Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Terlahir Kembali! (No Sara)


Diana

Peringatan!


Gambar/Foto diatas hanyalah pemanis dan untuk memudahkan suhu-suhu dalam mengimanjinasikan karakter yang ada dalam cerita. Jadi, No PK ya guys. Enjoy~Aman.


Bab 6 – Malam yang Panjang Part 2



Beberapa saat setelahnya.


“Tenanglah, Dimas!”


Aku berusaha memberontak dari kuda-kuda mengunci Pak Edgar, aku melawannya bukan karena aku membencinya atau marah padanya tapi ada sesuatu yang lain seolah rasanya aku benar-benar lapar sekarang.


“Minggir!”


Perasaan marah terhadap kejadian tadi benar-benar membuatku tak bisa mengontrol diri, aku ingin ia sengsara, putus asa, dan menyesali apa yang ia perbuat selama ini.


Perlahan perasaan negatif itu mulai memudar seiring dengan kelelahanku saat mencoba melepaskan diri dari tubuh Pak Edgar, rambutnya yang sebahu menyibak pelan wajahku, Ia melonggarkan pegangannya yang mengunci leherku. Aku berusaha mengatur nafasku yang sesak dan terhambat.


“Kau ingin tahu apa yang terjadi padamu?”


Aku masih terdiam sambil melihat ke arah orang yang menembak Kak Marcus, ia meringkuk gemetar sambil bersandar di pohon. Masih ada sedikit rasa dendam kepadanya saat ini, tapi aku memutuskan untuk melupakan sejenak soal ini.


Ah, aku ingat Kak Marcus!


“Aku harus segera menolong seniorku.” Ucapku sambil berbalik.


“Tak apa, temanku sudah mengurusnya saat kita bertarung tadi.”


Angin pelan menghembus pelan membelai wajahku, rasanya damai sekali. Pak Edgar baru saja selesai memborgol kedua tangan orang itu dan mengambil pistol yang ia gunakan untuk menembak tadi.


“Dimas, ada kekuatan iblis sangat besar dalam tubuhmu. Kau harus berusaha untuk mengendalikannya.” Ucap Pak Edgar mendatangiku.


Ia menunjuk kepalaku hingga terasa saat ujung jarinya menyentuh kepalaku. Mendadak aku seperti melihat saat kejadian kemarin sore, dimana pria aneh saat sore itu berusaha membunuhku dengan cakar yang berwarna hitam kelam dari tangannya dan tepat saat itu Pak Edgar datang untuk menolongku tapi kemudian aku malah menyerangnya dengan membabi buta. Dalam pandanganku, aku tak bisa melihat dengan jelas, semuanya berwarna merah darah dan sosok yang kuserang itu ternyata adalah Pak Edgar.


“Aku.. minta maaf.”


“Tak apa, itu sudah berlalu dan juga aku sudah tahu seperti apa kekuatanmu semenjak kejadian itu.” Jelasnya sambil memperhatikanku dari depan.


“Lalu? Siapa sebenarnya aku?” Tanyaku.


Aku butuh kejelasan saat ini, Apa yang terjadi sekarang? Siapa sebenarnya aku? Dan, untuk apa aku dikirim kedunia ini?


“Dulu, ada 7 orang ahli sihir paling kuat di pulau Jawa. Dan, demi melawan kekuatan militer asing yang menjajah mereka, ketujuh orang ‘pintar’ itu sepakat untuk melakukan kontrak dengan iblis. Hasilnya mereka berhasil memanggil 7 Iblis yang mewakili dosa besar umat manusia. Salah satunya adalah leluhurmu, Dimas. Dan iblis yang ada dalam tubuhmu itu, sering dipanggil dengan sebutan Satan Si Kemurkaan. Satu dari 7 Iblis yang dipanggil.” Pak Edgar bercerita panjang di depanku.

Aku melebarkan mataku, jadi saat aku sekarat dulu hingga mimpi saat aku pingsan dia ada disana? Dalam tubuhku? Kenapa iblis itu ada dalam tubuhku. Apakah dia yang menawariku untuk hidup kembali dengan syarat aku sebagai wadahnya?


“Yah, kita cukupkan obrolan saat ini dan kembali ke tempat seniormu itu berada.”


Sambil menyeret kriminal itu, ia berjalan melewatiku, sejujurnya aku masih belum bisa menerima kenyataanku yang merupakan sebuah wadah bagi iblis itu untuk terus berada di dunia ini. Tubuhku menggigil karena kedinginan, wajar saja sih menurutku karena jaket yang kukenakan tadi sudah kuberikan kepada gadis malang itu.


Oh, iya keadaan Kak Marcus!


“Tu-tunggu aku.”


Beberapa saat kemudian aku sampai ke tempat tadi tampak ada beberapa wajah asing yang tidak ku kenal yang sebagian besar kulihat saat mereka memperkosa gadis itu, tapi ada seseorang pria yang menatapku dengan satu matanya yang dingin sedangkan sebelah matanya seperti buta. Ia memegang sebuah pedang tipis melengkung seperti samurai dengan sarung bewarna hitam yang cantik, tubuhnya cukup tinggi dengan pakaian santai dan celana pendek serta sandal jepit.


“Yo, Zero! Apa sudah terkondisi?”


“Ya.” Ucapnya singkat.


Pak Edgar tersenyum menyakitkan karena pertanyaannya dijawab dengan singkat dan sangat datar oleh orangbyang dipanggil Zero itu. Sementara aku segera menuju Kak Marcus yang terduduk dengan perban dadakan yang membungkus bagian dada atas dan kulihat kondisi gadis itu yang sudah diam dan tidak gemetar lagi. Tapi tatapannya seperti kosong melamunkan sesuatu.


“Kelihatannya sudah semua, Zero bawa mereka. Kita kembali ke markas dan untuk sisanya biar para mahasiwa ini yang mengurusnya.” Ucapnya sambil terus berjalan.


“Bos.”


Pak Edgar menghentikan langkahnya. Suasana di sini berubah menjadi cukup mencekam karena ucapan dari Zero.


“Firasatku cukup buruk, Karena Glenn tidak mengabarkan kondisinya sampai saat ini.”


Tatapan mata milik Pak Edgar berubah sangat serius. Ia mengepalkan tangannya kuat, angin di sekitarnya berubah menjadi sedikit kuat menerpa tubuhku.


“Baiklah. Kita akan menuju perkemahan.”


Zero mengangguk. Pak Edgar segera berlari ke arah tempat acara makrab itu diikuti oleh Zero dibelakangnya meninggalkan aku dan beberapa orang disini.


“Hey, kita juga harus segera kesana.” Ajak Kak Marcus.


Aku terkejut dengan suara Kak Marcus.


“Tenang saja, aku akan mengurus mereka.” Ucap seseorang dengan sarung dan senter serta tonfa di pinggangnya yang tiba-tiba muncul.


“Pak penjaga.”


Sejak kapan?


“Baiklah, kami pergi dulu ya. Terima kasih pak.” Ucap Kak Marcus cepat, ia seperti mengkhawatirkan sesuatu.


Aku segera menuju lapangan bumi perkemahan ini dengan kecepatan sedang karena harus menjaga kondisi Kak Marcus dan gadis cantik ini.


“Boleh ku tahu siapa namamu?” Tanyaku pada gadis itu.


Ia tampak sedikit terkejut karena pertanyaanku yang mendadak. Aku juga cukup penasaran, i lebih memilih ikut dengan kami kembali ke perkemahan.


“Elma, namaku Elma.” Lirihnya.


“Oh ya? Kenalkan namaku Dimas dan dia adalah Kak Marcus, seniorku.” Ucapku, Kak Marcus tersenyum tanpa berbicara.


“Begitu.”


“Emm maaf kalo aku penasaran, sebenarnya kenapa kamu bisa disana?”


Saat itu, Elma mulai bercerita saat ia tiba-tiba dihadang oleh seseorang yang katanya membutuhkan bantuan karena temannya keseleo karena Elma yang merupakan mahasiswa fakultas kedokteran ia pun dengan segera ikut bersama orang itu dan berakhir hampir diperkosa oleh mereka.


“Sialan. Dasar orang-orang brengsek.” Aku menggertakan gigiku kuat. Rasa marahku mendadak muncul lagi.


Tenanglah, Dimas.


Perkataan Pak Edgar terngiang dikepalaku, hampir saja aku lupa bahwa kemarahanku yang berlebih ini karena adanya iblis bernama Satan yang merupakan simbol Kemurkaan. Aku menarik nafas panjang dan mengeluarkannya dengan perlahan sambil berjalan di jalan setapak ditengah hutan. Mulai saat ini aku harus mengatur emosiku, supaya tidak ada teman dekatku yang terluka.


“Kita sampai.” Kata Marcus.


Saat keluar dari hutan dipinggir lapangan, pandanganku dipenuhi oleh orang-orang yang terlihat sedikit panik dan bingung. Mereka tampak bergerombol sambil bertanya-tanya apa yang terjadi dan menerka keadaan saat ini.


“Hey, Theo! Apa yang terjadi?”


Aku berteriak supaya teman sekelasku itu melihatku. Dengan Elma dan Marcus dibelakangku, aku menghampiri Theo yang berdiri diam.


“Oh Dimas! Aku mencarimu, dan tunggu, ada Kak Marcus lalu seorang gadis?” Ia seperti mengagumiku kecantikan wanita dibelakangku ini.


“Fokuslah!” Ucapku serius.


“Ah iya, jadi saat semua orang sedang persiapan untuk tidur tiba-tiba ada kegaduhan di sekitar panggung dekat dengan aula. Lalu aku mendengar suara tembakan beberapa kali.”


Aku terkejut karena penjelasan Theo saat ini, jadi ada kejadian yang mungkin saja hampir sama dengan yang kualami tadi di sana. Apakah mereka satu kelompok? Apa tujuan mereka yang sebenarnya?


Aku berlari dan berusaha menerobos kerumunan itu, sesaat aku sampai disana. Seorang pria sedang mengarahkan pistol hitamnya ke arah Pak Edgar dan Zero, dan dibelakang mereka ada seseorang yang terkapar dengan luka pada bagian perutnya.


“Siapa kau? Apa maumu?” Tanya Pak Edgar keras kepada pria itu.


Pria itu tertawa dengan kerasnya, meski memakai topeng putih yang cukup mengerikan aku bisa tahu bahwa orang ini berbahaya, dia ini gila. Rambut pirangnya yang pendek bergerak perlahan karena angin yang berembus, ia memakai sebuah kemeja putih dengan celana panjang berwarna hitam, seperti seorang pekerja kantoran. Tawanya berhenti dengan perlahan membuat atmosfer sekitar semakin menegangkan, ia bisa saja langsung menarik pelatuk pistol itu dan melukai seseorang, tidak bahkan bisa membunuh beberapa orang di sini. Apalagi dengan kerumunan ini, bisa-bisa ia menyebabkan kepanikan dan malah menjadikan korban lebih banyak.


“Pak polisi hebat sudah disini, berarti kroco menjijikkan itu sudah kalian kalahkan ya. Yah, aku tidak mengharapkan lebih sih.”


Ia berbicara sambil mengangkat sedikit bahunya tanda tidak peduli terhadap anak buahnya yang sudah diamankan. Tapi senjatanya masih tetap mengarah ke Pak Edgar dan temannya. Ia benar-benar waspada.


“Jika kau bergerak sedikitpun, kami akan langsung menyerangmu.”


“Menyerangku?”


Tampak Zero mulai mengambil kuda-kuda menyerang dengan tangan kananya di pegangan pedang tipisnya. Sedangkan, Pak Edgar masih berdiri dengan gagahnya pandangannya tertuju penuh pada pria mencurigakan itu bahkan ia tidak berkedip sekalipun.


“Hou hou. Tenanglah kalian, aku tidak akan berbuat seperti itu. Lihat?”


Ia mengangkat kedua tangannya keatas sepeti sikap menyerah. Aku sempat berpikir kalau ia akan menarik pelatuknya ke arah Pak Edgar. Tapi nyatanya ia malah membuang magazine dalam pistol itu hingga tampak tak ada satu pun butir peluru yang keluar dari dalamnya.


“Hati-hati.. Bos, ia cukup licik hingga membuatku seperti ini. Benar-benar memalukan.”


“Glenn tenanglah, kau sedang terluka.”


Pria botak dipanggil Glenn itu menyunggingkan senyum tipis, saat ini lukanya sedang di obati oleh perempuan yang kutemui di klinik kemarin. Tangannya lihai membelit luka di perut itu dengan perban bahkan ia terlihat tak bisa diganggu saat ini.


“Berhentilah bergerak, Glenn.”


“Hehe.. kau mengkhawatirkanku, Reina?”


Perempuan itu tak menjawab dan lanjut mengobati luka yang lain. Saat aku melihat ke arah pria itu lagi pandanganku bertemu dengannya, matanya yang berwarna merah menyala menatapku dalam, bahkan ia seperti bisa melihat ke dalam tubuhku saking tajamnya.


“Hei, aku seperti mengenalmu lho.”


Kini ia sepenuhnya menatapku, kakiku kembali gemetar karena takut. Ia sangat mengerikan meski nada bicaranya ia buat sekonyol mungkin. Ternyata ada orang yang bisa semenakutkan ini selama hidupku, tatapan intimidasinya benar-benar seperti mimpi buruk yang mengerikan.


“Yah, kurasa sudah cukaj untuk malam ini. Tapi sebelum itu-“ Ia mengarahkan pistol hitamnya kearahku dan langsung menembakku dengan cepat.


Dor.


Dengan satu kedipan mataku, dihadapanku terlihat Zero yang telah menarik pedangnya dan berdiri dengan posisi sedikit membungkuk dengan sebuah tebasan keatas.


Ting. Ctak.


Suara perpaduan antara logam terdengar keras dari depan dan dengan otomatis membuat suasana disekitar sangat gaduh, banyak orang yang berlarian menjauh dari depan panggung itu. Aku tanpa sadar terduduk karena serangan tiba-tiba itu, padahal pistol itu sudah tidak ada pelurunya tapi ia bisa menembak dan menghasilkan suara hantaman logam yang cukup keras. Apa yang terjadi?


“Aku pergi dulu! Bye-bye!”


Ia menghilang dalam kepulan asap yang tebal dengan cepat, tapi bisa kurasakan dengan jelas sesaat sebelum ia menghilang ia membuat simbol menembak dengan tangan kirinya ke arahku. Saat itu aku sadar bahwa sejak awal ia hanya mengincarku.


Beberapa saat kemudian.

Setelah menghilangnya pria misterius dengan topeng itu, kondisi sekitar mulai kondusif dengan perlahan dan dengan arahan Kak Haikal yang datang di saat gaduh ia bisa mengendalikan kepanikan semua mahasiswa di lokasi dengan cepat.


Kak Marcus, Pak Glenn dan Elma segera diantar menuju rumah sakit terdekat setelah mobil ambulan datang malam itu, meski suasana kembali kondusif dan tentram kenyataan menyedihkan bahwa ada mahasiswi yang menghilang saat itu menjadi pukulan serius. Sebenarnya ada 3 penjaga bumi perkemahan yang masuk malam ini, 2 di gerbang depan dan bapak yang kutemui di hutan yang patroli, tapi kedua penjaga di depan ditemukan pingsan dengan obat tidur tercium di gelas kopi milik mereka.


Jadi yang mereka incar bukan hanya aku dan Elma saja ya. Sial! Aku benar-benar membencinya. Mereka sudah merencanakan ini dengan sangat rapi.


“Dimas, ikutlah bersama kami sekarang ke kantor polisi.”


Pak Edgar menghampiriku dan mengajakku untuk ikut, tapi aku menggeleng dan menyarankan untuk besok saja aku akan kesana.


“Kau yakin?”


Aku mengangguk meyakinkan mereka. Tampak Pak Edgar menghembuskan nafasnya sekali. Ia kemudian menulis sesuatu dan memberikannya kepadaku.


“Ini, untuk jaga-jaga jika mereka kembali. Langsung hubungi saja jika ada sesuatu yang mencurigakan.”


“Baik. Aku akan menghubungi Anda jika terjadi sesuatu.”


Pak Edgar dan lainnya pergi menggunakan mobil polisi mereka, saat mataku melihat Zero aku refleks membungkukkan badanku sebagai tanda terima kasih. Malam ini benar-benar terasa berat dan panjang, mulai dari mengintip Kak Jennie hingga Insiden penyerangan tadi. Badanku benar-benar terasa letih, pikiranku lelah. Akuu pun segera menuju kearah bukit di belakang panggung yang langsung menghadap ke arah kota tempat aku tinggal saat ini.


Sambil melihat gedung-gedung besar pencakar langit, pikiranku kembali bertanya, kenapa aku dilahirkan ditempat ini? Untuk apa sebenarnya diriku ini? Kenapa aku yang memiliki kekuatan iblis ini? Semua pertanyaan itu berputar di kepalaku tanpa aku bisa menjawab satu pun.


“Di-dimas?”


Aku membuka mataku dan berbalik. Gadis berparas cantik dan manis dengan kacamata bulatnya yang lucu, pakaian piyama yang cukup lebar dengan gambar bunga bewarna pink dan kerudung putih yang menutupi bagian dadanya. Aku kaget setengah mati melihatnya.


“Diana? Kenapa ke sini?”


Aku pun menghampirinya dan berdiri di depan gadis itu. Sungguh banyaknya kejadian malam ini membuatku pusing hingga aku melupakan keberadaan Diana di perkemahan ini. Tapi, secara kebetulan aku dipertemukan di bukit ini dengan seseorang yang bisa membuatku tenang dan damai.


“Aku gak bisa tidur, Dim. Jadi aku keluar jalan hingga melihatmu ke sini dan.. mengikutimu.”


“Ah, sama aku tidak bisa tidur karena kejadian tadi.”


“Jadi, Dimas sebenarnya apa yang terjadi?”


Diana memposisikan dirinya duduk bersandar pada sebuah batu dan aku pun mengikutinya hingga duduk di sebelahnya. Saat aku menjelaskan semua hal yang terjadi padanya kecuali saat aku mengintip malam itu, ia tampak terkejut kemudian melihat pemandangan kota yang gemerlap cahaya.


“Aku takut sekali saat itu. Bahkan aku berpikir kalau aku mungkin saja akan mati setelahnya. Tapi saat kamu datang dan menyelamatkanku, disitulah aku merasa bahwa memutuskan untuk mati tidak harus semudah itu. Jadi, aku pun sekarang, jika hal seperti itu terjadi lagi padaku, aku akan tetap berusaha semampuku meski kenyataan sepahit apapun itu” Jelasnya panjang.


Aku tersenyum entah karena apa, setiap aku dekat dengan Diana suasana hatiku sangat tentram seperti semua masalah yang kuhadapi hingga kini menghilang dengan ajaib. Saat aku tenggelam dengan apa yang kurasakan saat ini, Diana menyandarkan kepalanya ke lengan kiriku, matanya sedikit bengkak karena mengantuk. Ia tertidur sambil duduk bersandar padaku, dengkuran halusnya membuatku ikut mengantuk. Aku pun memposisikan sedikit badanku sambil bersandar pada batu dibelakangku. Kini tangan kiriku memeluk tubuhnya yang sedikit lebih kecil dariku. Senyumku bahkan belum memudar sampai detik ini.


Benar-benar malam yang panjang ya, Diana.


“Terima kasih, Diana."
 
Hallo, guys! Maaf sebelumnya jika sedikit pendek dari apa yang saya janjikan. Karena memang patokan untuk bab 5 seharusnya sampai saat ini. Tapi karena suatu hal di Real Life, terpaksa saya potong jadi dua bagian. Sekali lagi maafkan saya!
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd