Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG - TAMAT Tania, Anak Buah Kesayanganku (kisah nyata)

Perjalanan 3 jam terasa singkat bersama Tania, banyak hal baru yang saling kita ketahui, salah satunya adalah musik 90an yang kuputar di mobil, ternyata sebagai anak generasi 2000an dia tahu banyak lagu 90an dan beberapa bahkan adalah lagu favoritku. Dengan penuh kesabaran setidaknya aku mulai bisa lebih konek dan kenal Tania secara personal, dia cerita sebagai anak pertama tanggung jawabnya cukup besar, dan karena itu dia berusaha sebaik dan secepat mungkin beradaptasi dan mempelajari pekerjaannya saat ini.

Sekali kami berhenti untuk minum kopi dan snack sejenak, “Pak mau dibeliin kopi apa? Biar sekalian dipesan”, kata Tania sesaat kami berhenti sejenak dan aku pamit ke toilet sebentar.

“Surprise me hahaha”, kataku sambil tertawa menahan kencing dan terburu-buru ingin ke toilet.

Tania tersenyum manis sambil berkata, “Hm okay deh saya pesenin, buruan Pak ke toilet…nanti ngompol hehehe”.

Diawali dari hubungan yang kaku antara atasan dan bawahan, apalagi aku dikenal sebagai atasan yang tegas dan cenderung galak, aku tak menyangka bisa sesantai ini dengan Tania. Kami menyeruput kopi bersama dengan sebatang rokok dan bercanda mengenai banyak hal, termasuk mukaku lucu kalau lagi nahan kencing.

Setibanya di lokasi waktu check in belum bisa, aku sempet telepon pihak resort untuk early check in tapi bungalow masih sedang dipersiapkan. Aku berencana makan siang di resto resort yang lokasinya menghadap pantai, dan kalau bisa early check in setidaknya kita bisa drop tas di bungalow dulu sebelum makan, mengingat lokasi parkiran yang cukup jauh untuk bolak balik.

“Kita cari resto deket-deket situ aja ya, kamu mau makan apa? Saya nurut aja”, kataku sambil melirik Tania yang sibuk main hp, mungkin sedang chat dengan lelaki yang sedang dekat dengannya.

“Hmm apa ya, ikan bakar enak sih Pak, bentar saya googling dulu yg enak dimana”, katanya sambil sibuk mengetik hp.

Seperti generasi 2000an yang melek teknologi, dengan cepat Tania mendapatkan lokasi resto ikan bakar dengan review bintang 5, “Nah kesini Pak, nanti depan belok kiri…”, katanya penuh keceriaan walau perut lapar.

“Tumben cewek paham google map wkwkwk”, godaku sambil tertawa.

“Loh saya cewek jadi-jadian Pak hahaha”, jawabnya bercanda sambil tertawa.

Selesai makan siang, aku tak sabar untuk check in dan bersama Tania di Bungalow, sengaja kupesan 2 kamar terpisah, aku takmau kelihatan seperti predator yang langsung memangsa, lebih baik pelan-pelan sambil melihat reaksinya.

Sesampainya di bungalow kuperhatikan Tania agak kikuk, mungkin ada rasa takut atau sungkan juga, “Kamu mau kamar yang mana? Saya gampang, ladies first hehe”, tanyaku berusaha mencairkan suasana.

“Loh saya kan yang nebeng Pak, bebas kok yang mana aja, asal ga tidur di lantai atau di luar hehe”, jawab Tania sambil bercanda.

Selesai menentukan kamar masing-masing, kuajak Tania untuk keliling resort sambil mencari minuman dingin.

“Sorry, kamu minum bir?”, tanyaku sambil berjalan keliling resort bersamanya.

“Hmm minum sih dikit, tp ga bisa banyak-banyak, kenapa Pak?”, jawabnya sambil sibuk foto kanan kiri untuk update status, sebisa mungkin aku takmau ikut terfoto.

“Enggak, saya haus pengen minum bir dingin, kamu mau?”, kataku sambil berjalan menuju bar.

“Es jeruk aja Pak, nanti aja birnya”, jawab Tania.

“Okay, kita duduk-duduk dulu disini ya, pegel juga”, kataku sambil mencari spot terbaik untuk duduk.

“Iyalah Bapak kan nyetir lama tadi, saya mau gantian nanti sampenya baru tengah malam hahaha”, katanya sambil tertawa, akupun ikut tertawa dan kita habiskan waktu untuk berbincang sejenak.

“Saya mau tiduran bentar, kamu masih mau keliling atau balik?”, kataku yang memang benar-benar lelah.

“Duluan aja Pak, saya mau explore bentar…kan saya pegang kunci bungalow juga”, katanya sambil menghisap rokok, aku berpesan agar berhati-hati dan kutinggalkan dia sendiri di bar.

Beberapa saat kutertidur, sengaja kupasang alarm agar dapat melihat sunset, kubuka pintu kamar dan kulihat Tania yang baru saja mandi, mengenakan celana pendek dan kaos.

“Eh udah bangun, saya pikir bablas sampe pagi hehe”, katanya menyapaku.

“Enak aja, masak jauh-jauh kesini cuma tidur doank…”, jawabku gantian ke kamar mandi untuk membasuh muka dan buang air kecil.

Keluar kamar mandi kuhampiri Tania yang sudah ada diluar menatap sunset, “Bagus ya? Gamau ke pantai biar moto lbh deket?”, kataku sambil menyalakan rokok.

“Pengen, tp udh mandi, tau gitu nanti aja mandinya”, jawabnya sambil mengabadikan sunset.

“Lah lagian udh mandi dulu aja, saya sengaja ntar aja mandinya”, kataku sambil menghisap rokok sekaligus menghirup wangi Tania yang habis mandi.

“Tadi capek keliling, ketiduran bentar trus kyknya kok lengket banget makanya langsung mandi, boleh deh mendekat ke pantai yuk Pak…”, ajaknya sambil menatapku ceria.

Kuikuti gadis itu dari belakang yang sibuk dengan foto hp-nya, kupandangi tubuhnya yang begitu sintal, walaupun pendek dan mungil tapi lekukannya seketika membuat penisku berdiri sambil membayangkan yang tidak-tidak.

“Sudah foto-fotonya? Saya mau mandi dulu, kita makan di bar sambil santai lihat live music yuk”, kataku sambil mengajaknya kembali ke bungalow.

“Iya udah, okay yuk Pak”, katanya masih penuh semangat, tampaknya dia senang menghabiskan weekend di resort ini setelah dua minggu awal harus setup proyek.

Selesai mandi kukenakan kaos kasual dan jeans sambil menunggu Tania yang akhirnya mandi lagi karena terkena hembusan pasir di pantai, “Yuk Pak, kita ke bar…”, aku dikagetkan suara Tania saat sedang melamun, dia mengenakan baju biru tanpa lengan dan rok jeans pendek yang menampakan lengan atas dan pahanya yang mulus.



“Ehhh uhm iya ayooo…”, aku agak gagap melihat Tania yang berpakaian seperti itu.

Kuminta Tania memesan apapun makanan kesukaannya yang ada di menu, kupesan juga bir untuk diminum bersama, kita habiskan malam itu dengan menikmati live music sambil sesekali ikut bernyanyi.

“Ngantuk? Mau balik ke kamar?”, kataku melihat Tania yang menghabiskan tegukan terakhir birnya.

“Hmm iya tp ga terlalu, terserah Bapak aja”, katanya sambil tersenyum manis.

Tiba di bungalow aku duduk di depan sejenak menatap bulan dan pemandangan pantai, jujur saja aku rada kikuk dan ingin sekali memeluk gadis itu, tapi aku tidak mau dicap sebagai atasan mesum yang bisa menurunkan wibawaku.

“Ga masuk Pak, masuk angin loh…kenceng anginnya”, kata Tania yang melihatku masih menghabiskan sebatang rokok.

“Iya bentar lagi nih nanggung”, jawabku sambil menarik hisapan terakhir rokokku.

Di dalam bungalow Tania duduk di sofa depan tv sambil bermain hp, dia masih belum berganti baju, aku masuk kamar dan mengganti celana pendek dan kaos tipis. Kuhampiri Tania yang masih duduk di sofa, aku duduk di sampingnya dengan jarak yang tak terlalu jauh sambil menyalakan tv.

“Have fun?”, tanyaku singkat sambil mencari channel tv yang menarik.

“Eh iya Pak, lumayan bisa refreshing, thank you loh Pak…”, katanya sambil tersenyum.

“Lagi chat sama cowok kamu ya?”, tembakku langsung karena dia masih sibuk dengan hpnya.

“Oh enggak Pak, biasalah anak muda, scrolling-scroling socmed aja hehe”, jawabnya sambil meletakkan hpnya, mungkin dia tidak enak denganku.

Kumatikan tv karena tidak ada yang menarik, kita duduk bersampingan dan agak miring berhadapan sambil bercerita masa kecil masing-masing dan kejadian lucu yang masih diingat, kita bercerita saling berpandangan dan entah kenapa beberapa saat aku seperti mulai mengenal Tania lebih dalam lagi, “Tania…”, tiba-tiba aku mengucap namanya sambil memandang wajahnya.

“Iya kenapa Pak?”, jawabnya sambil memandangku dan aku seperti ABG yang tersipu malu.

“Hmmm kamu manis banget malam ini”, kataku dengan dada berdegup kencang, khawatir dia akan merespon perkataanku secara negatif.

“Uhmm memang saya gula ya Pak…hahaha”, dia malah merespon sambil bercanda dan tertawa, saat itu ingin sekali aku meremas lengan atasnya yang mulus dipenuhi banyak bulu halus, sungguh menggemaskan.

“Hmm dipuji malah becanda, kamu tuh..”, kataku pura-pura marah.

“Eh iyaa, makasih Pak…pdhal saya merasa biasa aja soalnya…”, katanya sambil tersenyum manis.

Beberapa saat kemudian suasana hening dan kami saling berpandangan, tanpa kusadari wajah kami sudah saling berdekatan, kukecup bibirnya pelan sambil menunggu apakah akan ada penolakan atau tidak. Tania hanya terdiam kaku memandangku, entah karena takut atau bagaimana, yang pasti kembali kukecup bibirnya dan kali ini kulumat dengan lembut bibir bawahnya.

“Pak…”, kata Tania pelan sambil menarik bibir bawahnya yang kululum lembut.

Dadaku bergemuruh, aku takut akan ada penolakan darinya, wibawaku akan hancur! namun berikutnya Tania justru menyambut bibirku dengan kuluman penuh nafsu. Kuusap lengan atasnya yang berbulu halus sambil mengulum dan menghisap bibir indahnya, bulu kuduknya meremang dan kuremas pelan lengan atasnya.

Kita berdua seperti sepasang kekasih yang sedang kasmaran, bibir berpagut dan seperti tak ingin lepas, penisku berdiri dan hawa nafsu menyelimutiku, secara reflek kupegang payudara kirinya sambil meremasnya pelan.

“Hmmm…shhh..Pak…”, tiba-tiba Tania mendorongku pelan dan menghentikan ciuman di bibir seketika.

Aku terdiam sesaat dan tak bisa berbata-bata berkata, “Ehh maaf saya lancang ya…maaf ya Tania…”, dia hanya terdiam dan menunduk.

“Ehmm iyah, gpp Pak, tp pelan-pelan remasnya…”, katanya sambil menunduk malu.

Degup jantungku bergemuruh seketika, kupegang pipinya dengan kedua tanganku dan kutarik wajahnya untuk kulumat kembali bibirnya, kuusap pipi dan lehernya dengan penuh kelembutan, dan kembali tanganku menuju payudara kiri montoknya, kuremas perlahan sambil jariku mencari puting susunya.

“Sebentar Pak..”, dia memegang tanganku dan mendorongku pelan, dia menaruh kedua tangannya ke belakang berusaha membuka sesuatu dan akhirnya kutau dia berusaha membuka kaitan bra-nya, dan entah bagaimana dia dapat melepas bra-nya tanpa membuka bajunya.

“Pelan-pelan…please…”, kata Tania sambil memegang bahuku.

Kupandang wajahnya sambil meremas kedua payudaranya yang masih tertutupi baju biru tanpa lengan itu, wajahnya menahan desahan dan justru semakin membuatku terangsang dan tentunya bernafsu, “Boleh…?”, pintaku pelan saat tanganku ingin menyelusup dibalik bajunya. Tak ada jawaban, dia hanya mengangguk pelan malu-malu, kutelusupkan tangan kananku dan mengusap perutnya, membuatnya sedikit mendesah dan tergelitik. Kusentuh lingkaran payudaranya sambil kumainkan jariku mengitarinya perlahan, lalu kupegang seluruh payudara kanannya dalam tanganku, kurasakan puting susu lembutnya mulai mengeras di telapak tanganku. Kupijat pelan-pelan payudara kanannya, kupandangi wajah Tania yang mendesah pelan sambil menggigit bibir bawahnya sendiri, semakin bernafsu, kupijat dan remas sedikit kencang sebelum beralih ke payudara kirinya.

“Ehmmm Pakkkk…”, dia tiba-tiba merangkul leherku dan menarik wajahku mendekat ke wajahnya, bibirnya melumat bibirku penuh nafsu mengikuti irama pijatan dan remasan pada payudaranya. Kupilin kedua puting susunya bergantian, begitu kenyal dan sedikit mengeras, bibirnya yang merah kemudaan kulumat dan kuhisap sambil menjelajah dalam mulutnya dengan lidahku.

Aku tak tahan ingin menghisap puting susunya, tapi aku takmau melakukannya tanpa persetujuan Tania, kuberi kode dengan menyingkap bajunya selagi bibir kami berpagutan, “Mau hisap…ini…”, pintaku pelan dengan nafas tak beraturan, sekali lagi tak ada jawaban, hanya anggukan malu-malu sambil merangkul leherku.

Kusingkap bajunya hingga menampakkan dua bulatan indah payudara yang berukuran sedang, mungkin cenderung besar dibandingkan milik istriku, payudara dengan puting susu coklat muda dan ujung berwarna pink miliknya benar-benar membuatku ingin melahapnya dengan rakus, namun aku tak ingin membuat Tania tak nyaman.

Kuarahkan mulutku menjilati kedua puting susunya pelan-pelan, Tania mendesah sambil menggenggam tanganku, kuhisap bergantian dengan penuh kelembutan sambil tanganku mengusap lengan atasnya.

Mulustrasi:


Rasa gemas ingin menggigit atau membuat memar payudaranya semakin menjadi-jadi, aku teringat bagaimana payudara istriku dulu dibuat memar hingga putingnya lecet oleh si Om yang se-kos dengannya. Kuurungkan niatku untuk melahap dan menggigiti payudaranya dengan rakus, tanganku mengusap pahanya, tiba-tiba Tania menahan tanganku yang ingin menyelusup lebih dalam ke balik roknya. Kutatap wajahnya, dia tak berkata apapun dan hanya menggeleng, tanda untuk aku agar menghentikan aksi menggerayangi pahanya lebih dalam lagi, kembali kunikmati bongkahan payudara bulat yang begitu montok, kenyal dan padat.

“Udah Pakk…saya ngantuk…”, tiba-tiba Tania memintaku berhenti begitu saja, padahal masih setengah jalan untuk menggumulinya.

Aku takmau memaksa dan membuatnya kecewa, kuhentikkan aksiku dan kututup kembali payudaranya dengan bajunya yang kusibak, “Ngantuk yah kamu…hmmm ya udah tidur dulu..”, kataku sambil membelai pipinya.

Dia beranjak dari sofa, mengambil perlengkapan mandi dan mengganti pakaian tidur, aku hanya termangu dengan penis yang masih tegak dibalik celana pendekku. “Saya tidur dulu ya Pak…”, Tania pamit menghampiriku yang baru saja menyalakan sebatang rokok.

“Iyaaa…met tidur ya…”, kataku sambil menghisap dalam-dalam rokokku.

Tak lama Tania masuk kamar, kumatikan rokokku dan ke kamar mandi karena tak tahan lagi, kukocok penisku sendiri sambil membayangkan apa yang terjadi barusan, kukocok semakin cepat dan terus membayangkan indahnya payudara Tania, ”Argghhh Tania sayanggg…”, gumamku sendiri sambil menyebut nama Tania dan kumuncratkan spermaku hingga terasa lemas.

Selesai membasuh diri dan bersih-bersih di kamar mandi, aku berdiri di depan kamar Tania cukup lama, tanganku hampir mengetuk pintu, namun kubuka saja pintu kamarnya, melongok ke dalam sedikit dan memanggil namanya, “Tania….boleh masuk?”, kataku pelan dan pasrah saja jika menerima penolakan.

Tania tidur memeluk guling menghadap tembok membelakangi pintu, tak ada jawaban dan ketika ingin kututup pintunya, “Ehmm iyah boleh, tutup pintunya nanti ada nyamuk masuk…”, jawabnya pelan.

Kuhampiri gadis itu dan tidur memeluknya dari belakang, begitu hangat tubuhnya, “Pak….tidur aja yahh, saya ngantuk…”, katanya tanpa merubah posisi masih membelakangiku.



“Iyaahh, tidur yang lelap ya…”, kupeluk tubuhnya dengan erat dari belakang dan sedikit meremas payudaranya dengan lembut, kita tertidur begitu lelap hingga hampir terlewat waktu sarapan.

Pulang dari resort itu membuat kita berdua menjadi agak canggung dan kikuk, Tania sendiri seperti tak ingin membahasnya dan lebih banyak membicarakan hal seputar pekerjaan sepanjang perjalanan pulang.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd