Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Snatching The Sultan's Wives

KelasBang

Suka Semprot
Daftar
25 Aug 2023
Post
12
Like diterima
186
Bimabet
PERHATIAN!!!

1. Cerita ini hanya fiktif dan buah imajinasi ts semata. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah sebuah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan.

2. Cerita ini DILARANG KERAS untuk disebarluaskan! Jika sewaktu-waktu ts mendapati bahwa cerita ini telah disebarluaskan, maka cerita ini ts nyatakan tidak akan lagi dilanjutkan.

 
SNATCHING THE SULTAN'S WIVES.



TARJO
eI3cOtbl_t.jpg



UDIN​
z4VpYSna_t.jpg


Tarjo, demikian panggilan pria tua yang bernama lengkap Sutardjo ini. Saking mesumnya Tarjo yang sudah berusia 58 tahun ini, sampai-sampai membuatnya terpaksa harus 2 kali dijebloskan ke dalam jeruji besi. Ia tercatat pertama kali mendekam di dalam jeruji besi pada 30 tahun yang lalu.

Saat itu, pada usianya yang ke-28 tahun, Tarjo tertangkap basah tengah memperkosa seorang gadis berusia 17 tahun yang adalah anak dari Kepala Desa dikampungnya. Sontak, hal tersebut membuat salah satu Desa dipelosok Jawa Tengah tersebut seketika geger. Ia yang selain terkenal mesum, juga terkenal akan keonarannya didesa itu, langsung saja dijebloskan ke dalam penjara selama 7 tahun lamanya.

Sekeluarnya dari penjara, Tarjo yang saat itu telah berusia 35 tahun, akhirnya memilih untuk kembali lagi ke desanya. Sang kepala desa yang tempo hari menjebloskannya ke dalam penjara, juga sudah tak lagi menjabat sebagai kades didesa itu, karena telah wafat selama Tarjo mendekam dipenjara. Warga Desa yang menyadari Tarjo telah kembali lagi ke Desa mereka, seketika langsung menjadi tak nyaman dengan kehadirannya. Tarjo yang dari dulu sudah terkenal sebagai seorang preman dikampung tersebut, kini makin ditakuti oleh para warga desa sebab, telah menyandang status sebagai seorang mantan napi.

Saat itu, Tarjo langsung bertransformasi sebagai seorang kepala preman didesanya. Mabuk-mabukan, bermain judi, bermain pelacur, membuat onar, hingga menggoda para gadis desa adalah kegiatan sehari-hari Tarjo bersama para kawanannya.

Ibu dan Neneknya yang sejak dulu tinggal bersamanya, sampai sudah pasrah dengan kelakuan cecunguk satu ini. Sang Ibu bahkan hampir setiap hari menangis karena perilaku anak semata wayangnya tersebut. Kelakuan Tarjo seolah mengikuti kelakuan almarhum ayahnya yang juga suka bikin keonaran didesa tersebut. Bahkan diketahui sebelumnya, sang Ibu ternyata adalah korban dari kebejatan sang ayah yang kala itu tega memperkosanya. Sang Ibu yang waktu itu akhirnya hamil, jadinya terpaksa harus dinikahkan dengan ayahnya Tarjo karena desakan para warga desa. Keduanya yang sama-sama terlahir dari keluarga miskin, akhirnya dinikahkan secara sederhana dengan bantuan para warga. Beberapa bulan kemudian, sang ibu akhirnya melahirkan Sutardjo ke dunia ini..

Pada usia yang ke 40 tahun, Tarjo yang masih terus hidup melajang karena tidak ada satupun perempuan desa yang mau menjadi istrinya, lagi-lagi harus mendekam didalam jeruji besi untuk yang ke-2 kalinya. Semua itu terjadi karena Tarjo kembali melakukan pemerkosaan yang saat itu ia lakukan didesa tetangga. Korbannya saat itu adalah seorang ibu rumah tangga yang tengah mencuci pakaian disungai desa tersebut.

Dan, berhubung sebelumnya ia sudah pernah mendekam di dalam penjara, maka hukuman yang harus diterima Tarjo pada kasus yang ke-2 ini tentu saja menjadi kian berat. Total, hampir 10 tahun hukuman yang harus diterima Tarjo karena kasusnya kali itu. Bahkan, sebulan kemudian, Tarjo harus merelakan dirinya dipindahkan ke sebuah lapas di Jawa Tengah.

Penderitaannya tak berhenti sampai disitu. Sebab, karena kasus yang kedua ini, para warga desa akhirnya memutuskan untuk mengusir Tarjo dari desa mereka. Ibunya yang saat itu hanya tinggal hidup sendiri, karena sang Nenek telah wafat sewaktu Tarjo mendekam didalam penjara untuk yang kedua kalinya, juga ikut mendukung keputusan tersebut. Kesabarannya nampak telah habis dikarenakan kelakuan Tarjo yang setiap hari hanya membuat resah para warga desa.

Karena hal tersebut, saat keluar dari penjara untuk yang ke-2 kalinya, Tarjo yang kini telah berusia 50 tahun, akhirnya memutuskan untuk ikut merantau ke Jakarta bersama teman napinya yang juga hari itu bebas bersamanya. Teman napinya tersebut bernama Udin.

Udin adalah seorang ketua dari sebuah kelompok begal yang tertangkap 20 tahun lalu. Kala itu, ia dan kawanannya berhasil dibekuk pihak kepolisian ketika baru saja selesai melakukan pembegalan disalah satu daerah di Jawa Tengah.

Berbeda dengan anak buahnya yang masing-masing hanya dijatuhi hukuman 6-7 tahun penjara, Udin seorang diri malah harus menerima hukuman yang lebih berat kala itu. Hal tersebut bisa terjadi lantaran Udin dengan teganya malah membunuh seorang supir kontainer yang saat itu muatannya mereka begal.

Alhasil, dikarenakan telah menghilangkan nyawa seseorang, serta, merupakan ketua dari kelompok begal tersebut, maka, mau tak mau Udin harus menerima hukuman penjara yang jauh lebih lama ketimbang para anak buahnya, yakni 20 tahun penjara.

Usia yang tak beda jauh, serta, backround yang terbilang hampir mirip, membuat kedua sampah masyarakat ini bisa cepat akrab satu sama lain sewaktu mereka mendekam didalam penjara. Karena merasa iba dengan keadaan Tarjo yang kini sudah tak lagi diterima didesanya, maka, Udin yang merupakan orang asli pinggiran Jakarta ini, akhirnya mengajak Tarjo untuk ikut bersamanya kembali ke Ibukota.

Saat tiba di Ibukota, mereka langsung dijemput oleh anak-anak buah Udin yang memang sudah lebih dulu bebas beberapa tahun sebelumnya. Para anak buah Udin yang saat itu hanya tersisa 8 orang, ternyata juga masih sering melakukan aksi pembegalan setelah mereka bebas. Oleh sebab itu, setelah menjemput Udin dan Tarjo, kedua pria tua tersebut langsung saja dibawa ke tempat yang menjadi markas dari kelompok begal mereka.

Semenjak saat itu, Udin pun langsung kembali diangkat menjadi ketua dari kelompok begal mereka. Tarjo yang saat itu telah ikut bersama Udin, juga tentu saja ikut dalam kelompok tersebut. Ia bahkan langsung ditunjuk Udin menjadi wakilnya dikelompok begal tersebut. Mulailah pada saat itu, kelompok begal Udin dan Tarjo akhirnya perlahan beraksi kembali.

Beberapa lokasi, baik di Ibukota sampai luar kota, tercatat beberapa kali disambangi oleh kelompok begal mereka. Uang yang mereka dapat dari hasil begal pun kerap kali digunakan kelompok mereka untuk berfoya-foya. Tak terhitung sudah berapa jumlah PSK yang kerap kali kelompok mereka bawa ke markas untuk bersenang-senang. Tarjo dan Udin yang semakin tua malah semakin mesum itu, memang seakan kecanduan dengan yang namanya tubuh wanita. Motivasi keduanya dalam melakukan pembegalan bahkan hanya sebatas untuk terus bisa menyewa para PSK, guna memuaskan hasrat seksual mereka yang makin menggebu tiap harinya.

Sampai pada akhirnya, petaka itu akhirnya datang 2 tahun kemudian. Kala itu, tepatnya pada pertengahan tahun 2022, saat kelompok mereka tengah melakukan aksi pembegalan di daerah Jawa Barat, para aparat kepolisian akhirnya berhasil membekuk kelompok mereka. Kejadian itu mengakibatkan ke-8 anak buah Udin tewas ditempat akibat terjangan timah panas pihak kepolisian.

Sementara, Udin dan Tarjo, kala itu berhasil melarikan diri ke dalam sebuah hutan. Keduanya bahkan nekat berdiam diri didalam hutan tersebut selama hampir 2 minggu. Buah-buahan, serta, beberapa binatang kecil di dalam hutan adalah satu-satunya pilihan keduanya dalam memenuhi kebutuhan perut mereka kala bertahan didalam hutan. Keduanya juga sempat menemukan beberapa pakaian yang sudah compang-camping tapi masih bisa untuk digunakan. Berkat pakaian tersebut, Udin dan Tarjo akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari dalam hutan, guna meminta tumpangan ke beberapa truk yang hendak menuju Ibukota. Saat truk yang mereka tumpangi baru akan memasuki kota Jakarta, keduanya langsung saja melompat dari bak truk, begitu melihat ada beberapa polisi yang sedang melakukan razia.

Setelahnya, kehidupan Udin dan Tarjo pun langsung saja berubah drastis. Mereka yang sebelumnya kerap berfoya-foya dengan uang dari hasil membegal, kini harus rela hidup menjadi gelandangan. Ponsel keduanya yang menjadi satu-satunya harta terakhir mereka, sebelumnya bahkan harus terpaksa mereka jual ke seorang pemilik rumah makan, guna untuk bisa mengisi perut mereka.

Setiap harinya, kedua pria tua tesebut hanya bisa mengemis pada beberapa sudut jalanan di Ibukota. Jika uang hasil mengemis kurang, keduanya bahkan terpaksa harus mengisi perut dengan cara mengais sisa-sisa makanan di beberapa tong sampah rumah makan. Penampilan keduanya yang memang sudah buruk pun, kian hari, kian memprihatinkan. Mereka berdua bahkan sampai beberapa kali hendak dilempari batu oleh beberapa orang yang menyangka keduanya adalah orang dalam gangguan jiwa (ODGJ) akibat penampilan mereka yang begitu memprihatinkan.

Setelah sebulan lebih hidup menggembel dijalanan Ibukota, pada suatu hari Udin dan Tarjo akhirnya terjaring razia para satpol pp. Kedua pria tersebut langsung saja diangkut dan dibawa ke dinas sosial DKI Jakarta. Dari sana, mereka berdua akhirnya dipindahkan ke sebuah yayasan yang menjadi tempat penampungan para gelandangan serta ODGJ yang telah hidup sebatang kara. Di yayasan tersebut, kehidupan Udin dan Tarjo pun akhirnya menjadi agak lebih baik dari sebelumnya. Walau sebenarnya muak dengan suasana yayasan karena dipenuhi para tunawisma serta ODGJ, namun, setidaknya diyayasan tersebutlah keduanya bisa makan dengan gratis setiap hari, begitu pikir mereka.

Satu masalah terbesar keduanya, mungkin hanya soal nafsu birahi mereka yang kini sudah tak bisa lagi mereka salurkan sesuka hati seperti saat mereka masih berjaya sebagai seorang begal dulu. Satu-satunya cara kedua pria mesum ini menyalurkan nafsu birahi, tentu saja hanyalah dengan melakukan mastrubasi. Keduanya yang dulunya hampir tiap hari melakukan hubungan seks dengan beberapa PSK murahan, jelas sangat tak tahan dengan kondisi mereka saat ini. Terhitung, 2 bulan sudah penis dekil mereka tidak lagi bisa mendapatkan asupan vagina. Tarjo bahkan sempat berfikir untuk memperkosa beberapa pegawai wanita yang ada diyayasan itu, walau pada akhirnya niatnya itu ia batalkan karena tak ingin lagi tertangkap oleh pihak kepolisian. Ia sadar, jika ia kini ia hidup bersama Udin, yang nantinya juga bisa ikut-ikutan ditangkap, karena status keduanya yang mungkin saat itu masih terus dicari pihak kepolisian.


* * *


NAG1TA SLAVIN4​
XLr4XvO0_t.jpg
Manusia mana yang dizaman sekarang tidak pernah mendengar nama Nag1ta Slav1na? Rasanya sungguh sebuah kebohongan besar jika ada orang yang mengatakan tidak pernah sama sekali mendengar nama artis papan atas satu ini. Istri dari Raffi Ahmad, sang presenter papan atas tanah air, yang juga kerap disebut media dengan sebutan "Sultan Andara" ini, mungkin adalah sosok yang hampir sempurna dimata setiap pria yang ada di Indonesia.

Pribadinya yang lemah lembut serta keibuan, membuat ibu 2 anak yang kerap disapa "Gigi" ini, begitu digandrungi oleh sebagian besar masyarakat Indonesia. Terlebih lagi, pernikahannya dengan Raffi Ahmad yang namanya sedang melejit pada tahun 2014 lalu, sukses membuat keduanya menjadi pasangan yang paling dicari oleh para awak media.

Raffi Ahmad yang juga dari dulu sudah terkenal sebagai seorang playboy itu, sampai sanggup dibuat bertekuk lutut karena kecantikan seorang Gigi. Berbanding terbalik dengan sang suami yang sebelum menikah kerap kali bergonta-ganti wanita, Gigi ternyata malah hanya sempat berpacaran sekali, sebelum akhirnya dinikahi Raffi pada 8 tahun yang lalu.

Sang Ibu, Rita Amelia, yang mendidik Gigi seorang diri setelah bercerai dengan mantan suaminya, merupakan sosok utama yang berhasil menjadikan Gigi menjadi seorang wanita baik-baik dan berpendidikan tinggi. Mama Rita, sapaan akrabnya, dari dulu betul-betul memperhatikan pergaulan Gigi bersama sang adik, Caca, hingga keduanya tumbuh dewasa dan kini telah menikah. Ia bahkan terus saja mengawasi Gigi, walau putri sulungnya itu hanya sebatas pergi menonton film dibioskop bersama Raffi Ahmad, sewaktu keduanya dalam masa pdkt dulu. Raffi yang dari dulu memang telah menaruh hati pada Gigi, akhirnya hanya bisa pasrah dan terus berjuang demi mendapatkan restu dari Mama Rita. Beruntung, perjuangan Raffi tak sia-sia, sebab, Mama Rita akhirnya mau merestui Raffi untuk menikahi putri sulungnya tersebut.

Sejak saat itu, Raffi yang seorang playboy ini akhirnya resmi bertobat. Kehadiran Nagita dalam hidupnya, benar-benar membuatnya tak lagi berkeinginan untuk mencari belaian dari wanita-wanita lain. Walaupun, ia sempat beberapa kali digosipkan dekat dengan penyanyi Ayu Ting Ting, tapi ternyata semua itu hanyalah sebatas gosip murahan bikinan para awak media belaka. Raffi memang merasa begitu bersyukur karena Nagita yang sudah ia cintai sejak remaja itu, akhirnya bisa juga menjadi pendamping hidupnya.

Kebahagiaan keluarga mereka pun, kian hari kian lengkap dengan hadirnya buah hati pertama mereka, Rafathar Malik Ahmad, pada tahun 2015 yang lalu. Hadirnya Rafathar seakan membuat rejeki keluarga mereka menjadi kian berlimpah, karena channel youtube mereka yang bernama "Rans Entertainment", dengan cepat langsung meledak dikalagan masyarakat Indonesia. Hal itu membuat pundi-pundi keluarga Raffi dan Gigi terus saja mengalir seakan tak ada habisnya. Berbagai bisnis pun mulai dirintis Raffi dan Gigi yang makin mengukuhkan keluarga mereka sebagai keluarga Sultan. Mulai dari brand pakaian, makanan cepat saji, minuman, serta, dibukanya kantor Rans Entertainment milik mereka adalah beberapa deretan bisnis yang tengah ditekuni keduanya.

Menjelang tutup tahun 2021, keluarga Raffi dan Gigi lagi-lagi kembali diberikan hadiah oleh sang pencipta. Hadiah tersebut berupa kelahiran dari putra kedua mereka yang diberi nama Rayyanza Malik Ahmad. Kehadiran bayi yang kerap dipanggil dengan sebutan "Cipung" itu, tentu saja makin menyempurnakan keharmonisan kehidupan rumah tangga mereka. Kelahiran bayi lucu tersebut juga menjadi sangat berdampak pada penghasilan youtube mereka yang saat itu viewsnya menjadi makin gila-gilaan. Tak ayal, hal itu membuat Rayyanza Malik Ahmad, mendadak menjadi idola baru dikalangan Ibu-Ibu Indonesia.

Kini, tak terasa, usia Rayyanza pun terhitung sudah jalan kurang lebih sekitar 9 bulanan. Hal itu membuat Gigi yang sebelumnya sempat jarang tampil dilayar kaca maupun platform yotubenya, karena masih sibuk mengurus bayi menggemaskan tersebut, kini perlahan sudah mulai mencoba untuk beraktifitas lagi seperti biasa. Oleh sebab itu, ia dan Raffi pun memutuskan untuk mempekerjakan seorang babysitter yang bertugas khusus untuk mengasuh Rayyanza. Babysitter tersebut bernama Rini, atau, kerap disapa dengan panggilan "Sus Rini".








...
 
[STSW 1]



"Hadeh!"

Sebuah puntung rokok yang sudah hampir habis, mendadak terlihat dibanting oleh Tarjo ke tanah. Bersama pria tua itu, nampak hadir juga sosok Udin yang tengah duduk diemperan depan yayasan Tali Kasih, yang kini telah menjadi rumah baru keduanya. Berbeda dengan Tarjo yang nampak gusar, Udin malam itu terlihat cukup santai dengan terus menikmati rokok kretek kegemarannya.

"Bosen gua hidup kayak gini, Din!" keluh Tarjo yang baru saja bangkit berdiri setelah sedari tadi hanya duduk disebelah Udin.

Keluhan sang sahabat, nampak hanya dibalas Udin dengan sebuah senyuman tipis. Pria tua itu terlihat mengambil gelas kopi hitam miliknya yang mulai mendingin karena tersapu dinginnya udara malam. Terlihat, ia pun langsung menyeruput kopi tersebut, "Srup... srupp.... ah..."

Diletakannya lagi gelas berisi kopi yang sudah akan hampir habis tersebut, persis disamping pahanya.

Tak lama dari situ, barulah ia kemudian terdengar mulai angkat suara, "Udahlah Jo.."

"Mungkin emang udeh nasib kite berdua harus tinggal diyayasan ini sampai kite pada mampus.." kata Udin kepada sahabatnya yang tengah berdiri dihadapannya itu dengan nada pasrah.

Tarjo kemudian terlihat menatap ke arah Udin dengan sedikit melotot, "Ah, anjing!"

"Lu kok ngomong gitu sih, Din?"

Udin nampak tertawa, "Hahaha.. emang gua harus ngomong apa lagi, Jo?"

"Udah bagus kita sekarang dapet tempat tinggal terus gak ditangkep polisi, lu masih sempet-sempetnya protes aje.."

"Ya elah.. Jo.. Jo.." sambungnya, sambil tersenyum sembari geleng-geleng kepala.

Tarjo, sang sahabat yang tengah gusar itu, nampaknya tak mau kalah, "Bukan gitu, Din!"

Ia nampak berusaha terus mencecar Udin.

"Masa sih lu gak kangen sama yang namanya memek?"

"Inget gak dulu gimana kita hampir tiap hari bisa nyewa lonte dengan bebas, Din?"

"Masa sih lu gak kangen masa-masa itu?" kata Tarjo dengan nada yang agak meninggi.

Tawa Udin lagi-lagi kembali terdengar disana, "Hahahaha.. Tarjo.. Tarjo.."

"Siape juga sih yang kagak kangen sama yang namanya memek? Semua laki juga kalo dikasih memek pada mingkem kali!"

Tarjo sontak terlihat menunjuk ke arah Udin yang masih duduk di lantai emperan yayasan itu, "Nah, itu dia Din!"

"Ayolah kita lakuin sesuatu buat bikin hidup kita bisa kayak dulu lagi!"

Ia kemudian terlihat mendekat ke arah Udin. "Masa lu mau sih kontol lu cuman habis kepake sama tangan lu doang sampe lu mati?"

Udin yang sedari tadi nampak santai itu, terlihat langsung menatap Tarjo yang kini telah berjongkok dihadapannya.

"Ckckck.. maksud lu, lu nyuruh kita berdua ngebegal kayak dulu lagi?"

"Udeh gila lu, Jo! Ogah gue!" tegas Udin sambil membuang muka.

"Kapok gue hampir mati 2 bulan lalu waktu digerebek ama polisi-polisi kontol itu!" lanjutnya.

Tarjo yang tadi berjongkok, lagi-lagi terlihat kembali berdiri.

"Heh, Din! Siapa yang nyuruh kita ngebegal lagi, tolol?"

"Lah? Itu kan elu sendiri yang barusan bilang pengen hidup kayak dulu lagi!"

"Gimana sih?"

"Maksud gue hidup kayak dulu tuh bukan ngebegal lagi, Din!"

"Tapi, ngentot tiap hari maksud gue!"

"Eh, Tarjo! Gimana mau ngentot kalo duit aje kita kagak punya?"

"Rokok sama makan aje cuman dikasih sama yayasan, elu malah sok-sokan pengen ngentot tiap hari pula.. tolol lu!" ucap Udin yang saat itu terlihat sangat kesal.

"Udin.. Udin.. cemen amat sih lu!"

"Eh, elu ngatain gua cemen? Sekarang, gua tanya!"

"Punya gak lu, ide buat bikin kita bisa ngentot tiap hari lagi kayak dulu?" nada bicara Udin terdengar mulai meninggi. Pria tua tersebut nampaknya mulai sedikit terbawa emosi karena berdebat dengan Tarjo, sahabatnya sendiri.

Tarjo yang sebelumnya baru saja berdiri, kali ini terlihat mulai melangkah ke arah Udin dan duduk kembali disamping sahabatnya itu.

"Eh bego! Lu jangan emosi dulu!"

"Makanya, dengerin dulu rencana gue.." kata Tarjo sambil merangkul Udin disebelahnya.

Udin yang terlihat masih kesal, nampak masih belum mau untuk menoleh ke arah Tarjo yang kini telah duduk disampingnya. Terlihat saat itu Tarjo mulai lebih merapatkan duduknya, kemudian mengecilkan volume suaranya, "Gini.. gini.."

Ia nampak mulai membisikan perihal rencananya pada Udin yang masih terlihat emosi itu

Hingga beberapa saat kemudian, ekspresi wajah Udin terlihat agak berubah. Keraguan besar mendadak terpancar dari wajah buruknya setelah mendengar rencana yang barusan dibisikan Tarjo.

"Gimana? Oke nggak rencana gue?"

"Oke palalu penjol!", maki Udin.

Tarjo yang tadinya tersenyum, seketika langsung terdiam.

"Eh tolol, mana ada orang kaya yang mau ngangkut orang-orang tua busuk macem kita gini?"

"Yang kesini tuh rata-rata nyarinya anak-anak buat diadopsi, tolol namanya kalo ada orang kaya yang mau ngangkut orang-orang tua bau tanah macem kite gini!"

Tarjo lantas baru tersadar dengan ucapan Udin. Ia merasa ucapan Udin barusan memang ada benarnya juga. Namun, karena gengsinya yang tak ingin kalah dalam beradu argumen dengan Udin, ia akhirnya berusaha terlihat pantang menyerah.

"Halah.. pokoknya gue mau nyoba dulu!"

"Masalah hasil mah itu belakangan!" ucap Tarjo yang sebenarnya hanya berusaha terlihat bijak didepan Udin sembari membusungkan dadanya.

Udin yang sudah terlanjur pesimis dengan rencana Tarjo, nampak tak mau menghiraukan sahabatnya itu. Ia saat itu malah terlihat geleng-geleng kepala lagi, sambil berdiri membuang rokoknya ke tanah.

"Serah lu, Jo! Ngantuk gua!" ucap Udin dengan santainya sambil berlalu meninggalkan Tarjo yang masih duduk diemperan halaman depan yayasan.

Saat Udin telah menghilang dari pandangannya, Tarjo nampak lanjut melamun seorang diri di emperan depan yayasan Tali Kasih. Dengan membakar sebatang rokok kretek yang menjadi andalan mereka berdua, pria tua itu terlihat bergumam seorang diri.

"Kalo dipikir-pikir emang bener juga sih kata si Udin"

"Tapi, gua udah bener-bener gak tahan dah hidup kayak gini.."

"Mau merkosa Mbak-mbak disini, udah pasti bakalan abis hidup gua sama si Udin.."

"Bahaya banget kalo sampe ada polisi yang ngenalin gua sama Udin.."

Tarjo terlihat mulai menyesap dalam-dalam rokok kretek disela jemarinya, "Sss.."

Wush..

Setelah tak begitu lama melamun, Tarjo mendadak malah nampak kesal sendiri, "Ah! Persetanlah!"

"Pokoknya gua harus coba dulu!"

"Tapi.. kapan yah ada jadwal kunjungan orang kaya lagi?"

"Kalo yang dateng jelek sama pas-pasan mah gak bakalan mau gua!"


* * *​


Kantor Rans Entertainment.

Pada salah satu ruangan yang terletak dilantai 2 kantor Rans Entertainment, terlihat tengah berkumpul beberapa karyawan yang sebagian besar adalah anak muda. Sore itu, mereka semua tampak cukup serius karena sedang mengadakan rapat bersama sang CEO Rans Entertainment, Nag1ta Slav1na.

Sore itu adalah kali pertama, dimana sosok Nagita kembali hadir memimpin rapat dikantor Rans Entertainment, setelah sempat absen selama beberapa bulan karena melahirkan anak keduanya. Rapat yang mereka laksanakan kali itu, bertujuan untuk menentukan agenda dari Rans Entertainment yang seminggu lagi rencananya akan berkunjung ke sebuah panti asuhan dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang ke-77 tahun.

Disana, terlihat seorang karyawati bernama Herna yang baru saja ditunjuk Nagita untuk memberi masukan, "Iya, gimana Her?"

"Jadi gini Mbak Gigi dan temen-temen semua.."

"Kalo menurut saya, Panti Asuhan Sakinah kayaknya cocok deh buat dijadiin tempat kita bikin konten berbagi di tanggal 17 Agustus nanti.."

"Soalnya, lokasinya juga masih agak deket dari sini" sambung wanita berhijab tersebut.

Nagita pun terlihat manggut-manggut. Wanita Cantik yang badannya sempat sedikit naik setelah melahirkan itu, terlihat mengedarkan pandangannya ke para karyawan lain, "Gimana? Ada yang mau rekomen tempat lagi?"

Giliran seorang karyawan pria bernama Midun yang terlihat mengangkat tangan.

"Iya, gimana Dun?" tanya Nagita sambil menunjuk ke arah Midun yang langsung berdiri begitu ia tunjuk.

"Makasih Mbak Gigi, jadi gini.. "

"Sebenernya, ide Herna tadi itu bagus-bagus aja, tapi kayaknya.. kalo ke panti asuhan, udah terlalu biasa deh.."

"Jadi menurut gue, lebih baik kita cari tempat yang masih agak jarang tuh buat dikunjungin, gimana?"

Karyawan bernama Abrar nampak terlihat mengangkat tangan, "Yayasan orang terlantar dan anak jalanan gitu bisa gak sih?"

Pertanyaan Abrar barusan, terlihat langsung saja disambut oleh Nagita, "Nah! Boleh tuh!"

Seolah setuju dengan sang CEO, para karyawan lain pun terlihat mengangguk-anggukan kepala mereka, "Iya, boleh tuh!"

"Iya.. yayasan orang-orang kayak gitu aja kali yah.."

"Iya, setuju deh gue.."

"Iye, gue juga.."

"Sama, gue ngikut aja deh.."

Melihat sebagian besar karyawannya nampak setuju, Nagita pun akhirnya langsung terlihat memukul meja sebanyak 3x.

"Ptok!"

"Ptok!"

"Ptok!"

"Oke, udah fix yah.."

"17 Agustus nanti, kita semua bakal bikin konten di yayasan orang terlantar" kata wanita yang setelah melahirkan, malah terlihat makin seksi tersebut.

Beberapa saat kemudian, terlihat karyawan yang bernama Abrar tadi, lagi-lagi kembali mengangkat tangan., "Maaf Mbak.."

"Tapi.. yayasan mana yang bakal kita kunjungin?" tanya pria berkaca mata tersebut.

Pertanyaan Abrar, sontak membuat Nagita tiba-tiba menjadi bingung, "Iya juga yah.."

Istri dari Raffi Ahmad tersebut, terlihat mulai menopang dagunya. Sampai pada akhirnya, karena tak mau larut dalam kebingungan, ia akhirnya terlihat mengambil iphone keluaran terbaru miliknya yang sedari tadi ia letakan diatas meja.

Dengan sedikit terburu-buru, ia nampak mulai sibuk mengotak-atik iphone miliknya itu dengan cukup serius, "Bentar.. bentar.."

Beberapa saat berselang, ia terlihat membalikan layar iphone miliknya ke arah para karyawan yang berada dihadapannya. Pada layar iphone itu, terlihat sudah ada foto dari sebuah Yayasan yang bernama "Tali Kasih".

"Disini aja!" kata Nagita dengan penuh semangat, sembari menunjukan foto yayasan Tali Kasih dari layar iphone miliknya.

Semua karyawan yang sebelumnya fokus melihat foto serta profil yayasan tersebut dari layar iphone milik Nagita, perlahan kini mulai manggut-manggut.

Seorang karyawati dari Rans Entertainment bernama Amel pun melontarkan sebuah pertanyaan, "Mbak kok pilih yayasan ini?"

Nagita yang masih menunjukan layar iphone miliknya pada semua karyawannya itu, lantas tersenyum dan menjawab pertanyaan Amel, "Ini.."

Wanita cantik yang sore itu mengenakan blouse cokelat bermodel agak longgar tersebut kemudian menyambung penjelasannya.

"Gue liat ada komentar diulasan yayasan ini, katanya penghuninya rada banyak.."

"Jadi gue pikir.. paslah kalo kita nanti bikin konten disana.."

"Kan banyak tuh penghuninya, jadi nanti lomba yang kita bikin bisa macem-macem, nah kontennya bakal bisa jadi dibagi beberapa part gitu deh..."

"Gimana?"

Mendengar penjelasan sang Ibu Ceo, karyawati bernama Amel serta semua karyawan Rans Entertainment lainnya pun akhirnya menyetujui usul Nagita. Kini, mereka semua telah sepakat untuk membuat konten di yayasan bernama Tali Kasih dalam rangka menyambut hari kemerdekaan Indonesia yang hanya kurang dari seminggu lagi.




...
 
Terakhir diubah:
[STSW 2]


4 hari kemudian.

Setelah sebelumnya ia dan para karyawan Rans Entertainment telah melakukan rapat bersama sang Ibu CEO, Nag1ta Slavina, Abrar yang adalah salah satu karyawan Rans kepercayaan Raffi dan Nagita, akhirnya datang ke yayasan Tali Kasih untuk melakukan survei tempat. Pria berkaca mata itu tak datang sendiri, ia datang dengan ditemani 2 rekan karyawan Rans Entertainment lain yaitu, Midun dan Herna.

"Jadi lusa yah, Mas Abrar?", tanya Ibu Zubaidah, seorang perempuan paruh baya yang merupakan kepala dari Yayasan Tali Kasih, kala sedang bersama Abrar serta dua rekannya di dalam ruangan kerja miliknya.

"Iya, Bu.. lusa acaranya, bertepatan ama hari kemerdekaan", jawab Abrar.

Giliran rekan Abrar bernama Herna, yang kali itu buka suara, "Bisa yah, Bu?"

"Oh, jelas bisa banget, Mbak!", jawab Ibu Zubaidah dengan penuh semangat.

"Kami malah seneng, yayasan kami ini bisa kedatangan artis ngetop macem Pak Raffi dan Ibu Nagita"

"Hehehe.. Pak Raffinya belom pasti dateng, Bu..", kata Abrar dengan sedikit kikuk.

"Tau sendiri bos kita itu sibuknya kayak apa, apalagi kan itu hari kemerdekaan.."

"Udah pasti kayaknya dia bakal ngisi acara ditempat lain, Bu..", jelas Abrar menutup penjelasannya.

Raut kekecawan pun seketika sedikit tergambar dari wajah Ibu Zubaidah, "Oh, begitu yah, Mas"

"Tapi, Ibu tenang aja.. masih ada Mbak Nagita kok yang bakalan dateng..", ucap Midun, karena menangkap raut kekecewaan dari wajah sang Ibu kepala Yayasan.

"Iya, gakpapa.. saya juga udah seneng kok kalo ketemu langsung ama Mbak Nagita doang, hehe..", ucap Ibu Zubaidah dengan ramah yang coba memahami situasi.

Selepas meminta izin dan melakukan survei tempat di yayasan Tali Kasih, Abrar bersama kedua rekannya pun terlihat langsung berpamitan kepada Ibu Zubaidah sang kepala Yayasan. Ketiga anak muda itu, nampak ikut diantarkan Ibu Zubaidah bersama beberapa staff di yayasan tersebut ke halaman depan yayasan Tali Kasih.

Saat ketiga staff Rans Entertainment telah masuk ke dalam mobil, Ibu Zubaidah, serta para staff tadi pun terlihat melambaikan tangan ke arah mereka.

"Hati-hati, Mas.."

"Salam sama Mbak Nagita.."

"Makasih, Bu.."

"Nanti saya sampein salamnya.. assalamualaikum.."

"Waalaikumsalam, Mas.."

Vrooomm.. vrooommm...

Mobil yang dikemudikan Abrar pun akhirnya perlahan meninggalakan halaman Yayasan Tali kasih. Sementara Ibu Zubaidah yang masih berada disekitaran gerbang Yayasan, nampak kelihatan sumringah karena pada lusa nanti, Yayasan Tali Kasih miliknya akan kedatangan seorang artis yang paling naik daun ditanah air selama beberapa tahun belakangan ini.

Bersamaan dengan itu, sekitar 10 meter dari tempat wanita berkerudung itu berdiri, terlihat dua sosok pria tua yang sedang duduk bersantai disebuah bangku kayu, yang letaknya persis dibawah pohon mangga halaman depan yayasan. Kedua pria tua tersebut, nampak sedang asik mengobrol sambil menikmati rokok kretek andalan mereka. Obrolan keduanya pun tadi sempat sedikit terhenti, kala melihat Ibu Zubaidah serta beberapa staff Yayasan, keluar dari dalam yayasan bersama 2 pemuda dan 1 orang pemudi.

"Eh, Jo?"

"Apa?"

"Lu denger gak tadi si Ibu Yayasan nyebut nama siape?"

"Kagak.."

"Ye, dasar orang tua budeg!", seloroh Udin kepada Tarjo yang nampak saat itu tengah asik mengorek-ngorek kupingnya menggunakan sebuah batang daun tipis.

"Halah.. lagian kalo kita denger emang bakal ngaruh sama hidup kita?"

Udin lantas agak terdiam, "Eh.. iya juga sih.."

Selang tak lama, Tarjo kemudian terdengar sedikit penasaran.

"Emang mereka nyebut nama siapa?", tanya pria tua tersebut.

"Nagita, Jo", jawab Udin dengan cukup antusias.

"Hah? Nagita?", balas Tarjo yang seakan nampak familiar dengan nama yang disebutkan Udin barusan.

"Kayak pernah denger gue tu nama!", sambungnya.

"Dasar tolol! Ya jelaslah lu pernah denger!", respon Udin karena sang sahabat yang malah tak begitu hafal dengan nama artis ngetop sekaliber Nagita.

"Itu kan nama artis, Jo!", sambung Udin lagi.

Tarjo yang nampak masih sedikit lupa, terlihat berusaha mengingat-ingat akan sosok Nagita yang dimaksud Udin.

"Artis?"

"Iye, Jo.. ituloh, istrinya si Rapi Ahmad!"

Alis Tarjo si pria tua mesum itu mulai berkerut, menandakan jika ia masih sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu. Hingga beberapa detik berselang, ia akhirnya menjetikan jarinya, "Oh! Yang itu toh!"

"Iye, tau gue Din! Cakep banget tu perempuan emang!"

"Susunya juga gede tuh! Inget banget gue!", ucap Tarjo yang saat itu telah berhasil mengingat sepenuhnya bayangan dari sosok Nagita.

"Nah, itu lu tau, Jo!", balas Udin sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan.

Sosok Nagita yang saat itu sedang terbayang dipikiran Tarjo, membuat pria tua itu mendadak sange. Ia terlihat mengedarkan pandangannya ke sekitar sebelum kembali angkat suara.

"Iye, Din! Waktu kite masih punya hape dulu, gue sering liat tuh fotonya dipesbuk"

"Buset dah, pantat sama susunya bikin kontol gue ngaceng, Din!", ujar Tarjo dengan bersemangat yang membuat Udin terkekeh-kekeh di sampingnya.

"Eh.. tapi jangan-jangan, Nagita yang dibilang si Ibu barusan, bukan Nagita yang artis itu, Jo?", kata Udin, setelah tawa pria tua itu mulai reda.

"Ah.. bener juga yah elu Din.."

Dengan rasa penasaran tingkat dewa, Tarjo yang melihat Ibu Zubaidah masih berdiri didekat gerbang Yayasan, memutuskan untuk bertanya langsung kepada wanita itu.

"Bentar deh gue tanya, mumpung si Ibu belom masuk ke dalem tuh!"

Dengan tergopoh-gopoh, pria tua bertampang hancur itu seketika langsung bangkit dari kursi kayu yang menjadi tempat duduknya bersama Udin, lalu pergi menghampiri Ibu Zubaidah yang masih mengobrol dengan beberapa staffnya lainnya didekat gerbang Yayasan.

"Permisi, Bu?"

Obrolan Ibu Zubaidah dan beberapa staff yayasan nampak sedikit terhenti, akibat sosok Tarjo yang datang secara tiba-tiba, "Eh, Pak Tarjo? Iya pak, kenapa?"

"Rokoknya abis?"

"Eh, bukan Bu.. anu.."

Sambil sedikit menggaruk tengkuknya, Tarjo kemudian mulai memberi tahu maksud dirinya menghampiri Ibu Zubaidah.

"Itu.. tadi saya gak sengaja denger Ibu nyebut nama Nagita.."

"Itu kayak nama artis idola saya.. makanya, saya jadi penasaran Bu, hehehe.."

Mendengar penjelasan Tarjo, Ibu Zubaidah nampak langsung tertawa, "Oh, begitu.. hehe.."

Wanita itu kemudian terlihat menganggukan kepalanya, "Iya, Pak.. itu emang artis idola bapak.."

Wajah Tarjo langsung nampak sangat antusias, "Wah! Jadi Ibu kenal sama dia, Bu?"

"Bukan, Pak!"

Ibu Zubaidah yang sudah hampir 20 tahun mendirikan Yayasan Tali Kasih itu, kemudian menjelaskan semuanya kepada Tarjo.

"Itu loh.. jadi rencananya, lusa mereka mau berdonasi kesini.. sambil ngadain lomba 17 Agustus disini.."

Kedua bola mata Tarjo sontak langsung terbelalak, "Wuidih! Yang bener, Bu?"

"Iya, Pak.. beneran!"

"Wah! Mantep, tuh Bu!"

Karena memang dari dulu, sudah terbiasa bicara sembarangan, Tarjo si mesum ini malah terdengar langsung bergumam jorok saat itu juga, "Hehehe.. bakal tegang lagi nih kontol gue.."

Ibu Zubaidah dan beberapa rekannya yang bisa mendengar kata-kata Tarjo barusan, sontak sedikit shock dan terlihat mengelus dada, "Eh.. astagfirullah, Pak!"

"Eh.. enggak, enggak Bu!", potong Tarjo, sambil mengangkat kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.

"Saya cuman asal ngomong aja karena saking senengnya..", sambungnya dengan agak panik, yang sudah jelas hanya mencari-cari alasan saja.

"Gak boleh yah ngomong gitu lagi, Pak!", tegas Ibu Zubaidah dengan wajah kesal.

"Kan udah diajarin sama kita disini, kalo gak boleh lagi ngomong yang jorok-jorok gitu..", sambung wanita itu memperingati Tarjo.

Mendapat peringatan langsung dari sang kepala Yayasan, membuat Tarjo seketika menampakan ekspresi alim, "Hehehe.. iya, Bu.. maafin saya yak.."

"Ya udah, ada lagi yang mau ditanyain?", tanya Ibu Zubaidah, walau saat itu wajahnya masih nampak kesal dengan kata-kata Tarjo yang terdengar sangat kasar di telinga barusan.

"Ah, gak ada lagi Bu.. yaudah, saya balik dulu kesono Bu.."

"Ya udah, sana.."

"Iya, mari Bu?", pamit Tarjo dengan sedikit membungkukan badannya, ketika hendak beranjak dari hadapan Ibu Zubaidah beserta para staffnya.

Udin yang saat itu melihat Tarjo berjalan ke arahnya dengan senyum sumringah, lantas mendadak kebingungan.

Hingga, belum sempat Tarjo duduk lagi disampingnya, ia bahkan telah lebih dulu menodong rekannya itu dengan sebuah pertanyaan, "Kenape lu senyum-senyum gitu, Jo?"

Tarjo yang lebih memilih untuk duduk terlebih dahulu di sebelah Udin, nampak mencabut sebatang rokok kretek dari bungkusannya, sebelum menjawab pertanyaan Udin.

"Lu tau gak Din.. "

Pria tua yang kini telah berusia 52 tahun itu, terlihat membakar rokoknya terlebih dahulu, sebelum melanjutkan penjelasanya, "Wush.."

"Jadi, Nagita yang disebut sama si ibu barusan itu, ternyata beneran Nagita si artis itu!"

Udin langsung terkejut, "Serius, lu?"

"Iye, Din!"

"Terus, kata si ibu.. dia bakal dateng ke yayasan kita lusa, Din!", sambung Tarjo dengan raut wajah penuh semangat.

Sontak, mimik wajah Udin seketika berubah seperti tak percaya, "Buset! Yang bener lu?"

"Sumpah, Din! Kata si ibu, mereka bakal dateng kesini dalam rangka hari kemerdekaan!"

"Wah.. gila! Rejeki tuh namanya, Jo!", balas Udin yang saat itu nampak ikut bersemangat sama seperti Tarjo.

"Iye, Din.. kapan lagi bisa ketemu artis montok macem Nagita itu kan? Heheheh.."

"Bener tuh, Jo!"

"Gue bakal ngaceng terus tuh pasti, Din.. muehehe", kelakar Tarjo sambil tertawa mesum.

"Sama, Jo! Gue pasti ikutan ngaceng juga nih lusa.. hehehe..", giliran Udin yang membalas sambil cengengesan.


* * *


Kamar Nagita.​

Di hari yang sama, hari yang semula sore, tanpa terasa telah berganti malam. Nagita yang malam itu baru saja selesai menidurkan sang putra kedua, Rayanza, mendadak terlihat sumringah begitu melihat ke arah pintu kamarnya yang baru saja terbuka. Kedatangan sang suami yang baru saja pulang ke kediaman mewah mereka, membuat Nagita langsung menyambut suaminya itu dengan sebuah pelukan.

"Sayang..", katanya sambil bangkit dari kasur, ketika Raffi Ahmad baru saja memasuki kamar tidur mewah milik mereka.

Ia nampak menyambut pelukan sang istri dengan sebuah kecupan hangat pada dahi wanita cantik tersebut, "Muah.."

"Muah..", balas Nagita, yang kini telah berada dalam dekapannya.

Sambil mendekap sang istri, ia pun nampak agak menggiring wanita cantik tersebut untuk menuju ke ranjang mewah milik keduanya, yang dimana disana juga terdapat si bayi lucu, Rayanza, yang nampaknya sudah pulas tertidur. Saat keduanya telah duduk pada pinggiran ranjang yang juga berukuran sangat besar tersebut, sepasang suami istri itu, terlihat saling bertatapan dengan begitu mesra. Raffi yang sesekali terlihat memandangi anak keduanya yang sedang pulas itu, tampaknya merasa begitu bahagia dengan kehidupannya saat ini.

"Makasih yah, sayang", katanya sambil membelai pinggiran rambut sang istri.

"Buat apa, sayang?", tanya Nagita yang saat itu merasa bahagia dengan perilaku Raffi semenjak mereka berdua berumah tangga.

"Buat semuanya!"

"Kesetiaan kamu yang selalu dampingin aku.. "

"Kesabaran kamu waktu aku digosipin macem-macem.."

"Sama.. udah jadi ibu yang baik buat anak-anak kita", tutup Raffi dengan sebuah senyuman manis sambil memandangi mata sang istri.

Nagita yang memang mudah terharu itu, saat itu juga matanya terlihat mulai berkaca-kaca.

Wanita itu terlihat mulai sesenggukan, "I.. iya sayang.. hiks..".

"Aku beruntung banget punya kamu, sayang", ucap Raffi yang untuk kesekian kalinya kembali menarik Nagita yang saat itu mulai menangis, ke dalam pelukan mesranya.

Setelah momen kemesraan yang sedikit mengharukan itu, kedua sejoli itu pun akhirnya saling berciuman bibir. Sudah bisa ditebak, adegan yang terjadi setelah keduanya saling berciuman bibir, tentu saja adalah adegan suami-istri.

Setelah menyempatkan diri untuk memindahkan Rayyanza ke tempat tidur bayi, malam itu Nagita dan Raffi pun langsung saja melakukan persetubuhan dengan begitu bergairah di ranjang tidur mewah milik mereka. Keduanya yang selama ini memang sangat jarang melakukan hubungan seksual, terlihat amat begitu bergairah pada malam itu.

Sayang, walau dilakukan dengan amat bergairah, stamina dari Raffi yang memang pada dasarnya agak kurang, membuat persetubuhan mereka hanya berlangsung kurang dari 15 menitan. Raffi bahkan malah terlihat tak begitu piawai ketika melakukan hubungan badan dengan sang istri, karena sangat minim akan variasi.

Nagita terlihat hanya dibiarkan tidur terlentang, sambil terus digenjot olehnya di atas ranjang pribadi mereka. Desahan Nagita pun terdengar seperti tak intens, akibat genjotan Raffi yang kelihatan sangat monoton.

"Ehm.. ah.."

"Enak, sayang?", tanya Raffi saat terus menyetubuhi Nagita yang telentang pasrah di atas ranjang mereka.

Wanita cantik yang hanya sesekali mendesah itu, terlihat mengangguk, "Iya, sayang.. ah.."

Selama ini bahkan, persetubuhan antara keduanya sangat jarang diawali dengan sebuah adegan foreplay yang cukup panas. Sebatas ciuman bibir dan saling remas adalah contoh kebanyakan adegan foreplay yang kerap kali dilakukan pasangan suami istri ini, jika mereka akan melakukan hubungan badan.

Meski begitu, Nagita yang memang tak memiliki pengalaman sama sekali perihal seks karena merupakan seorang wanita baik-baik itu, terlihat berusaha mencoba menikmati setiap kegiatan hubungan badan mereka selama ini. Termasuk juga dimalam ini, ketika dirinya tengah digenjot oleh sang suami diatas ranjang mewah milik mereka.

Selama hidupnya, Nagita yang cantik ini, tampaknya belum pernah merasakan bagaimana rasanya sebuah kenikmatan yang hakiki dari sebuah hubungan seksual. Oleh sebab itu, selama ini Nagita jadinya hanya menganggap, jika hubungan seksual itu adalah sebuah hubungan yang dilakukan dengan tujuan untuk sebatas memuaskan para suami.


* * *

Lain yang terjadi di kediaman Nagita, lain pula yang terjadi ditempat yang lusa nanti akan ia dan timnya sambangi.

"Ssh.. ssh.. oh.."

"Ssh.. uh.."

Suara desahan seorang pria tua yang sudah bisa kita tebak bersama ialah Tarjo, nampak mulai terdengar mendesis di dalam kamar mandi belakang Yayasan Tali Kasih. Saat itu, ia nampak begitu intens mengocok-ngocok kemaluannya di dalam kamar mandi belakang Yayasan tersebut. Sambil bersandar pada tembok kusam kamar mandi itu, Tarjo sesekali terdengar mendesis sambil memejamkan matanya.

"Ehmm.. ah.. ah.. ssh.."

"Ssh.. ah.. Nagita.. ah.."

Bayangan tubuh Nagita yang walau diingatnya dengan masih agak samar-samar lah yang ternyata membuat Tarjo tak tahan hingga terpaksa melakukan onani pada malam itu.

Kondisinya yang sekarang sudah tak lagi memiliki ponsel, membuat Tarjo jadi tak bisa lagi melihat foto sosok Nagita ketika akan bercoli ria. Padahal, dulunya, sewaktu pria tua yang satu ini masih menjadi seorang begal, ia kerap kali melihat foto Nagita sebagi bahan onani jika sudah kepepet. Bahkan, menurutnya, sekedar melihat foto Nagita saja, sudah jauh membuatnya jadi lebih terangsang, ketimbang menonton sebuah video porno.

Hal itulah yang secara tak langsung membuat kegiatan onani Tarjo di malam itu, jadinya hanya berlangsung tak lebih dari 10 menit, karena saking terangsangnya pria tua tersebut akan sosok Nagita.

"Ah.. keluar...", lenguh Tarjo begitu penisnya berkedut dan menyemburkan cairan kental dengan jumlah yang tergolong agak banyak.

Saking banyaknya sperma pria tua tersebut, sampai-sampai membuat cairan bening itu, beberapa ada yang sampai hinggap pada dinding kamar mandi.

Selepas mengeluarkan semua spermanya, napas Tarjo terlihat sedikit ngos-ngosan. Ia nampaknya masih begitu bergairah, walau baru saja menuntaskan kegiatan onaninya.

"Anjing!", keluh Tarjo.

"Kalo aja gua bisa dapet kesempatan buat diadopsi sama si Nagita, pasti udah gue entot tuh perempuan!", gumam pria tua yang masih sangat sange tersebut.

Ia yang kala itu masih tersandar pada dinding kusam kamar mandi, nampak kembali berbicara seorang diri, "Tapi, yah.. udah pasti gak mungkin lah itu!"

"Bener kata si Udin.. mana mau orang-orang tajir kayak mereka ngadopsi kakek-kakek kayak gua gini!"

Tarjo terlihat mulai mengambil gayung yang tergeletak mengambang pada bak mandi, kemudian menyiram sperma miliknya yang berceceran di lantai kamar mandi.

Sambil sibuk menyiram spermanya yang berceceran di lantai kamar mandi, pria tua itu lagi-lagi terdengar bergumam dengan lirih, "Lagian, mereka kan dateng kesini buat bikin lomba doang, bukan buat ngadopsi penghuni disini.."





bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd