Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Snatching The Sultan's Wives

(STSW 10)


Rumah Mama Rieta​

Kediaman Mama Rieta siang itu terasa lebih hidup dengan kehadiran Nagita, Sus Rini beserta sang cucu, Rayyanza. Beberapa art yang bekerja di rumah Ibunda Nagita tersebut juga ikut berkumpul di ruang tengah rumah hanya demi bertemu si bayi lucu Rayyanza yang kala itu berada dalam pelukan Mama Rieta.

"Lucu banget kan dia.. hihihi..", kata Mama Rieta yang sejak tadi sudah langsung menggendong sang cucu begitu Nagita tiba di kediamannya.

Salah seorang artnya pun terdengar memberi tanggapan, "Iya, Bu.. lucu banget cucunya Ibu, hehe.."

"Siapa dulu dong Neneknya!", sambung wanita berjilbab tersebut sembari mencium pipi sang cucu yang sangat menggemaskan tersebut.

"Gigi, kamu tuh harus sering-sering loh bawa Rayyanza ke tempat Mama kayak gini!", kata Mama Rita kepada Nagita yang sedang asik selonjoran di atas sofa ruang tengah rumah tersebut.

"Iya, iya, Ma.. nanti Gigi bakal sering-sering maen ke sini deh.."

"Nah, gitu dong!"

Kehadiran bayi lucu yang untuk pertama kalinya dibawa oleh Nagita ke kediaman sang ibu, membuat satu per satu art yang bekerja disana sejak tadi terlihat bergantian berdatangan ke ruang tengah rumah.

Nagita beserta Sus Rini yang juga ada disana, nampak senyum-sendiri kala menyaksikan Rayyanza yang langsung menjadi pusat perhatian orang-orang di rumah itu.

Hingga kemudian, sekitar setengah jam berselang, salah seorang art yang bekerja di rumah tersebut terlihat mendatangi mereka di ruang tengah.

"Permisi, Bu, Non.."

"Iya, ada apa, Mbok?"

"Anu, Bu.. itu supirnya Non Gigi yang di depan, mau saya bikinkan minum apa yah?"

Nagita yang sempat lupa dengan keberadaan sosok Tarjo, saat itu juga akhirnya langsung teringat jika supir tuanya tersebut memang sebelumnya ia perintahkan untuk menunggu sejenak.

Wanita cantik yang sedari tadi tengah asik selonjoran di sofa ruang tengah itu pun langsung bangkit dari sofa.

"Astaga, iya yah.. Gigi lupa kalo Pak Tarjo masih di depan"

Mama Rieta yang baru pertama kali mendengar nama Tarjo sontak sedikit kebingungan.

"Ha? Pak Tarjo?"

"Iya, Ma.. supir baru Gigi"

Alis Mama Rieta terlihat menukik. Ia yang masih menggendong sang cucu kemudian memberikan bayi lucu tersebut kepada Sus Rini. "Sus.. tolong bentar"

Setelah Sus Rini menggendong Rayyanza, Mama Rieta pun langsung berjalan ke arah jendela di ruang tengah itu, lalu menyingkapkan hordeng yang menutupi kaca jendela.

Nagita yang mengamati tingkah sang Mama sontak sedikit bingung. "Mama ngapain sih, Ma?"

"Bentar.. Mama penasaran mau tau supir baru kamu orangnya kayak gimana", jawab Mama Rieta tanpa melirik sedikitpun ke arah Nagita.

"Loh, emang tadi Mama gak liat waktu Gigi dateng? Kan dia yang nyupirin"

"Enggak sempet! Orang Mama fokusnya langsung ke Rayyanza kok!", balas Mama Rieta yang saat itu tengah fokus mengintip penampakan sosok Tarjo lewat jendela ruang tengah.

Dengan jarak pandang yang masih terbilang lumayan, Ibunda Nagita tersebut samar-samar akhirnya bisa melihat sosok Tarjo. Lewat kaca jendela, ia bisa menyaksikan jika pria tua itu nampak sedang mengobrol dengan satpam rumahnya, Pak Bambang. Keduanya terlihat tengah mengobrol sambil menikmati rokok mereka masing-masing di depan pos tempat Pak Bambang berjaga.

Seketika, ia pun segera melayangkan protes kepada Nagita. "Astaga, Gigi!"

"Jadi, itu supir baru kamu?!"

"Iya, Ma.. kenapa?"

"Aduh, Gigi.. kok bisa sih kamu terima supir yang udah Kakek-Kakek kayak begitu?", protes Mama Rieta.

"Liat tuh.. tampang sama gayanya nyeremin banget, udah kayak preman pasar aja!"

Mama Rita kemudian menoleh ke arah Sus Rini, "Gimana, Sus? Bener kan?"

"Eh.. bener, Bu..", jawab Sus Rini dengan sedikit gelagapan.

Nagita pun hanya tersenyum sambil geleng-geleng kepala, "Hadeh, Mama, Mama.."

"Udah ah, Gigi mau pergi bentar", sambung Nagita yang bangkit dari sofa.

Mama Rieta pun sontak bingung. "Eh.. eh.. kamu mau kemana?"

"Ke salon bentar, Ma.. sama ada yang pengen Gigi beli juga di Mall.."

"Titip Rayyanza yah, Ma.. hehe.."

"Eh, eh.. terus kamu perginya dianterin sama supir baru itu?

"Hmm.. iya, emang kenapa sih, Ma?"

Mama Rieta pun langsung melarang Nagita dengan tegas. "Enggak, enggak!!"

"Kamu pokoknya gak boleh pergi sendirian bareng dia!"

Mama Rieta yang selama ini sangat over protective terhadap Nagita beserta sang adik, kelihatan seperti khawatir. Ibunda Nagita tersebut kembali melirik ke arah Sus Rini.

Seakan paham dengan kode dari Mama Rita, Sus Rini saat itu juga langsung menawarkan diri untuk menemani Nagita. "Mbak, saya temenin aja yah?"

"Gak usah , Sus.."

"Sus disini aja jagain Rayyanza bareng Mama.."

"Udah, Gi! Mama bisa kok jagain Rayyanza, lagian banyak pembantu juga kan disini, Sus Rini biar ikut kamu aja"

Lagi-lagi Nagita yang keras kepala itu menolak permintaan sang Mama. "Gakpapa, Ma.. Gigi cuma bentaran doang kok.."

Wanita cantik itu kemudian segera meraih tas miliknya yang tergeletak di atas sofa.

"Lagian, Mall-nya juga kan cuma deket dari sini, 15 menit doang nyampe, Ma..", sambung Nagita yang mulai beranjak dari ruang tengah.

"Aduh, Gigi, Gigi.. dasar kamu tuh keras kepala banget sih dibilangin!"

Mama Rieta yang semula cukup ngotot saat itu akhirnya mulai melunak. Ia sadar jika Nagita dari dulu memang cukup keras kepala.

"Ya udah.. ya udah!"

"Kamu boleh pergi.. tapi, kamu pokoknya harus kabarin Mama kalo udah nyampe Mall!", ujarnya sambil menghela napas.

"Iya, Ma.. iya..", balas Nagita dengan santainya.


* * *​


Kemunculan sosok Nagita yang perlahan terlihat keluar dari pintu utama rumah tersebut membuat obrolan Tarjo serta Pak Bambang mendadak menjadi terhenti. Di belakang wanita cantik tersebut, hadir juga sosok Mama Rieta yang ikut berjalan di belakangnya.

Tarjo dan Pak Bambang yang semula tengah asik menikmati rokok mereka, langsung bergegas mematikan rokok mereka masing-masing.

Beberapa detik berselang, Nagita dan sang Mama akhirnya tiba juga di hadapan mereka.

"Pak, anterin saya ke Mall sekarang yah"

Tarjo yang sempat-sempatnya masih terpesona dengan sosok Nagita, terlihat mencoba berusaha mengendalikan dirinya. "Eh, eh.. ba.. baik, Non.."

"Eh, bentar.. bentar, Pak!", potong Mama Rieta begitu melihat Tarjo hendak melangkah menuju ke pintu kemudi mobil Nagita.

Wajah Tarjo sontak langsung berubah panik. Gerak bibirnya seketika terbata-bata. "Eh.. e, i.. iya, Bu?"

Bak seorang penyidik yang tengah menginterogasi tersangka, Mama Rieta langsung menatap Tarjo dengan tatapan tajam. "Siapa nama bapak?"

"T.. Ta..Tarjo, Bu.."

"Umur?"

Tarjo yang semakin gugup, masih berusaha untuk tetap mengendalikan dirinya. "L.. lima puluh de.. delapan, Bu.."

Mama Rieta kemudian menyilangkan kedua tangan miliknya di dadanya. "Istri? anak?"

Rasa gugup Tarjo semakin menjadi-jadi.

"E.. e.. sa.. saya gak punya istri sama anak, B.. Bu.."

Pengakuan Tarjo sedikit membuat Mama Rieta terdiam. Bola Matanya kini mulai bergerak memandangi sosok Tarjo yang masih mematung di hadapannya. Penampilan pria tua itu benar-benar lusuh dan terkesan begitu jorok.

Kuku kakinya panjang dan menghitam. Celana jeans yang ia kenakan pun tampak begitu kucel serta banyak bercak noda. Belum lagi dengan janggut serta kumis yang tumbuh liar di wajah keriputnya, seolah makin menambah kesan seram bagi siapapun yang melihat sosoknya.

"Emang gak heran sih kalo gak ada perempuan yang mau sama orang macem ini", ucap Ibunda Nagita tersebut dalam hatinya.

"Aduh, kenapa sih Gigi sampe berani terima orang kayak begini?", batin Mama Rieta lagi.

Suasana yang sempat agak hening itu lantas langsung berakhir manakala Nagita terdengar meminta sang Mama untuk berhenti menginterogasi Tarjo sebab dirinya yang sudah harus pergi. "Ma, udah ah nanya-nanyanya!"

"Keburu makin siang ini Gigi perginya.."

Wanita cantik itu kemudian langsung berjalan menuju pintu mobil dan membukanya. "Ayo, Pak!"

Tarjo yang juga sudah sangat tak nyaman dengan situasi itu, terlihat segera beranjak dari hadapan Mama Rieta.

"Permisi, Bu..", ucapnya ketika hendak melintas melewati Mama Rieta yang masih berdiri menatapnya dengan tatapan tak enak.

Semilir angin yang timbul dari aroma tubuh Tarjo pun mendadak langsung tercium oleh Mama Rieta ketika pria tua itu melewati dirinya.

"Huekkk!", keluh Mama Rieta sambil menutup hidungnya.

Dengan tergesa-gesa, Tarjo pun segera memasuki pintu kemudi lalu menghidupkan mesin mobil majikannya. Nagita yang sudah duduk dikursi penumpang, kemudian sempat menurunkan kaca mobil dan berpamitan pada sang Mama. "Ma, Gigi pergi bentar yah"

Mama Rieta yang perasaannya sejak tadi sudah tidak enak itu, langsung berjalan mendekat ke pintu mobil tempat Nagita duduk.

"Inget yah Gigi, kalo udah nyampe di Mall, kamu kabarin Mama!", tegas Mama Rieta yang seakan sengaja memberikan sebuah isyarat kepada Tarjo jika dirinya akan selalu mengawasi sang putri.

"Iya, Ma.. iya!"


* * *​


Sudah sekitar 10 menit mobil yang dikemudikan Tarjo melaju menyusuri jalanan Ibukota. Sejauh itu pula, suasana di dalam mobil tersebut masih saja terus diselimuti keheningan.

Nagita yang sejak meninggalkan kediaman sang Mama masih terus berkutat dengan ponsel miliknya, memang tidak ingin mengobrol dengan supir tuanya tersebut. Apalagi pada saat itu, aroma tubuh Tarjo yang tidak sedap, samar-samar membuat Nagita merasa tidak nyaman.

"Aduh, Pak Tarjo ini dari awal kerja emang badannya bau banget deh!", batin Nagita mengeluh.

Ketidaknyamanan Nagita pun semakin menjadi-jadi setelah beberapa saat berselang, ia mulai sadar jika supir tuanya tersebut kerap kali melirik ke arahnya melalui kaca tengah mobil.

"Duh.. kok matanya sering banget ngeliat aku sih", keluh Nagita lagi-lagi dalam hatinya.

Pria tua yang sudah mau sebulanan ini menjadi supir pribadinya itu memang sudah dalam keadaan sange brutal di depan sana.

Bagaimana tidak, kesempatan dimana ia dan sang majikan hanya berduaan di dalam mobil seperti saat ini, ditambah dengan aroma parfum manis nan segar yang dikenakan sang majikan, seakan membuat nafsu birahi Tarjo makin berkecamuk kala itu.

"Bangsat, udah ngaceng banget nih kontol gua!"

"Gimana caranya gua mulai ngomong yah?"

"Kalo gua langsung ngomong sekarang, bisa-bisa dia juga diem-diem langsung telfon polisi atau emaknya.. secara dia lagi megang hapenya dari tadi!"

Meski terlihat tengah fokus mengemudikan mobil, namun sebetulnya otak Tarjo saat itu sedang bekerja sangat keras. Ia yang selama ini jarang berpikir panjang, kala itu berubah menjadi sangat hati-hati untuk menjalankan rencana terakhirnya. Baginya, kesempatan seperti ini mungkin tak akan lagi datang untuk yang kedua kalinya. Oleh sebab itu, pria tua tersebut berusaha untuk tak gegabah dalam menjalankan aksi pamungkasnya.

Hingga beberapa saat berselang, ada sebuah panggilan yang masuk ke ponsel milik Nagita. Suara dari sang majikan yang baru saja menerima panggilan pada ponselnya pun sedikit memecah keheningan di dalam mobil tersebut.

"Halo, Bi.. ada apa yah?"

Kembali mata Tarjo terlihat mulai melirik ke arah sang majikan yang sedang menempelkan ponsel ke telinga kanannya.

"Oh, astaga.. iya, Bi.."

"Aku sampe lupa loh.."

"Ya udah, Bi.. aku ke rumah sekarang aja deh, pas banget nih lagi dijalan juga.."

Tarjo yang juga ikut mendengar omongan sang majikan, mendadak seperti terpikirkan akan sesuatu.

Nagita yang juga saat itu baru saja menyudahi percakapannya lewat ponsel, secara mendadak langsung menyuruh Tarjo untuk mengarahkan mobil kembali ke kediamannya di Andara.

"Pak, kita ke rumah dulu bentar.."

"Ada barangnya Mama saya yang ketinggalan.."

Tarjo yang saat itu ternyata telah memiliki sebuah rencana, langsung saja mengiyakan permintaan Nagita. "Baik, Non.."

Mobil yang dikemudikan Tarjo kemudian terlihat menuju sebuah persimpangan untuk memutar balik.

Dengan senyum menyeringai yang terukir dari bibir hitam keriputnya, Tarjo dengan semangat segera mengarahkan mobil tersebut ke tujuan yang diperintahkan sang majikan.

"Hehehe.. untung aja gua sempet singgah disono kemaren malem!"

"Siap-siap aja yah Non Gigi sayang, hehe..."

* * *​

Setelah hampir 20 menit menyusuri jalanan yang mulai lumayan macet, mobil milik Nagita yang dikemudikan Tarjo tampak tinggal berjarak kurang lebih 750 meter lagi dengan gerbang kompleks Green Andara Residence.

Nagita yang masih saja berkutat dengan ponsel miliknya, memilih untuk tidak terlalu memperhatikan jalanan yang dilalui supir tuanya. Terakhir kali ia melirik ke sekitar, mobil itu sudah memasuki jalan Andara raya. Dimana itu berarti mereka hanya tinggal melaju lurus dan berbelok dikompleks kediaman miliknya.

Namun, tiba-tiba.. "Brukk!"

Sebuah guncangan baru saja membuat tubuh Nagita tersentak dikursi mobil.

"Aduh..", keluh Nagita yang terkejut dikala mobil yang di kemudikan sang supir tak sengaja melewati sebuah jalanan yang berlubang cukup dalam.

Fokus Nagita pun sontak tidak lagi tertuju pada ponselnya.

"Loh, Pak.. kenapa belok disini?", tanya Nagita yang bingung ketika sadar jika mobil yang seharusnya masih melaju lurus menyusuri jalan raya, tiba-tiba malah berbelok ke sebuah jalan setapak sunyi yang sekelilingya ditumbuhi dengan semak belukar.

Ia sama sekali merasa asing dengan jalan setapak ini meski memang pernah beberapa kali melirik ke lokasi ini lewat kaca mobil ketika dirinya melewati jalan raya dekat kompleks tempat tinggalnya.

Nagita pun sontak melirik ke kaca tengah mobil. Dimana ternyata Tarjo juga sedang tersenyum menatap ke arahnya.

"Pak! Ngapain kita kesini?", tanya Nagita dengan nada yang mulai meninggi.

Tarjo yang masih menatap Nagita lewat kaca tengah mobil, terlihat hanya tersenyum menyeringai. "Hehehe.. bentar aja, Non.."

"Bapak mau kasih kejutan buat, Non Gigi sayang.."

Kata terakhir dari kalimat yang baru saja diucapkan Tarjo, seketika langsung membuat Nagita terkejut. Matanya mendadak melotot saat itu juga. "Astaga, Pak!"

"Jangan lancang sama saya, yah!", hardik Nagita.

"Gak sopan banget manggil-manggil saya kayak gitu!", sambung Nagita langsung tersulut emosi.

Tetapi, diluar dugaan Nagita, sang supir tua malah menjawab dengan santai saja, "Duh, galak amat sih, Non.."

"Jadi bikin Bapak makin pengen deh.. hehehe.."

Ucapan Tarjo kembali membuat Nagita terkejut. Emosi wanita itu semakin naik. Kini, ia pun sadar jika sesuatu yang buruk nampak tengah direncanakan supir tuanya tersebut.

"Jangan lancang sama saya, Pak!"

Ia sempat terdengar meminta Tarjo untuk menghentikan laju mobil itu, "Berhenti, Pak!"

"Berhenti saya bilang!"

Namun, sang supir tua yang ada malah seakan meledek dirinya, "Apa, Non?"

"Bapak gak denger, hehehe...", ledek Tarjo yang tetap melajukan mobil secara perlahan.

"Berhenti atau saya laporin suami saya sekarang?", ancam Nagita yang ternyata malah membuat supir tuanya tertawa.

"HAHAHAHAHAHA..."

Seiring dengan tawanya yang mulai mereda, mobil yang Tarjo kemudikan pun perlahan telah memasuki sebuah pekarangan. Pria tua itu kemudian menarik tuas rem tangan mobil. "Kreekkk.."

Kini sebuah rumah terbengkalai yang disampingnya terdapat bekas kandang ayam telah ada dihadapan mobil mereka.


xJGj7jWM_t.jpg



Nagita yang baru pertama kali datang ke lokasi ini jelas semakin khawatir. Oleh sebab itu, setelah mengumpulkan sedikit keberanian, ia pun mencoba membuka pintu mobil agar bisa segera melarikan diri dari tempat itu.

Akan tetapi, sewaktu baru saja wanita itu membuka pintu mobil, sebuah perkataan yang meluncur dari mulut Tarjo mendadak membuat aksinya terhenti.

"Kabur aja, Non.. kalo emang Non mau satu Indonesia heboh karena video telanjang Non Gigi... HAHAHAHAHA!"

Seiring dengan tawanya yang mulai mereda, mobil yang Tarjo kemudikan pun perlahan telah memasuki sebuah pekarangan. Pria tua itu kemudian menarik tuas rem tangan mobil. "Kreekkk.."

Kini sebuah rumah terbengkalai yang disampingnya terdapat bekas kandang ayam telah ada dihadapan mobil mereka.

Nagita yang baru pertama kali datang ke lokasi ini jelas semakin khawatir. Oleh sebab itu, setelah mengumpulkan sedikit keberanian, ia pun mencoba membuka pintu mobil agar bisa segera melarikan diri dari tempat itu.

Akan tetapi, sewaktu baru saja wanita itu membuka pintu mobil, sebuah perkataan yang meluncur dari mulut Tarjo mendadak membuat aksinya terhenti.

"Kabur aja, Non.. kalo emang Non mau satu Indonesia heboh karena video telanjang Non Gigi... HAHAHAHAHA!"

Nagita pun sontak terbelalak mendengar ucapan Tarjo. Ia yang saat itu sudah akan keluar dari mobil, langsung saja menengok ke arah Tarjo.

Dan benar saja, apa yang ia saksikan seketika membuat jantungnya hampir lepas saat itu juga.

"ASTAGAAA?!!!", pekik Nagita sambil menutup mulutnya dengan kedua telapak tangannya.

"S.. si.. siapa y.. ya.. ng videoin aku?", ucap Nagita dengan terbata-bata begitu menyaksikan Tarjo menunjukan sebuah video yang berisi rekaman dirinya sewaktu sedang telanjang berganti pakaian.

"Hehehe... gak penting siapa yang videoin Non Gigi.."

"Yang penting sekarang, Non mau gak video ini bapak sebarin? Hehehe..."

Wajah Nagita pun langsung berubah ketakutan. Saat itu juga ia langsung memohon kepada supir tuanya itu.

"Plis, Pak.. jangan disebarin!"

Matanya langsung berkaca-kaca. Isak tangisnya juga perlahan mulai terdengar, "Hiks.. hiks.. Pak, saya mohon, Pak..!"

"Tolong saya, Pak.. hiks.. hiks..", katanya dengan terisak.

Wanita itu mulai tertunduk lesu sambil sesenggukan. Ia tak lagi sanggup menatap ke arah layar ponsel milik supir tuanya tersebut.

"Aduh, cup.. cup.. cup.. jangan nangis dong sayang.. hehe.."

"Pak, tolong! Bapak mau uang berapapun pasti saya kasih, Pak.. hiks.. hiks.. hiks.."

"Uang?! HAHAHAAHA"

Tawa tarjo terdengar menggelegar. Pria tua tersebut kembali memasukan ponselnya ke dalam saku celana. Bersamaan dengan itu, ia terus menatap lekat sang majikan cantik yang mulai menangis. "Hiks.. hiks... hiks..."

"Non Gigi kira saya butuh uangnya Non Gigi?"

"HAHAHAHAHAHAHAHA...."

Tawa supir tuanya itu kembali terdengar di telinga Nagita.

"Hiks.. t.. terus apa yang bisa saya kasih biar Bapak gak nyebarin video itu, Pak?"

"Tolong jawab, Pak.. hiks.. hiks.."

Keputusasaan mulai menghinggapi diri Nagita. Wajah cantiknya sudah memerah, begitupun dengan pipinya yang telah basah dengan air mata.

"Hehehe.. kalo saya minta apa aja boleh kan, Non?"

"Iya, Pak.. iya!"

"Hiks.. hiks.. saya kasih apapun barang atau uang yang Pak Tarjo minta.. hiks.."

Alis Tarjo sedikit naik. Tatapannya berubah makin tajam.

"Ha? Barang atau uang?!?", katanya yang kemudian kembali tertawa terbahak-bahak meledek sang majikan.

"HHAHAHAHAHAHAH..."

Pria tua itu lalu membuka pintu kemudi dan keluar dari dalam mobil. Selanjutnya, ia langsung membuka pintu mobil dimana tempat Nagita berada. "Cklek.."

Nagita yang masih terisak pun kembali terkejut, "Loh, Pak?"

Ia yang melihat Tarjo baru saja masuk ke dalam mobil seketika langsung merapatkan tubuhnya untuk menjauh dari sosok Tarjo.

"Loh, kok ngejauh gitu Non? hehehe..", goda Tarjo yang sudah langsung duduk di samping sang majikan.

"Pak.. bapak mau ngapain?", tanya Nagita yang mulai ketakutan menyaksikan Tarjo telah duduk disampingnya.

Senyuman mesum pria tua itu pun terlihat begitu mengerikan bagi Nagita. "Heheheh.. saya gak butuh barang atau uang, Non.."

Sambil memelet-letkan lidah, tangan keriput Tarjo tiba-tiba sudah hinggap di paha Nagita yang membuat wanita itu langsung menepisnya.

"Pak, jangan macem-macem yah!"

"Saya bisa laporin bapak ke polisi skarang juga!", ancam Nagita yang masih coba melawan walau sadar jika itu semua akan sia-sia.

Wanita yang masih berurai air mata itu tiba-tiba menampar pipi Tarjo, "PLAKK!"

"Argh!", pekik Tarjo sambil memegangi pipi kirinya.

Tamparan Nagita barusan memang sedikit membuat Tarjo terkejut. Walau demikian, tamparan seperti itu jelas bukan merupakan sebuah pukulan yang berarti untuk orang semacam Tarjo.

Pria tua itu lagi-lagi kembali tersenyum menyeringai.

"Halus banget sih tangannya, Non Gigi.. hehe..", kata Tarjo.

"Jangan kasar-kasar, Non.. kan bapak udah bilang kalo mau kabur, silahkan aja"

"Mau lapor polisi skalian juga gakpapa kok!"

"Tapi, siap-siap aja ngeliat keluarga Non malu karena video telanjang Non Gigi.. HAHAHAHAHAAHAHHAHAA..."

"Bapak mah cuma palingan masuk penjara doang, tapi anak-anak Non Gigi bakalan malu ampe mereka gede karena diledekin orang karena video telanjang mamanya.. HUAHAHAHAHAHAHAH...", ungkap Tarjo dengan tawa penuh kemenangan.

Nagita yang telah terintimidasi kembali hanya sanggup menangis mendengar ucapan Tarjo.

"Kenapa, Non? .. Sana kabur!"

"Katanya mau hubungin polisi?.. HAHHHHAHAAHAHA.."

"Bapak gak akan nahan Non Gigi kok, hehehe..."

Tarjo yang sudah dalam kondisi percaya diri itu kelihatan begitu santai.

Tarjo yang sudah dalam kondisi percaya diri itu kelihatan begitu santai.

"Hiks.. hiks.. Pak.. tolong jangan ngelakuin ini ke saya..", kata Nagita dengan lirih.

"Udahlah, Non.. bapak cuma mau ngentotin Non Gigi doang kok, bukan mau nyakitin Non.. hehehe.."

Apa yang diucapkan Tarjo semakin membuat Nagita ketakutan. Ia yang berasal dari keluarga berpendidikan tinggi, jelas sangat merasa tak nyaman dengan kata-kata vulgar seperti yang barusan diucapkan supir tuanya itu.

"Pak.. saya mohon jangan, Pak.. hiks.. hiks.."

"Apa ini balasan Bapak setelah saya bantuin bapak dapet pekerjaan?.. hiks.."

Perkataan Nagita justru membuat Tarjo tertawa terbahak-bahak, "HAHAHHAHA...."

"Asal Non Gigi tau aja yah.."

"Saya sebenernya sengaja minta kerjaan ke Non supaya bisa ngentotin Non Gigi.. HUAHUAHAHAHAHAAHAHA..."

Pengakuan Tarjo jelas membuat Nagita kaget. Wanita itu tak menyangka jika kekhawatiran yang selama ini dirasakan Mbak Lala, Sus Rini, serta Om Merry perihal sosok Tarjo benar-benar nyata adanya.

"J.. ja.. jadi, Pak Tarjo se.. sebenernya?"

"Iya, Non! Bapak dari dulu udah sange tiap ngeliat Non Gigi di hape bapak.."

"Bapak aja tiap liat Non Gigi pasti langsung coli, Non.. HAHAHAHA.."

Lagi-lagi, omongan Tarjo yang terlalu vulgar kian menambah ketakutan di dalam hati Nagita.

"Hiks.. hiks.. Pak, saya mohon banget, tolong jangan lakuin ini ke saya.."

"Apa saya atau keluarga saya punya salah sama Bapak?.. hiks.. hiks.."

"Oh, tenang.. tenang, Non.."

"Non atau keluarga Non enggak punya salah apa-apa kok sama bapak.."

"Bapaknya aja yang kepengen banget ngentotin Non Gigi.. abisnya Non Gigi montok banget sih.. hahahaha..."

Hingga secara mendadak, tangan Tarjo dengan sengaja mencolek payudara majikannya itu, "Apalagi kalo ngeliat toket Non yang gede banget ini.. hehehe..."

Nagita yang tak siap pun terlambat menghalau colekan Tarjo pada payudaranya.

Awh!!! Jangan kurang ajar, Pak!", pekik wanita itu sambil menyilangkan kedua tangannya pada payudara miliknya yang baru saja kena colekan Tarjo.

Tingkah sang majikan yang barusan pun malah membuat Tarjo cengengesan. "Hehehehehe... ya udah.. "

"Bapak udah gak tahan nih, Non.."

"Pak, plis.. jangan.."

Tarjo yang tidak ambil pusing, dengan cepat membuka retsleting celana panjangnya, kemudian menurunkan celana itu hingga lepas, sehingga membuat sang majikan makin menangis tersedu-sedu, "Hu.. hu... hu.. jangan... Pak..."

Celana panjang tersebut kemudian ia lemparkan begitu saja ke jok depan kursi kemudi mobil.

"Hehehe.. tenang yah, Non..", ucapnya yang berlanjut melepaskan celana dalam lusuhnya.

Hal itu sontak makin membuat Nagita shock. Ia yang terus menangis, seketika langsung berusaha menutup wajah cantiknya menggunakan kedua tangannya.

"Ah! Bebas juga ni kontol gua, hehehe...", seloroh Tarjo dengan santainya usai melemparkan celana dalamnya ke jok depan kursi kemudi mobil.

Kini, dengan kondisi sudah tidak mengenakan celananya sama sekali, pria tua itu pun nampak santai duduk disamping sang majikan yang sudah meringkuk ketakutan diambang pintu mobil.

"Non, liat sini dong.. hehe..", godanya.

Ia lantas mulai mengocok-ngocokan penis dekilnya dengan perlahan. "Nih, liat kontol bapak, gede banget nih, Non.. hehehe.."

Nagita yang sangat ketakutan, terus saja berusaha menutupi wajahnya. "Hiks.. jangan, Pak.. saya gak mau... hiks.. hiks.."

Tangisan perempuan itu pun terdengar semakin lirih seolah menandakan jika dirinya benar-benar sudah putus asa.

Sementara Tarjo yang ingin majikannya itu melihat penis raksasa miliknya, langsung menarik paksa kedua tangan Nagita dari wajah cantiknya.

"Aw! Pak!", pekik Nagita begitu tangannya ditarik oleh Tarjo hingga lepas dari wajahnya.

Bulu kuduk wanita cantik itu pun langsung merinding hebat ketika melihat apa yang ada dihadapannya.

Sebuah benda tumpul berukuran jumbo yang dipenuhi dengan beberapa bercak putih membuat darahnya langsung panas dingin.

Ia dengan refleks langsung berteriak sambil memejamkan matanya, "AAAHHHHHHHHHH!!!!!!!!!!!!!!!!"

"Hehe.. gimana, Non?"

"Gede kan kontol bapak?.. ehehe"

Pertanyaan pria tua itu jelas tak bisa dijawab olehnya. Boro-boro memberi jawaban, wanita itu tampak sangat shock karena melihat penampakan wujud penis seorang Tarjo yang sangat menjijikan.

Tangisannya pun makin tak terbendung lagi. Ia tak menyangka jika akan berada pada situasi mencekam semacam ini. Seumur hidup, ia tidak pernah melihat langsung kemaluan milik orang lain selain milik sang suami.

Lantas, bagaimana mungkin ia yang adalah seorang wanita baik-baik serta istri yang setia, saat ini malah sedang bersama dengan seorang pria tua yang tengah asik mengocok-ngocokan penisnya. Ironisnya, pria tua tersebut merupakan supirnya sendiri.

Kemaluan pria tua itu terkesen begitu menjijikan sebab dipenuhi dengan beberapa bercak putih. Bahkan, benda itu sampai mengeluarkan sebuah aroma yang samar-samar tak sedap pada saat itu.

"Ehmm, ehmm... jadi gimana, Non?"

"Mau pilih laporin bapak ke polisi? Atau.. "

"... ngentot ama bapak? .. heheheheh...", sambung Tarjo yang sempat coba menyentuh jemari Nagita namun segera ditepis majikannya itu..

Dengan menangis tersedu-sedu, Nagita hanya sanggup tertunduk sambil berusaha memeluk badannya sendiri, "Huuu.. huuuu.. hiks.. hiks.."

Pakaian yang ia kenakan pun terlihat sudah basah dengan keringatnya sendiri meski ac mobil sedari tadi masih terus hidup.

"Yah.. masuk penjara doang mah udah biasa buat Bapak, orang dulunya bapak pernah 2x masuk penjara kok, Non.. HAHAHAHA.."

Apa yang diucapkan Tarjo lagi-lagi membuat Nagita kaget. "A.. a.. apa?"

"Kenapa, Non? Kaget yah?", balas Tarjo sambil cengengesan.

"Asal Non tau aja.. bapak itu dulu pernah merkosa perempuan dikampung, makanya bapak ampe masuk penjara.."

"Jadi, kalo Non emang milih buat lapor ke polisi, yah silahkan aja.. orang bapak juga udah biasa masuk penjara kok!"

Tawa menyeramkan Tarjo lagi-lagi menggelegar membuat sang majikan makin terintimidasi.

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAAA..."

Bayangan kehancuran karir serta keluarganya seolah langsung tergambar dalam pikiran Nagita apabila ia nekat melaporkan Tarjo kepada pihak kepolisian. Benar kata Tarjo, ganjaran yang akan diterimanya pasti hanya sebatas masuk penjara, namun, efek untuk kehidupan Nagita malah justru akan lebih parah.

Jika Tarjo sampai menyebarkan video tersebut, sudah tentu video itu selamanya pasti akan terus tersimpan di internet.

Tarjo yang nafsu birahinya semakin naik pun mulai terlihat tak sabar. Ia yang sebelumnya hanya tinggal mengenakan kaos dekilnya saja, saat itu juga langsung melepas kaos tersebut.

"Eh.. Pak?", protes Nagita yang mendadak menutup wajah saat melihat Tarjo melepaskan pakaian terakhirnya.

"Bacot, lu Non.. bapak udah sange banget!", balas pria tua yang kini sudah duduk dikursi mobil samping Nagita dengan kondisi telanjang bulat.

Tarjo pun selanjutnya kembali merogoh ponsel miliknya lalu langsung membuka menu galleri diponsel tersebut.

"Bapak sebarin sekarang aja deh videonya, Non..", ancam Tarjo yang saat itu secara sengaja membiarkan Nagita melihat dirinya sibuk mengutak-atik ponselnya.

Karena tindakan supirnya tuanya tersebut, maka dengan secepat kilat, Nagita pun segera berteriak sekencang-kencangnya. "AMPUN, PAK, AMPUN!.."

"SAYA BAKAL TURUTIN KEMAUAN BAPAK! HUU.. HUUU..."

Wanita cantik itu pada akhirnya memilih menyerah. Ancaman terakhir dari Tarjo membuat dirinya tidak punya pilihan lagi selain memberikan tubuh mulusnya untuk dinikmati bandot tua mesum tersebut.

"HAHAHAHAHA.. GITU DONG, NON!"

"Kalo dari tadi Non Gigi gak pake nolak kan pasti Non udah keluar berkali-kali! .. hehehehe", ucap Tarjo dengan kegirangan.

"Duh.. akhirnya Bapak bisa ngentotin Non Gigi juga sekarang.."

"Kalo gitu.. sinilah Non, bapak pangku.. hehe..", ujar Tarjo sembari menepuk-nepuk pahanya.

Nagita yang sangat ketakutan pun seakan tidak bisa menggerakan tubuhnya lagi. Yang bisa ia lakukan hanyalah meringkuk sambil menangisi keadaan disaat itu.

Tarjo yang sudah tidak sabar kemudian langsung meraih kedua tangan Nagita. "Ayo, Non Gigi sayang.. sini lah!"

Nagita yang kedua tangannya baru saja dipegang oleh Tarjo pun seketika merasa sangat jijik dengan dirinya. Tangan pria tua itu dirasakannya amat begitu kasar.

Ia perlahan bangkit mengikuti tarikan tangan Tarjo. Dengan sekali tarikan, tubuhnya pun langsung ditarik oleh Tarjo hingga ia mendadak jatuh terduduk di atas pangkuan supir tuanya tersebut.




bersambung...
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd