Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Sisi Liar Keluargaku (Lanjutan)

Status
Please reply by conversation.

sriwul

Adik Semprot
Daftar
19 Jun 2018
Post
122
Like diterima
319
Bimabet
Cerita ini adalah lanjutan dari cerita yang sebelumnya aku tulis. Karena thread terkunci, jadi aku lanjutkan cerita ini disini. Silahkan yang mau membaca cerita sebelumnya
https://www.semprot.com/threads/sisi-liar-keluargaku.1279649/

Awal Keliaran Keluargaku (2)

*Nisa*

Sepanjang pagi ini aku habiskan dengan bermain bersama Rania. Sesekali saat om Randi keluar kamar, matanya jelalatan memandangi tubuhku. Aku hanya bisa tertunduk. Dalam hati, ingin kuulang kembali kejadian semalam.

Sesekali saat om ikut bermain, aku mencuri pandang padanya dan tonjolan dibalik sarungnya. Membayangkan kejadian semalam, muncul berbagai pertanyaan dibenakku. Apakah om tidak dapat jatah dari tante? Atau emang om lagi terlanjur nafsu.

Hari ini tante Vida pamit keluar. Ada urusan dengan teman kerjanya di kebun Teh dikota sebelah. Tante berangkat dengan Ed, sepupuku. Kata Om dan Uti, tante sering ada urusan meeting disana. Mungkin untuk distribusi teh perusahaannya. Entahlah.


*Tante Vida*

“Hari yang indah ya.” Aku mengencangkan pelukan dipinggang lelaki ini. Membuat badanku semakin merapat dan toketku menempel dipunggungnya.

“Toket kamu makin gede ya, Tante?”

“Hah? Apa? Gak denger?”

Keduanya sedang menyusuri jalanan protokol dengan motor. Ini sudah seperti menjadi rutinitas mereka berdua ketika Ed pamit untuk praktikum. Ed tidak salah, ia memang praktikum. Tante Vida adalah obat setelah Ed terlalu pusing menghadapi tugas kuliah.

Ed nggak menjawab pertanyaan tantenya. Motor semakin masuk ke arah desa. Suasana sudah berganti. Dari deretan pertokoan menjadi hamparan kebun. Disekitar kebun ini mereka biasa melakukan rutinitas nikmat itu.

Ed mengurangi gasnya. Tangan kirinya tiba-tiba menarik tangan tante Vida dari pinggang menuju tonjolan dicelananya. Sudah keras rupanya.

“Udah nafsu ya?”

“Toket tante bikin adek berdiri”

Aku cuma bisa tersenyum. Manjur juga rupanya minyak yang dioleskannya semalam. Hasil pemberian Risa. Aku makin merapatkan tubuhku ke lelaki ini sambil mengelus kontolnya sesekali dari luar celananya.

Ed tiba-tiba memberhentikan motornya setelah belokan depan.

“Kok berhenti?”

“Tante belum pernah ngerasain sensasinya kan?” Ed segera membuka kancing dan reslesting celana jinsnya.

“Kita? Main disini?” aku terheran. Bagaimana mungkin? Bagaimana jika ketahuan?

“Rasain aja sensasinya dulu, Tante. Bosen dong main digubuk mulu.” Ed sudah mulai menggerayangi toket tantenya itu.

“Toket tante makin gede ya?”

“Hm.. Iya.” Aku kegelian saat Ed mulai menyapukan lidahnya di toketku yang masih tertutup baju dan jilbab panjang. Tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku.

“Aku buka ya, Te.”

“Ed. Oh...” aku melenguh tertahan saat Ed mulai membuka kancing bajuku. Membukanya dan mengeluarkan toketku. Lidahnya mulai menjilati toketku, memutar puting susuku dari balik jilbab panjangku. Tangannya mulai menelusup dibalik celana dalamku. Celana kain yang ku kenakan sudah dipelorotnya.

“Oh... Ed. Memekku, Ed.”

Ed segera mengerti kode itu. Menurunkan jilatannya menuju memek tante Vida. Menjilati klitorisnya. Sambil tangan kiri mengorek-ngorek lubang vaginanya dan tangan kanan meremas-remas toketnya.

“Ah... Ed. Enak, Ed. Kamu selalu yang terbaik.”

Ed makin mempercepat kocokannya pada memek tante. Mulutnya kini ada didalam mulut tante. Saling bertukar lidah. Toket tante tidak pernah lepas dari tangannya. Putingnya yang besar membuat Ed suka memilin-milinnya.

“Aaaaahhhh... Ed.” Aku terkapar keenakan merasakan sensasinya.

Ed segera melucuti celananya. Tante langsung saja dengan sigap menghisap kontol Ed. Sambil sesekali menjilati bagian palkon-nya. “Ah...” Ed mulai mengerang keenakan. “Nungging, Tante”

Posisi kesukaan Ed dan aku. Dengan posisi ini, Ed juga bisa meremas toketku yang menggantung dari belakang. Dan itu membuatku merasa seksi. “Ahhhh.”

Ed mulai mempercepat goyangannya. Aku berusaha untuk tidak mengerang meski kenikmatan ini membuat aku sedikit banyak mengerang.

“Ahhh... Ah..., Ed. Terus, Ed.” Ed mulai mempercepat goyangannya.

Ed mulai menelusup dari ketiakku dan menjilati pentilku. Ini adalah tempat sensitif untukku.

“Ah... Ed, Iya. Enak, Ed.” Ed semakin mempercepat goyangannya sedangkan jilatan pada toketku kini mulai berganti gigitan dan hisapan. Aku sudah tidak kuat lagi. Kontol Ed yang besar, jilatan dan hisapannya membuat aku merasakan surga dunia. “Aaaaaahhhhh, Eeeeeeed.” Aku terkulai lemas, nyaris saja terjatuh jika Ed tidak segera memegangiku.

“Ohhh....” Ed semakin mempercepat goyangannya. Aku hanya bisa terdiam pasif. Kelelahan. “Ahhhh.... Tanteee... Perekkuuuuuuu.” Aku merasakan kehangatan dalam memekku. Kami sama-sama terkapar dipinggir jalanan desa yang sepi. Untunglah tidak ada orang yang lewat sejauh ini.

“Makasih, Ed. Kamu gila.”

“Tapi tante suka kan?”

“Kamu yang terbaik, sayang.” Aku mengecup pipi Ed, lalu kembali merapikan pakaianku.




*Ed*

Aku masih terkapar dipinggir jalan bersama tante Vida. Tante sudah mulai merapikan pakaiannya kembali. Bersiap menuju kebun tempatnya bekerja.

“Aku jalan dulu ya, Ed.”

“Eh, ngga aku antar aja, Tan?”

“Nggak usah. Udah deket. Bye.” Sekali lagi tante mengecup pipiku.

Aku menepikan motorku digubuk dekat tempat kami bergumul tadi. Pikiranku melayang ke cerita pertama kali bisa menaklukan tante Vida.

Awal mula hubungan kami dapat dikatakan terjadi secara tidak sengaja. Siang itu, Tante memergoki aku dan Risa sedang mengoral satu sama lain didapur rumah Risa. Kebetulan rumah Risa sedang kosong, mama dan papanya lagi ikut kondangan.

“Risa... Edoo...” Tante berteriak dan matanya membelalak melihat apa yang sedang aku dan Risa lakukan.

“Kalian sudah gila? Kalian ini bersaudara.”

“Tante... Aku bisa jelasin semuanya, Te.”

“Semuanya sudah jelas. Aku laporin kalian ke mama papa kalian.”

“Te, tapi, Te...”

“Tante gak peduli”

“Te, tante...” aku memegang tangan tante Vida sebelum ia mulai mengambil langkah.

“Apa lagi?”

Wajah tante terlihat emosi. Pipinya memerah. Tidak ada cara lain. Semoga ini berhasil.

Aku mulai mengelus pergelangan tangan tante.

“Tante cantik”

Tante tidak berusaha menghindar meski juga tidak merespon. Aku mulai melancarkan aksiku berikutnya. Tanganku mulai mengelus sampai bagian lengan atas Tante. Sekali lagi aku bisikkan lembut di telinganya.

“Tante cantik.”

Kulihat tante mulai terpejam saat aku bisikkan kata itu. Aku mulai menjilati telinganya sedang tanganku mulai meremas toket tante yang ngga seberapa gede dibanding dengan toket Risa.

“Aku tau, Tante membutuhkan ini kan?”

Tanganku mulai menelusup kedalam kaos tante. Tante tidak lagi menggunakan BH didalamnya. Aku mulai meremas dan mempermainkan pentil tante. Sedang tangan satunya, mulai kugunakan untuk menyerang memek tante. Tanganku sudah berhasil menelusup kedalam celananya. Menggesek-gesek bagian luar memeknya. Tubuh tante mulai menggelinjang.

“Kita pindah ke kamar ya, Tante.”

Tante hanya menurut. Aku menuntunnya menuju kamar Risa. Kebetulan rumahnya sedang sepi. Aku bisa menggarap dua cewek sekaligus, pikirku.

Didalam kamar aku mulai melucuti pakaian tante. Saat kaos tante terbuka, aku langsung saja sedot-sedot pentilnya sedangkan tangan satunya aku gunakan untuk memainkan klitorisnya. Sekilas aku melihat jam. Sisa sejam lagi. Permainan ini harus segera aku selesaikan.

Risa yang sudah berada didalam kamar hanya termangu melihat Tante Vida sudah takluk denganku. Aku memberikan kode padanya untuk menggantikan posisiku di toket tante. Sedangkan aku kini mulai melahap memek tante.

Ah... Ah...” desahan Tante mulai terdengar makin panas.

Aaaaaahhhh... Risa, Edooo.” Tubuh tante mengejang. Cairan putih kental membanjiri memek tante. Langsung saja aku sedot habis.

“Gimana? Enak tante?” tante tidak menjawab. Aku membiarkan tante beristirahat terlebih dahulu.

“Ris.” Risa sudah mengerti kode dariku. Aku mulai terlentang disebelah tante, sedang Risa mulai menaiki tubuhku. Perlahan ia mulai memasukkan kontolku ke memeknya.

“Ah...” Risa mulai menggoyangkan pantatnya. Tidak tinggal diam, aku remas-remas toketnya yang masih terbungkus kaos hitam ketatnya.

“Ah.. Ah.. Ah...” goyangan Risa makin kencang. Aku mulai condongkan badanku ke depan. Aku tarik keatas kaos Risa dan terlihatlah payudaranya yang besar dan kencang. Aku emut pentilnya sambil tanganku meremas toket Risa yang lainnya.

“Oh... Ayoo.. Ayoo, Ed.” Risa semakin mempercepat goyangannya. Aku yang tadinya hanya mengemut pentilnya berubah menjadi menggigiti pentilnya.

“Oh... Ed... A...ku.. Ke..Luaaaar” Risa ambruk diatas tubuhku. Aku mulai bangkit dan membiarkan Risa tertidur.

Tante Vida sebelumnya hanya melihat persetubuhanku dengan Risa dengan meremas toket dan memainkan klitorisnya. Aku tau, tante sedang diambang kenikmatan. Begitu juga aku yang belum sempat keluar tadi.

“Tante, nungging sekarang.” Aku mulai mengelus-elus palkon-ku pada memek luar tante.

“Ahh... Ed... Masukkan.”

“Ah..” kontolku mulai memasuki memek tante. Aku mulai menggoyangkan pantatku.

“Enak, Tante?”

“Ah...” desahan Tante sudah menjawab semuanya tapi aku ingin mendengar jawaban langsung tante. Aku hentikan goyanganku.

“Kenapa... Berhenti?”

“Tante maunya apa?” aku mulai menggoayangkan pantatku perlahan.

“Ah.. Iya, Ed. Terus...”

“Enak tante?”

“Ah...”

“Sekali tante gak ngejawab. Aku cabut kontolku, Tante” kataku sambil meremas toketnya dengan keras.

“Ah.. Iya, Enak, Ed. Jang... Ngan... Dicabut.”

“Cabut apanya tante?”

“Kontolmu... Ah...” aku mulai mempercepat kocokan kontolku dimemeknya.

“Ahh... Ed... Aku mauu sam... Pai.” Aku tusukkan kontolku makin dalam. Tubuh tante mengejang dan melemas. Aku pegang tubuhnya agar tidak terjatuh. Aku semakin menyodokkan memekku dengan cepat.

“Ah... Ah... Tanteeee. Aku keluuaaaaar” aku tancapkan kontolku makin dalam. Kami terkapar dibawah ranjang. Lima menit cukup untuk kami mengumpulkan tenaga.

“Gimana tante? Doyan?”

Tante tidak menjawab, hanya tersenyum. Risa membawakan minum untuk kami bertiga. Setelahnya kami segera memakai pakaian dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Aku tersenyum puas. Tambah satu lagi tempat aku menuntaskan nafsuku.
 
Nyimak keluarga liar wkwk
 
Awal Keliaran Keluargaku (3)

*Rifa*

Nasib jadi anak tunggal yang ditinggal kedua orang tua merantau. Sesore ini, aku merasakan sangat bosan dengan rutinitas seharian ini. Jadwal kuliah yang kosong membuat aku hanya malas-malasan dirumah. Kehidupanku memang dibilang serba mudah. Rumah yang besar dengan fasilitas lengkap meski harus ditinggali sendiri tapi toh tiap pagi sampai siang selalu ada si mbok yang membereskannya. Papa mama adalah seorang pebisnis yang sekarang sedang mengembangkan usaha diluar pulau. Mau tidak mau membuat aku harus hidup sendiri.

Bosan tidur terus, aku memilih menyalakan TV diruang tengah sambil membuka laptop. Searching hal apapun yang menarik, membuka aplikasi chat, berkenalan dengan beberapa orang. Sesekali bercerita tentang betapa kesepian hidupku. Tring... satu chat masuk. Lidia. Aku tidak tau dia siapa tapi orang itu hanya mengirimkan sebuah link, karena penasaran aku segera meng-klik. Aku termangu ketika link yang kubuka ternyata adalah situs cerita dewasa.

Selain cerita, juga dilampirkan dua foto sebagai ilustrasi, dimana ada dua orang, lelaki dan perempuan sedang berciuman dan gambar satu lagi, menunjukkan lelaki sedang menjilati puting susu si perempuan. Entah dorongan darimana, aku merasa tubuhku merinding tetapi juga penasaran. Iseng, aku mulai membacanya. Tenyata isinya adalah hubungan incest antara dua orang sepupu. Kisah keduanya bermula ketika si cewek bertandang kerumah si cowok yang sedang sepi.

Pelan-pelan, membaca cerita tersebut, gairahku mulai naik. Aku yang baru pertama kali membaca cerita seperti ini mulai penasaran dengan setiap adegan yang diceritakan dan penggambaran kenikmatan yang begitu luar biasa.

Aku mulai mencoba mempraktekan pada diriku sendiri. Susuku mulai aku remas-remas dari luar bajuku. Sementara tangan lainnya menuju kebawah. Mengelus-mengelus vaginaku dibalik celana pendek yang aku kenakan. Tidak sampai situ saja, aku mulai memasukkan tanganku kedalam baju. Aku remas-remas susuku dibalik beha, sambil tetap mengelus vagianaku. Oohh. Aku mulai merasakan kenikmatan. Tanggung, aku buka sekalian kaos yang aku kenakan. Lalu behaku. Aku kembali meremas-remas susuku. Memainkan pentilnya. Sementara, tangan lainnya sudah berada dibalik celana dalam. Menggosok-gosok vaginaku. Ooohhh... Kenikmatan itu benar-benar nyata. Aku semakin mempercepat gosokan pada vaginaku. Vaginaku semain basah, tapi ini semakin nikmat. Remasan pada susu juga sudah bergnti menjadi cubitan kecil di putingnya. Aaaaaaahhhh... Aku merasakan kenikmatan yang tidak terkira dibarengi dengan keluarnya cairan putih kental dari vaginaku yang makin banyak. Badanku terasa lemas seketika. Aku memejamkan mata, merasa bersalah kenapa aku harus melakukan perbuatan memalukan seperti ini.


*Ed*

Aku bergegas pulang setelah selesai beristirahat sejenak di gubuk dekat tempat mainku dengan tante. Aku berniat untuk mampir sebentar kerumah sepupuku, Rifa. Sekedar say hello sekalian numpang nge-wifi. Maklum, diantara saudara-saudara, mama papa Rifa adalah yang terkaya. Fasilitas dirumahnya lebih lengkap daripada hotel bintang lima sekalipun.

Aku memasuki halaman rumah Rifa, seperti biasa rumah ini selalu sepi. Pasti lagi molor nih si Rifa. Sore-sore gini emang paling enak molor. Aku hendak mengetuk pintu tapi aku urungkan karna pintu sudah sedikit terbuka. Ah, si Rifa kebiasaan gapernah nutup pintu. Aku langsung masuk, menganggapnya seperti rumah sendiri.

Sebelum akhirnya aku menemukan pemandangan indah diruang tengah. Aku segera mengambil tempat yang pas untuk mengintip. Dari balik dinding, aku segera mengeluarkan smartphone-ku. Berinisiatif merekam pemandangan yang jarang terjadi.

Didepan televisi yang masih menyala, Rifa meremas-remas toketnya sendiri. Yang membuat aku makin bernafsu adalah ternyata toket Rifa lebih besar dibanding toket Risa. Aaaaaaahhhh... Tubuh Rifa bergetar, dari memeknya keluar deras cairan putih. Udah sampai rupanya dia. Aku save video barusan. Menyimpannya. Untuk fantasiku, atau bahkan lebih dari sekedar itu. Satu caon korban lagi, pikirku. Aku segera keluar, urung untuk numpang nge-wifi. Hasrat ini harus segera dituntaskan. Risa pasti dirumah, ku dengar mama papanya lagi keluar kota.

Tiing.. Hpku berbunyi, tanda pesan masuk. Risa. Lagi dimana? Papa Mama lagi keluar kota sampe seminggu kedepan. Rumah kosong. Baguslah, pucuk dicinta ulam pun tiba.


*Risa*

Aku tiba ditempat kerja pukul 06.30, setengah jam lebih pagi dari biasanya. Pekerjaan kemarin yang belum juga selesai ditambah dengan deadline pekerjaan yang harus selesai besok mengharuskanku segera.

Untunglah, rupanya kondisi otakku masih berpihak. Dapat dengan cepat beradaptasi dengan pekerjaan yang menumpuk lebih dari biasanya. Aku merenggangkan badan, melemaskan otot, kulihat jam menunjukkan pukul 15.15. Akhirnya, pekerjaan ini selesai. Segera kubereskan dan aku kirim file-file penting ke bos.

Aku segera membereskan barang-barang dan pulang. Aku harus segera menyelesaikan urusan lain, urusan kenikmatan dan kepuasan. Ya, harga yang harus dibayar mahal karena otakku telah lelah bekerja seharian ini. Sebelum beranjak, aku harus menghubungi seseorang yang bisa memberikanku kenikmatan dan kepuasan.

Segera sampai rumah aku membersihkan tubuhku. Guyuran air shower membuatku lebih rileks. Aku menggosokkan sabun diseluruh tubuhku. Sayang, nafsu yang memang terlanjur meninggi membuat putingku mengeras bahkan hanya dengan guyuran air. Oooohhh. Aku mulai meremas toketku sendiri. Tangan kiriku menuju memek basahku, sebagian karna air shower sebagian karna nafsu yang sudah memuncak. Ahhh... Aku semakin melenguh saat jari tengahku mulai memainkan klitorisku. Ahhh... Ooohhh... Aku semakin menggeseknya dengan cepat. Sementara tangan kananku masih aktif meremas dan memainkan puting susuku. Aaaaaaaaahhhhhh... Aku melenguh panjang, diiringi dengan keluarnya cairan putih dari memekku.

Aku segera menyelesaikan mandi soreku sebelum akhirnya memilih menonton TV sembari menunggu Ed datang. Yah, mastrubasi barusan masih belum mampu memenuhi hasrat seksku. Ed adalah satu-satunya yang mampu memberikanku kenikmatan bahkan lebih dari pacarku sendiri.

Tidak lama aku menunggu, terdengar suara motor dari depan. Pasti Ed. Benar saja, sesosok lelaki tegap segera membuka pintu. Aku menyambutnya dengan ciuman. Ciuman yang panas, karna nafsuku yang sudah memuncak. Sambil masih berjalan menuju Sofa, kami masih berciuman. Aku mengarahkan tangannya menuju dadaku. Toketku sudah merindukan belaian Ed.

Ed mulai melucuti pakaiannya sendiri. Sedangkan aku, sudah sedari tadi melepas kimono handukku. “Nungging, Ris”. Aku segera menungging, sudah nafsu rupanya dia. “Aaaaahhhh....” kontol Ed sudah masuk dalam memekku. Ed mulai menggoyangkan pantatnya. “Aaaahhh... Ooohhh..., Ed... Toketku.” Aku tarik tangan Ed menuju toketku. Di remas-remasnya toket gedeku. “Oooohhhh..., Ed..., kamu gila. Ah, ya, puaskan aku, Ed.” Goyangan Ed di memekku makin cepat, remasan ditoketku pun sudah berganti. Putingnya dipelintir-pelintir. Mempercepat aku menuju pucak kenikmatan. “Aaaaahhh... Ed. Aku keluaaaaarrr.” “Aku juga, Ris. Aku keluarin didalam. Aaaaaahhhh....” Kami berdua sama-sama sampai pada puncak kenikmatan masing-masing. Aku ambruk dilantai sedang Ed juga ambruk disisiku. Kontol besarnya dicabut.

“Tumben keluar cepet?” tanyaku penasaran setelah aku berhasil mengontrol nafasku.

“Haha. Iya.”

“Habis main sama siapa kamu? Tante? Dia keluar duluan?”

“Iya. Habis main sama Tante tapi udah tadi pagi.”

“Terus?” aku makin penasaran, karena tidak biasanya Ed keluar bersamaan kecuali jika dia sudah menahan hasrat nafsunya sebelumnya.

Ed justru bangkit. Mengambil sesuatu dari celananya. Menyodorkan hapenya. My God. “Ini kan Rifa?” Di layar hape memperlihatkan Rifa yang sedang mastrubasi.

“Iya.”

“Kamu habis main sama dia?”

“Enggak, Ris. Ehm, maksut aku belum. Tunggu aja.” Ed sudah mulai memakai bajunya kembali. Pantes ini cowok keluarnya cepet banget. Biasanya sampe aku lemes juga dia belum kendor.

“Kamu... Mau ngentotin dia juga? Yakin?”

“Kenapa engga? Hahaa.”

“Gila kamu. Berapa orang dikeluarga ini yang bakal kamu entotin.”

“Kalau bisa semuanya. Kenapa engga?” Ed mengerdipkan mata genit.

“Gila.”

“Haha. Pulang dulu ya, sayang.” Ed sekali lagi mencium bibirku. Tidak lama. sekedar untuk berpamitan.

Aku segera mengambil kimono handukku. Mengantarkannya menuju pintu depan. Ed sudah menghilang. Rifa Rifa, tunggu aja giliranmu. Ed memang gila, gumamku sambil kembali masuk dan mandi. Lalu beristirahat. Harga lelah hari ini sudah terbayar.
 
Terakhir diubah:
Terima kasih semuanya. Mohon maaf baru update karena keterbatasan sambungan internet didaerah saya. Saya akan usahakan untuk sering-sering post. Silahkan dinikmati. Ini karya sederhana saya. Perdana saya memposting karya saya. Semoga nantinya bisa sampai tamat. Hehe.
 
apakah semua wanita dikeluarga besar edo akan jadi korbannya....atau suami tantenya juga ikut main....
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd