Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY THE INFLUENCER

Gan

Gw punya ide...bagaimana kl lu rancang sebuah plot dimana haris bukan hanya influence si cwek..tapi sambil melibatkan orang ketiga ketika lagi mesum..misalkan haris lg eksekusi frida sambil diliatin orang tua mereka...ataupun lg eksekusi ibu nya di hadapan bapak nya..jadi skill influense nya haris meningkat jadi bisa membraindwash org banyak sekaligus dalam satu ruangan walaupun org ketiga tersebut punya hubungan erat dgn si cwek..misal haris ngentot ama frida di hadapan aldo mantam nya..tp aldo nya ga marah..malah dibelokan logika nya oleh haris bahwa ..frida musti dilatih sex sesering mgkn utk memuaskan aldo yg nantinya akan menikahinys...
 
Gan

Gw punya ide...bagaimana kl lu rancang sebuah plot dimana haris bukan hanya influence si cwek..tapi sambil melibatkan orang ketiga ketika lagi mesum..misalkan haris lg eksekusi frida sambil diliatin orang tua mereka...ataupun lg eksekusi ibu nya di hadapan bapak nya..jadi skill influense nya haris meningkat jadi bisa membraindwash org banyak sekaligus dalam satu ruangan walaupun org ketiga tersebut punya hubungan erat dgn si cwek..misal haris ngentot ama frida di hadapan aldo mantam nya..tp aldo nya ga marah..malah dibelokan logika nya oleh haris bahwa ..frida musti dilatih sex sesering mgkn utk memuaskan aldo yg nantinya akan menikahinys...
Mantap juga gan, tapi Frida atau Febri ya wkwkwk
 
Part 8


-----Part 9: Sneak

Kali ini kita mundur sejenak untuk menyelesaikan cerita bersama Tante Nung di liburan semester.

****

Aku merasa semangat. Pagi itu aku sarapan sedikit berbeda. Yaa menunya standar aja, sop sayuran dengan tempe goreng. Hanya saja yang memasak sekarang sedang ikutan makan dengan saya, dan berada di atas meja. Dengan duduk mengangkang menghadapku, dia tetap santai melahap masakannya sendiri. Dia sadar dasternya tersingkap hingga pinggang, tanpa CD, karena ingin saya mengecek hasil membersihkan jembut di selangkangannya.

Vagina yang berwarna sawo matang khas wanita jawa itu terekspos hingga bagian selanya, bersih tanpa rambut sehelai pun. Lalu untuk apa mengecek lagi? Sudah tentu hanya alasan saja, karena alasan itu kini aku bisa leluasa mengutak atik onderdil pribadi wanita yang tembam itu.

"Sudah belom ris"

Tante Nung menggapai remot tv untuk mencari channel lain. Lagi lagi infotainmen dipilihnya.
"Belom Tante"

Aku masih mengunyah tempe yang baru saja kugigit. Vagina Tante Nung masih lumayan basah, dia tadi sempat orgasme. Aku mencoba memasukkan pangkal sendok yang kupegang ke dalam vagina Tante Nung, bentuk pangkal sendok itu bulat pipih.

"Aahhh...dingin ris...."
Tante Nung mendesah, rupanya dia masih terangsang. Pangkal sendok itu kumasukkan posisi vertikal, kemudian kuputar menjadi horizontal.
"Sshhh.. aahhh"
Tante Nung kembali mendesah. Aku menggerakkan sendokku seperti engkol, memaju mundurkan sambil mengorek atas bawah.
"Hhhaaa...riiisss... kamu ngecek apanya siiihhhh......"

Tante Nung mengernyitkan mata, seolah ingin menutup mata tapi tak mau, dia masih ingin nonton infotainmen, dan dia juga belum selesai makan.
"Ngecek dalamnya Tante"
Nasi di piring Tante Nung sudah habis. Diletakkannya piring itu di sebelahnya. Tante Nung masih mencoba untuk fokus dengan acara di TV.

"Kan tadiiii.... bii.. langnya..... ngecek..... hasil cukuraaan....hhhhh.... ssshhhhtt...."

Kocokan sendokku kuhentikan, kucabut, lalu kugunakan untuk makan di piringku. Pangkal sendok itu terasa lengket dan licin terkena cairan vagina. Tante Nung melihatku yang tiba tiba menghentikan tindakan yang membuatnya di atas awang, ada rasa kecewa di mukanya. Kita diam sejenak, Aku cuek menghabiskan makanan yang sudah mulai dingin.

"Ris.... Tante horny banget, Tante pingin pake sextoy yang di kamu dong"
Aku tau Tante Nung membutuhkan penis jika benar benar horny, kata dia sextoy yang ada di laci di kamarnya masih belum mampu untuk menandingi penis asli. Yauda anggap aja penisku sextoy.
"Oooh boleh aja, tapi aku masih makan Tante. Kalo mau pakenya disini aja"
"Okelah. Udah ini ngeceknya?"
"Udah Tante, bersih, layak bertemu dengan Om"
"Apa sih kamu ris"
Tante Nung perlahan turun dari meja. Aku masih asik dengan makananku. Tak lama kemudian Tante Nung sudah berdiri disampingku, dasternya tergerai mnutup vaginanya.

"Sini Tante"
Aku sedikit menyandar ke belakang, memberikan celah bila Tante Nung ingin menaiki tubuhku. Tante Nung dengan sigap melepas celanaku, aku sedikit mengangkat pantat untuk meloloskan celana hingga bawah. Penisku sudah menjulang sejak suguhan vagina di meja makan tadi, digenggamnya oleh Tante Nung. Dikocoknya, kemudian Tante Nung menghisap penisku, maju mundur sekali. Untuk melumasi saja, walaupun aku yakin vaginanya sudah cukup becek untuk diisi penis. Mungkin itu yang disebut reflek. Kini Tante Nung menaiki tubuhku, bersiap untuk duduk di atas pahaku. Dasternya sedikit dia angkat, satu tangannya mengarahkan penisku untuk masuk ke lubang surganya.

Blessss

Aku tak bisa melihat wujud penisku, sepenuhnya tertelan oleh vagina Tante Nung. Hangat, lembab, lembut di dalam sana. Piring di meja pun tak dapat kulihat, hanya terlihat dada terbungkus daster, bergerak naik turun seirama nafas. Aku sedikit menoleh ke atas, wajah Tante Nung sedikit kemerahan, matanya terpejam. Aku yakin ia terfokus dengan ganjalan di vaginanya. Perlahan lahan Tante Nung menggerakkan tubuhnya sendiri untuk mencari nikmat dari gesekan penisku.

"Tante, saya pegangin susu Tante yah, biar gak goyang susunya"
Tante Nung tak menjawab, dia masih asyik dengan penis di dalam tubuhnya. Kedua tanganku mendarat di buah dadanya, hmmm... kenyal sekali. Sementara di bawah, vagina Tante Nung memompa penisku, meremas remas juga. Aku meremas buah dada Tante Nung, vagina Tante Nung meremas penisku. Sungguh pagi yang penuh remasan.

"AAahh...ssshhhhttt...AAHHH.....ssshhhhttt...AAAAHH...AHHHH.....HHHHH..... hhhh..... hhh..."

Siraman hangat dari dalam vagina mengenai penisku. Hanya 3 menit pompaan sudah membuat Tante Nung keluar. Kedutan vaginanya tak asing bagiku. Tangan Tante Nung merangkul leherku, aku masih meremas remas dadanya. Pompaan Tante Nung melemah, kemudian berhenti. Tante Nung beranjak dari pahaku. Namun aku masih tegang, belum muncrat.

"Makasih ya ris, uda bantuin masturbasi"
Tante Nung membereskan makanan untuk disimpan kembali ke lemari makanan. Piring kotor miliknya ditaruh di wastafel tempat cuci piring di sebelah kompor.
"Beress Tante, lain kali kalo kepingin lagi, ga usah minta ijin Tan, langsung aja pake, kan ini sextoy Tante. Liat liat sikon aja dulu"
"Iya yah"
Aku mempercepat makanku, kuselesaikan.

Tante Nung sekalian membereskan piring kotorku, kemudian mulai mencuci piring piring kotor yang menumpuk di wastafel.
"Begitu juga sebaliknya Tante, seluruh tubuh Tante kan sextoy ku, kapan aja kalo aku mau aku langsung pake sextoy ku Tan. Tante paham lah, cowok itu liat yang seksi dikit pasti uda kepingin"
"Iya iya. Emang dasar pikiranmu isinya ngeres semua ris"

Ini Influence yang parah menurutku. Apa bedanya dengan influence menyuruh untuk ngeseks sekalian? Tapi aku harus mencobanya, aku ingin tau seberapa patuh Tante Nung.

Aku berjalan mendekati Tante Nung yang berdiri membelakangiku.
"Ris si Eko pulang agak sore, kamu ajak makan diluar yah, Tante mungkin belom selesai arisan sama ibu ibu pkk"
Kedua tanganku menyelinap di ketiak Tante Nung, menerobos dan berhenti di puting Tante Nung. Tante Nung paham, dia masih cuek mencuci piring.
"Kira kira jam berapa Eko sampe rumah Tan?"

Aku mulai memelintir putingnya, seperti sedang memasukkan baut ke dalam mur.
"Jam 3an, Tante blum pulang jam segitu. Tante mungkin sampe rumah jam 6an"
Aku meremas gemas kedua payudara Tante Nung.
"Emang Tante mau berangkat arisan jam berapa?"

Aku melepas remasanku, kemudian mengangkat daster Tante Nung. Tampak bongkahan pantat yang indah, dengan sedikit bercak bekas cairan vagina yang merembes hingga sela pantatnya.

"Jam 2 ris, arisannya jam 3, tapi mau ke bu Leli dulu untuk milih lauknya apAAAkhh....!!!"

Penisku kembali bersarang di vagina Tante Nung. Kupompa vagina tembam itu. Tante Nung memegang pinggiran wastafel. Aahh nikmat sekali ngeseks Tante Nung pagi ini.
5 menit kemudian aku berhenti. Kucabut penisku.
"Tante, balik tubuhnya, hadap sini"
Tante Nung ngos ngosan memutar tubuhnya.
"Tante lagi cuci piring riss..."

"Oh ya Tante, emang ada yah hari hari dimana wanita itu ga bisa hamil?"
Kuarahkan Tante Nung untuk bergeser ke samping, terdapat area meja yang kosong di sebelah wastafel.
"Iya ada ris, biasanya 3 sampai 4 hari setelah haid"
Kudorong pantat Tante Nung untuk duduk di meja itu, Tak terlalu tinggi, Tante Nung hanya cukup berjinjit untuk dapat duduk di pinggiran meja itu.
"Oh trus kalo gak pingin hamil waktu Om datengin Tante gimana dong?"

Dasternya kuangkat lagi, aku melihat lagi vagina tembam milik Tanteku itu. Tante Nung berpegangan ke pinggir meja, melihat penisku yang mengkilat basah, melihat mataku, melihat lagi ke penisku, melihat mataku, menjawab pertanyaanku,

"Kan Tante pake KB ris, minum pil abis disamperin Om kamUUUkkhh....!"

Kuhujam sekali lagi penisku di vaginanya. Kali ini kita saling berhadapan, Tante Nung memahami kalo inilah yang tadi kubicarakan, saling menggunakan sextoy tanpa bilang. Aku sudah malas untuk gonta ganti posisi lagi, jadi pompaan kali ini sedikit kupercepat. Tante Nung berpegangan ke pundakku untuk menjaga keseimbangan. Aku meremas ganas payudaranya, Tante Nung hanya pasrah mendesah memejamkan mata.

"Aahh.. aahhh.....aaaaahhhh...ssshhhtt... aaahhh... hariiissss..... ssshhhttt... aaahhh"

Mulut Tante Nung menganga, menikmati hadirnya penis selain suaminya. Aku pun semakin semangat mengakhiri persetubuhan di pagi hari ini. Kusosor bibirnya, kita berpagutan, seakan tak mau kalah dengan aktivitas di bawah sana.

5 menit kemudian aku sudah mendekati puncak. Aku ingin muncrat di dalam vagina Tante Nung. Bibirku masih dikulum bibir Tante Nung, dadanya masih kuremas dan kupilin. Pagutan lidah Tante Nung semakin membuatku bergairah, dan,

Croot crooottt crroottt crrroott

Spermaku tumpah di dalam vagina Tante Nung. Aku telah membuahi Tanteku sendiri. Aku masih belum berhenti memompa vaginanya.

Seerr seeerrr seeerrrr
"Mmmmhhh.....mmmmhh ..... mmmhhh..... mmmhh..."

Tante Nung keluar juga, dia mendesah saat masih berciuman denganku, sesaat setelah kuberikan benihku. Tangannya keras mencengkram pundakku. Perlahan pompaanku kuperlambat. Kedutan vagina Tante Nung mulai reda. Tante Nung melepas ciumanku, dia menunduk.

"Kok kamu keluarin di dalam sih..."
"Iya Tante, abisnya nikmat sekali, ga bisa kontrol saya"
"Kalo Tante hamil gimana ris"
"Ya kata Tante kan minum pil KB"
"Iya bisa aja, tapi entar kalo Om kamu tau jumlah pilnya berkurang mau ngomong apa hayo"

Shit iya yah. Aku tak berpikir sampe sana. Aku mencabut penisku yang masih tegak, namun berangsur lemas. Aku mencium bibir Tante Nung, kemudian mundur perlahan.
"Gampang aja itu Tante, yang penting minum dulu biar ga hamil"
"Iya ris"

Aku memasukkan penisku ke dalam celana. Tante Nung turun dari meja, berputar dan lanjut mencuci piring. Aku masih menemaninya, tapi sambil duduk di sofa nonton tv.
"Gedein dikit ris volumenya"
Aku meningkatkan volume tv, Tante Nung masih ingin mendengarkan berita gosip terpanas hari ini. Aku menjadi mengantuk, suara merdu presenter infotainmen membuatku tertidur di sofa. Aku tertidur dengan nyenyak, tanpa peduli apa yang akan terjadi.


***


Liburan semester memang sangat cepat habisnya. aku sudah di penghujung liburan. Sejak kejadian pertama Tante Nung mengoralku saat aku bermain GTA, Sudah banyak eksperimen yang kulakukan bersamanya, seperti apa pengaruh dengan hal hal yang yang tak dipercaya Tante Nung, hal yang menjijikkan baginya, atau merubah kebiasaan Tante Nung, sampai bereksperimen dengan bawah sadarnya.

Banyak yang sukses, namun banyak juga yang gagal. Aku tak mau berpisah dari Tante Nung, tapi lusa aku harus pulang ke rumahku, lanjut kuliah seperti biasa. Ya bisa aja sih waktu sabtu minggu aku mampir lagi, tapi percuma saja, anaknya bakal ada di rumah, jadi susah untuk bisa berdua saja, kecuali aku nekat. Oleh karena itu, supaya dapat bertahan sampai liburan panjang selanjutnya, Aku ingin di hari terakhirku liburan ini untuk membuat momen yang indah, nikmat tentunya.

"Ris ntar sore Bu Leli bawa pesenan, bantuin masukin yah"

Tante Nung membuka percakapan di sela istirahatnya setelah orgasme. Matanya masih nonton tv. Dildo pink menancap dalam di vaginanya, posisi menyala. Dia duduk agak selonjor di sofa depan tv, tanpa sehelai benang pun. Aku yang duduk di sebelahnya masih tetap tertegun dengan indahnya body Tante berumur 31 tahun ini.
"Emang Om dateng jam berapa Tan?"

Tante Nung menggapai hp nokia qwerty miliknya, dia mengecek sesuatu.
"Jam 5 sore landing di bandara"
Aku mencium bibirnya sambil meremas susunya.
"Oh Tante mau jemput Om di bandara?"

Tante Nung beranjak dari sofa, kemudian berlutut di lantai, tangannya menyentuh lantai, posisinya kini seperti anjing, dengan dildo masih bergetar di vaginanya
"Iya Tante mau ke bandara sekarang. Ris Tante mau pipis sekalian mandi, tolong lepaskan dildoku dong"
"Oke Tan"

Aku mengikuti Tante Nung yang berjalan merangkak seperti anjing, menuju kamar mandi.
"Emang kalo om sampe rumah langsung dirayain Tan?"
"Nunggu Eko sampe di rumah juga, bimbelnya selesai jam 6. Kamu beli cola sama snack yah, ke hypermart atau kemana gitu. 3 botol gede cukup kan?"
"Cukup Tan"

Kita telah sampai di kamar mandi. Tante Nung masih dalam posisi anjingnya.
"Aahhh........"

Kucabut dildonya, benar benar becek. Apalagi vaginanya. Tak berselang lama dari vagina muncul air pipis, memancar diagonal ke belakang hingga terkena telapak kaki Tante Nung sendiri. Cukup banyak yang keluar, Tante Nung cuek aja melihatku sambil mengeluarkan air seninya. Aku meletakkan dildo di meja wastafel, kemudian menyiapkan bidet untuk menyiram air kencing yang meluber kemana mana.

Tante Nung selesai kencing, dia mengangkat satu kakinya di udara, seakan memintaku untuk menyiraminya. Kusemprotkan air yang cukup kencang ke vaginanya, Tante Nung sedikit tersentak, kemudian pasrah saja dengan keusilan keponakannya. Aku menyiram lantai kamar mandi juga, memastikan tidak ada air seni yang tergenang.

Setelah bersih aku melepas dan menggantung semua bajuku. Penisku sudah posisi tegak. Aku menutup wc duduk, kemudian duduk disitu. Tante Nung melihatku, paham maksudnya. Dia merangkak mendekatiku, kemudian mulai menghisap penisku. Tangannya masih menempel di lantai, hanya kepalanya saja yang naik turun memberikan nikmat di penisku. Aku agak menunduk, tanganku iseng menggapai dan mengorek vaginanya.

5 menit aku dioral Tante Nung, aku cukup puas. Aku sudah bisa mengontrol nikmat seksual yang kudapat, tak seperti dulu baru dihisap sudah muncrat. Aku mendorong kepala Tante Nung untuk melepaskan penisku dari mulutnya, kemudian aku berdiri, menyalakan shower. Tante Nung yang masih terdiam melihatku, mulai berjalan merangkak menuju bilik shower. Tante Nung tersenyum, kemudian menutup matanya. Aku mengarahkan shower ke seluruh tubuhnya.

"Maunya nyabunin tubuh Tante aja ris, mana sikat gigi, mana sabun muka, mana shampo?"
Tante Nung menuntut mandi yang benar, tak hanya menyabuni badan saja. Aku mengambil sikat gigi milik Tante Nung, mengolesinya dengan pepsodent. Dengan sedikit jongkok, aku memasukkan sikat gigi itu ke dalam mulut Tante Nung dan mulai menyikat giginya.

Selesai menyikat kuarahkan shower ke mulutnya, Tante Nung membuka mulutnya lebih lebar dan berkumur. Aku mengambil ponds, kupencet isinya sedikit kemudian menempelkan ke pipi dan dahi Tante Nung. Kuratakan di seluruh muka, Tante Nung memejamkan mata, untuk kemudian kubilas dengan shower.

Lanjut, aku mengambil pantene dan menuangkan ke telapak tanganku. Aku mengeramasi rambut Tante Nung, mengusap hingga ujungnya. Aktivitas ini boleh dibilang sudah kulakukan berkali kali, tapi tak membuatku bosan sama sekali. Dan mungkin aku harus berpuasa dulu setelah ini, karena suami Tante Nung sebentar lagi ada di rumah. Setelah membilas rambutnya, aku lanjut ke bagian favorit. Kugantung shower, kutuangkan lux cair ke shower puff, kemudian kuremas hingga berbusa.

Kini Tante Nung kusabuni, seperti sedang memandikan anjing. Tante Nung yang masih posisi berlutut tangan menempel di lantai, melihatku bersemangat ingin menyabuninya, sebuah aktivitas yang seharusnya hanya dirinya dan suaminya saja yang boleh melakukannya. Nyatanya tubuhnya sekarang penuh sabun yang kuusap dari shower puff, seluruh tubuh hingga ke area privatnya.

Ketika sampai di buah dadanya, aku sengaja berlama lama disitu, bermain dengan bagian tubuh yang tak dimiliki oleh pria itu. Aku meremas remas susu gantung yang kenyal dan licin karena sabun itu. Membuatku semakin ngaceng. Satu tanganku bergeser ke perut hingga area selangkangan. Vagina yang sudah mulai tumbuh bulu bulu halus itu penuh busa, kuusap berkali kali.

"Hariss... nakal lagi deehhh...shhhttt..."
Aku pun semakin ngaceng dengan perlakuanku sendiri ke Tante Nung, hingga tak tahan akhirnya aku ingin mempenetrasi Tante Nung. Kurubah posisiku dari samping Tante Nung ke belakang Tante Nung, Tampak bongkahan pantat siap untuk dieksplorasi. Kurapatkan kedua kaki Tante Nung, aku maju sedikit hingga kakiku sejajar dengan pinggulnya, kemudian aku setengah berjongkok,

Sleeppp

Sangat licin dan hangat di dalam tubuh Tante Nung. Tubuhku bertumpu sebagian ke punggung Tante Nung, dan kedua tanganku asyik memerah susu Tante. Kumaju mundurkan penisku, Tante Nung mendesah kenikmatan menerima hujaman penis di vaginanya dan remasan di buah dadanya.

"Aaahhh.... aaahhh.... aahhh.... aaahhh.... sshhhttt.... aahhhh"

Kepala Tante Nung menunduk, matanya terpejam, peluh bercampur air sisa di rambut basah yang menjuntai ke bawah, tergoyang menerima pompaan dariku.

serrr serrr serr seerrrrrr

Tiba tiba vagina menjepit keras penisku, berkedut kedut. Pahanya bergetar. Tante Nung orgasme tanpa suara. Aku menghentikan pompaanku sementara. Semenit kemudian orgasme Tante Nung mereda, kulanjutkan lagi memompa lubang licin karena sabun itu.

"AAAhhhh.. AAAAhhhh... AAAAhh... AAhhhh...Ahhhh...."
serrr serrr serrr serrrrrr

Belum ada semenit kupompa, Tante Nung orgasme lagi!

wow aku semakin bergairah, tapi kubiarkan Tante Nung menikmati masa masa terindahnya. Sebelum reda, Tante Nung tiba tiba tergeletak di lantai, Penisku tercabut, aku kehilangan keseimbangan jadi tanganku bertumpu pada lantai. Aku lihat punggungnya naik turun, dia ngos ngosan. Rupanya Tante Nung kecapekan dua kali orgasme.

"Bentar ris, Tante capek... hhh.. hhh.. hh.... Kamu mandiin macam apa sih sampe bikin Tante orgasme dua kali gini? hhh.. hhh.. hhh"
"Yaa supaya Tante bersih, kan bentar lagi mau ketemu Om"

Hmmm... bisa dibilang aku telah sampai di titik dimana Tante Nung telah menerima stimulasi seksual terus terusan, hingga membuatnya gampang orgasme. Kukira efek dari terus terusan dirangsang bakal membuat Tante Nung kebal, sebaliknya, Tante Nung malah semakin sensitif akan rangsangan. Kuangkat badan Tante Nung, kududukkan bersandar di dinding. Mata Tante Nung sayu, dia masih terangsang.

"Ris, Tante horny banget...."
"Iya ntar Tante pake aja dildoku abis mandi, sekarang beresin dulu mandinya"
"Tapi Tante capek"

Kusiram seluruh tubuh Tante yang duduk lemah di dinding bilik shower, kubilas hingga tak ada sabun.
"Iya Tante Nung sudah bukan anjing lagi setelah mandi, aktivitas seperti biasa aja, sesuka Tante"

Tante Nung perlahan berdiri, aku masih belum selesai membilas belakangnya dan selangkangannya. Kuusap perlahan vagina Tante Nung sambil kusiram dengan shower.

"YAAANNNGG...!! AKU PULAANNGG...!!!"

Mata Tante Nung membelalak. Dia melihatku, mencoba mengkonfirmasi apa yang dia dengar. Aku pun kaget juga.

Itu suara sah milik Suami Tante Nung!

"YAAANNGG...??? KAMU DIMANAA..."

Suara itu semakin dekat dengan kamar mandi.
"LOH SAYAAANNNGG??? KOK SUDAH PULANG..???"
Tante Nung mencoba menjawab dari dalam kamar mandi. Tante Nung dengan sigap mengunci kamar mandi, kemudian balik ke bilik shower.

cklek cklek cklek tok tok tok.

"Yaangg...?? Kok dikunci sih?? kamu ngapain di dalam?"
"Bentar sayang, masih sabunan, perih mata. Kan ada haris disana makanya kukunci"

Tante Nung buru buru mengambil bajuku yang tergantung, menyerahkan ke aku dan menunjuk ke jendela keluar. Aku mengangguk, kemudian memakai bajuku.
"Haris mana yang? ga ada di rumah, di kamarnya ga ada"

Aku menggeser jendela kesamping, memberiku celah untuk keluar.

"Oh masa? tadi katanya mau keluar sebentar kalo ga salah, beli minuman ke hypermart"
Tante Nung sambil memberiku sinyal untuk kembali sambil bawa tentengan minuman. Aku mengangguk lagi.
"Yaaanngg buruan ih aku kangeenn!!"
"Iya sabar sayaanng bentar lagi selesai"

Aku memanjat jendela keluar, di balik jendela itu ada taman yang punya akses ke pintu belakang rumah. Jendela dari luar tak terlalu tinggi, tanpa loncat aku bisa mendarat di rerumputan. Tak lama kemudian aku mendengar jendela bergeser namun tak sepenuhnya ditutup. Aku menemukan batako tak dipakai, kupindah persis di bawah jendela tempat aku keluar tadi. Aku menaiki batako itu. Dengan sedikit berjinjit, aku bisa mengintip kamar mandi itu.

"Sayaaanng... Kok ga bilang kalo pulang lebih cepet?"
Tante Nung yang masih telanjang mencium bibir lelaki yang berdiri di pintu kamar mandi itu.
"Iya Sayang, pingin surprise ceritanya"
Kedua tangan lelaki itu melingkar ke belakang perut Tante Nung, kemudian turun, meremas pantat Tante Nung. Aku merasa cemburu. Hei, aku cemburu sama suami Tante Nung. Perasaan macam apa ini.

"Aahhh.. sayaaannnngg... jadi kepingin ini..."
Ciuman itu semakin panas, aku yang hanya cemburu pasrah melihat Tanteku kembali ke pelukan suaminya, ditambah ngaceng. Tiba tiba Tante Nung diputar badannya, pria berawakan kecil itu melepas sabuknya, menurunkan resletingnya, dikeluarkannya penisnya, wow penisnya gede juga, lebih gede dariku. Dengan sekali hujam penis itu memasuki liang vagina istrinya dari belakang.
"Sayaaanngg... tempik kamu becek bangettt... kamu tadi masturbasi yaahhh...??"
Tante Nung hanya mendesah tak menjawab pertanyaan itu, tangannya bertumpu pada dinding yang terpasang cermin. Susunya meloncat loncat bereaksi atas terjangan penis suaminya.

Plaakkk
Satu tamparan mendarat di pantat wanita telanjang itu, Tante Nung mendongak, berteriak kecil diantara desahannya.
"Jawab sayang....!"
"iii.... iiyyaaahhh... sshhh.. haaahh... haahh.."
Hujaman pria berwajah oriental itu semakin kasar. Well, aku mungkin tak menyalahkan pria itu, dia suaminya, lagipula dia belum ketemu istrinya 3 bulan lebih. Apa aku bakal sekasar itu kalo tak ngeseks selama 3 bulan? Entahlah.

"Iya apa sayang...?!?!"
"iiiyaaahh.. akuuuhh.. tadiihh.. masturbassiihh...AAAHH... AHHH... AHHH.. AAAhhh... hhhh"
Aku kenal erangan itu. Tante Nung sedang orgasme. Namun pria itu tak menghentikan pompaannya.

"Stop yang..hhh.. berhentih duluh....aahh... ngilu yaangg...."
Tante Nung terlihat melemas, tangannya semakin turun, kini posisinya menungging namun kakinya tetap lurus, tangan suaminya menahan pinggulnya supaya tetap berdiri, sambil tetap memompa, semakin cepat.

Mata pria itu mengarah ke atas, hujaman terakhirnya paling keras, kemudian dia berhenti, dorongan terakhirnya membuat penisnya tertancap dalam dalam di vagina Tante Nung. Rupanya suaminya ejakulasi. 10 detik kemudian tangannya melepas pinggul Tante Nung, seketika itu juga Tante Nung jatuh tersungkur di dalam kamar mandi. Maafkan aku Tante, tak kusangka Tante harus melayani dua pria dalam waktu yang dekat.
"Kutunggu di kamar yang"

Aku turun dari batako dan keluar rumah utuk membeli Cola. Tak kusangka suami Tante Nung orangnya kasar dalam urusan ranjang. Atau hanya ini saja? Aku tak tahu, baru kali ini aku menyaksikan mereka bersenggama. Kalo emang dia kasar, apa hakku? Aku datang jadi pahlawan mesum gitu? Tante Nung juga ga pernah menceritakan perihal suaminya.

Well, mungkin aku yang tak pernah menanyakan. Satu hal yang bisa kulakukan, yaitu bersikap layaknya keponakan yang baik, tak tahu menahu soal ini. Mungkin nanti tiba saatnya aku diberi tahu secara langsung oleh Tante Nung, saat itulah aku harus tahu apa yg harus kulakukan. Tapi apa?

Kantong kresek besar sudah kutenteng, isinya 1 botol Cola, sprite, fanta orange, chitato, wafer tango. Cukuplah. Sesampainya aku di depan pagar depan, aku bertemu Bu Leli, tampak dia tersenyum menutup pagar dari luar. Dia terdiam menghadap pagar yang tertutup itu. Sekilas tampak mulutnya seperti bicara, tapi dengan siapa aku tak tahu, seperti sedang komat kamit.

"Bu Leli.....?"
Bu Leli tersentak kaget memutar badannya.
"Eehh.. oohh.. Hariss?? D.. D.. Darimana kamu?"
"Ini beli cola sama jajan"
"O.. oo.. oooh... yaudah saya balik dulu yah riss...."
Pantat bulat terbungkus rok selutut itu tergesa gesa meninggalkan rumah Tante Nung. Mungkin dia tadi habis nganterin tumpeng yang dipesan Tante Nung. Aku membuka pagar itu, menuju pintu depan.

"Slamlekooom.. Tanteee.. ini Colanya...."
Aku melihat tumpeng nasi kuning tersaji di meja makan, tapi aku tak melihat kehadiran pemilik rumah. Sayup sayup aku mendengar erangan dari dalam kamar tidur utama. Oh mereka belom selesai toh.

Aku menaruh kresek Cola di meja makan, lanjut ke kamar untuk main komputer. Shit suara erangan Tante Nung lebih terdengar di kamarku. Ngaceng lagi deh. Mana belum tuntas tadi. Tapi aku sadar, itu bukan erangan seperti biasanya, lebih mirip Tante Nung sedang kesakitan. Hmmm, mungkin suaminya punya gaya tersendiri untuk supaya erangan Tante jadi seperti itu.

Glodak

What the... Aku mendengar suara seperti badan yang terjatuh, suara itu dari dalam kamar Tante Nung. Ngapain aja sih mereka, bikin penasaran aja.

30 menit kemudian aku mendengar pintu kamar dibuka. Muncul seorang lelaki yang hanya memakai boxer dan handuk kecil mengalung di lehernya. Dia mengambil air minum. Aku akan menghampirinya, sekedar basa basi supaya sopan.

"Haris?"
"Om David. Apa Kabar?"
Namanya Om David. Dia melihatku dan menyapaku duluan. Aku memberinya senyuman ringan dan menyalaminya. Orangnya perawakan pendek, orang Manado, ada keturunan cina. Secara teknis dia sudah pindah ke sini sejak menikahi Tante Nung, walaupun hanya 3 bulan sekali. Aku jarang sekali ketemu dia, ini kebetulan saja aku bisa bertemu, walaupun hanya sehari, besok aku sudah pamit.

"Baik, kau apa kabar ris? masih kuliah?"
"Baik Om, masih, ini mau semester 5, senen ini mulai kuliah. Om naik apa tadi sampe rumah? Tante tadinya rencana mau jemput di bandara"
Pintu kamar masih sedikit terbuka, aku masih bisa melihat Tante telanjang terbaring meringkuk di kasur.
"Biasalah, Taksi. Tadi ada flight yang lebih awal, saya coba tanya apa bisa reschedule kalo ada seat kosong, ternyata bisa masuk. Hei, kau lihat apa?!?"

Shit. ketahuan.
"Eehh.. maaf Om, itu pintunya masih sedikit terbuka"
"Itu mata kau jangan lihat macam macam yah"
Faakk dimarahin. Tapi entahlah, Dulu sepertinya Om David ini baik, tak mudah marah seperti ini. Yaa mungkin aku yang kelewatan.
"Maaf Om, maaf, reflek aja tadi. Itu saya baru aja beliin Cola sama snack"
Aku menggaruk belakang kepala sambil menunjuk kantong yang kutaruh di sebelah tumpeng.
"Iya nanti saja kita senang senang, tunggu si Eko"

Om David berbalik, dia menuju kamar lagi. Pintu kamar itu terbuka lebih lebar saat Om masuk, aku bisa melihat Tante Nung karena aku lebih tinggi dari Om David. Tante Nung terbangun karena sadar suaminya datang,
"Enggak mas... cukup... jangan mas... Please....."
Suara Tante terdengar lirih, sayup sayup menghilang bersamaan dengan pintu kamar yang tertutup dan dikunci. Aku tak bisa menebak apa yang kulihat, yang jelas aku hanya mendengar Tante Nung sepertinya sudah tak mau untuk melakukan sesuatu.

Apa karena seks yang berkali kali? atau karena Om David kasar? Aku kembali ke komputer dengan seribu pertanyaan. suara erangan itu kembali terdengar. Kali ini terdengar suara tamparan di sela sela erangan Tante Nung. Ya, mungkin Om terlalu kasar mainnya. Tapi mungkin saja Tante Nung suka sama yang kasar kasar begini. Entahlah, lanjut aja main GTA nya.

"mas Haris? Papa mana?"
si Eko muncul di kamarku.
"Masih di kamar Eko, kayaknya kecapekan tadi langsung istirahat, belom keluar sampe sekarang."
"Oh sama Mama?"
"Iya Eko, bangunin aja, entar lewat sampe besok pagi hahaha. Oh ya Eko, selamat ulang tahun yah"
"Hahaha iya mas, makasih, aku mau mandi dulu"

Eko beranjak ke kamarnya sendiri. Hari sudah mulai gelap. Aku menyalakan lampu lampu. Setengah jam kemudian Om David dan Tante Nung keluar dari kamar.
"Loh ris? Eko mana?"
"Masi mandi Om, bentar juga keluar"

Om David hanya memakai celana 3/4, dengan baju hem santai. Sedangkan Tante Nung memakai kaos putih ketat dan jeans biru ketat, terlalu ketat hingga seluruh lekuk tubuhnya terlihat. Tante Nung berdandan juga. Mereka duduk menunggu di sofa depan tv. Aku membawa tumpeng ke meja depan tv. Tante Nung paham dan mengambilkan piring sendok dan gelas. Aku perhatikan Tante Nung berjalan agak sedikit pincang. Semenit kemudian Eko keluar kamar.

"Heeeiiii anak papa!! selamat ulang tahuuun!!"
Om David memeluk Eko, lanjut Tante Nung memeluknya juga. Aku hanya menyalami Eko.
"Lilin mana lilin, Ris! ambil lilin"
"Siap Om"

Aku mengambil lilin yang memang sudah tersedia beserta koreknya, menaruh di depan tumpeng dan menyalakannya.
"Ayooo tiup lilinnya Eko!!"
Eko berhenti sejenak, kemudian meniup lilinnya. Kita semua tepuk tangan. Tante Nung mengambil piring dan sendok Nasi, kemudian menyerahkan ke Eko. Eko memotong tumpeng dan menyerahkan ke kedua ortunya. Selanjutnya aku mengambil sendiri. Kita makan bersama di depan tv, sambil ngobrol kemana mana.

Sudah cukup malam, kita menyudahi acara kecil kecilan ini. Eko beranjak ke kamarnya untuk tidur. Tante Nung membereskan piring piring dan sendoknya. Om David kembali ke kamar. Aku membantu membereskan makanan dan minuman yang masih tersaji di meja tv.

"YAAnng... kesini bentar"
Aku mendengar suara Om dari dalam kamar. Tante Nung berjalan menuju kamarnya. Kamar itu ditutup setelah Tante Nung masuk. Sejenak kemudian aku mendengar suara cekcok dari dalam kamar itu. Suara mereka semakin keras. Aku yang penasaran, menuju kamarku untuk mendengar lebih jelas. Tapi ternyata masih tak jelas juga, hanya terdengar suara kedua orang itu semakin cepat dan terkesan marah.

"DASAR WANITA BANGSAT.!!"

Om David membuka pintu kamar dengan mengucap perkataan itu.
Brak
Pintu kamar dibanting. Aku melihat sekilas Om hendak menuju kamar tamu, kuikuti, kemudian dia keluar lewat pintu depan.
Brak
Pintu depan dibanting juga. Eko membuka kamarnya, penasaran dengan apa yang akan terjadi.
"Ada apa mas?"
"Entahlah Eko, kayaknya papa mama kamu lagi cek cok. Kamu masuk aja, daripada kena semprot juga"
"Iya mas"

Eko menutup pintu kamarnya. Aku menuju kamar Tante Nung. Aku menemukan Tante Nung duduk di lantai, sesenggukan.

Aku menghampirinya, kemudian duduk di sebelahnya, menyentuh pundaknya.
"Yang sabar Tan"

Tante Nung sadar ada aku disebelahnya, kemudian memelukku, dia menangis di pundakku. Aku mengelus punggungnya mencoba meredakan tangisannya. 10 menit kemudian tangisannya sudah mulai reda. Aku mengangkat Tante Nung, menggendong depan, kemudian kuletakkan di kasur yang ternyata masih acak acakan.

"Auuww sakit riss..."
Tante Nung mengeluh sakit ketika pantatnya mendarat di kasur. Aku paham, Aku sedikit mengangkatnya kembali, kemudian menurunkan pelan secara sejajar supaya tak tertumpu di pantatnya. Selimut yang terdapat bercak bercak basah itu kugerai, kurapikan kemudian kutarik untuk menyelimuti Tante Nung. Matanya sembab sehabis menangis, melihatku terdiam.
"Kalo pingin cerita cerita aja Tan..."
Aku duduk di sampingnya.

"Pil KB yang dulu kuminum ris, Om kamu tahu kalo hilang satu"

Degg. itu pil KB yang seminggu lalu pernah diminum satu karena kelepasan aku muncrat di dalam vaginanya.

"Trus Tan? Tante bilang apa?"
Aku mengambil tisu di meja samping kasur dan memberikan ke Tante Nung.
"Tante bilang barusan kuminum, kan dia tadi keluar di dalam juga. Tapi dia gak percaya, malah marah marah gak jelas. Tante sudah minta maaf segala macem tetep aja marah marah"

Syukurlah. Disini aku belajar untuk lebih hati hati dalam urusan beginian. Tapi alasan Tante Nung cukup logis, kenapa Om masih marah marah?
"Tapi ntar Tante kalo ga minum hamil dong abis ini"

Tante Nung meniup ingusnya ke tisu.
"Hari ini lagi aman ris"
"Atau emang Om pingin Tante hamil?"
"Enggak lah, Tante kan ikut program, kita memang sejak awal sepakat satu anak aja ris"
"Trus kenapa Om marah marah?"
"Ga tau ris, kayaknya dia emang lagi cari alasan buat marah marah. Ris bisa minta tolong?"
"Apa itu Tan?"
"Kamu ikuti Om kamu kemana, Tante kuatir. Tapi diem diem aja yah, dari jauh kamu ngikutinya"
"Oh oke Tan. Tante istirahat dulu. Aku minta maaf Tante kalo jadinya begini. Mulai sekarang saya akan lebih hati hati Tan"
"Iya gapapa ris, Tante seneng kok selama ini kamu bantuin masturbasi, tadi juga kamu gendong Tante ke kasur, belajar romantis dimana sih"

Tante Nung tersenyum kembali. Aku sedikit lega Tante masih bisa tersenyum. Aku beranjak dari kasur, menutup pintu kamar, kemudian beranjak keluar rumah.

Om David sudah tak kelihatan pergi kemana. Ke kiri atau ke kanan? Kucoba ke kiri. Aku sampai di pertigaan. Tak ada tanda tanda Om, terlalu cepat kalo dia sudah tak kelihatan lagi di jalan ini.

Oke aku balik arah sedikit berlari. Aku sampai di perempatan, aku menoleh ke kanan, terlihat Om david sudah cukup jauh, berjalan belok ke kanan lagi. Aku mengejarnya, 3 perempatan sudah kulewati.

Perumahan ini memang cukup luas. di perempatan ke 4, aku menoleh ke kanan, Om David masih berjalan sambil menoleh ke kirinya. Tiba tiba dia berhenti, kemudian dia menyalakan hapenya. Aku sedikit mendekat sambil tetap sembunyi. Aku melihat sekitar, ini perumahan Blok K.

Terdengar suara gembok dibuka, pagar itu terbuka keluar. Om David memasuki rumah itu. Pagar itu ditutup kembali dan digembok. Aku semakin mendekat untuk sampai di sebelah pagar rumah itu. Aku mengitip di sela sela tanaman yang cukup tinggi.

Astaga! itu Bu Leli! Ini memang rumah Bu Leli. Aku melihat Om dipersilahkan masuk olehnya, begitu kedua orang itu masuk, pintu itu ditutup. Aku semakin penasaran. aku melihat pagar rumah ini, bisa kupanjat.

Rumah ini hampir sama dengan rumah Tante Nung, satu model denah. Pasti ada jalan menuju pintu belakangnya. Aku mengecek sekitar, tak ada orang, aman. Aku memanjat pagar itu. Sebisa mungkin aku tak menimbulkan suara. Aku berjalan menyusuri teras samping. Terdapat jendela yang lampunya masih menyala. Aku tahu itu jendela ruang tengah. Jendela itu tertutup korden transparan.

Aku mengintip jendela itu dari samping. Memang ada kedua orang itu di ruang tengah. Baguslah, aku tak perlu menuju pintu belakangnya. Jendela di sisi paling pinggir terdapat celah yang tak tertutup korden, aku dapat melihat jelas kedua orang itu.

Tampak mereka sedang berdiri saling berhadapan. Bu Leli hanya memakai daster bunga bunga warna ungu selutut. Mereka sedang ngobrol, Bu Leli tertawa senang, sedang Om David hanya tersenyum diam menimpali. Sejenak kemudian kepala Om David di elus elus Bu Leli dari depan. Om David mengambil sesuatu dari saku belakangnya, itu dompetnya. Bu Leli menyahut dompet itu, membukanya, kemudian mengambil isinya, uang seratusan ribu yang cukup banyak. Dompet itu dilempar ke meja oleh Bu Leli, sedangkan uang ratusan ribu itu dimasukkan kantong dasternya.

Bu Leli kemudian menunjuk sesuatu ke Om David. Om David melepas semua bajunya hingga telanjang. Penisnya menjuntai lemas. Bu Leli memegang kedua pundak Om David, mendorongnya ke bawah. Kini Om David duduk bersimpuh. Bu Leli mengangkat satu kakinya ke atas meja di dekatnya, dia kini mengangkangi Om David yang duduk terdiam menatap selangkangannya. Sedetik kemudian air deras mengucur dari selangkangan Bu Leli, menyiram wajah Om David.

Bu Leli sedang mengencingi Om David. Om David diam tak berekspresi, kemudian mengusap semua air seni Bu Leli ke mukanya dan seluruh tubuhnya. Bu Leli hanya tertawa kecil mendongak. Bu Leli selesai pipis, Om David mengangkat kepalanya menggapai selangkangan Bu Leli, rupanya Om david menjilat vagina Bu Leli. Bu Leli melihat tisu di meja, diambilnya kemudian mendorong kepala Om David dengan satu jari. Diusapnya vagina Bu Leli dengan tisu itu. Om David hanya terdiam melihat selangkangan di atasnya.

Kaki Bu Leli turun kembali dari meja, melempar bekas tisu itu ke Om David, kemudian dihirupnya tisu itu oleh Om David. Bu Leli sedikit mundur, menghadap Om David yang masih duduk bersimpuh dan basah oleh air seni yang baru saja dia buang. Bu Leli menunjuk Om David, Om David berdiri. Bu Leli mengambil sesuatu di kantong dasternya, secarik kertas. Dia membaca sesuatu di kertas itu. Om David masih berdiri terdiam.

Selepas membaca, tiba tiba Om David membelalak, penisnya tegak mengacung, mulutnya menganga. Dia menggapai penisnya sendiri, kemudian dikocoknya. Mata Om David kosong, dia seperti melihat sesuatu di depannya. Om David onani sendiri. Bu Leli mengambil semacam piring kecil kemudian menyerahkan ke Om David. Bu Leli ngomong sesuatu sambil menunjuk piring itu. Om David memegang piring itu di tangan kirinya, penis di tangan kanannya. Kocokan itu semakin cepat.

Bu Leli duduk ke sofa, menyalakan tv. Om David yang sedang onani tak dipedulikannya, Malah dia asyik makan kripik yang tersaji di meja. Aku benar benar tak percaya dengan apa yang kulihat. Gak salah ini? aneh banget.

Sambil makan kripik, Bu Leli mengambil uang yang di kantong dasternya, kemudian menghitungnya. Aku ikut menghitung. uang itu jumlahnya hampir 5 juta. Disimpannya kembali di kantong dasternya, kemudian lanjut nonton tv sambil makan kripik. Sementara itu Om David semakin cepat onani, piringnya diarahkan di depan penisnya. 5 menit kemudian mata Om David mengarah ke atas. Penisnya memuntahkan sperma ke piring yang memang disiapkannya, Om David berangsur diam tak mengocok lagi.

Bu Leli menoleh sejenak ke Om David, kemudian berdiri. Dia mengecek air mani di piring itu, kemudian meludahinya. Tak hanya sekali, namun 5 kali, sampai dia harus mengumpulkan terlebih dahulu baru meludahi lagi. Kini piring itu terdapat sperma Om David dan ludah Bu Leli. Jari Bu Leli memutar di piring itu, seperti mengaduknya, sambil membaca kembali tulisan di secarik kertas yang dipegangnya.

Jari itu kemudian diarahkan ke mulut Om David, serta merta dihisapnya . Bu Leli menarik jarinya, mengambil tisu untuk melap jarinya. Om David kemudian mengarahkan piring itu mendekati mulutnya. Faaakkkk isi piring itu diminumnya. Dijilatnya hingga bersih.

Bu Leli kembali duduk di sofa, kemudian seperti mengusir Om David. Om David berjalan memasuki area dapur, sepertinya mau ke kamar mandi. Bu Leli mengambil remote tv untuk mengganti channel.

10 menit kemudian Om David muncul, ya dia baru saja mandi. Bu Leli menunjuk lantai tempat dia berdiri tadi, kemudian menunjuk sesuatu di dekat dapur. Om David mengambil alat pel dan mulai mengepel lantai bekas air seni Bu Leli.

Setelah bersih, Om mengembalikan pel ke tempat semula, kemudian berdiri lagi di tempat yang sama. Bu Leli yang asyik makan kripik sadar kalo Om David sudah berdiri disitu tak bergerak. Bu Leli menyuruh Om David mendekatinya. Kaki Bu Leli melebar, Bu Leli menarik dasternya hingga sepinggang. Om David duduk bersimpuh lagi, persis di depan Bu Leli. Kemudian kepala Om David mendekati selangkangannya, kembali mengoral vagina Bu Leli. Bu Leli hanya asyik nonton tv, sambil mengelus kepala Om David, sambil makan kripik. Sesekali dia mendesah.

Desahannya semakin sering, kemudian Bu Leli memukul kepala Om David dua kali. Om David berhenti, lalu berdiri. Penisnya masih loyo. Bu Leli seperti terangsang berat, dia menggapai kertas di kantongnya, membaca sesuatu. Om David membelalak lagi, Penisnya mendadak tegang kembali. Apa di kertas itu ada suatu mantra? Sehingga bisa mengontrol Om David. Bu Leli sedikit membetulkan duduknya, Om David melihat Bu Leli, kemudian langsung mempenetrasi vaginanya dengan penisnya yang aku akui lebih besar dari punyaku. Om David bersenggama tanpa ekspresi, mulutnya menganga, matanya kosong. Sedangkan Bu Leli mendesah menikmati terjangan penis di dalam vaginanya.

Persetubuhan itu semakin cepat. Bu Leli memeluk Om David, Sedangkan Om David semakin laju memaju mundurkan pantatnya. 10 menit kemudian Bu Leli sedikit mengejan, dia sudah sampai. Dipukulnya punggung Om David berkali kali, Om David langsung berhenti. Napas Bu Leli masih memburu.

Semenit kemudian Bu Leli menepuk punggung Om David, memberikan isyarat untuk melanjutkan lagi perselingkuhan itu. Kini Bu Leli sudah sedikit santai, dia seperti hanya menunggu. 5 menit kemudian Om David menghujam keras di dalam vagina Bu Leli, kemudian berhenti. Aku bisa melihat samar selangkangan Om David dari belakang berkedut kedut seperti menginjeksi sesuatu ke dalam vagina Bu Leli. Om David sudah ejakulasi, kemudian mencabut penisnya. Bu Leli mendekati penis yang masih tegak itu kemudian mengulumnya sebentar.

Bu Leli menunjuk baju Om David, menyuruhnya untuk memakai bajunya. Om David memakai bajunya. Bu Leli berdiri, mengambil dompet dan memberikan ke Om David seraya mencium ringan Om David. Om David memutar badannya kemudian beranjak keluar bersama Bu Leli.

Aku masih sembunyi di teras samping yang cukup gelap untuk bisa bersembunyi. Aku melihat Bu Leli membuka gembok pagar, kemudian mempersilahkan Om David keluar. Om David berjalan keluar tanpa ekspresi. Bu Leli kembali mengunci pagarnya, kemudian masuk. Cahaya lampu ruang tengah yang terlihat dari jendela dimatikan oleh Bu Leli. Sepertinya dia mau tidur.

Aku mengecek sekitar, kemudian meloncati pagar itu lagi. Aku kembali pulang ke rumah, yang ada malah membawa pertanyaan. Yang bisa kusimpulkan adalah Om David sepertinya sedang dipelet Bu Leli, Aku hanya bisa menganalisa dari gerak geriknya tadi di ruang tengah. Dan kuat dugaanku itu berjangka panjang, banyak sekali aktivitasnya yang sepertinya untuk menyiapkan sesuatu di kedepannya. Entahlah aku harus ngomong apa ke Tante Nung.

Aku berjalan terlalu cepat, aku bisa melihat Om David di depanku. begitu sampai di perempatan pertama, aku belok kiri, hendak mengambil jalan putar untuk sampai di rumah. Aku berlari supaya bisa lebih dulu sampai di rumah daripada Om David. Sesampai di rumah, aku membuka pintu depan perlahan. Om David belum sampai. Aku segera menutup pintu depan dan menuju kamarku, lalu kututup pintu kamarku.

Aku menghempaskan diri ke kasur, masih mencari napas.

What. the. Fak.

Hari ini adalah hari teraneh yang pernah kujalani. Aku melihat jam, setengah 12. Begitu banyak pertanyaan yang muncul di pikiranku. Aku mendengar pintu depan dibuka, kemudian ditutup lagi. Seseorang berjalan menuju kamar Tante Nung, membuka pintu kamar kemudian menutupnya lagi. Om David sudah sampai di kamar. Aku melihat langit langit, apa yang harus kulakukan? semakin kuulang pertanyaan itu di pikiranku, semakin hilang jawabannya.

Aku tak mengantuk, akhirnya kuputuskan untuk nonton tv, seperti biasa kulakukan malam malam. Aku keluar kamar menuju sofa depan tv. Ruang tengah sudah tinggal lampu redup yang menyala. Kucari remote, ternyata bersembunyi di bawah tv persis.

Kunyalakan sambil kukecilkan volumenya hingga jadi level 1, sudah cukup untuk bisa kudengar. Aku mencari acara yang bagus, hanya ada humor dewasa atau berita. Yasudah humor dewasa aja. Shit artisnya ketat banget bajunya, jadi teringat Tante Nung waktu acara ultah Eko tadi. Aku ngaceng lagi. Sudahlah kubiarkan saja ngaceng toh ga ada siapa siapa juga disini.

Satu jam kemudian, aku masih belum bisa tidur, mendengar suara kunci pintu kamar dibuka, kamar Tante Nung. Kepala Tante Nung keluar, melihatku. Kita saling pandang. Tante Nung menutup pelan kamarnya lagi. Dia berjalan ke arahku. Jalannya tertatih, lebih parah dari tadi sore.

"Ga ngantuk ris?"
Tante Nung masih berpakaian kaos putih ketat dan jeans biru ketat.
"Belum Tan, biasa, nonton tv sampe ngantuk baru tidur"
Tante Nung perlahan duduk disebelahku. Mukanya terlihat meringis menahan sakit.
"Emang besok mau pulang jam berapa"
"Siang aja. Tante, kok jalannya kayak pincang gitu sih?"
"Tolong ambilin minyak tawon ris"

Aku beranjak dari sofa, mengambil minyak tawon di dapur, kemudian kembali duduk menyerahkan ke Tante Nung.
"Apa Om habis kasar sama Tante?"
Tante Nung menuang botol yang ditutup oleh telapak kanannya, sehingga minyaknya menempel di tangannya. Bau minyak tawon menyeruak.

"Sebenarnya Om kamu memang kasar sejak awal ris"
Tante Nung mengusap lengan atas tangan kirinya. Dia sedikit meringis saat mengusapnya.
"Cuma ga tau, sejak pulangan yang 3 bulan lalu, dia mulai ada tanda tanda lebih kasar dari biasanya"

Tante Nung menyerahkan minyak tawon ke aku, berbalik membelakangiku, menarik kaosnya hingga punggungnya terlihat. Tampak BH hitam menempel di punggungnya, di sekitar punggung itu samar terlihat ada lebam biru di beberapa tempat.

"Lebih kasarnya gimana Tan?"
Aku menuangkan sedikit minyak tawon dan mengusap ke daerah lebam itu. Tante Nung sedikit tersentak ketika aku menyentuh pendarahan dalam itu.
"Yaa ga sampe main fisik. Biasanya kasar di mulut aja. Tadi sore seks sambil mukul mukul gitu"

Aku merasa kasihan, aku memutuskan untuk tidak menceritakan kejadian barusan supaya Tante Nung tidak tambah stress.

"Jadi tadi Om kamu pergi kemana ris?"

Tante Nung menurunkan kaosnya, kemudian melepas kancing jeans, menurunkan perlahan sampai kaki, sambil menahan sakit. Tante memakai CD hitam. Aku melihat lebam biru besar di paha kirinya. Kurasa itulah yang menyebabkan dia pincang.

"Tadi ga kekejar Tan, Om udah hilang, aku cari kemana mana sudah ga keliatan"
Aku menuangkan lagi minyak tawon dan mengusap perlahan di paha kirinya. Selesai mengusapnya, Tante Nung menungging, astaga, pantatnya juga terdapat lebam biru. Aku paham dan mengusap lebam di pantatnya.

"Tante ga ngantuk?"
Tante Nung menarik lagi jeansnya.
"Kan tadi sore sudah tidur lama ris"
"Kalo gitu pake baju yang biasa aja Tan, kayaknya sakit banget pake baju gitu"
Tante melihatku, kemudian beranjak ke kamar mandi, dia mengambil daster pink yang digantung deket situ. Aku melihat dari kejauhan Tante melepas kaos putih dan jeansnya, kemudian melepas CDnya. tersisa BHnya. Dia memakai daster pink itu dengan sekali masuk. Tante Nung berjalan lagi ke sini.

"Nah kalo pake ini bisa lebih longgar, sante ris"
"Kenapa ga dari tadi Tan?"
"Om kamu sukanya Tante pake baju yang seksi ris, sama pake make up. Dia ga suka kalo Tante cuma bake baju biasa"

"......Kalo menurutku Tante tetap terlihat cantik mau pake apa aja"
Tante Nung melihatku tersenyum.
"Kamu muji muji gitu pasti ada maunya. ya kan"
"Ehehehe cuma pingin Tante seneng aja. kayaknya sejak tadi siang Tante susah untuk senyum"
Tante Nung memencet hidungku.

"Belajar dimana sih romantis, kenapa kemarin kemarin ga romantis kayak gini sih"
"Leeh kemarin kemarin sudah usaha romantis, Tante aja yang ga terlalu peduli"
Senyum Tante Nung semakin lebar.
"Oh jadi Tante yang ga peka ini?"
"Ehehehe enggak Tan, peka kok. Ampun Tante"
Akhirnya Tante tertawa.

"Tante, aku minta maaf yah, gara gara aku dulu minta Tante minum pil KB jadinya seperti itu"
"Iya ris gapapa. Tante sudah mulai berpikir untuk minta cerai aja ke Om kamu"

Whaaattt. Apa ini salah satu efek pelet dari Bu Leli yah? membuat keluarga menjadi tidak harmonis.
"Jangan Tan, jangan cerai, aku jadi merasa bersalah kalo Tante cerai. Ingat Eko Tan, kasihan Eko juga"
Tante Nung mengusap kepalanya ke belakang, mencoba merapikan rambutnya yang indah.
"Ya abis mau gimana, kukira kasarnya sudah mulai reda, malah semakin jadi. Sifat aneh wanita ris, terkadang kalo disakitin malah semakin cinta. Tapi Tante sedikit berpikir logis lah, siapa juga yang mau disakitin terus terusan kayak gini"

Kalo kekasarannya sudah dapat dipastikan akibat pelet itu. 100%.
"Kalo aku boleh bantu Tan, supaya Om mengurangi kasarnya, apa Tante mau menghilangkan pikiran cerai?"
"Kalo dia ga kasar lagi, Om kamu mau ngeseks berapa kali sehari juga Tante ladenin ris, tapi yaaa kalo capek berhenti dulu lah sebentar"
Tante Nung menimpali tawaranku dengan sedikit tertawa. Aku anggap tawaran itu diterima oleh Tante Nung. Aku tinggal berpikir supaya dapat mengurangi kekasaran Om David. Tapi untuk sekarang Tante butuh istirahat.

"Tante, supaya cepet sehat, Tante istirahat dulu yah"
"Iya ris"
Tante Nung langsung menuruti perintah Influence ku, dia berjalan tertatih masuk ke kamarnya. Aku yang masih duduk di depan tv, mulai berpikir keras. Satu hal yang terlintas di pikiranku. Apa kemampuan ini bisa ngefek ke orang lain? Aku harus mencobanya dulu, sebelum mengaplikasikannya ke Om David atau ke Bu Leli. Oke aku akan mencoba dengan orang yang ada di kampus.

Disini lah awal mula aku berpikir untuk mengekspansi kemampuanku ke orang lain, orang yang belum pernah bertemu denganku sebelumnya. Tidak hanya karena otak ku yang mesum, namun aku masih punya hutang tanggung jawab untuk diselesaikan.

Dan petualangan ini berlanjut.

----

Part 10
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd