sriwul
Adik Semprot
- Daftar
- 19 Jun 2018
- Post
- 122
- Like diterima
- 319
Cerita ini adalah lanjutan dari cerita yang sebelumnya aku tulis. Karena thread terkunci, jadi aku lanjutkan cerita ini disini. Silahkan yang mau membaca cerita sebelumnya
https://www.semprot.com/threads/sisi-liar-keluargaku.1279649/
Awal Keliaran Keluargaku (2)
*Nisa*
Sepanjang pagi ini aku habiskan dengan bermain bersama Rania. Sesekali saat om Randi keluar kamar, matanya jelalatan memandangi tubuhku. Aku hanya bisa tertunduk. Dalam hati, ingin kuulang kembali kejadian semalam.
Sesekali saat om ikut bermain, aku mencuri pandang padanya dan tonjolan dibalik sarungnya. Membayangkan kejadian semalam, muncul berbagai pertanyaan dibenakku. Apakah om tidak dapat jatah dari tante? Atau emang om lagi terlanjur nafsu.
Hari ini tante Vida pamit keluar. Ada urusan dengan teman kerjanya di kebun Teh dikota sebelah. Tante berangkat dengan Ed, sepupuku. Kata Om dan Uti, tante sering ada urusan meeting disana. Mungkin untuk distribusi teh perusahaannya. Entahlah.
*Tante Vida*
“Hari yang indah ya.” Aku mengencangkan pelukan dipinggang lelaki ini. Membuat badanku semakin merapat dan toketku menempel dipunggungnya.
“Toket kamu makin gede ya, Tante?”
“Hah? Apa? Gak denger?”
Keduanya sedang menyusuri jalanan protokol dengan motor. Ini sudah seperti menjadi rutinitas mereka berdua ketika Ed pamit untuk praktikum. Ed tidak salah, ia memang praktikum. Tante Vida adalah obat setelah Ed terlalu pusing menghadapi tugas kuliah.
Ed nggak menjawab pertanyaan tantenya. Motor semakin masuk ke arah desa. Suasana sudah berganti. Dari deretan pertokoan menjadi hamparan kebun. Disekitar kebun ini mereka biasa melakukan rutinitas nikmat itu.
Ed mengurangi gasnya. Tangan kirinya tiba-tiba menarik tangan tante Vida dari pinggang menuju tonjolan dicelananya. Sudah keras rupanya.
“Udah nafsu ya?”
“Toket tante bikin adek berdiri”
Aku cuma bisa tersenyum. Manjur juga rupanya minyak yang dioleskannya semalam. Hasil pemberian Risa. Aku makin merapatkan tubuhku ke lelaki ini sambil mengelus kontolnya sesekali dari luar celananya.
Ed tiba-tiba memberhentikan motornya setelah belokan depan.
“Kok berhenti?”
“Tante belum pernah ngerasain sensasinya kan?” Ed segera membuka kancing dan reslesting celana jinsnya.
“Kita? Main disini?” aku terheran. Bagaimana mungkin? Bagaimana jika ketahuan?
“Rasain aja sensasinya dulu, Tante. Bosen dong main digubuk mulu.” Ed sudah mulai menggerayangi toket tantenya itu.
“Toket tante makin gede ya?”
“Hm.. Iya.” Aku kegelian saat Ed mulai menyapukan lidahnya di toketku yang masih tertutup baju dan jilbab panjang. Tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku.
“Aku buka ya, Te.”
“Ed. Oh...” aku melenguh tertahan saat Ed mulai membuka kancing bajuku. Membukanya dan mengeluarkan toketku. Lidahnya mulai menjilati toketku, memutar puting susuku dari balik jilbab panjangku. Tangannya mulai menelusup dibalik celana dalamku. Celana kain yang ku kenakan sudah dipelorotnya.
“Oh... Ed. Memekku, Ed.”
Ed segera mengerti kode itu. Menurunkan jilatannya menuju memek tante Vida. Menjilati klitorisnya. Sambil tangan kiri mengorek-ngorek lubang vaginanya dan tangan kanan meremas-remas toketnya.
“Ah... Ed. Enak, Ed. Kamu selalu yang terbaik.”
Ed makin mempercepat kocokannya pada memek tante. Mulutnya kini ada didalam mulut tante. Saling bertukar lidah. Toket tante tidak pernah lepas dari tangannya. Putingnya yang besar membuat Ed suka memilin-milinnya.
“Aaaaahhhh... Ed.” Aku terkapar keenakan merasakan sensasinya.
Ed segera melucuti celananya. Tante langsung saja dengan sigap menghisap kontol Ed. Sambil sesekali menjilati bagian palkon-nya. “Ah...” Ed mulai mengerang keenakan. “Nungging, Tante”
Posisi kesukaan Ed dan aku. Dengan posisi ini, Ed juga bisa meremas toketku yang menggantung dari belakang. Dan itu membuatku merasa seksi. “Ahhhh.”
Ed mulai mempercepat goyangannya. Aku berusaha untuk tidak mengerang meski kenikmatan ini membuat aku sedikit banyak mengerang.
“Ahhh... Ah..., Ed. Terus, Ed.” Ed mulai mempercepat goyangannya.
Ed mulai menelusup dari ketiakku dan menjilati pentilku. Ini adalah tempat sensitif untukku.
“Ah... Ed, Iya. Enak, Ed.” Ed semakin mempercepat goyangannya sedangkan jilatan pada toketku kini mulai berganti gigitan dan hisapan. Aku sudah tidak kuat lagi. Kontol Ed yang besar, jilatan dan hisapannya membuat aku merasakan surga dunia. “Aaaaaahhhhh, Eeeeeeed.” Aku terkulai lemas, nyaris saja terjatuh jika Ed tidak segera memegangiku.
“Ohhh....” Ed semakin mempercepat goyangannya. Aku hanya bisa terdiam pasif. Kelelahan. “Ahhhh.... Tanteee... Perekkuuuuuuu.” Aku merasakan kehangatan dalam memekku. Kami sama-sama terkapar dipinggir jalanan desa yang sepi. Untunglah tidak ada orang yang lewat sejauh ini.
“Makasih, Ed. Kamu gila.”
“Tapi tante suka kan?”
“Kamu yang terbaik, sayang.” Aku mengecup pipi Ed, lalu kembali merapikan pakaianku.
*Ed*
Aku masih terkapar dipinggir jalan bersama tante Vida. Tante sudah mulai merapikan pakaiannya kembali. Bersiap menuju kebun tempatnya bekerja.
“Aku jalan dulu ya, Ed.”
“Eh, ngga aku antar aja, Tan?”
“Nggak usah. Udah deket. Bye.” Sekali lagi tante mengecup pipiku.
Aku menepikan motorku digubuk dekat tempat kami bergumul tadi. Pikiranku melayang ke cerita pertama kali bisa menaklukan tante Vida.
Awal mula hubungan kami dapat dikatakan terjadi secara tidak sengaja. Siang itu, Tante memergoki aku dan Risa sedang mengoral satu sama lain didapur rumah Risa. Kebetulan rumah Risa sedang kosong, mama dan papanya lagi ikut kondangan.
“Risa... Edoo...” Tante berteriak dan matanya membelalak melihat apa yang sedang aku dan Risa lakukan.
“Kalian sudah gila? Kalian ini bersaudara.”
“Tante... Aku bisa jelasin semuanya, Te.”
“Semuanya sudah jelas. Aku laporin kalian ke mama papa kalian.”
“Te, tapi, Te...”
“Tante gak peduli”
“Te, tante...” aku memegang tangan tante Vida sebelum ia mulai mengambil langkah.
“Apa lagi?”
Wajah tante terlihat emosi. Pipinya memerah. Tidak ada cara lain. Semoga ini berhasil.
Aku mulai mengelus pergelangan tangan tante.
“Tante cantik”
Tante tidak berusaha menghindar meski juga tidak merespon. Aku mulai melancarkan aksiku berikutnya. Tanganku mulai mengelus sampai bagian lengan atas Tante. Sekali lagi aku bisikkan lembut di telinganya.
“Tante cantik.”
Kulihat tante mulai terpejam saat aku bisikkan kata itu. Aku mulai menjilati telinganya sedang tanganku mulai meremas toket tante yang ngga seberapa gede dibanding dengan toket Risa.
“Aku tau, Tante membutuhkan ini kan?”
Tanganku mulai menelusup kedalam kaos tante. Tante tidak lagi menggunakan BH didalamnya. Aku mulai meremas dan mempermainkan pentil tante. Sedang tangan satunya, mulai kugunakan untuk menyerang memek tante. Tanganku sudah berhasil menelusup kedalam celananya. Menggesek-gesek bagian luar memeknya. Tubuh tante mulai menggelinjang.
“Kita pindah ke kamar ya, Tante.”
Tante hanya menurut. Aku menuntunnya menuju kamar Risa. Kebetulan rumahnya sedang sepi. Aku bisa menggarap dua cewek sekaligus, pikirku.
Didalam kamar aku mulai melucuti pakaian tante. Saat kaos tante terbuka, aku langsung saja sedot-sedot pentilnya sedangkan tangan satunya aku gunakan untuk memainkan klitorisnya. Sekilas aku melihat jam. Sisa sejam lagi. Permainan ini harus segera aku selesaikan.
Risa yang sudah berada didalam kamar hanya termangu melihat Tante Vida sudah takluk denganku. Aku memberikan kode padanya untuk menggantikan posisiku di toket tante. Sedangkan aku kini mulai melahap memek tante.
“Ah... Ah...” desahan Tante mulai terdengar makin panas.
“Aaaaaahhhh... Risa, Edooo.” Tubuh tante mengejang. Cairan putih kental membanjiri memek tante. Langsung saja aku sedot habis.
“Gimana? Enak tante?” tante tidak menjawab. Aku membiarkan tante beristirahat terlebih dahulu.
“Ris.” Risa sudah mengerti kode dariku. Aku mulai terlentang disebelah tante, sedang Risa mulai menaiki tubuhku. Perlahan ia mulai memasukkan kontolku ke memeknya.
“Ah...” Risa mulai menggoyangkan pantatnya. Tidak tinggal diam, aku remas-remas toketnya yang masih terbungkus kaos hitam ketatnya.
“Ah.. Ah.. Ah...” goyangan Risa makin kencang. Aku mulai condongkan badanku ke depan. Aku tarik keatas kaos Risa dan terlihatlah payudaranya yang besar dan kencang. Aku emut pentilnya sambil tanganku meremas toket Risa yang lainnya.
“Oh... Ayoo.. Ayoo, Ed.” Risa semakin mempercepat goyangannya. Aku yang tadinya hanya mengemut pentilnya berubah menjadi menggigiti pentilnya.
“Oh... Ed... A...ku.. Ke..Luaaaar” Risa ambruk diatas tubuhku. Aku mulai bangkit dan membiarkan Risa tertidur.
Tante Vida sebelumnya hanya melihat persetubuhanku dengan Risa dengan meremas toket dan memainkan klitorisnya. Aku tau, tante sedang diambang kenikmatan. Begitu juga aku yang belum sempat keluar tadi.
“Tante, nungging sekarang.” Aku mulai mengelus-elus palkon-ku pada memek luar tante.
“Ahh... Ed... Masukkan.”
“Ah..” kontolku mulai memasuki memek tante. Aku mulai menggoyangkan pantatku.
“Enak, Tante?”
“Ah...” desahan Tante sudah menjawab semuanya tapi aku ingin mendengar jawaban langsung tante. Aku hentikan goyanganku.
“Kenapa... Berhenti?”
“Tante maunya apa?” aku mulai menggoayangkan pantatku perlahan.
“Ah.. Iya, Ed. Terus...”
“Enak tante?”
“Ah...”
“Sekali tante gak ngejawab. Aku cabut kontolku, Tante” kataku sambil meremas toketnya dengan keras.
“Ah.. Iya, Enak, Ed. Jang... Ngan... Dicabut.”
“Cabut apanya tante?”
“Kontolmu... Ah...” aku mulai mempercepat kocokan kontolku dimemeknya.
“Ahh... Ed... Aku mauu sam... Pai.” Aku tusukkan kontolku makin dalam. Tubuh tante mengejang dan melemas. Aku pegang tubuhnya agar tidak terjatuh. Aku semakin menyodokkan memekku dengan cepat.
“Ah... Ah... Tanteeee. Aku keluuaaaaar” aku tancapkan kontolku makin dalam. Kami terkapar dibawah ranjang. Lima menit cukup untuk kami mengumpulkan tenaga.
“Gimana tante? Doyan?”
Tante tidak menjawab, hanya tersenyum. Risa membawakan minum untuk kami bertiga. Setelahnya kami segera memakai pakaian dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Aku tersenyum puas. Tambah satu lagi tempat aku menuntaskan nafsuku.
https://www.semprot.com/threads/sisi-liar-keluargaku.1279649/
Awal Keliaran Keluargaku (2)
*Nisa*
Sepanjang pagi ini aku habiskan dengan bermain bersama Rania. Sesekali saat om Randi keluar kamar, matanya jelalatan memandangi tubuhku. Aku hanya bisa tertunduk. Dalam hati, ingin kuulang kembali kejadian semalam.
Sesekali saat om ikut bermain, aku mencuri pandang padanya dan tonjolan dibalik sarungnya. Membayangkan kejadian semalam, muncul berbagai pertanyaan dibenakku. Apakah om tidak dapat jatah dari tante? Atau emang om lagi terlanjur nafsu.
Hari ini tante Vida pamit keluar. Ada urusan dengan teman kerjanya di kebun Teh dikota sebelah. Tante berangkat dengan Ed, sepupuku. Kata Om dan Uti, tante sering ada urusan meeting disana. Mungkin untuk distribusi teh perusahaannya. Entahlah.
*Tante Vida*
“Hari yang indah ya.” Aku mengencangkan pelukan dipinggang lelaki ini. Membuat badanku semakin merapat dan toketku menempel dipunggungnya.
“Toket kamu makin gede ya, Tante?”
“Hah? Apa? Gak denger?”
Keduanya sedang menyusuri jalanan protokol dengan motor. Ini sudah seperti menjadi rutinitas mereka berdua ketika Ed pamit untuk praktikum. Ed tidak salah, ia memang praktikum. Tante Vida adalah obat setelah Ed terlalu pusing menghadapi tugas kuliah.
Ed nggak menjawab pertanyaan tantenya. Motor semakin masuk ke arah desa. Suasana sudah berganti. Dari deretan pertokoan menjadi hamparan kebun. Disekitar kebun ini mereka biasa melakukan rutinitas nikmat itu.
Ed mengurangi gasnya. Tangan kirinya tiba-tiba menarik tangan tante Vida dari pinggang menuju tonjolan dicelananya. Sudah keras rupanya.
“Udah nafsu ya?”
“Toket tante bikin adek berdiri”
Aku cuma bisa tersenyum. Manjur juga rupanya minyak yang dioleskannya semalam. Hasil pemberian Risa. Aku makin merapatkan tubuhku ke lelaki ini sambil mengelus kontolnya sesekali dari luar celananya.
Ed tiba-tiba memberhentikan motornya setelah belokan depan.
“Kok berhenti?”
“Tante belum pernah ngerasain sensasinya kan?” Ed segera membuka kancing dan reslesting celana jinsnya.
“Kita? Main disini?” aku terheran. Bagaimana mungkin? Bagaimana jika ketahuan?
“Rasain aja sensasinya dulu, Tante. Bosen dong main digubuk mulu.” Ed sudah mulai menggerayangi toket tantenya itu.
“Toket tante makin gede ya?”
“Hm.. Iya.” Aku kegelian saat Ed mulai menyapukan lidahnya di toketku yang masih tertutup baju dan jilbab panjang. Tangannya mulai menggerayangi bagian bawah tubuhku.
“Aku buka ya, Te.”
“Ed. Oh...” aku melenguh tertahan saat Ed mulai membuka kancing bajuku. Membukanya dan mengeluarkan toketku. Lidahnya mulai menjilati toketku, memutar puting susuku dari balik jilbab panjangku. Tangannya mulai menelusup dibalik celana dalamku. Celana kain yang ku kenakan sudah dipelorotnya.
“Oh... Ed. Memekku, Ed.”
Ed segera mengerti kode itu. Menurunkan jilatannya menuju memek tante Vida. Menjilati klitorisnya. Sambil tangan kiri mengorek-ngorek lubang vaginanya dan tangan kanan meremas-remas toketnya.
“Ah... Ed. Enak, Ed. Kamu selalu yang terbaik.”
Ed makin mempercepat kocokannya pada memek tante. Mulutnya kini ada didalam mulut tante. Saling bertukar lidah. Toket tante tidak pernah lepas dari tangannya. Putingnya yang besar membuat Ed suka memilin-milinnya.
“Aaaaahhhh... Ed.” Aku terkapar keenakan merasakan sensasinya.
Ed segera melucuti celananya. Tante langsung saja dengan sigap menghisap kontol Ed. Sambil sesekali menjilati bagian palkon-nya. “Ah...” Ed mulai mengerang keenakan. “Nungging, Tante”
Posisi kesukaan Ed dan aku. Dengan posisi ini, Ed juga bisa meremas toketku yang menggantung dari belakang. Dan itu membuatku merasa seksi. “Ahhhh.”
Ed mulai mempercepat goyangannya. Aku berusaha untuk tidak mengerang meski kenikmatan ini membuat aku sedikit banyak mengerang.
“Ahhh... Ah..., Ed. Terus, Ed.” Ed mulai mempercepat goyangannya.
Ed mulai menelusup dari ketiakku dan menjilati pentilku. Ini adalah tempat sensitif untukku.
“Ah... Ed, Iya. Enak, Ed.” Ed semakin mempercepat goyangannya sedangkan jilatan pada toketku kini mulai berganti gigitan dan hisapan. Aku sudah tidak kuat lagi. Kontol Ed yang besar, jilatan dan hisapannya membuat aku merasakan surga dunia. “Aaaaaahhhhh, Eeeeeeed.” Aku terkulai lemas, nyaris saja terjatuh jika Ed tidak segera memegangiku.
“Ohhh....” Ed semakin mempercepat goyangannya. Aku hanya bisa terdiam pasif. Kelelahan. “Ahhhh.... Tanteee... Perekkuuuuuuu.” Aku merasakan kehangatan dalam memekku. Kami sama-sama terkapar dipinggir jalanan desa yang sepi. Untunglah tidak ada orang yang lewat sejauh ini.
“Makasih, Ed. Kamu gila.”
“Tapi tante suka kan?”
“Kamu yang terbaik, sayang.” Aku mengecup pipi Ed, lalu kembali merapikan pakaianku.
*Ed*
Aku masih terkapar dipinggir jalan bersama tante Vida. Tante sudah mulai merapikan pakaiannya kembali. Bersiap menuju kebun tempatnya bekerja.
“Aku jalan dulu ya, Ed.”
“Eh, ngga aku antar aja, Tan?”
“Nggak usah. Udah deket. Bye.” Sekali lagi tante mengecup pipiku.
Aku menepikan motorku digubuk dekat tempat kami bergumul tadi. Pikiranku melayang ke cerita pertama kali bisa menaklukan tante Vida.
Awal mula hubungan kami dapat dikatakan terjadi secara tidak sengaja. Siang itu, Tante memergoki aku dan Risa sedang mengoral satu sama lain didapur rumah Risa. Kebetulan rumah Risa sedang kosong, mama dan papanya lagi ikut kondangan.
“Risa... Edoo...” Tante berteriak dan matanya membelalak melihat apa yang sedang aku dan Risa lakukan.
“Kalian sudah gila? Kalian ini bersaudara.”
“Tante... Aku bisa jelasin semuanya, Te.”
“Semuanya sudah jelas. Aku laporin kalian ke mama papa kalian.”
“Te, tapi, Te...”
“Tante gak peduli”
“Te, tante...” aku memegang tangan tante Vida sebelum ia mulai mengambil langkah.
“Apa lagi?”
Wajah tante terlihat emosi. Pipinya memerah. Tidak ada cara lain. Semoga ini berhasil.
Aku mulai mengelus pergelangan tangan tante.
“Tante cantik”
Tante tidak berusaha menghindar meski juga tidak merespon. Aku mulai melancarkan aksiku berikutnya. Tanganku mulai mengelus sampai bagian lengan atas Tante. Sekali lagi aku bisikkan lembut di telinganya.
“Tante cantik.”
Kulihat tante mulai terpejam saat aku bisikkan kata itu. Aku mulai menjilati telinganya sedang tanganku mulai meremas toket tante yang ngga seberapa gede dibanding dengan toket Risa.
“Aku tau, Tante membutuhkan ini kan?”
Tanganku mulai menelusup kedalam kaos tante. Tante tidak lagi menggunakan BH didalamnya. Aku mulai meremas dan mempermainkan pentil tante. Sedang tangan satunya, mulai kugunakan untuk menyerang memek tante. Tanganku sudah berhasil menelusup kedalam celananya. Menggesek-gesek bagian luar memeknya. Tubuh tante mulai menggelinjang.
“Kita pindah ke kamar ya, Tante.”
Tante hanya menurut. Aku menuntunnya menuju kamar Risa. Kebetulan rumahnya sedang sepi. Aku bisa menggarap dua cewek sekaligus, pikirku.
Didalam kamar aku mulai melucuti pakaian tante. Saat kaos tante terbuka, aku langsung saja sedot-sedot pentilnya sedangkan tangan satunya aku gunakan untuk memainkan klitorisnya. Sekilas aku melihat jam. Sisa sejam lagi. Permainan ini harus segera aku selesaikan.
Risa yang sudah berada didalam kamar hanya termangu melihat Tante Vida sudah takluk denganku. Aku memberikan kode padanya untuk menggantikan posisiku di toket tante. Sedangkan aku kini mulai melahap memek tante.
“Ah... Ah...” desahan Tante mulai terdengar makin panas.
“Aaaaaahhhh... Risa, Edooo.” Tubuh tante mengejang. Cairan putih kental membanjiri memek tante. Langsung saja aku sedot habis.
“Gimana? Enak tante?” tante tidak menjawab. Aku membiarkan tante beristirahat terlebih dahulu.
“Ris.” Risa sudah mengerti kode dariku. Aku mulai terlentang disebelah tante, sedang Risa mulai menaiki tubuhku. Perlahan ia mulai memasukkan kontolku ke memeknya.
“Ah...” Risa mulai menggoyangkan pantatnya. Tidak tinggal diam, aku remas-remas toketnya yang masih terbungkus kaos hitam ketatnya.
“Ah.. Ah.. Ah...” goyangan Risa makin kencang. Aku mulai condongkan badanku ke depan. Aku tarik keatas kaos Risa dan terlihatlah payudaranya yang besar dan kencang. Aku emut pentilnya sambil tanganku meremas toket Risa yang lainnya.
“Oh... Ayoo.. Ayoo, Ed.” Risa semakin mempercepat goyangannya. Aku yang tadinya hanya mengemut pentilnya berubah menjadi menggigiti pentilnya.
“Oh... Ed... A...ku.. Ke..Luaaaar” Risa ambruk diatas tubuhku. Aku mulai bangkit dan membiarkan Risa tertidur.
Tante Vida sebelumnya hanya melihat persetubuhanku dengan Risa dengan meremas toket dan memainkan klitorisnya. Aku tau, tante sedang diambang kenikmatan. Begitu juga aku yang belum sempat keluar tadi.
“Tante, nungging sekarang.” Aku mulai mengelus-elus palkon-ku pada memek luar tante.
“Ahh... Ed... Masukkan.”
“Ah..” kontolku mulai memasuki memek tante. Aku mulai menggoyangkan pantatku.
“Enak, Tante?”
“Ah...” desahan Tante sudah menjawab semuanya tapi aku ingin mendengar jawaban langsung tante. Aku hentikan goyanganku.
“Kenapa... Berhenti?”
“Tante maunya apa?” aku mulai menggoayangkan pantatku perlahan.
“Ah.. Iya, Ed. Terus...”
“Enak tante?”
“Ah...”
“Sekali tante gak ngejawab. Aku cabut kontolku, Tante” kataku sambil meremas toketnya dengan keras.
“Ah.. Iya, Enak, Ed. Jang... Ngan... Dicabut.”
“Cabut apanya tante?”
“Kontolmu... Ah...” aku mulai mempercepat kocokan kontolku dimemeknya.
“Ahh... Ed... Aku mauu sam... Pai.” Aku tusukkan kontolku makin dalam. Tubuh tante mengejang dan melemas. Aku pegang tubuhnya agar tidak terjatuh. Aku semakin menyodokkan memekku dengan cepat.
“Ah... Ah... Tanteeee. Aku keluuaaaaar” aku tancapkan kontolku makin dalam. Kami terkapar dibawah ranjang. Lima menit cukup untuk kami mengumpulkan tenaga.
“Gimana tante? Doyan?”
Tante tidak menjawab, hanya tersenyum. Risa membawakan minum untuk kami bertiga. Setelahnya kami segera memakai pakaian dan melakukan aktivitas seperti biasanya. Aku tersenyum puas. Tambah satu lagi tempat aku menuntaskan nafsuku.