Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Selina, Amoy Petualang Seks [Update 11 Maret 2024 Page 318

Bimabet
No page numbers needed, no date required...
Publish whenever you wish to post, brother
And I will be waiting, patiently

thanks hu supportnya :) :beer:

Wah kabar baik di tanggal baik nih. hehe

:fgenit:
Makin ga sabar menanti hari Jumat tiba.

hehe, udah mau jumat sis. :panlok3:

Jumat berarti besok nih. hehe.
Apa tengah malam nanti updatenya.

:haha:
Terus memantau demi Selina :nenen:

stay tune aja ya hu ;)

Habis marathon dri pejwan mantep suhu...
D tambah mulustrasi makin asoy bacanya

hehe, makasih hu :beer:
hati-hati kecapean :D
 
Prediksi dari pembaca #1:
  • Selina lanjut di kamar mandi (ini udah pasti sih)
  • Kepergok Pak I Gede yang terlanjur bawa temannya karena yakin bisa garap Selina lagi ;
  • Para beachboy bawa pasukan tambahan untuk mengimbangi nafsu Selina dkk.
 
Part 11

Aku pun bangkit dari ranjang dan berjalan mendekatinya sambil tersenyum nakal lalu berbisik, “Mas.. mandiin Selina yuk..”. Aku masuk ke dalam kamar mandi diikuti mas Pasek yang seperti kerbau dicucuk hidungnya..

Sambil berjalan ke arah shower, mas Pasek meremas-remas pantatku yang bulat. Lalu kubuka pancuran shower yang posisinya di atas kepalaku ini dan dengan cepat tubuhku sudah basah tersiram air shower. Mas Pasek yang dari tadi berdiri di belakangku lalu memeluk tubuhku yang berkilat karena basah.



Diciuminya rambutku sambil berkomentar, “Rambut non masih harum nih padahal uda keringatan. Aku suka.” Aku menjawabnya, “Hihi,kan Selina sering keramas juga mas.”. Tangannya dengan nakal mulai meremas buah dadaku. Aku membalas dengan menggenggam kontolnya yang sudah cukup tegang itu dan kukocok dengan cepat. Kuelus-elus juga testisnya hingga mas Pasek mengerang, “Ahh, andai non Selina pacar saya..ahh..bakal happy tiap hari ngentot..”.

Lalu aku yang makin terbawa nafsu birahi pun segera berjongkok di hadapan mas Pasek. Segera kudekatkan mulutku ke penisnya itu dan lalu kujilat-jilat pangkal penisnya hingga ke atas ke kepala penisnya. Lalu kuemut kepala penisnya itu, membuat mas Pasek mendesah, “Uhh..enak non..”. Mas Pasek meremas kepalaku dan tangan satunya memainkan payudaraku dengan nafsu.

Setelah penisnya sudah sangat keras aku pun segera berdiri dan berbalik badan menjadi membelakangi mas Pasek. Sedikit kutunggingkan pantatku sambil berucap, “Ayo mas..entot Selina..”. Mas Pasek yang mendengar permintaanku pun langsung mulai mengarahkan penisnya ke liang vaginaku dan menghentakkannya hingga masuk ke memekku. Uh enaknya, kembali vaginaku terisi penis seorang beachboy yang baru hari ini kukenal.

Mulailah dipompanya vaginaku dengan penis perkasanya itu. Hentakannya begitu cepat dan bertenaga membuatku melenguh keenakan, “Ahh ahhh ahhh”. Lalu ia memegang kepalaku dan ia sedikit membalikkan kepalaku menghadap ke samping dan dengan liar dipagutnya bibirku yang merekah itu. Kami berciuman sambil bersetubuh di tengah siraman air shower yang dingin ini. Panasnya persenggamaan ini tidak membuat kami kedinginan.

Lalu sambil sedang digenjot, aku pun ingin sambil dimandikan. “Ahh ahh..sambil..nghh..sabunin aku ya mas..ahh..ahh”,pintaku yang segera dituruti si beachboy ini.

Mas Pasek mematikan air shower kemudian ditekannya tombol di tempat sabun hingga tangannya sudah penuh sabun. Sambil terus menggenjotku dengan tempo sedang, ia lalu menggosok-gosok tangannya hingga kini sabunnya sudah berbusa. Kini tangannya pun mulai menggosok punggungku dengan tangannya yang penuh busa sabun. Setelah punggungku penuh sabun lalu tangannya pun diarahkan ke depan dan mulai menggosok payudaraku. Diremas-remasnya payudaraku yang sudah penuh busa itu dengan bernafsu sambil pinggulnya terus dimaju mundurkan menghujam vaginaku dengan penisnya.

Aku merintih-rintih keenakan oleh genjotan batang kemaluan mas Pasek di vaginaku, “Ahh ahh iyahh ahh enak mas..terus..nghh ohh..”. Setelah selesai menyabuni dua bongkahan susuku, mas Pasek mengarahkan tubuhku ke arah kaca dinding bilik shower ini. Tubuhku terdorong hingga menempel ke kaca itu hingga payudaraku seperti tergencet. Dengan posisiku ini mas Pasek makin menyodok dengan tempo yang lebih cepat dibanding tadi membuatku terus mengerang nikmat, “Nghh mas Pasek..terus.. yang kencang... ahh ahhh ahhh!”. Mas Pasek menimpaliku, “iya..uh..memek non mantep..ngewek sambil mandi gini enak juga..”. Desahanku dan si beachboy ini yang sedang keenakan bergema di kamar mandi ini. Aku yang makin mendekati puncak kenikmatan sambil mendesah bergumam, “Kontol mas Pasek panjang.. ahh.. berasa dalam banget..ohh..ahh ahhh!”.



Kupegang dinding kaca ini dan aku menggerakkan pinggulku ke arah belakang berlawanan dengan sodokan mas Pasek. Oh, makin nikmat persenggamaan di bawah pancuran shower ini. “Arghh mantep non goyangannya..terus non..”,ceracau mas Pasek keenakan oleh gerakanku ini. Aku yang juga merasakan nikmat yang sama dengan si beachboy ini pun mendesah, “Nghh iyahh mas..Selina goyang terus..ahh.. lebih kencang lagi mas..ahhh ahhh!”.

Akhirnya 5 menit kemudian aku mulai merasakan kedutan-kedutan pada liang senggamaku menandakan orgasmeku yang hampir tiba. Aku pun mendesah makin kencang, “Ahh ahh..mas..bentar lagi aku nyampe..ahh ahhh!”. Mas Pasek yang ternyata juga sudah mau klimaks menimpaliku, “Ahh non..kita keluar barengan ya..uhh..tahan non..”.

“Nghh iya mas..ohh.. bentar lagi..ahh ahhh..”,rintihku yang sudah kewalahan menahan badai orgasme ini. “Ahh..saya keluar non..ahh..ughh!”,lenguh mas Pasek yang lalu menyodokkan batang kejantanannya kuat-kuat ke liang memekku, membuatku terdorong hingga menghimpit dinding kaca. Aku pun nyaris bersamaan mendapatkan orgasmeku dan menjerit penuh kenikmatan, “Argghh mas! Selina nyampe! Aaahhhhhhhhhh!!”. Tubuhku berkelojotan beberapa kali dengan payudaraku yang menempel ke dinding kaca.

Setelah sama-sama puas sudah orgasme ini, kami pun melanjutkan mandi dengan membasuh tubuh kami. Kubersihkan vaginaku yang penuh sperma para beachboy dan cairan orgasmeku itu. Mas Pasek membantu dengan mengorek-ngorek liang memekku dan dengan nakal juga disentilnya klitorisku membuatku menggelinjang. “Ahh mas..nakal kamu..”,ucapku sambil meliriknya dengan tersenyum. “Hehe, non juga nakal..”,timpalnya. 10 menit kemudian kami pun sudah selesai mandi dan lalu berjalan keluar kamar mandi dengan hanya berbalut handuk.

Kulihat teman-temanku dan beachboy itu juga sudah selesai bercinta. Hanya ada Diana dan mas Ketut di kamar ini yang sedang berbaring sambil berpelukan layaknya kekasih. Diana bilang dua temanku dan dua beachboy lain sedang di kamar sebelah mandi dan berganti pakaian. Diana dan mas Ketut pun kemudian masuk ke kamar mandi. Sekitar 20 menit kemudian kami semua sudah berpakaian lengkap dan sudah bersih.

Berakhirlah ronde tiga orgy sex ini sekaligus mengakhiri pesta seks yang sangat sensasional antara kami, empat gadis muda dengan empat beachboy. Diana pun mengambil dompetnya dan bertanya pada mas Ketut berapa tarif semuanya. Mas Ketut hanya berucap, “Umm, bayar yang buat mijitnya aja neng gapapa. Buat jasa seks nya gratis aja. Hehe. Jarang bisa main sama amoy secantik non-non pada. Dah gitu kami gak pernah ngewe rame-rame gini. Hehe.” Diana pun tersenyum manis padanya sambil bilang, “Wah makasih ya mas. Ini saya lebihin buat mijitnya deh. Hihi.”

Kemudian para beachboy itu pun segera berpakaian dan lalu keluar dari kamar hotel ini. Ternyata 30 menit lagi waktu booking kami habis. Setelah memeriksa tidak ada barang kami yang tertinggal lalu kami keluar dari kamar ini dan pergi ke resepsionis hotel untuk check out.

Setelah meninggalkan hotel tempat orgy sex dengan para beachboy itu kami pun kembali ke hotel kami dengan berjalan kaki. Kami semua yang kelelahan langsung tertidur pulas tanpa sempat mandi. Kami baru bangun jam 8 malam saat Feby yang bangun duluan membangunkan kami semua.

Diana pun mengingatkan kami mengenai hukuman bagi yang kalah kontes orgasme tadi sore. Dimana aku, Feby dan Christine tidak dibolehkan memakai bra dan CD selama sisa waktu kami di Bali. Mau tidak mau kami pun mengikuti kemauannya. Kulihat baju yang tersisa di koperku, hanya tinggal tanktop kuning berbahan katun tipis dan hotpants putih. Uh sial, terpaksa kupakai tanktop kuningku ini. Untuk bawahan kupakai celana putih. Oh gawat, terlihat pentilku nyeplak di tanktop ini.

Aku sempatkan foto pantulan diriku dari cermin kamar hotel yang lalu kuhapus karena pentilku cukup jelas terlihat di foto ini.


Feby dan Christine juga tidak memakai bra. Tapi mereka masih cukup aman karena memakai baju berwarna gelap sehingga puting mereka masih tidak begitu jelas terlihat. Hanya saja, sama sepertiku Christine memakai tanktop berbelahan dada rendah yang tidak bisa menutupi montoknya gunung kembarnya, apalagi ia juga tidak menggunakan bra sehingga orang bisa melihat putingnya dari celah tanktopnya itu. Sedangkan Feby memakai kaos. Untuk bawahan, Feby menggunakan rok sehingga jika ada yang melihatnya dari bawah bisa terlihat vaginanya yang tidak tertutup apa-apa. Christine paling mendingan karena memakai hotpants hitam.

Segera kami pun mencari makan dekat hotel dengan berjalan kaki. Saat berjalan ini kulihat banyak mata pria yang mencuri pandang ke buah dadaku yang tidak menggunakan bra. Putingku pun bisa terlihat oleh mereka, membuatku berusaha menutupinya dengan kedua tanganku sambil pura-pura memainkan HPku.

Setelah makan malam, Diana sengaja mengajak pergi ke cafe untuk nongkrong. Dia memang ingin mengerjai kami yang tidak memakai dalaman. Banyak pria di cafe itu termasuk para pelayan yang melotot melihat kami, terutama ke aku yang paling mencolok karena putingku tercetak di tanktopku. Apalagi dengan adanya AC di cafe ini yang sangat dingin, putingku yang sensitif jadi keras dan mancung hingga terlihat makin menonjol di kain tanktopku. Orang-orang bisa dengan mudah melihat putingku ini. Aku yang risih berusaha sebisa mungkin menutupi area dadaku.

Saat seorang pelayan pria datang untuk mencatat pesanan kami, kulihat tonjolan di celananya, ia sudah ereksi melihat tubuhku, Feby dan Christine yang tidak menggunakan bra. Apalagi ia berdiri di samping Christine yang sedang duduk, sehingga dari celah tanktop Christine, matanya bisa menikmati pemandangan buah dada temanku yang besar itu dan tentunya ia juga bisa melihat putingnya. Benar-benar pemandangan indah bagi si pelayan itu yang dari perawakannya mungkin seumuran kami ini. Setelah membaca menu beberapa saat, kami pun mengorder minuman ke pelayan itu yang tidak begitu konsen akibat tubuh kami yang memancing nafsunya.

Sekitar 1 jam di cafe, kami pun memutuskan untuk pulang. Akhirnya sekitar jam 9 malam kami pun kembali ke hotel. Setelah kami mandi dan berganti pakaian, Feby dan Christine pun bersiap-siap tidur. Sedangkan Diana memainkan HPnya. Aku yang belum begitu mengantuk pun memutuskan untuk packing barang-barangku supaya besok tidak perlu packing lagi.

Sekitar 20 menit kemudian, Diana bilang ia mau ke minimarket di samping hotel. Aku yang masih sibuk menyusun barang-barangku sempat bertanya apa perlu kutemani. Tapi Diana bilang tidak apa ia bisa pergi sendiri. “Gak lama koq Lin. Lu pasti masih packing pas gua balik.”,ujarnya. Lalu Diana pun keluar dari kamar hotel ini.

Hampir 1 jam kemudian aku pun selesai packing tetapi Diana belum juga kembali ke kamar. Karena khawatir, aku pun menelponnya di kamar mandi supaya tidak mengganggu Feby dan Christine yang sedang tidur. Beberapa saat kemudian Diana pun mengangkat. Tetapi suaranya agak aneh karena terdengar terengah-engah.

Aku pun bertanya,”Diana, lu dimana?? Koq uda lama belum balik kamar.”

“Ah..aku lagi..ahh..olahraga Lin..nghh..”,ucap Diana yang sambil mendesah.

Dari suara desahannya pastinya ia sedang ngeseks nih. Tapi aku masih pura-pura tidak tahu dan bertanya lagi, “Olahraga jam segini. Dimana?”.

“Nghh..mau ikut Lin? Ahh..sini aja..ahh..ke room 502..ohh ohh..”,jawab Diana dengan mendesah-desah.

Hmm, Diana sedang bercinta tapi dengan siapa? Aku yang penasaran pun segera menutup telpon tanpa menjawab Diana, supaya ia tidak menunggu kedatanganku. Lalu aku berjalan keluar kamar dan tidak lupa kubawa keycard cadangan kamar ini.

Berhubung kamar kami di lantai 9 jadi aku pun harus naik lift untuk turun. Saat masuk lift ternyata ada dua orang pria yang sedang mengobrol. Dari bahasa yang digunakan, mereka adalah turis Thailand. Saat melihatku, mereka langsung terdiam dan menatap tubuhku dengan agak melotot. Oh, aku lupa memakai braku tadi sebelum keluar kamar saking buru-buru ingin melihat apa yang Diana lakukan. Kaos putihku yang bahannya agak tipis ini membuat putingku agak terlihat samar-samar. Mereka berbisik-bisik dalam bahasa Thailand yang tentu saja mengomentari diriku. Aku yang risih pun agak menyilangkan tanganku di dada dan buru-buru memencet tombol lantai 5.

Tidak lama aku pun tiba di lantai 5 dan cepat-cepat keluar dari lift. Aku pun berjalan ke arah kamar 502. Setibanya di depan kamar, kulihat pintu kamar ini yang tidak tertutup dengan rapat. Pelan-pelan kudorong pintu itu supaya membuka dan aku pun berjalan mengendap-ngendap ke dalam kamar itu. Berhubung kamar ini merupakan kamar yang luas jadi posisi pintu dan ranjang cukup jauh. Kudengar suara rintihan wanita yang cukup keras. Dari suara wanita itu langsung kukenali itu adalah Diana.

“Ahh pak.. terus.. yang kencang.. iyahh gitu..ahh kontol enak.ahh ahh!”,ceracau temanku yang binal ini.

“Uh memeknya peret banget.. baru kali ini ngewek amoy.. mantap.. ohh..”,timpal si pria yang sedang memompa vagina temanku. Dari logatnya sepertinya ia orang indonesia timur.

Diana


Akhirnya saat aku sudah cukup dekat dengan ranjang, aku pun bisa melihat bagaimana persetubuhan yang sangat kontras ini. Diana yang berkulit putih mulus khas gadis chinese sedang digenjot dengan posisi konvensional oleh seorang pria berbadan bongsor dengan kulit hitam legam.

Suara tumbukan paha dan pantat Diana cukup keras terdengar akibat cepatnya tempo sodokan si pria ini. Tubuh temanku bergoyang-goyang seirama genjotan penis si pria berkulit hitam ini. “Ahh ahh ahh..enak pak Rully..ahh yes! sodok terus! ahh ahh ahh!”,desah Diana dengan muka yang sangat keenakan.

Tidak lama kemudian, Diana menjerit dengan badan berkelojotan, “Ahh ahh terus..ahh! entot memekku yang kencang pak! Ahh.. dikit lagi! Ohhh yeahhh! Aarghhhhhhhhh!!!”. Kulihat Diana kemudian ambruk menelungkupkan badannya ke kasur ranjang ini. Pria bernama Rully itu masih tetap menggenjot vagina Diana yang baru saja menyemburkan cairan orgasmenya.

5 menit kemudian, pria itu mencabut penisnya dan minta untuk ganti gaya, “Yuk gaya lain non. Hehe.”. “Oke pak, gaya anjing kawin ya.”,ucap Diana sambil memeletkan lidahnya ke arah pria berkulit gelap ini. Kulihat Diana yang lalu segera menungging membelakangi pria tersebut. Tangan kiri Diana merentangkan liang vaginanya yang basah itu, seolah menantang si pak Rully untuk segera menyodokkan penisnya. “Ayo pak Rully..entot aku lagi! Bikin aku keenakan!”,pinta Diana dengan nakalnya.



Pak Rully pun langsung mendekat dan lalu menggesek-gesek penisnya ke memek temanku. Diana yang tidak sabar lalu berucap, “Ssshh..ayo pak.. jangan digesek-gesek aja. Langsung sodok memekku pak..nghh..”. “Siap non Diana. Saya bakal buat non crot lagi.”,ucap si Pak Rully sambil memasukkan penis hitamnya ke vagina temanku.

Tidak lama mereka sudah kembali berpacu dalam birahi di posisi doggy style ini. Suara desahan Diana dan Pak Rully sahut menyahut dengan erotis. Menonton liveshow ini membuatku jadi agak horny. Uh gawat, berhubung aku memang sudah agak ngantuk, aku pun membuang pikiran kotorku dan memutuskan untuk pergi dari kamar itu sebelum aku makin horny.

Sambil berjalan ke lift, kuchat Diana bahwa pintu kamar tidak kututup rapat supaya ia bisa masuk. Sesampai di kamar aku pun menggosok gigi lalu segera berbaring di kasur. Tidak lama aku yang dari tadi mengantuk ini langsung tertidur dengan pulas.

Besoknya yang adalah hari terakhir, kami bangun sekitar jam 8 pagi. Lalu setelah mandi dan berganti pakaian kami pun breakfast di hotel. Aku masih memakai pakaian semalam karena memang aku sudah tidak ada pakaian bersih di koperku. Kulihat Christine juga masih memakai tanktopnya yang kemarin. Hanya Feby yang sudah berganti pakaian ke kemeja krem tipis sehingga putingnya juga samar-samar bisa terlihat. Saat breakfast ini banyak mata yang menatap ke kami, terutama pada area dada kami, apalagi tanktopku ini yang cukup jelas terlihat ada tonjolan putingku. Kurasakan darahku agak berdesir melihat tatapan nafsu para pria yang menatapku.

Selesai makan pagi kami pun pergi ke toko oleh-oleh yang jauh dari hotel dengan diantar Pak I Gede. Jam sudah menunjukkan pukul 10:07 saat kami tiba di toko oleh-oleh. Di toko oleh-oleh itu kembali tubuhku, Feby dan Christine menjadi perhatian para pria, baik itu turis, supir, tourguide maupun pelayan toko. Kami lalu juga berpindah-pindah ke beberapa toko yang terletak di kawasan itu dengan berjalan kaki. Tetapi terkadang juga ada yang harus menggunakan mobil. Sekitar 3 jam kemudian kami pun sudah selesai belanja oleh-oleh.

Jam 13:15 siang kami tiba di hotel untuk beristirahat sekaligus packing barang kami untuk pulang Jakarta. Saat aku yang baru turun, pak I Gede menggunakan tangannya memintaku mendekatinya yang berdiri di bagian belakang mobil. Ia dengan kurang ajarnya ingin menagih jatah seks padaku lagi. “Non, bapak sange banget ni liat non gak pake BH gini. Sengaja ya mancing nafsu bapak? Yuk main non.”, bisik si sopir cabul ini. Memang dari tadi pagi hingga siang ini tidak ada kesempatan untuk si bli mesum ini menggarapku karena aku selalu bersama teman-temanku. “Aduh aku masih harus packing barang belanjaan ini ke koperku pak. Please, jangan deh pak. Nanti ga keburu waktunya.”,pintaku dengan memelas. “Ah masih siang gini koq non. Pesawatnya nanti kan jam 6 sore. Ato non sekarang naik packing bentar deh abis itu non cari alasan buat pergi diantar bapak biar temen non gak curiga. Apa non mau foto bugil non kesebar?”, ucapnya sambil mengancam. Aku sadar percuma melawan si bandot ini, maka aku pun terpaksa mengiyakannya, “Ya uda saya naik packing dulu pak.”. Pak I Gede pun senang dengan jawabanku dan berkata, “Bapak kasi non setengah jam ya buat packing. Punya bapak dah sesak daritadi liat pentil non nyeplak gitu. Apalagi kemarin kita gak ngewe non.” Aku tidak menjawab lagi dan buru-buru menyusul temanku yang sudah menunggu di lift.

Diana pun bertanya padaku kenapa lama ngobrol dengan sopir kami. Kujawab dengan membuat alasan, “Itu aku minta dia siap setengah jam lagi soalnya aku mau ke Hard Rock Cafe buat beli kaos.” Feby pun menimpali,”Loh emang keburu Sel? Itu rada jauh loh. Mau packing lagi kan lu. Kita mau berangkat jam 3 dari sini.”. Cepat-cepat kujawab, “Aku semalam udah packing koq, ini cuma tinggal masukin belanjaan tadi aja ke koper. Jadi tinggal berangkat aja ke airport gua. Ntar tolong bawa turun koper gua ya guys.”. Lalu Feby menimpali, “Ya udah kalo gitu Seli.”. Diana dan Christine juga mengiyakan dan tidak bertanya lagi.

Setibanya di kamar aku pun buru-buru membuka koperku dan menyusun belanjaanku ke koperku yang memang besar ini. Sekiar 20 menit aku sudah selesai packing dan mengunci koperku dengan Lock bawaan koperku. Aku pun berpamitan ke teman-temanku yang masih sibuk packing barang-barang mereka.

Aku lalu turun di lobby dan melihat Pak I Gede yang berdiri di luar lobby hotel. Lalu ia mengajakku ke parkiran mobil, “Yuk non saya parkir dekat sini.”. Aku berbisik ke si bli mesum ini, “Jadi mau dimana pak?” Ia hanya terkekeh sambil menjawab, “Wah udah ga tahan ya non. Hehehe.”. Aku cepat menimpalinya dengan ketus, “Bukan gitu pak. Selina boong ke teman mau pergi ke Hard Rock Cafe beli baju. Jadi kan terpaksa harus mampir hardrock nanti” Si sopir ini terdiam sejenak berpikir lalu berkata, “Hmm, kalo gitu main di dekat-dekat sana aja non biar keburu.”. Kami pun segera masuk ke mobil dan berangkat ke area Hard Rock Cafe. Waktu yang sangat mepet dan entah dimana tempatku melayani nafsu si sopir bejat ini..

Diarahkannya mobil makin menjauh dari kota dan menuju area Bali yang lebih sepi. Aku pun protes, “Loh pak koq malah makin jauh dari Hard Rock Cafe?”. Pak I Gede hanya menjawab,”Udah tenang aja non. Bapak bawa ke tempat yang lebih sepi. Keburu koq waktunya buat mampir ke hard rock ntar.”.

Mobil yang dikemudikan Pak I Gede pun masuk ke sebuah jalan kecil. Kulihat papan penunjuk jalan dengan nama sebuah pantai yang aku belum pernah dengar namanya. Sepertinya ini pantai terpencil dan bukan pantai terkenal bagi wisatawan. “Ini kemana pak? Koq malah ke pantai?”,tanyaku. “Iya non, kita ke pantai ini. Disini sepi banget hampir gak ada orang. Jarang ada turis juga. Jadi aman kalo mau ngentot. hehe”,jawabnya sambil menyetir.

Lalu kami pun tiba di pantai ini. Kulihat memang tidak ada orang dan mobil di area pantai ini. Pantainya juga tidak bagus karena pasirnya agak kotor. Pak I Gede pun memarkirkan kendaraanya di bawah sebuah pohon kelapa. Lalu setelah mematikan mesin mobil, ia pun meraba dadaku sambil berucap, “Nah non, kita main di dalam mobil aja ya. Hehe.”. Aku yang tahu tidak bisa menolaknya pun hanya mengangguk dengan pelan.

Segera bibirnya menyosor mulutku dan menciumku dengan ganas. Kedua tangannya juga menggerayangi payudara dan selangkanganku yang masih tertutup pakaian. “mmhh…mmhhh”, suara ciumanku dengan si sopir mesum ini. Jari-jarinya menggesek pentilku dari luar tanktopku membuatku menggelinjang geli sekaligus nikmat. “Hehe, non ini emang nakal ya gak pake BH padahal cuma pake tanktop tipis gini. Pentil non kemana-mana gini. Bapak suka.”,ucapnya sambil terkekeh dan tangannya terus memainkan puting susuku yang sudah mulai tegang dan makin tercetak jelas di tanktop kuningku. “Uhh, bukan gitu pak. Ini Selina kalah taruhan aja sama teman jadi diharuskan gak pake dalaman.”,timpalku. “Wah gak pake CD juga non jadinya??”,tanyanya dengan muka kaget. Segera kuanggukkan kepalaku. Ia pun dengan cepat membuka kancing hotpantsku dan menatap nanar pada vaginaku yang tidak terhalang apapun lagi. “Wih mantep non Selina. Emang dah siap buat bapak entot ini mah. Haha.”,ucapnya tersenyum senang sambil kini tangannya memainkan bibir vaginaku. Kini tangannya yang satu juga sudah dimasukkan dari bawah tanktopku dan langsung jari-jarinya menari di pentilku.

Aku hanya merem melek mendapat rangsangan di vagina dan payudaraku ini. Libidoku perlahan-perlahan pun makin naik diiringi nafasku yang memburu dan mulai lembapnya vaginaku. Aku pun bilang ke si bli yang masih sibuk memainkan tubuhku, “Nghh pak, celananya saya lepas aja ya, biar gak basah. Soalnya takut ntar gak sempat ganti lagi.”. Pak I Gede pun membantuku melepas celanaku sambil berucap,”Ya udah non, kita pindah ke kursi tengah aja ya biar lebih luas.”.

Setelah itu kami pun pindah ke kursi tengah dimana aku sedang duduk mengangkang menyamping dan Pak I Gede yang duduk di sebelahku kini menciumi vaginaku yang sudah tidak tertutup apapun. Diciuminya rambut kemaluan vaginaku dan sesekali melumatnya. Lalu dengan liarnya ia menghisap dan menjilati liang kemaluanku membuatku mengerang nikmat, “Nghhh pak..”. ‘slrruppp..sllruuupp..’ suara hisapan mulutnya di vaginaku yang sudah basah oleh cairan cintaku. Selagi menghisap vaginaku, tangan Pak I Gede meraih payudaraku dan meremas-remasnya.

Sekitar 5 menit mulutnya memainkan vaginaku, akhirnya aku mendapat orgasmeku. “Ohh pak.. Selina keluar..aaahhhhh..”,lenguhku dengan tubuh yang mengejang hingga dadaku membusung. ‘crtt..crrt..crtt’,dari vaginaku menyembur cairan orgasmeku yang langsung dihabiskan Pak I Gede. Kulihat mulutnya pun belepotan cairan orgasmeku itu. “Mmm, gurih peju non..hehe..”,ucapnya sambil menjilati bibirnya.

Pak I Gede pun mulai melepas ikat pinggang dan kaitan celana panjang jeansnya dan tidak lama ia turunkan resletingnya dan terlihatlah celana dalamnya yang menggembung. Aku yang mau ini cepat selesai pun segera menarik turun celana dalamnya itu. Menyembullah batang kejantanan yang sudah beberapa kali mengaduk vaginaku selama di Bali ini. Penis si sopir mesum ini sudah cukup ereksi akibat melihat tubuh polosku dari tadi.

Tanpa perlu diminta, aku pun mulai menggenggam dan lalu mengocok-ngocok batang penisnya itu dengan tanganku. Terlihat kontras warna coklat gelap penis Pak I Gede di tanganku yang putih ini. Sekitar 2 menit kukocok, kubungkukkan tubuhku dan lalu mulai kujilati penis si bli ini. Kusapu kepala penisnya dengan lidahku beberapa kali, membuat Pak I Gede mengerang nikmat. Setelah itu aku pun mulai mengulum penisnya yang panjang ini dengan mulutku yang mungil sambil kutatap Pak I Gede. “Ohhh.. sepongan non yahud..”,ceracaunya sambil meremas rambut panjangku. Ada 5 menitan penisnya kublowjob, lalu Pak I Gede pun memintaku berhenti.



Kini ia memposisikan tubuhnya duduk di kursi tengah mobil ini. Lalu ia memintaku untuk menduduki penisnya. “Yuk non naikin kontol bli.”,ucapnya. Aku dengan segera naik ke pangkuannya dan kupegang penisnya ini untuk kuarahkan ke liang vaginaku. Setelah pas, aku pun mulai menurunkan tubuhku dan vaginaku pun menelan rudal Pak I Gede. Uh, penisnya yang panjang ini membuat vaginaku terasa penuh dan mentok.

Pak I Gede yang sudah nafsu itu pun mulai menggoyang pinggulnya memompa vaginaku di posisi duduk ini. Aku juga ikut bergoyang menyambut genjotan penisnya sehingga menambah kenikmatan yang kami rasakan. “Aahh ahh ahh ahh..”,desahku menikmati persenggamaan dengan sopir charteran ini. Aku yang sudah dikuasai birahi ini pun dengan liar melingkarkan tanganku ke leher Pak I Gede dan kulumat bibirnya. Ciuman kami begitu panas hingga lidah kami pun saling bertautan di dalam mulut Pak I Gede. “mmmhh…mmmhh..”,suara ciuman kami. Pak I Gede pun meremas payudaraku dengan tangan kirinya dan tangan kanannya meremas pantatku.

Cukup lama kami berfrench kiss hingga kami harus menarik napas. Aku pun mulai mendesah-desah akibat genjotan penis panjang pak I Gede di liang senggamaku. “Nghh..terus pak..ohhh.enaakk..” Pak I Gede pun menimpali, “Aaah.. memek non Selina mantap.. bapak bakal kangen sama non nih..”. Aku yang sudah dipengaruhi libido ini menjawab dengan nakal, “Nghh.. nikmatin pak memek Selina selagi bisa..ahh ahhh ahh..”. Sambil terus memainkan payudaraku ia pun berkata,”Uhh iya.. non bakal kangen gak sama kontol bli?”. Aku makin liar menimpalinya,”Ahh iyahh Selina bakal kangen.. ahh.. sama kontol bapak..ahh..yang panjang ini..nghh.. ahh..”. Mendengar ucapanku yang binal itu si bli pun menghisap puting susuku yang tepat di depan mukanya itu. Seperti ada aliran listrik menjalar dari putingku karena sedotan mulutnya yang kencang. “Sshhh..pak..enaakk.. hisap terus pentilku.. sshh.. nikmat pak..ahh ahh..”,ceracauku yang sudah mendekati puncak kenikmatan.

Sekitar 5 menit kemudian aku pun mendapatkan orgasmeku. “Aahh yang kencang bli.. iyahh.. dikit lagi.. Aaahh..aahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh!!!”, aku menjerit mengekspresikan nikmat yang kurasakan dari orgasme ini. Tubuhku sampai terlonjak-lonjak diatas tubuh Pak I Gede yang memangku diriku sambil mengenyot puting susuku. Bli yang kewalahan akibat kontraksi vaginaku pun menghentikan genjotannya dan menunggu orgasmeku reda. Setelah orgasmeku mereda, barulah ia mulai menggenjot lagi vaginaku dengan tempo yang makin cepat. Beberapa menit kemudian Pak I Gede pun menggeram dan penisnya berkedut memuntahkan lahar putih ke liang vaginaku. ‘crot crot crot’, terasa hangat di rongga vaginaku yang terisi sperma si sopir ini.

Kami pun beristirahat setelah meraih puncak kenikmatan barusan. Selagi duduk di kursi mobil ini, pak I Gede bertanya “Non, kapan ke Bali lagi nih?”. Aku yang masih mengatur nafas menjawabnya, “Belum tau pak. Ini ke Bali pas lagi ada libur aja.”. Si bli ini kembali menimpaliku, ”Jangan lama-lama ya non. Bapak bisa mati kangen. Hehe.”. Sambil beristirahat, tangan kiri sopir cabul ini membelai payudaraku dan tangan kanannya meraba rambut kemaluan serta bibir vaginaku. “Non Selina sempurna banget bodynya.. jadi istri bapak aja gimana?”,sambungnya yang makin ngelantur. “Duh bli jangan aneh-aneh deh.”,ucapku sambil menepis tangannya dan bersiap bangkit untuk memakai pakaianku.

Tapi si bli kemudian menahan tanganku yang hendak mengambil celana hotpantsku sambil ia berkata, “Eh jangan pake dulu celananya non. Kita main satu ronde lagi ya.”. Aku yang sudah ingin pergi ke Hard Rock dan kembali ke hotel pun memprotes, “Duh pak, ini masih mau beli baju loh. Nanti gak keburu.”. Pak I Gede kembali mengancamku, “Non mau foto non kesebar?”. Aku yang sudah muak dengan ancamannya itu pun memutuskan membuat tawaran pada sopir mesum ini, “Gini deh, bli hapus foto itu sekarang dan Selina bakal servis bli sekali lagi dengan sebaik mungkin. Gimana?”.

Setelah ia diam sejenak memikirkan tawaranku akhirnya ia pun setuju, “Oke non, bli setuju. Tapi kita mainnya gak di mobil ya. Pengen di pantai sana tuh.”. Aku terhenyak mendengar permintaanya yang gila itu, “Bapak gila ya main di pantai. Nanti kepergok orang gimana?. Bli dengan tenang berkata, “Tenang aja non. Disini mah sepi, gak ada orang yang kesini kalo siang gini.”. Aku masih diam karena ragu untuk mengikuti permintaan gila si sopir mesum ini. Melihatku masih diam Pak I Gede berkata, “Kalo non gak mau ya udah fotonya gak saya hapus.”. Aku akhirnya terpaksa mengiyakannya tetapi memintanya menghapus foto-fotonya dulu sebelum kami bercinta. Untungnya si bli ini setuju dan menghapus foto-foto bugilku sambil kusaksikan langsung.

Saat aku ingin memakai pakaianku, Pak I Gede melarangku dan ia memberikan jaketnya sambil berucap, “Pake ini aja non daripada pakaian non ntar kena pasir.”. Aku pun setuju dan segera kupakai jaketnya yang agak bau ini. Sedangkan si bli hanya memakai celana pendeknya saja dan bertelanjang dada. Lalu setelah kami memantau keadaan sekeliling, kami pun keluar dari mobil dan berjalan ke arah pantai. Sebelum pergi, si bli membuka bagian belakang mobil dan lalu mengambil karpet yang biasa digunakan orang untuk piknik di pantai. Lalu sambil kami berjalan, ia menunjuk sebuah lokasi yang tertutup oleh batu-batu. “Nah disana aja non kita mainnya, aman tuh ketutup.”,ujarnya.

Tidak lama kami pun sudah tiba di spot yang lumayan tersembunyi dari arah jalan ini. Pak I Gede pun segera menggelar karpet piknik yang disiapkannya sebagai alas kami untuk bersenggama. “Nah, yuk non kita mulai dulu. Eh tapi punya saya belum keras lagi nih. Sepong dulu ya non.”,pinta si bli padaku setelah ia melepas celananya. Aku yang ingin ini cepat beres pun segera berlutut dan memblowjob penisnya yang belum tegang itu. Kumaju mundurkan kepalaku memberikan servis oral seks sebaik mungkin. “Ohh mantep non..semangat banget nih kayaknya..hehe..”,ucapnya melihatku yang menghisap penisnya dengan cepat.

Baru 1 menit kusepong kemudian Pak I Gede menghentikan hisapan mulutku di penisnya. “Bentar non, saya bikin basah juga memek non biar lebih sip pas dientot.”,ucapnya sambil membaringkan badannya. Aku yang mengerti si bli ingin posisi 69 pun segera menelungkupkan tubuhku di atas tubuhnya. Posisi selangkanganku di wajah bli membuatnya langsung memainkan memekku dengan lidahnya. Ah, terasa geli nikmat liang vaginaku yang sedang dijilati oleh lidah si sopir ini. Aku pun balas melumat kontolnya yang sudah agak tegang dengan mulutku. Kami saling menstimulasi organ intim masing-masing. Aku mulai bernafsu akibat rangsangannya dan liang vaginaku dengan cepat mulai basah.

“Ayo non, kita ngentot. Non di atas yang goyang. Servis bapak yang mantep kayak janji non tadi.”,ucap si bli yang sudah seperti seorang raja. Aku yang sudah horny ini pun dengan segera menaiki kontolnya yang sudah tegak itu. Posisi tubuhku membelakangi si bli yang sedang berbaring. ‘Bles’,penis si sopir ini pun sudah tertelan oleh liang kemaluanku.



Tidak lama aku pun menggoyang pinggulku memacu tubuhku di atas tubuh pria yang hampir seumuran ayahku ini. Tidak hanya menggoyang, aku juga menaik turunkan tubuhku dengan tempo cepat. Sesekali juga kuliukkan tubuhku yang membuat penis Pak I Gede seperti dipelintir oleh vaginaku. Teknik seks ku ini membuat si bli mengerang-ngerang, “Ohh non.. mantep banget goyangannya..arghh gila.. enakk non..terus..ohh”. Aku juga ikut merasakan nikmat dari seks ini yang membuatku mendesah, “Ahhh ahhh yes.. ahhh ahhh ahhh!”. Sambil menikmati goyanganku, kedua tangan si sopir ini juga meremas-remas dengan gemas pantat mulusku yang berada di hadapannya.

Ini benar-benar pengalaman baru bagiku bercinta di luar, apalagi di tepi pantai pada siang hari begini. Kondisi pantai yang sepi dan tidak terlihat ada orang, dimana hanya terdengar suara deburan ombak dan dihiasi suara eranganku dan Pak I Gede yang sedang menikmati persetubuhan ini. Sungguh situasi seks di tempat umum ini menimbulkan perasaan tegang karena takut dilihat orang yang anehnya malah membuatku makin bernafsu dan menambah kenikmatan seks ini. Aku yang sangat dimabuk birahi kian liar menggoyang tubuhku di atas tubuh si sopir ini seperti koboi rodeo yang sedang berusaha menjinakkan banteng.

Merasakan teknik goyanganku ini, Pak I Gede sambil mendesah bertanya padaku, “Ahh non.. ternyata non jago ngentot juga ya.. padahal sebelum ini non goyangnya biasa aja.. bener-bener ada bakat non ini..”. Ia tidak meneruskan ucapannya tapi aku yang tahu maksudnya pun sengaja memancingnya, “Ahh.. bakat apa.. ahh.. maksud bapak? Nghh..ahh ahh..”. Pak I Gede yang mulai menggoyang pinggulnya juga lalu menjawabku, “uhh.. bakat jadi bintang bokep....ohh.. pasti sukses non..”. Aku yang makin horny mendengar jawabannya itu terus mendesah dan menimpalinya, “nghhh.. kalo Selina main bokep.. ahh.. ntar ketahuan.. ahh.. sama papa mamaku dong pak? Ahh.. ahh.”. Si bli yang makin keenakan kembali membalas, “ahh..iya juga.. kalo gitu jadi lonte aja non.. ahh.. lonte high class..pasti laku..ohh..”. Kini kedua tangan si bli sudah berada di payudaraku dan meremas-remasnya dengan kuat, membuatku makin blingsatan. Aku kembali menimpalinya, “Nghh..boleh juga pak.. ahhh ahhh!”.

Sodokan penis Pak I Gede makin cepat, membuatku makin merintih keenakan. “Ahh ahh enak pak! Terus.. oohh!”, ceracauku dengan mata terpejam. Jari-jari si bli kini memencet-mencet puting susuku dengan gemas, membuat aku makin mendesah keras. “Ngghhh ahhh iyahh.. pak.. ahh…terus.. sshh.. mainin pentil Lina..ahh ahhh!”

“Non Selina lonte saya..ahhh.. saya nikmatin sampe puas.. gratis.. ohh.. enak..”, ujar Pak I Gede melecehkanku. Aku malah makin horny mendengar ucapannya yang merendahkanku itu dan menimpalinya, “Ahh iyahh.. Selina lonte bapak! Nikmatin tubuhku pak!”. Puting susuku yang berwarna merah muda sekarang dipilin-pilinnya dengan cepat, membuatku terus mendesah makin keras.

Genjotan dan rangsangan di puting susuku ditambah ucapan-ucapan nakal si sopir terhadap diriku ini membuatku akhirnya dengan segera mencapai orgasme pertamaku dari seks di pantai ini. “Ahhhh pak! Selina nyampe! Ooohhhhhhh!”, lenguhku dengan badan bergetar-getar di atas tubuh Pak I Gede. Begitu dahsyatnya orgasme kali ini hingga cukup lama gelombang badai kenikmatan yang menjalar di seluruh tubuhku ini. Tulang-tulangku serasa dilolosi hingga aku pun membaringkan tubuhku di atas Pak I Gede. Ia mendiamkan sejenak penisnya karena ia juga kewalahan dengan kontraksi vaginaku yang kuat itu.

Saat kami sedang beristirahat ini, tiba-tiba terdengar suara pria. “Wow! What a nice body!”, ucap suara itu yang membuat aku dan Pak I Gede tersentak kaget dan menoleh ke sosok pria asing itu..


~ BERSAMBUNG ~


NB : Dilarang Mengcopy Cerita Ini Ke Blog / Website Manapun Tanpa Seizin TS.
 
Terakhir diubah:
Bimabet
Akhirnya suhu. Abis kelar baca part-11 ane bisa tidur dengan tenang
:cendol:

haha, met tidur nyenyak hu :D

mantul updet part 11 @thanosduh

thanks hu :beer:

mantap suhu :tegang:

thanks hu :)

Makasih atas updatenya
Hot hot hot
Ngak rugi nunggu
Geheh

sama2 hu :beer:

Lu. Update bisa sama kayak gua hari nya Wkkwwkw.. Tuh Meki dah longgar kayaknya

haha, pas aja hu mau update hari ini. ;)

Mantap Selina

thanks dah mampir. enjoy hu :beer:

Wow... Selina...
So un"lucky" of you...
More men to cum, eh...?

Selina always looking for pleasure :panlok3:

AKHIRRNNYAAA, MAKASIH GANNNN

sama2 hu :)

Gaya penulisannya mantab om @thanosduh . Jadi keinget jaman seventeen dot com :teman:

thanks hu :beer:
ane blm prnah si yg suhu bilang itu

Mantap suhu

makasih hu :)
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd