[STSW 2]
4 hari kemudian.
Setelah sebelumnya ia dan para karyawan Rans Entertainment telah melakukan rapat bersama sang Ibu CEO, Nag1ta Slavina, Abrar yang adalah salah satu karyawan Rans kepercayaan Raffi dan Nagita, akhirnya datang ke yayasan Tali Kasih untuk melakukan survei tempat. Pria berkaca mata itu tak datang sendiri, ia datang dengan ditemani 2 rekan karyawan Rans Entertainment lain yaitu, Midun dan Herna.
"Jadi lusa yah, Mas Abrar?", tanya Ibu Zubaidah, seorang perempuan paruh baya yang merupakan kepala dari Yayasan Tali Kasih, kala sedang bersama Abrar serta dua rekannya di dalam ruangan kerja miliknya.
"Iya, Bu.. lusa acaranya, bertepatan ama hari kemerdekaan", jawab Abrar.
Giliran rekan Abrar bernama Herna, yang kali itu buka suara, "Bisa yah, Bu?"
"Oh, jelas bisa banget, Mbak!", jawab Ibu Zubaidah dengan penuh semangat.
"Kami malah seneng, yayasan kami ini bisa kedatangan artis ngetop macem Pak Raffi dan Ibu Nagita"
"Hehehe.. Pak Raffinya belom pasti dateng, Bu..", kata Abrar dengan sedikit kikuk.
"Tau sendiri bos kita itu sibuknya kayak apa, apalagi kan itu hari kemerdekaan.."
"Udah pasti kayaknya dia bakal ngisi acara ditempat lain, Bu..", jelas Abrar menutup penjelasannya.
Raut kekecawan pun seketika sedikit tergambar dari wajah Ibu Zubaidah, "Oh, begitu yah, Mas"
"Tapi, Ibu tenang aja.. masih ada Mbak Nagita kok yang bakalan dateng..", ucap Midun, karena menangkap raut kekecewaan dari wajah sang Ibu kepala Yayasan.
"Iya, gakpapa.. saya juga udah seneng kok kalo ketemu langsung ama Mbak Nagita doang, hehe..", ucap Ibu Zubaidah dengan ramah yang coba memahami situasi.
Selepas meminta izin dan melakukan survei tempat di yayasan Tali Kasih, Abrar bersama kedua rekannya pun terlihat langsung berpamitan kepada Ibu Zubaidah sang kepala Yayasan. Ketiga anak muda itu, nampak ikut diantarkan Ibu Zubaidah bersama beberapa staff di yayasan tersebut ke halaman depan yayasan Tali Kasih.
Saat ketiga staff Rans Entertainment telah masuk ke dalam mobil, Ibu Zubaidah, serta para staff tadi pun terlihat melambaikan tangan ke arah mereka.
"Hati-hati, Mas.."
"Salam sama Mbak Nagita.."
"Makasih, Bu.."
"Nanti saya sampein salamnya.. assalamualaikum.."
"Waalaikumsalam, Mas.."
Vrooomm.. vrooommm...
Mobil yang dikemudikan Abrar pun akhirnya perlahan meninggalakan halaman Yayasan Tali kasih. Sementara Ibu Zubaidah yang masih berada disekitaran gerbang Yayasan, nampak kelihatan sumringah karena pada lusa nanti, Yayasan Tali Kasih miliknya akan kedatangan seorang artis yang paling naik daun ditanah air selama beberapa tahun belakangan ini.
Bersamaan dengan itu, sekitar 10 meter dari tempat wanita berkerudung itu berdiri, terlihat dua sosok pria tua yang sedang duduk bersantai disebuah bangku kayu, yang letaknya persis dibawah pohon mangga halaman depan yayasan. Kedua pria tua tersebut, nampak sedang asik mengobrol sambil menikmati rokok kretek andalan mereka. Obrolan keduanya pun tadi sempat sedikit terhenti, kala melihat Ibu Zubaidah serta beberapa staff Yayasan, keluar dari dalam yayasan bersama 2 pemuda dan 1 orang pemudi.
"Eh, Jo?"
"Apa?"
"Lu denger gak tadi si Ibu Yayasan nyebut nama siape?"
"Kagak.."
"Ye, dasar orang tua budeg!", seloroh Udin kepada Tarjo yang nampak saat itu tengah asik mengorek-ngorek kupingnya menggunakan sebuah batang daun tipis.
"Halah.. lagian kalo kita denger emang bakal ngaruh sama hidup kita?"
Udin lantas agak terdiam, "Eh.. iya juga sih.."
Selang tak lama, Tarjo kemudian terdengar sedikit penasaran.
"Emang mereka nyebut nama siapa?", tanya pria tua tersebut.
"Nagita, Jo", jawab Udin dengan cukup antusias.
"Hah? Nagita?", balas Tarjo yang seakan nampak familiar dengan nama yang disebutkan Udin barusan.
"Kayak pernah denger gue tu nama!", sambungnya.
"Dasar tolol! Ya jelaslah lu pernah denger!", respon Udin karena sang sahabat yang malah tak begitu hafal dengan nama artis ngetop sekaliber Nagita.
"Itu kan nama artis, Jo!", sambung Udin lagi.
Tarjo yang nampak masih sedikit lupa, terlihat berusaha mengingat-ingat akan sosok Nagita yang dimaksud Udin.
"Artis?"
"Iye, Jo.. ituloh, istrinya si Rapi Ahmad!"
Alis Tarjo si pria tua mesum itu mulai berkerut, menandakan jika ia masih sedang berusaha mengingat-ingat sesuatu. Hingga beberapa detik berselang, ia akhirnya menjetikan jarinya, "Oh! Yang itu toh!"
"Iye, tau gue Din! Cakep banget tu perempuan emang!"
"Susunya juga gede tuh! Inget banget gue!", ucap Tarjo yang saat itu telah berhasil mengingat sepenuhnya bayangan dari sosok Nagita.
"Nah, itu lu tau, Jo!", balas Udin sambil mengacungkan jari telunjuknya ke depan.
Sosok Nagita yang saat itu sedang terbayang dipikiran Tarjo, membuat pria tua itu mendadak sange. Ia terlihat mengedarkan pandangannya ke sekitar sebelum kembali angkat suara.
"Iye, Din! Waktu kite masih punya hape dulu, gue sering liat tuh fotonya dipesbuk"
"Buset dah, pantat sama susunya bikin kontol gue ngaceng, Din!", ujar Tarjo dengan bersemangat yang membuat Udin terkekeh-kekeh di sampingnya.
"Eh.. tapi jangan-jangan, Nagita yang dibilang si Ibu barusan, bukan Nagita yang artis itu, Jo?", kata Udin, setelah tawa pria tua itu mulai reda.
"Ah.. bener juga yah elu Din.."
Dengan rasa penasaran tingkat dewa, Tarjo yang melihat Ibu Zubaidah masih berdiri didekat gerbang Yayasan, memutuskan untuk bertanya langsung kepada wanita itu.
"Bentar deh gue tanya, mumpung si Ibu belom masuk ke dalem tuh!"
Dengan tergopoh-gopoh, pria tua bertampang hancur itu seketika langsung bangkit dari kursi kayu yang menjadi tempat duduknya bersama Udin, lalu pergi menghampiri Ibu Zubaidah yang masih mengobrol dengan beberapa staffnya lainnya didekat gerbang Yayasan.
"Permisi, Bu?"
Obrolan Ibu Zubaidah dan beberapa staff yayasan nampak sedikit terhenti, akibat sosok Tarjo yang datang secara tiba-tiba, "Eh, Pak Tarjo? Iya pak, kenapa?"
"Rokoknya abis?"
"Eh, bukan Bu.. anu.."
Sambil sedikit menggaruk tengkuknya, Tarjo kemudian mulai memberi tahu maksud dirinya menghampiri Ibu Zubaidah.
"Itu.. tadi saya gak sengaja denger Ibu nyebut nama Nagita.."
"Itu kayak nama artis idola saya.. makanya, saya jadi penasaran Bu, hehehe.."
Mendengar penjelasan Tarjo, Ibu Zubaidah nampak langsung tertawa, "Oh, begitu.. hehe.."
Wanita itu kemudian terlihat menganggukan kepalanya, "Iya, Pak.. itu emang artis idola bapak.."
Wajah Tarjo langsung nampak sangat antusias, "Wah! Jadi Ibu kenal sama dia, Bu?"
"Bukan, Pak!"
Ibu Zubaidah yang sudah hampir 20 tahun mendirikan Yayasan Tali Kasih itu, kemudian menjelaskan semuanya kepada Tarjo.
"Itu loh.. jadi rencananya, lusa mereka mau berdonasi kesini.. sambil ngadain lomba 17 Agustus disini.."
Kedua bola mata Tarjo sontak langsung terbelalak, "Wuidih! Yang bener, Bu?"
"Iya, Pak.. beneran!"
"Wah! Mantep, tuh Bu!"
Karena memang dari dulu, sudah terbiasa bicara sembarangan, Tarjo si mesum ini malah terdengar langsung bergumam jorok saat itu juga, "Hehehe.. bakal tegang lagi nih kontol gue.."
Ibu Zubaidah dan beberapa rekannya yang bisa mendengar kata-kata Tarjo barusan, sontak sedikit shock dan terlihat mengelus dada, "Eh.. astagfirullah, Pak!"
"Eh.. enggak, enggak Bu!", potong Tarjo, sambil mengangkat kedua tangannya dan menggelengkan kepalanya dengan cepat.
"Saya cuman asal ngomong aja karena saking senengnya..", sambungnya dengan agak panik, yang sudah jelas hanya mencari-cari alasan saja.
"Gak boleh yah ngomong gitu lagi, Pak!", tegas Ibu Zubaidah dengan wajah kesal.
"Kan udah diajarin sama kita disini, kalo gak boleh lagi ngomong yang jorok-jorok gitu..", sambung wanita itu memperingati Tarjo.
Mendapat peringatan langsung dari sang kepala Yayasan, membuat Tarjo seketika menampakan ekspresi alim, "Hehehe.. iya, Bu.. maafin saya yak.."
"Ya udah, ada lagi yang mau ditanyain?", tanya Ibu Zubaidah, walau saat itu wajahnya masih nampak kesal dengan kata-kata Tarjo yang terdengar sangat kasar di telinga barusan.
"Ah, gak ada lagi Bu.. yaudah, saya balik dulu kesono Bu.."
"Ya udah, sana.."
"Iya, mari Bu?", pamit Tarjo dengan sedikit membungkukan badannya, ketika hendak beranjak dari hadapan Ibu Zubaidah beserta para staffnya.
Udin yang saat itu melihat Tarjo berjalan ke arahnya dengan senyum sumringah, lantas mendadak kebingungan.
Hingga, belum sempat Tarjo duduk lagi disampingnya, ia bahkan telah lebih dulu menodong rekannya itu dengan sebuah pertanyaan, "Kenape lu senyum-senyum gitu, Jo?"
Tarjo yang lebih memilih untuk duduk terlebih dahulu di sebelah Udin, nampak mencabut sebatang rokok kretek dari bungkusannya, sebelum menjawab pertanyaan Udin.
"Lu tau gak Din.. "
Pria tua yang kini telah berusia 52 tahun itu, terlihat membakar rokoknya terlebih dahulu, sebelum melanjutkan penjelasanya, "Wush.."
"Jadi, Nagita yang disebut sama si ibu barusan itu, ternyata beneran Nagita si artis itu!"
Udin langsung terkejut, "Serius, lu?"
"Iye, Din!"
"Terus, kata si ibu.. dia bakal dateng ke yayasan kita lusa, Din!", sambung Tarjo dengan raut wajah penuh semangat.
Sontak, mimik wajah Udin seketika berubah seperti tak percaya, "Buset! Yang bener lu?"
"Sumpah, Din! Kata si ibu, mereka bakal dateng kesini dalam rangka hari kemerdekaan!"
"Wah.. gila! Rejeki tuh namanya, Jo!", balas Udin yang saat itu nampak ikut bersemangat sama seperti Tarjo.
"Iye, Din.. kapan lagi bisa ketemu artis montok macem Nagita itu kan? Heheheh.."
"Bener tuh, Jo!"
"Gue bakal ngaceng terus tuh pasti, Din.. muehehe", kelakar Tarjo sambil tertawa mesum.
"Sama, Jo! Gue pasti ikutan ngaceng juga nih lusa.. hehehe..", giliran Udin yang membalas sambil cengengesan.
* * *
Kamar Nagita.
Di hari yang sama, hari yang semula sore, tanpa terasa telah berganti malam. Nagita yang malam itu baru saja selesai menidurkan sang putra kedua, Rayanza, mendadak terlihat sumringah begitu melihat ke arah pintu kamarnya yang baru saja terbuka. Kedatangan sang suami yang baru saja pulang ke kediaman mewah mereka, membuat Nagita langsung menyambut suaminya itu dengan sebuah pelukan.
"Sayang..", katanya sambil bangkit dari kasur, ketika Raffi Ahmad baru saja memasuki kamar tidur mewah milik mereka.
Ia nampak menyambut pelukan sang istri dengan sebuah kecupan hangat pada dahi wanita cantik tersebut, "Muah.."
"Muah..", balas Nagita, yang kini telah berada dalam dekapannya.
Sambil mendekap sang istri, ia pun nampak agak menggiring wanita cantik tersebut untuk menuju ke ranjang mewah milik keduanya, yang dimana disana juga terdapat si bayi lucu, Rayanza, yang nampaknya sudah pulas tertidur. Saat keduanya telah duduk pada pinggiran ranjang yang juga berukuran sangat besar tersebut, sepasang suami istri itu, terlihat saling bertatapan dengan begitu mesra. Raffi yang sesekali terlihat memandangi anak keduanya yang sedang pulas itu, tampaknya merasa begitu bahagia dengan kehidupannya saat ini.
"Makasih yah, sayang", katanya sambil membelai pinggiran rambut sang istri.
"Buat apa, sayang?", tanya Nagita yang saat itu merasa bahagia dengan perilaku Raffi semenjak mereka berdua berumah tangga.
"Buat semuanya!"
"Kesetiaan kamu yang selalu dampingin aku.. "
"Kesabaran kamu waktu aku digosipin macem-macem.."
"Sama.. udah jadi ibu yang baik buat anak-anak kita", tutup Raffi dengan sebuah senyuman manis sambil memandangi mata sang istri.
Nagita yang memang mudah terharu itu, saat itu juga matanya terlihat mulai berkaca-kaca.
Wanita itu terlihat mulai sesenggukan, "I.. iya sayang.. hiks..".
"Aku beruntung banget punya kamu, sayang", ucap Raffi yang untuk kesekian kalinya kembali menarik Nagita yang saat itu mulai menangis, ke dalam pelukan mesranya.
Setelah momen kemesraan yang sedikit mengharukan itu, kedua sejoli itu pun akhirnya saling berciuman bibir. Sudah bisa ditebak, adegan yang terjadi setelah keduanya saling berciuman bibir, tentu saja adalah adegan suami-istri.
Setelah menyempatkan diri untuk memindahkan Rayyanza ke tempat tidur bayi, malam itu Nagita dan Raffi pun langsung saja melakukan persetubuhan dengan begitu bergairah di ranjang tidur mewah milik mereka. Keduanya yang selama ini memang sangat jarang melakukan hubungan seksual, terlihat amat begitu bergairah pada malam itu.
Sayang, walau dilakukan dengan amat bergairah, stamina dari Raffi yang memang pada dasarnya agak kurang, membuat persetubuhan mereka hanya berlangsung kurang dari 15 menitan. Raffi bahkan malah terlihat tak begitu piawai ketika melakukan hubungan badan dengan sang istri, karena sangat minim akan variasi.
Nagita terlihat hanya dibiarkan tidur terlentang, sambil terus digenjot olehnya di atas ranjang pribadi mereka. Desahan Nagita pun terdengar seperti tak intens, akibat genjotan Raffi yang kelihatan sangat monoton.
"Ehm.. ah.."
"Enak, sayang?", tanya Raffi saat terus menyetubuhi Nagita yang telentang pasrah di atas ranjang mereka.
Wanita cantik yang hanya sesekali mendesah itu, terlihat mengangguk, "Iya, sayang.. ah.."
Selama ini bahkan, persetubuhan antara keduanya sangat jarang diawali dengan sebuah adegan foreplay yang cukup panas. Sebatas ciuman bibir dan saling remas adalah contoh kebanyakan adegan foreplay yang kerap kali dilakukan pasangan suami istri ini, jika mereka akan melakukan hubungan badan.
Meski begitu, Nagita yang memang tak memiliki pengalaman sama sekali perihal seks karena merupakan seorang wanita baik-baik itu, terlihat berusaha mencoba menikmati setiap kegiatan hubungan badan mereka selama ini. Termasuk juga dimalam ini, ketika dirinya tengah digenjot oleh sang suami diatas ranjang mewah milik mereka.
Selama hidupnya, Nagita yang cantik ini, tampaknya belum pernah merasakan bagaimana rasanya sebuah kenikmatan yang hakiki dari sebuah hubungan seksual. Oleh sebab itu, selama ini Nagita jadinya hanya menganggap, jika hubungan seksual itu adalah sebuah hubungan yang dilakukan dengan tujuan untuk sebatas memuaskan para suami.
* * *
Lain yang terjadi di kediaman Nagita, lain pula yang terjadi ditempat yang lusa nanti akan ia dan timnya sambangi.
"Ssh.. ssh.. oh.."
"Ssh.. uh.."
Suara desahan seorang pria tua yang sudah bisa kita tebak bersama ialah Tarjo, nampak mulai terdengar mendesis di dalam kamar mandi belakang Yayasan Tali Kasih. Saat itu, ia nampak begitu intens mengocok-ngocok kemaluannya di dalam kamar mandi belakang Yayasan tersebut. Sambil bersandar pada tembok kusam kamar mandi itu, Tarjo sesekali terdengar mendesis sambil memejamkan matanya.
"Ehmm.. ah.. ah.. ssh.."
"Ssh.. ah.. Nagita.. ah.."
Bayangan tubuh Nagita yang walau diingatnya dengan masih agak samar-samar lah yang ternyata membuat Tarjo tak tahan hingga terpaksa melakukan onani pada malam itu.
Kondisinya yang sekarang sudah tak lagi memiliki ponsel, membuat Tarjo jadi tak bisa lagi melihat foto sosok Nagita ketika akan bercoli ria. Padahal, dulunya, sewaktu pria tua yang satu ini masih menjadi seorang begal, ia kerap kali melihat foto Nagita sebagi bahan onani jika sudah kepepet. Bahkan, menurutnya, sekedar melihat foto Nagita saja, sudah jauh membuatnya jadi lebih terangsang, ketimbang menonton sebuah video porno.
Hal itulah yang secara tak langsung membuat kegiatan onani Tarjo di malam itu, jadinya hanya berlangsung tak lebih dari 10 menit, karena saking terangsangnya pria tua tersebut akan sosok Nagita.
"Ah.. keluar...", lenguh Tarjo begitu penisnya berkedut dan menyemburkan cairan kental dengan jumlah yang tergolong agak banyak.
Saking banyaknya sperma pria tua tersebut, sampai-sampai membuat cairan bening itu, beberapa ada yang sampai hinggap pada dinding kamar mandi.
Selepas mengeluarkan semua spermanya, napas Tarjo terlihat sedikit ngos-ngosan. Ia nampaknya masih begitu bergairah, walau baru saja menuntaskan kegiatan onaninya.
"Anjing!", keluh Tarjo.
"Kalo aja gua bisa dapet kesempatan buat diadopsi sama si Nagita, pasti udah gue entot tuh perempuan!", gumam pria tua yang masih sangat sange tersebut.
Ia yang kala itu masih tersandar pada dinding kusam kamar mandi, nampak kembali berbicara seorang diri, "Tapi, yah.. udah pasti gak mungkin lah itu!"
"Bener kata si Udin.. mana mau orang-orang tajir kayak mereka ngadopsi kakek-kakek kayak gua gini!"
Tarjo terlihat mulai mengambil gayung yang tergeletak mengambang pada bak mandi, kemudian menyiram sperma miliknya yang berceceran di lantai kamar mandi.
Sambil sibuk menyiram spermanya yang berceceran di lantai kamar mandi, pria tua itu lagi-lagi terdengar bergumam dengan lirih, "Lagian, mereka kan dateng kesini buat bikin lomba doang, bukan buat ngadopsi penghuni disini.."
bersambung...