainya dikamar kami berdua berbaring dikasur, kutatap Nia dengan perasaan sayang... Nia... kamu tidak tahu... aah... kenapa harus kamu... kenapa harus kamu yang ada di hati terdalam mas Rei... tak terasa air mata mengalir lagi dari mataku. Bergegas aku bangkit dan masuk kamar mandi, kututup closet dan duduk menutup mukaku, tangis yang kutahan
pecah seketika... pikiran ku mengembara jauh kebelakang saat aku memergoki Nia dan Rei bercinta... rasa benci yang timbul, rasa iba yang timbul, rasa sakit yang timbul, semua yang dulu timbul lalu hilang dan perlahan timbul lagi lalu hilang lagi, perasaan cemburu yang meluap saat melihat pandangan Nia kepada Rei dan sebaliknya, pandangan Rei ke Nia... berbeda.


Kutahan tangisku semakin kencang, pikiranku berkecamuk dengan hebat... semoga apa yang kupikirkan dan rencanakan bisa terwujud dengan baik.... walau aku yang harus menanggung... tidak... semua ikut menanggung rasa sakit ini... maaf kan aku, semoga ini yang terbaik.... getaran HP disaku menyentak ku dan dengan tergesa kulihat


"Mas Irfan" kataku menahan tangis dan menyeka air mataku

"maaf ya malam - malam telepon"

"iya"

"tadi gua ketemu Rei" aku terpaku

"lalu?"

"Men talks... he's fine, gua respek ma dia... gua tahu kenapa lu bisa sayang banget sama Rei"

"Mas... Rei sangat pantas dicintai... tapi saat ini buat aku... mas yang terbaik"

"hahaha... kok saat ini?"

"aah.. saat ini dan kedepannya..."

"jadi?"

"mas..."

"ya...?"

"ini aku lagi duduk di WC, dan kamu minta aku jawab lamaran kamu?"

"hahahahaha... Anna... kalau apa yang gua kejar itu bukan elu... bukan pribadi kaya elu... gua ga mungkin nekat, apalagi saingan gua cowok kaya Rei... he's good"

"yeeahh.... bener... tapi jawabannya ga sekarang ya... tunggu aku ya mas"

"i will"

"love you mas..."

"love you much"

"bye..."

"bye"


Kututup telepon dan memandangi foto Rei yang masih jadi wallpaperku. Rei, aku tahu kamu sebenernya tahu, tapi kamu memilih pura - pura tidak tahu (#red:anjaaay...cakarkan). Kurapikan wajahku di cermin wastafel dan melangkah keluar kamar mandi saat kulihat Nia sedang menelpon


"mas dimana? mas ga mau pulang? masss... pleaseee jangan pergi" Rei... aku tercekat

"massss!!!! ga lucu!!!" kembali hatiku terasa pedih... Rei... ku berikan kode ke Nia untuk berbicara dengan Rei


Selama menelepon Nia memelukku dengan erat....


"Rei... "

"jaga diri ya.."

"iya..."

"bye Rei" kataku menyudahi telepon ini

"mbaak..."

"heh... Nia sayaaaang!!! kamu tu jangan nangis terus ah..."

"mbak... kenapa..." kata Nia sambil memeluk ku semakin erat

"Nia... mbak mau bicara... Nia dengerin" kataku berusaha tegas

"huu..uu...uu.. iya... mbak..."

"Nia sayang sama mbak?"

"Sayang banget!!! Nia... Nia minta maaf mbak... Nia..."

"Niaaa... mbak nggak merasa Nia ada salah... jangan minta maaf..."

"tapi... dulu..."

"Nia! dengerin mbak"

"huaa.... hiks.. hiks... iyaaa"

"Nia sayang sama mbak?"

"Sayaaaang... Nia sayang banget mbak... Nia mau lakuin apapun buat mbak, Nia biar pergi aja..."

"hihihi... ni anak susah dikasih tau... Nia... Nia sayang sama mas Rei?"

"Nia... Nia sayang mas Rei, makanya biar Nia pergi aja, jangan tinggalin mas Rei mbaak"

"Kalau Nia sayang sama mbak... Nia pasti paham kenapa mbak melakukan ini"

"mbak..."

"dan kalau Nia juga sayang sama mas Rei... Nia harus janji sama mbak..."

"janji apaa?"

"jagain mas Rei buat mbak" air mata mengalir lagi dari sudut mataku saat kalimat ini kuucapkan dengan lancar

"mbaak... hiks.. hikss... mbaaak.. Nia ga mau gitu..."

"Nia... menurut Nia mas Rei itu pantas ga buat dicintai?"

"Pantas mbak..."

"Nia... mbak dapat pengganti yang sepadan, apa lalu Nia merasa mas Rei ga pantas buat Nia?"

"mbaakk.... Nia pusing... kenapa jadi gini semuanya..."

"karena Allah ingin kita semua dapat yang terbaik Nia sayangku...."

"tapi Nia ga pantas buat mas Rei, mas Rei jauh lebih sayang mbak Anna"

"Nia jauh lebih baik daripada mbak... kita percaya aja ya sama yang diatas" ucapku sambil memeluk Nia, Nia... kamu ga tahu... kamu ga tau kalo mas Rei sebenarnya jauh lebih sayang sama kamu....


Untuk kesekian kalinya air mata turun malam ini.


---------- oooOooo ----------


Langkah kaki gua terasa melayang saat menjejak dilantai lorong apartemen, beberapa kotak pizza dan spagheti yang gua tenteng tak terasa bobotnya sama sekali, detak jantung gua bergemuruh semakin kencang seiring langkah gua mendekati pintu. Gua berdiri mematung sejenak didepan pintu dan menghembuskan nafas keras sebelum membuka pintu, gua lihat Anna sudah menanti di sofa ditemani dengan Nia yang meringkuk memeluknya, tante May duduk di kursi lain. Pandangan mataku bertemu dengan Anna... aah... gua kenal pandangan itu... gua tahu, Anna masih sayang sama gua.


"Sorry ya buat kalian khawatir, semalam gua tidur diluar..." ibu melengos menahan tangis mendengar ucapan gua, Nia terguguk kecil, kulihat Anna menelan ludah.

"...gua rasa semuanya udah pada tahu, jadi..." lanjut gua sambil mengangkat tentengan gua dan meletakkannya dimeja

"...dulu pernah ada suatu masa gua datang seperti ini dalam kondisi ketakutan gua bakal kehilangan sesuatu, namun ternyata gua mendapatkan bahwa ketakutan gua tidak terbukti dan ternyata gua bukan hanya tidak jadi kehilangan sesuatu, namun justru mendapatkan sebuah anugerah yang luar biasa... 2 anugerah yang luar biasa saat itu..." kata gua sambil melirik Nia

"....sekarang gua datang mencoba mengulang keajaiban itu, gua datang dengan harapan gua ga perlu kehilangan keajaiban yang telah gua dapatkan, namun gua sadari, betapa serakahnya gua... jadi gua tahu saat gua melangkah masuk dan menatap Anna... gua bakal kehilangan salah satu anugerah yang gua pernah dapetin..." tante May beranjak bergegas pergi masuk kedalam kamar, Nia semakin kencang menangis, Anna menggeratakkan bibirnya menahan tangisan.

"....Jadi.... lu pasti paham apa yang gua maksud kan?" tanya gua ke Anna

"Ada suatu masa... hiks... hikss... ada suatu masa dimana aku menguatkan diriku... hiks... aku... aku..." Anna mulai menangis tidak tertahankan, bahunya terguncang - guncang, perih sekali melihatnya.

"Biar gua yang bicara... semua sudah diatur agar kita mendapatkan yang terbaik, dulu mungkin kita yang terbaik, namun seiring jalannya waktu... gua mungkin bukan menjadi yang terbaik buat elu.... dan elu mungkin juga menjadi bukan yang terbaik buat gua..."

"...pilihan lu..." suara gua tercekat

"...benar - benar yang terbaik buat lu saat ini, gua yakin... dan saat ini.. Nia adalah yang terbaik buat gua... jadi sebaiknya kita selesai disini Na.."

"Mas Reeei... jangan... jangan gitu... mbak... tolong.... Nia ga mau... Nia... jangan... jangan karena Nia, jangan jadikan Nia alasan... kalian jahat" gerung Nia panik, gua berjalan mendekati Nia dan duduk disebelah Nia, gua rangkul bahu Nia yang menangis tersedu dan memukuli gua.

"Nia dengerin mas... sini"

"mas jahat..hiks"

"Dengerin.... lihat mas..." kata gua sambil mengangkat dagu Nia

"Mas ga boleh gitu... Nia ga pantas.."

"oke... kita berdua ga pantas Nia... maka kita berdua ditakdirkan bersama... gua udah kehilangan Anna sejak hari itu... gua udah tau itu, namun gua masih menolak percaya, hingga hari ini tiba. Namun ada hal yang membuat gua juga kuat menghadapi ini, gua berterima kasih sama Anna, bahwa dia tidak hanya memaafkan namun dia memberikan hadiah perpisahan terindah... elu"

"enggaaakk mass..."

"Ingat gua pernah tanya ke elu, kenapa lu ga tanya perasaan gua? karena kalau lu tanya... gua bakal jawab... Nia... gua sayang elu, bahkan jauh lebih dalam daripada Anna"

"Mas..."

"elu ga sadarkah, bahwa selama ini Anna sengaja melakukan ini semua... dia bisa aja memutuskan gua dari dulu, tapi ga dia lakuin. Nia gua minta maaf kalau lu ga nyaman, tapi kita kudu ngehargain keputusan Anna, dan gua yakin dia begini karena dia sayang sama kita berdua" tangisan Nia mulai mereda

"makasih..." gerak bibir Anna tanpa suara berbicara ke gua, air mata meleleh dari matanya, tangannya menggenggam tangan gua yang menahan kepala Nia dibahu gua.

"maaf" bibir gua bergerak tanpa suara membalas ucapan Anna

"love u" gerak bibir Anna kembali berkata

"always" balas gua, tanpa terasa setelah sekian lama hati gua seakan melebur dengan hati Anna... perasaan sesak yang sedari kemaren gua tahan seakan lepas.

"Nia..." kata Anna lembut

"Mbak... Nia bakal jagain mas Rei... Nia bakal tunjukin kalau Nia pantas buat mas Rei"

"dan gua juga bakal tunjukin kalau gua pantas buat Nia" sahut gua

"he em... maafin kami berdua mbak... semoga mbak Anna... huuuffhh... pokoknya Nia sayang mbak" kata Nia lagi sambil menghambur ke Anna, keduanya berpelukan erat, gua memalingkan muka menatap kotak pizza dan tersenyum... yah... gua emang seharusnya ngalamin ini beberapa tahun yang lalu, senyum getir gua melebar.

"udah ah... Rei... maaf ya, tapi kita semua udah dewasa, terima kasih udah... mmm... membuat segalanya mudah"

"hahahaha.. yah... maafin gua Anna, saat sebuah hubungan berakhir, kami pihak cowoklah yang harus intropeksi"

"sama - samalah... aku masuk dulu ya, kalian disini" kata Anna sambil melepaskan pelukan Nia dan berjalan menuju kamarnya.

"Anna..." panggil gua

"eh... iya"

"satu lagi, menurut gua ada baiknya lu ga tinggal seatap sama gua, bukan apa - apa, biar bagaimana kita pernah berhubungan, gua ga mau hubungan lu aneh karena itu"

"aku juga mikir gitu kok Rei"

"Nah... gua udah atur untuk kos lu, gua udah sewa di tower sebelah, 2 kamar, selama 2 tahun, lu bisa bilang itu seharusnya jatah buat ibu ke Irfan"

"Reeeeeiii... nggak usah"

"Itu... cuman itu yang gua minta dari lu terakhir untuk menerima pemberian gua"

"Reeeii..."

"anggep aja kado dari... adek" kata gua sedikit tercekat

"hhmmm... aduuuh... yaudah aku ga bisa bilang lain selain terima kasih, besok gua siap - siap pindah dan kalian harus bantu" kata Anna sambil ngeloyor masuk kamar

"Mas... Nia masih..." kata Nia saat Anna sudah masuk kamar

"Bingung? ga nyangka? ga terima? ga enak?"

"iya..."

"sama" kata gua sambil tersenyum lembut

"terus gimana?"

"Nia sayang... lu nyesel kah? atas apa yang kita lakukan dulu terlepas dari faktor Anna?" Nia menggeleng

"Gua juga enggak" kata gua sambil mengecup kening Nia

"mbak Anna..." bisik Nia lirih sambil menatap mata gua

"ini yang terbaik buat Anna, kita berdua wajib minta maaf atas semua kesalahan kita ke Anna dan selanjutnya kita wajib support semua pilihannya"

"iya... Nia ngerti... mas..."

"ya...?"

"i love you"

"hehehe... akhirnya gua bisa bilang... i love you too Nia sayang" kata gua sambil mengecup lembut bibir Nia.

"aku masuk dulu ya... ada baiknya aku nemenin mbak Anna"

"iya... gua mau keluar dulu bentar ada urusan yang kudu diselesaikan"

"iya mas... nanti malam balik kan?"

"ya iyalah..."

"ati - ati ya"

"iya Nia..." kata gua mengecup bibir Nia lagi dan melangkah keluar berbarengan dengan Nia yang melangkah kedalam kamar


---------- oooOooo ----------


Aku menutup pintu kamarku membiarkan Nia dan Anna berdua di ruang tengah, tanganku bergetar tak karuan saat meraih HP nafasku tersengal dan memburu menahan tangis yang hendak pecah, kupencet dengan tergesa nomor telepon sambil melangkah gemetar kearah ranjang dan menjatuhkan tubuhku, nada tunggu terdengar lama bagiku


"Halo Anna?" suara mas Irfan terdengar teduh diujung telepon

"Mas... huuu...uuu.. hiks... hikss... aku... aku... bersedia mas...."

"Alhamdulillah.... tapi lu mending sekarang tenangin dulu ya Anna"

"huaaa... masss... aku butuh mas"

"oke tunggu, aku kesana kita keluar ya"

"iyaaa... kabarin kalau sudah didepan, aku turun...."

"iya... tunggu" telepon dimatikan, badanku terguncang saat tangis terpendam oleh bantal. Bergegas aku masuk ke kamar mandi untuk bersiap.


---------- oooOooo ----------


Sesampainya dilorong lutut gua berasa lemas, punggung gua langsung bersandar ke pintu dan merosot turun terduduk dilantai, gua benamkan kepala gua tertunduk ke tangan yang menumpu pada kaki gua yang menekuk, tidak ada air mata yang keluar... ada rasa kosong dihati gua.


"Mas..." terdengar suara disebelah gua

"hah?" gua menoleh dan mendapati sesosok gadis berdiri dengan seragam sekolahnya disebelah gua... MIKA





To be kontolnyut
 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd