Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Snatching The Sultan's Wives

(STSW 6)


Keesokan harinya, sejak pukul 06.30 pagi, Tarjo nampak sudah terlihat stand by di depan kediaman megah Nagita. Sebelumnya pada kemarin malam, ia memang telah dijelaskan oleh Pak Salim dan Pak Bambang, supir pribadi Raffi Ahmad, perihal mobil yang akan ia gunakan, serta lokasi-lokasi yang kerap menjadi tujuan Nagita bepergian.

Sambil bersiul-siul dan mengelap kaca mobil aplhard milik Nagita, Tarjo kelihatan cukup sumringah pada pagi itu. Seorang art di kediaman Nagita pun beberapa saat berselang, terlihat datang membawakan segelas kopi hitam untuknya.

"Pak, minum dulu..", tegur si art wanita, sembari meletakan segelas kopi hitam pekat pada sebuah meja kecil yang berada di teras rumah.

"Eh, iya Mbak.. hehe.."

Tarjo yang telah menghentikan aktifitasnya, kemudian terlihat mendatangi meja tersebut dan mengambil kopi bikinan si Art yang tadi langsung masuk kembali ke dalam rumah. Setelahnya, pria tua tersebut kemudian langsung menyeruput kopi panas tersebut, "Slurp........ ah......"

"Enak banget emang dah, pagi-pagi begini ngopi..", kata Tarjo, sembari mengedarkan pandangannya ke area sekitar.

"Apalagi kalo ditambah liat Non Gigi yang montok itu.. brrr!", sambungnya.

"Tuh kan, jadi sange nih gua kalo inget tu perempuan dikit aja.. hehehe..", seloroh Tarjo sambil meraba-raba penisnya yang telah mengeras dari luar celana panjang yang ia kenakan pagi itu.

Pucuk dicinta, ulam pun tiba. Sang wanita bertubuh montok yang baru saja Tarjo bayangkan, ternyata mendadak muncul dari dalam rumah tak lama berselang. Pagi itu, wanita cantik tersebut, nampak muncul bersama Mbak Lala dan putra pertamanya, Rafathar, yang terlihat sudah siap untuk berangkat sekolah.

Tarjo yang terkejut akan kemunculan Nagita, tampak hanya bisa melotot sambil menelan ludah, akibat memandangi wajah cantik Nagita yang kala itu nampak sayu karena baru beberapa saat lalu bangun tidur.

Ditambah lagi, Nagita yang wajah cantiknya terlihat begitu natural di pagi itu, ternyata masih mengenakan celana pendek rumahan yang sudah jelas bisa dengan leluasa mempertontonkan paha mulusnya.

"Ma, anterin Aa!", rengek Rafathar begitu ketiganya tiba di teras rumah.

"Ya udah sayang.. iya.. iya! Mama ikut anterin Aa juga yah!", balas Nagita yang coba menuruti kemauan Rafathar kala itu.

Karena sibuk memperhatikan Rafathar yang pagi itu sedang rewel, kehadiran Tarjo yang tengah duduk di kursi pada teras rumah pun, sampai tak mereka sadari. Ketiganya bahkan saat itu nampak sudah berjalan begitu saja melewati kursi dimana tempat Tarjo duduk.

"Duh, Pak Salim mana sih?"

"La, coba kamu telfon Pak Salim.. jangan-jangan, masih tidur lagi dia.."

"Gak mungkin masih tidurlah, Mbak.. itu kan mobilnya Rafathar udah ada..", ujar Mbak Lala sembari menunjuk sebuah Mobil mewah yang terparkir disamping mobil Alphard milik Nagita.

Saat Mbak Lala baru saja hendak menelpon Pak Salim, suara Tarjo yang secara tiba-tiba menyapa mereka, sontak membuat ketiganya terkejut, "Permisi, Bu..?"

"Astaga!", teriak Nagita diikuti Mbak Lala dan Rafathar.

"Pak Tarjo! Ngagetin aja loh!", sambung Nagita sambil mengelus dada.

"Hehe.. maap Non.."

"Bapak dari tadi duduk disitu, tapi kayaknya Non Gigi gak ngeliat.. hehehe ..", kata Tarjo sambil menunjuk ke arah kursi teras.

"Oh, gitu yah.."

"Iya, Non.. hehe.."

Tarjo pun kembali melanjutkan obrolanya, "Maap Non?"

"Tadi bapak gak sengaja denger, kalo Non Gigi lagi nyari Pak Salim yah?"

"Iya.. bapak liat Pak Salim?"

"Liat Non, dia tadi udah bangun.. tapi, abis manasin mobil, dia izin ke toilet.."

"Katanya sih sakit perut, Non.."

Mendengar penjelasan Tarjo, Nagita pun langsung terlihat sedikit gusar. Wanita yang sukses membuat penis Tarjo berdiri tegak di pagi itu, nampak melirik ke arah Mbak Lala, "Gimana nih, La?"

"Lala juga bingung, Mbak.. ini hapenya Pak Salim Lala telfonin gak diangkat-angkat.."

Sadar bahwa Rafathar saat itu sudah harus berangkat ke sekolah, Nagita dengan terpaksa jadinya menyuruh Tarjo untuk mengantarkan mereka pada pagi itu. Mbak Lala yang nampak tak setuju dengan keputusan Nagita, kala itu juga tak bisa berbuat apa-apa. Sementara, Tarjo yang saat itu diminta Nagita untuk mengantarkan mereka ke sekolah Rafathar menggunakan mobil Alphardnya, seketika terlihat makin bersemangat saat itu.

"Hehehe.. untung aja si Salim itu sakit perut!", batin Tarjo.

* * *​

Mobil Alphard yang dikemudikan Tarjo, perlahan sudah memasuki halaman salah satu sekolah internasional paling eksklusif di Ibukota. Bangunan sekolah tersebut, nampak terlihat terlalu megah untuk ukuran sebuah sekolah. Deretan mobil-mobil mewah yang keluar masuk di halaman parkir sekolah tersebut, seakan makin mempertegas kesan elit para pelajar disana.

Selanjutnya, mobil yang Tarjo kemudikan, nampaknya telah berhenti persis di emperan depan lobby sekolah tersebut. Disana, kedatangan mobil itu tampaknya sudah bisa dikenali oleh para guru-guru yang sudah berdiri di depan lobby.

"Halo, good morning, Rafathar..", sambut seorang guru perempuan disana, yang acap kali kerap disapa para murid dengan sebutan "Miss", begitu melihat pintu mobil milik Nagita dibuka.

"Eh.. Halo, Bu Gigi!", sapa miss tersebut, saat melihat sosok Nagita yang pagi itu ternyata ikut mengantarkan Rafathar.

Nagita yang memutuskan untuk tidak ikut turun dikarenakan masih mengenakan celana pendek rumahan itu, langsung balas menyapa si miss tersebut dengan amat ramah, "Iya.. Halo, Miss!"

Kemudian, setelah ia menciumi dahi dan pipi Rafathar, sang bocah pun sudah terlihat turun dari mobil diikuti dengan Mbak Lala. Begitu akan menutup pintu mobil, Mbak Lala nampak memberikan sebuah kode kepada Nagita untuk tetap selalu waspada dengan sosok yang kini hanya akan berdua dengan dirinya diperjalanan pulang ke rumah nanti.

"Hati-hati yah, Mbak.."

"Kalo ada apa-apa, langsung telfon Lala!"

"Iya, La.. iya.."

Setelah Mbak Lala masuk ke dalam lobby sekolah, pintu mobil pun kemudian ditutup Nagita. Tanpa membuang waktu, wanita yang pada pagi itu terlihat begitu sensual dengan wajah naturalnya tersebut, segera memerintahkan Tarjo untuk menjalankan mobil guna kembali ke kediamannya.

Kondisi di dalam mobil itu pun seketika berubah sunyi tatkala mobil tersebut melaju menuju kediaman Nagita. Kedua manusia berbeda usia, latar belakang, serta strata sosial itu, nampak sama sekali tak sedikitpun menjalin sebuah percakapan sewaktu mobil yang memuat keduanya melaju hingga tiba di kediaman Nagita.

"Pak, saya masuk dulu.. nanti, saya kasih tahu kalo mau keluar..", ujar Nagita sewaktu mobilnya yang dikemudikan Tarjo, sudah berhenti di depan kediaman megahnya.

"Oh, siap Non!", balas Tarjo sambil memberi gestur hormat kepada Nagita.

Sewaktu Nagita baru saja turun dari mobil, lalu tengah berjalan menuju teras rumah, mata Tarjo pun nampak terlihat tak mau lepas dari kedua bongkahan bokong montok milik sang majikan. Pria tua mesum yang baru saja turun dari balik pintu kemudi mobil itu, nampak tak berkedip sedikitpun kala itu.

"Anjeng! Montok banget tu pantat!", gumam Tarjo yang kala itu tampak sudah sangat bernafsu dengan bokong sang majikan.

Karena sudah tak sanggup lagi menahan biranya, Tarjo pun langsung saja memutuskan untuk menuju kamarnya.

"Bangsatlah! Gak kuat gua, sumpah!"

Tentu saja, bercoli ria di dalam kamarnya adalah satu-satunya opsi bagi pria tua tersebut untuk menyalurkan hasrat seksualnya kala itu.

* * *​

Sisa hari itu pun nampak hanya berlangsung biasa-biasa saja untuk Tarjo. Sang majikan yang memang sejak melahirkan putera keduanya, Rayyanza, hanya kebanyakan melakoni proses syuting dirumahnya saja, membuat Tarjo yang memang selalu ingin melihat majikan cantiknya itu, jadi belum mendapatkan kesempatan lagi untuk bisa bersama Nagita.

Oleh karenanya, di sore itu, Tarjo yang sejak pagi nampak belum lagi kunjung diminta Nagita untuk mengantarkannya, hanya mengisi waktunya dengan duduk menonton siaran pertandingan Liga Indonesia bersama 3 orang satpam perumahan Green Andara Residence di pos yang terletak pada portal masuk kompleks elit tersebut.

"Oh, jadi bapak bukan asli sini?", tanya Pak Anto, seorang satpam paling senior yang sudah bekerja dikompleks elit tersebut sedari kompleks itu pertama kali dibuka.

"Ssh.. Iya, Pak..", jawab Tarjo sambil menghembuskan asap dari rokok kretek yang sementara ia hisap.

"Ehm, gitu toh.."

Mamat dan Burhan, kedua satpam yang adalah anak buah Pak Anto, selanjutnya terlihat mulai ikut-ikutan angkat suara.

"Eh, tapi ngomong-ngomong, bapak beruntung banget loh bisa diterima kerja ditempatnya A Raffi!"

"Nah, bener tuh!"

"Apalagi bisa jadi supir pribadi si Mbak Gigi yang cantik itu, hehehe..."

"Beuh! Kalo saya mah, udah pasti bisa coli tiap hari tuh kalo punya majikan sesemok Mbak Gigi.. muehehe..", sambung Mamat.

Tarjo yang mulai paham arah pembicaraan para satpam kompleks tersebut, saat itu nampak berlagak jika seakan-akan dirinya ialah seorang pribadi yang baik. Bak seorang aktor profesional, pria tua itu seketika mempertontonkan aktingnya kala itu.

"Ah, enggak Pak.."

"Saya mah orangnya, gak kepikiran sampe situ.. heheh.."

"Bisa diterima kerja ditempatnya Mbak Gigi aja, udah syukur bagi saya.."

Para satpam yang mendengar pengakuan bohong Tarjo, sontak merasa salut dengan pribadi pria tua tersebut.

"Aduh.. ternyata Pak Tarjo ini imannya kuat yah.."

"Salut saya sama Bapak!", kata Anto sambil menepuk-nepuk halus pundak Tarjo.

Tarjo yang saat itu hanya terlihat senyum-senyum sendiri, ternyata sedang bergumam di dalam hatinya, "Dasar satpam-satpam anjing lu pada!"

"Berani-beraninya lu coli ngebayangin pujaan hati gua!"

"Awas aja! Nangis darah lu semua kalo liat Non Gigi jatuh ke pelukan gua! HAHAAHAHA..."

Sehabis membahas sosok Nagita, mereka semua pun nampak kembali fokus menonton siaran Liga Indonesia lewat layar sebuah televisi di pos tersebut.

Sampai akhirnya, beberapa saat berselang, kedatangan seorang kurir pengantar paket, sedikit membuyarkan ketegangan mereka, dikala sedang menonton tayangan liga terbaik dimuka bumi tersebut sore itu.

"Permisi, Bapak-bapak..?"

"Izin, mau nganter paket ke dalem"

Anto, sang satpam senior, terlihat langsung bangkit dari tempat duduknya saat itu, "Iya, Bang?"

"Atas nama siapa yah?", tanya Anto.

Sembari menengok ke bungkusan paket tersebut, si kurir pun kemudian membacakan nama penerima paket, "Su..tardjo.."

Tarjo yang semula nampak tak terlalu peduli dengan kedatangan si kurir, saat itu juga dengan tergesa-gesa langsung bangkit dari bangku tempat ia duduk dan mendatangi si kurir.

"Eh, paket buat saya tuh, Bang!"

"Pak Sutardjo?", tanya si Kurir yang kala itu langsung diiyakan oleh Tardjo.

"Iya, Bang.. saya Sutardjo!"

Akhirnya, setelah berhasil menemukan si penerima paket, kurir itu pun langsung saja memberikan paket tersebut kepada Tarjo. Usai meminta tanda tangan Tarjo pada tanda terima paket, si kurir pun langsung bergegas pergi meninggalkan tempat itu.

"Apaan tuh, Pak?", tanya Mamat yang terlihat penasaran dengan paket milik Tarjo tersebut.

"Ah, obat tradisional Bang.. saya punya asam urat soalnya", jawab Tarjo yang dengan santainya berbohong.

Setelah beberapa saat sempat melanjutkan berbasa-basi dengan para satpam, Tarjo pun kemudian secara dadakan langsung berpamitan kepada mereka. Dengan beralasan dipanggil sang majikan, pria tua itu pun akhirnya perlahan meninggalkan pos satpam tersebut untuk langsung pulang kembali menuju kediaman Nagita.

Setibanya ia dikamarnya, Tarjo pun segera saja mengunci rapat pintu kamar, kemudian langsung membuka paket berisikan obat perangsang tersebut.

"Wah, jadi ini nih obat perangsang terbaru yang dosisnya tinggi itu..", gumam Tarjo, sambil mengamati obat perangsang yang sudah berada digenggamannya.

Ia pun kemudian terlihat menghubungi Edi untuk mengabari jika paket tersebut telah ia terima, sekaligus juga bermaksud untuk bertanya perihal cara penggunaan dari benda tersebut. Selanjutnya, setelah menghabiskan waktu kurang lebih selama 45 menit berchatting dengan Edi, Tarjo pun mulai terlihat memikirkan bagaimana cara untuk memulai semua rencananya. Sebab, meski telah memiliki sebuah obat perangsang berdosis tinggi di tangannya, tetapi sebenarnya Tarjo masih merasa gusar, karena belum bisa menemukan celah untuk dapat menjalankan rencananya.

"Skarang ni obat udah ada digua, tapi.."

"Gimana caranya yah jalanin rencana gua?"

"Orang nyupirin dia hari ini aja gua baru sekali doang.."

Ia yang kala itu sedang sibuk menggerutu seorang diri, tiba-tiba dikejutkan dengan suara ketukan pada pintu kamarnya, "Ah! Siapa sih? Ganggu gua aja!"

Tarjo pun saat itu nampak terdengar kemudian menyahut, lalu berjalan membuka pintu kamar, "Iya.. iya bentar.."

Begitu pintu terbuka, sosok Om Merry ternyata ada disana.

"Pak, siapin mobil, saya sama Mbak Gigi mau pergi ke tempat syuting A Raffi.."

"Oh, iya mas.."

Tarjo pun langsung bergegas menutup pintu kamar, kemudian menuju ke depan rumah untuk memanaskan mobil.

Beberapa saat kemudian, Nagita, Om Merry dan Rafathar sudah terlihat keluar dari dalam rumah, hingga membuat Tarjo yang saat itu sedang bersandar pada body mobil, lagi-lagi langsung seketika terlihat ngiler dengan penampakan Nagita.

"Ayo, Pak!"

"Eh.. e.. iya, Non..", jawabnya sambil terlihat gelagapan.

Penampilan dan aroma parfum mahal milik Nagita membuat Tarjo terlihat sering sekali melirik ke arah wanita itu sewaktu sibuk mengemudikan mobil. Sudah bisa ditebak tentunya, jika penis Tarjo memang sedari tadi telah ikut menegang dari balik celananya.

"Bangsat! Sange banget gua ngeliat elu, Non!", batinnya saat tengah mengemudikan mobil.

Setibanya mereka di lokasi syuting Raffi, suami Nagita yang telah menunggu kedatangan istri dan anaknya itu pun terlihat langsung menghampiri mobil mereka.

Begitu pintu mobil dibuka Nagita, Raffi pun langsung saja memeluk serta mencium Rafathar. Setelahnya, pria tampan tersebut nampak memeluk tubuh Nagita dengan mesra, sembari mencium dahi istri cantiknya tersebut.

Para crew dan orang-orang yang berada di depan lobby stasiun tv tersebut, sampai-sampai menyoraki Raffi dan Nagita karena merasa iri dengan kemesraan pasangan selebriti tersebut.

Tarjo yang juga ikut melihat dari dekat kemesraan Raffi dan Nagita, benar-benar seketika langsung meradang sebab merasa cemburu kala itu. Sambil mencengkram setir mobil, wajah buruknya kian berubah mengerikan karena tampak sedang menahan amarah.

"Ah, kontol!"

"Gak terima gua kalo ada orang lain yang bebas meluk tubuh Non Gigi, walaupun itu suaminya sekalipun!"

"Pokoknya, Non Gigi itu cuma milik gua!"

Saking kesalnya Tarjo, ia sampai tak sengaja menginjak gas mobil, hingga membuat suara deru knalpot mobil itu langsung terdengar beberapa kali kala itu. Akibat bunyi deru knalpot yang cukup keras itu, orang-orang disana tak terkecuali Raffi dan Nagita yang tengah berpelukan, sampai-sampai ikut menengok ke arah Tarjo yang berada dibalik kemudi mobil.

"Eh.. e.. maap, A Raffi.. "

"Gak sengaja keinjiek gasnya.. hehe..", kata Tarjo yang saat itu seketika tampak salah tingkah, karena terkejut menyadari Raffi dan semua orang disana tiba-tiba sudah melihat ke arahnya.

Raffi yang barusan kaget itu, terilhat hanya tersenyum dan tak mempermasalahkan hal tersebut. Baginya, hal seperti itu memang hanya sebuah ketidaksengajaan belaka.

"Iya, Pak.. gakpapa...", kata Raffi sambil tersenyum ramah kala itu.

Setelah itu, Raffi pun terlihat mengajak Nagita, Rafathar beserta Om Merry untuk masuk ke dalam stasiun tv tersebut. Sementara Tarjo, diminta Raffi untuk menunggu di tempat parkir yang telah disediakan oleh pihak stasiun tv khusus ntuk kendaraan para artis.

Sewaktu mobil sudah ia parkirkan, Tarjo pun kemudian langsung saja keluar dari mobil, guna mencari spot bagus untuk kemudian bisa duduk merokok. Begitu telah menemukan tempat yang cocok untuk merokok, langsung saja ia kemudian terlihat sudah membakar rokok kretek kegemarannya. Saat tengah merokok, pria tua tersebut tak henti-hentinya menggerutu, akibat merasa sangat cemburu dengan kemesraan Nagita dan Raffi.

"Bangsat... bangsat!!!", maki Tarjo yang saat itu benar-benar merasa geram.

Hidung pria tua itu nampak kembang kempis karena menahan emosi. Raut wajahnya saat itu penuh dengan kemarahan.

"Pokoknya gua harus bisa nemuin cara buat bikin si Non Gigi itu jadi milik gua seutuhnya!"

"Kalo perlu bahkan gua harus bisa nikah ama Non Gigi!", katanya lagi yang saat itu mulai terlihat menggertakan giginya.

"Peduli setan kalo ada orang yang bilang gua ngayal ketinggian!"

Keinginan dagingnya yang sudah menggebu-gebu untuk memilik sosok Nagita, ditambah lagi dengan rasa cemburu yang ternyata sudah mulai membakar dirinya, nampak menjadikan diri Tarjo terlihat begitu emosional dikala itu.







bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd