Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Tongkat Ceng Umar

Evan1987

Kakak Semprot
Daftar
18 Jun 2018
Post
189
Like diterima
2.231
Bimabet
Intro:

Is this the real life?
Is this just fantasy?
Caught in a landside,
No escape from reality
Open your eyes,
Look up to the skies and see,
I'm just a poor boy, I need no sympathy,
Because I'm easy come, easy go,
Little high, little low,
Any way the wind blows doesn't really matter to
Me, to me......



Kiri Bang!!!..."
Sebuah mobil angkot berhenti di pinggir jalan raya. Keluarlah sesosok laki-laki tambun dari dalam angkot itu. Laki-laki itu berjalan menyusuri sebuah jalan kecil menuju perkampungan. Tampak sosok seorang ayah, tulangpunggung keluarga yang telah seharian bekerja mencari nafkah dengan menenteng sebuah bungkusan berisi martabak untk anak istrinya di rumah.


Siapakah laki-laki itu?
Laki-laki itu tak lain adalah ane sendiri. Sore ini ane emang sengaja pulang cepat, pikiran ane lagi kacau galau. Oya, sebelumnya perkenalkan ane Ceng Umar, bisa dipanggil juga Umar. Seorang Asgar, Asli Garut Selatan, lelaki gemuk yang akan memasuki umur 30 tahun bulan depan. Tinggi 175cm dengan berat 100kg tampak cocok untuk pekerjaan ane. Ane bekerja di sebuah agensi yang bergerak di bidang jasa keamanan, dan sekarang ane ditempatkan sebagai security di sebuah Bank BUMN di Ibu Kota ini. Untuk latar belakang ane akan sangat panjang untuk diceritakan, mungkin akan ane tulis dalam cerita-cerita lainya di kesempatan lainya.


Untuk saat ini cukuplah ane sebagai laki-laki yang sudah berkeluarga, satu orang istri dan dua orang anak. Kehidupan relatif ane bahagia walau secara eknonomi biaa dibilang pas-pasan. Tapi bukan itu yang sekarang menjadi beban pikiran ane sekarang. Bukan maslah ekonomi, bukan masalah pekerjaan juga, dan buknan juga karena konflik keluarga. Tapi karena kejadian tadi siang di kantor yang membuat ane galau. Dan bisa dibilang kejadian itu mungkin akan berimbas pada keluarga, pada pekerjaan dan hidup ane.


Hmmm... Gimana ya?
Oke lah, ane akan cerita curhat kejadian si kantor tadi siang. Kerjaan ane berjalan seperti biasa, layaknya seorang security bank yang bertanggungjawab menjaga keamanan dan ikut serta dalam pelayanan keada nasabah. Dan tak ada seorang pun yang mengira akan terjadi perampokan di bank tempat ane kerja itu.


Ane yakin kalo sebagian atau mungkin sebagian besar agan-agan pembaca pernah baca cerita tentang perampokan Bank kan? Nah, ane adalah Sang Satpam di Cerita itu...


Intro....
==============================================================


Selamat pagi agan2 pembaca.
Pernankan Newbie yg masih cupu ini memposting sebuah cerita. Ini tentu bukan cerita asli 100% bikinan newbie.


Newbie yg masih NOL dalam hal tulis menulis, mengkonsep, kembangkan ide cerita apalagi tehnik2 dll gk paham klo mislanya bikin cerita dri nol. Yaa rata2 mentok ide di tengah jalan.


Perkenankan mencoba menulis ulang cerita2 yg sudah ada sebelmnya di forum lain. Dengan sedikit merubah2 seperti sudut pandang, copas edit, sambung2 dsb.


Semoga agan2 suhu terhibur dengan tulisan2 newbie. Dan tentu saja newbie tungu saran, kritikan, dan masukannya.


Terimakasih sblmnya agan2.. 🙏🙏🙏


Mulustrasi


Ceng Umar


Nama : Umar Badar alias
Aceng Umar / Ceng Umar
Umur : menjelang 30 tahun
TB/BB : 173cm / 100kg
Deskripsi : Asgar (Asli Garut). Seorang kepala keluarga yang bekerja sebagai security dan kini tengah galau dialnda dielma.
 
Terakhir diubah:
Kenikmatan Perampokan Bank
POV Sang Satpam

Perampokan bersenjata di bank siang itu membawa pengalaman traumatik bagi Kristin (40), seorang Kepala Cabang BUMN. Siang itu ia bersama semua karyawan karyawati di Bank tersebut tengah memberikan pelayanan kepada para nasabah seperti biasa.

Suasana bank cukup ramai, tiga kasir bank sibuk melayani nasabah, satu persatu.

Lima orang lelaki perbusana serba hitam ditutup jaket kulit hitam tiba-tiba masuk ke ruang tunggu dan langsung mengeluarkan senjata api jenis pistol dan sebuah laras panjang.

“Jangan ada yang bergerak.. semuanya diam, jangan membuat tindakan ceroboh atau kepala kalian akan pecah,” teriak seorang lelaki yang memimpin.

Kawanan rampok itu kemudian menyebar, dua orang masuk ke sisi kasir, sedangkan tiga lainnya sibuk mengacungkan senjata ke nasabah. Seorang lainnya mengejar nasabah yang lari ke lantai dua.

Mulustrasi

Bu Kristin


Nama : Kristina Amelia Manopo
Umur : 40 tahun
TB/BB : 165cm / 55kg 113-62-91
Deskripsi : Seorang wanita karir, Kepala Cabang Sebuah Bank. Istri Seorang Pengacara Sukses namun belum diberi keturunan.
-------------------------------------------------------------
Pov Ane

Terikat di sebuah ruangan dengan tubuh berdempetan berhadapan dengan seorang wanita membuat risih bukan kepalang, apalagi ane cuma mengenakan kaos singlet dan celana dalam. Semua ini gara-gara kejadian perampokan yang baru saaja terjadi. Sebenrnya ane udah berusaha melawan, ane berhasil membanting salah satu perampok itu. Mamun ane dipukul dari belakang hingga ane tak sadarkan diri.

Sekitar tiga menit berbaring berhadapan seperti itu, ane berhasil membuka lakban di mulut ane setelah beruang keras mendorong lakban itu dengan lidah.

Ane:
"Tenang bu..
Maaf pakaian saya tadi dilucuti rampok itu. Sepertinya sekarang mereka sedang menggasak brangkas dan tak mungkin kembali ke mari, lebih baik kita lepaskan ikatan ini bersama."

Perempuan itu bernama Bu Kristin, Kepala Cabang di Bank tempat ane kerja, dan dia hanya mengangguk saja.

Ane kemudian melepaskan lakban di mulut Bu Kristin dengan cara menggigit sisi lakban dan menariknya. Bu Kristin sempat terpekik merasakan perih bibirnya tertarik rekatan lakban, tapi kemudian berusaha tenang.

Bu Kristin:
“Terus bagaimana caranya? "

Memang, sepertinya sulit karena masing-masing tangan kami terikat ke belakang dililit lakban, sementara lakban lainnya melilit rapat menyatukan bagian pinggang, perut kami berdempetan.

Ane:
"Bu sifat karet pada lakban ini kan elastis, dapat kita digunakan sebagai kesempatan untuk lolos dari ikatan ini. Caranya kita dengan terus bergerak agar lakban menjadi molor dan longar elastis.

“Kita masih punya kaki yang bebas Bu. Saya akan membalik badan dan ibu harus berusaha berposisi di atas saya. Setelah itu kaki ibu bisa menjejak lantai mendorong ke arah atas tubuh saya… mungkin akan berhasil,”

Kami pun segera mengubah posisi dari yang sebelumnya berbaring miring berhadapan, menjadi saling tindih, Bu Kristin berada di atas ane. Ini dilakukan agar Bu Kristis tidak merasa berat jika ane yang berada di atas, bobot ane yang besar tentu akan menyesah Bu Kristin bila tertindih.

Posisi Bu Kristin sudah di atas tubuh ane. Ia menuruti perintah ane dan mulai menggerakan badannya ke arah atas tubuh ane dengan menjejakkan kaki di lantai. Namun rok span yang dikenakannya menghalangi usaha Bu Kristin menjejakkan kaki secara maksimal mekantai, sebab ia harus lebih mengangkangkan kakinya agar bisa melewati kaki ane di bawah kakinya.

Bu Kristin terus berupaya dan akhirnya ia bisa mengangkangkan kaki lebih lebar, akibat gesekan tubuh mereka, rok Bu Kristin naik sampai bongkahan pantatnya terlihat. Tapi ini demi usahanya menjejak kaki ke lantai.

Dan sejak tadi payudara 36D Bu Kristen terus menggerus dada ane, dan gerakan demi gerakan yang menimbulkan gesekan di tubuh kami mulai membangkitkan syahwat ane.

Bu Kristin:
“Astaga.., bang!. Apa ini..? kok terasa keras.. Tolong bang, abang nggak boleh terangsang.. ini dalam perampokan..,”

Bu Kristin berbisik ke telinga ane saat merasakan kontol mengeras hangat terasa di bawah pusar Bu Kristin. Dan bisikan disertai hembusan nafasnya itu malah makin membuat ane tegang di bawah sana.

Ane:
“Oh.. ehh.. maaf bu.. saya sudah berusaha untuk mengabaikan rasanya tapi gesekan-gesekan itu mengalahkan pikiran saya bu. Maaf bu, yang terpenting sekarang kita harus terus berusaha melepas ikatan ini bu.. sebelum perampok itu kembali ke mari,”

Bu Kristin:
“Ya sudah.. nggak apa-apa, asal Abang jangan macam-macam ya..,”

Ia sadar tak mungkin menyalahkan ane. Ane gal salaj dalam hal ini, karena ini sangat alami dan ame yakin Bu Kristin juga merasakan hal yang sama. Dan ane merasakan kenikmatan menjalari tubuh ane setiap kali gerakan bergesek itu dilakukan.

Ini karena perampok itu yang menyebabkan kami berdua berada dalam posisi terikat seperti ini, dan kami harus bersama kompak melepaskan ikatan tersebut.

Bu Kristin kembali memusatkan pikirannya pada upaya melepaskan lakban. Ia kembali menggerakan tubuhnya menggesek tubuh ane dari atas ke bawah dan sebaliknya dari bawah ke atas, agar ikatan lakban melonggar. Upayanya cukup berhasil, kini jarak gesekan sudah bisa lebih jauh menandakan lakban mulai longgar elastis.

Bagian perut Bu Kristin sudah bisa menjangkau perut ane yang berlemak ini, Bu Kristin berusaha terus menjejak lantai agar tubuhnya terdorong naik lebih jauh.

Ane:
“Ehmm bu.. coba lagi ke bawah.. terus dorong lagi ke atas.. sudah mulai longgar lakbannya..,”

Tubuh Bu Kristin yang terdorong ke atas membuat penis ane kehilangan sentuhan, sebab selangkangan Bu Kristin kini sudah diatas melewati ujung penis ane.

Bu Kristin setuju dengan ane, gerakan harus kembali ke bawah lalu kembali lagi ke atas sehingga ikatan lakban makin molor elastis.

Naas....
Gerakan ke bawah yang dilakukan Bu Kristin justru membuat keadaan kami berdua berubah. Pikiran masing-masing milau terpecah antara kenikmatan yang mulai dirasakan atau upaya melepas lakban.

“Enghhh..,” ane melenguh kecil.
Ane merasakan ujung penis ane menyentuh CD yang dipakai Bu Kristin. Panis ane yang sudah sangat tegang terdorong keluar dari balik celana dalam, dan lantaran gesekan tadi membuat kolor ane melorot.

Kini, setiap gerakan Bu Krsitin membuat koneksi ujung penis ane kian terasa mendorong-dorong CD Bu Kristin. Rasa nikmat kekenyalan itu terasa semakin sering di bibir vagina Bu Kristin yang terhalang CD.

Bu Kristin sepertinya terus berupaya memecah pikirannya agar tetap konssntrasi beregerak demi melepas ikatan lakban, tapi semakin bergerak dan semakin gesekan terjadi membuat gairah kami terdongkrak naik. Lama-lama ane merasakan CD Bu Kristin membasah oleh cairan vaginanya.

“Enghh.. ahhss..,”
Bu Kristin mendesah dan menghentikan gerakannya. Ia menyadari kini posisi sudah sangat gawat. Gerakan-gerakannya justru mengantar ujung penis ane mengakses bibir vaginanya lewat sisi kiri CD-nya. Ane merasakan kepala penis ane sudah berada tepat di tengah bibir vaginanya yang basah dan sudah tidak terhalang CD yang kini melenceng ke samping.

Bu Kristin berusaha mengembalikan konsentrasinya, dan berusaha menjejak kaki ke lantai agar tubuhnya naik dan vaginanya menjauh dari penis ane. Namun upayanya gagal, kini ikatan lakban justru mengancing posisi itu, Bu Kristin tak mungkin naik, hanya bisa turun ke bawah beberapa kali lalu naik lagi setelah ikatan melonggar kembali.

Mau gak mau Bu Kristin harus bisa lebih cepat melepaskan ikatan lakban ini sebelum penis ane secara otomatis mengakses lebih jauh ke vaginanya. Pikiran sadar ane masih berjalan dan menyadari sesaat lagi menyetubuhi Bu Kristin.

"Duh Gusti!!.."
Gerakan ane salah dan malah membuat kepala penis ame mulai masuk membelah bibir vagina Bu Kristin.

“Ough..,”
ane tak kuasa menahan desah kenikmatan merasakan kepala penis ane menguak bibir vagina Bu Kristin. Ane terus bergerak berusaha melepas ikatan ditangannya yang tertindih tubuh, tapi setiap gerakan ane membuat kepala penisnya mulai bermain keluar masuk di bibir vagina Bu Kristin.

Mungkin Bu Kristin berspekulasi. Sekali gerakan ke bawah, lalu sekuat tenaga menjejak kaki ke lantai akan membantunya menjauhkan vaginanya dari penis ane.

Bu Kristin
"Enghhsshh.. ahh.., bang jangan gerak duluhh.. ini nggak boleh terjadi bang, saya wanita bersuami dan abang sudah beristri kan?.”

Kata Bu Kristin, wajahnya bersemu merah. Tubuh dan wajah Bu Kristin serta kulitnya yang mulus mirip dengan artis papan atas ibu kota.

Ane:
“Iya bu.. saya juga pikir begitu. Tapi bagaimana lagi, posisi kita sulit berubah selama ikatan ini..,”
Jujur ane juga menjadi serba salah dengan posisi ini.

Bu Kristin:
“Oke bang.. sekarang gini aja.. saya akan bergerak turun, dan mungkin itu akan terjadi.. anu abang bisa masuk ke anu saya.. tapi itu hanya sekali ya, dan saya akan mendorong ke atas membuatnya lepas lagi. Setelah itu kita konsentrasi lagi untuk melepas lakban sialan ini..,”

Bu Kristin menjelaskan rencananya itu dengan nafas berat seperti orang habis lari marathon.

Ane:
“Iya.. iya. Terserah ibu. Tapi tolong saya jangan dipecat apalagi dilaporkan polisi ya Bu. Kalau kontol saya masuk ke memek ibu.. nanti saya dibilang memperkosa,”

Bu Kristin:
“Hnnggaak bang.. ini kan karena perampokan sialan itu, jadi bukan salah saya atau abang.. kita sama-sama berusaha keluar dari masalah ini kok.. sekarang abang diam ya.. saya akan berusaha. Ehmm… enghhmmmpp… ahssstt banngghh… ahhhkksss,”

Bu Kristin mengerakan tubuhnya bergeser ke bawah. Gerakan itu membuat bibir vaginanya yang sudah menjepit ujung penis ane menelan setengah penis itu.

Ane berbadan gempal, gemuk dan kekar dengan ukuran penis yang lebih besar dengan kebanyakan orang, tentu akan terasa lebih besar dan padat dari penis suami Bu Kristin.

Ane:
“Ayo bu.. dorong lagi ke atas biar lepas,”

Ane khawatir karena kini penis ane sudah mulai menyetubuhi Bu Kristin.

Bu Kristin:
“Iya bang.. hmmmpphh aahhss… banghhsss.. emmpphh.. ahssss,”

Bu Kristin berusaha menjejak kaki ke lantai agar tuuhnya terdorong ke atas dan penis itu lepas dari vaginanya, tapi keadaan tak berubah, ikatan lakban mengancing bagian pinggang mereka membuat Kristin tak mungkin menaikkan tubuhnya.

Bu Kristin:
“Akhhss.. bangghh.. gimana inihh.. ahsss..,”

Bu Kristin kembali diam tak bergerak, separuh penis ane yang sudah terasa masuk itu mebuat nafasnya semakin berat.

Ane:
“Oke.. sekarang ibu diam saya biar tidak semakin masuk kontol saya. Saya akan berusaha melepas ikatan tangan saya bu.. engghhh,”

Ane mengangkat pinggul dan pantat ane menjauh dari lantai agar tangan ane bisa bergerak bebas, lalu berusaha melepas dua tangannya dari ikatan lakban. Peluh sudah membasahi tubuh kami berdua.

Ane melakukan itu beberapa kali. Pinggul dan pantat ane yang terangkat menjauh dari lantai membuat akses penis ane masuk lebih dalam ke vagina Bu Kristin.

Bu Kristin sudah sepertinya sudah tidak bisa konsentrasi, kini ia terlihat seperti merasakan kenikmatan separuh penis ane yang keluar masuk perlahan ke vaginanya mengikuti gerakan pinggul ane.

Bu Kristin:
“Akhhss bangghhss ouhh.. akhhh.. ahkkk… enghhhmm,”

Bu Kristin semakin mendesah, kini pinggul Bu Kristin melayani gerakan pinggul ane, sepertinya ia malah berusaha agar penis ane terasa lebih dalam di vaginanya.

Tangan ane sudah terlepas dari ikatan dan kini bebas. Tapi libido yang sudah tinggi membuat ane bukannya melepaskan ikatan lakban di pinggang mereka, ane justru membuka kancing-kancing baju Bu Kristin dan meremasi payudaranya. Masa bodoh! Udah kepalang tanggung. Ane udah gak bisa berfikir waras lagi.

Bu Kristin:
“Emmphhh… banghhsss emmphhhhsss,”

Bu Kristin semakin hilang kendali diperlakukan seperti itu, kini bibirnya menyambut bibir ane, kami berkecupan sangat dalam dan cukup lama.

Ane meloloskan susu Bu Kristin yang besar dan mulus dari Bra-nya dan mulai menghisapi payudara itu. Lalu kedua tangannya mengarah ke bawah dan mengamit sisi CD Bu Kristin agar penis ane bisa mengakses jauh vagina Bu Kristin.

Saat itu penis ane sudah bisa masuk utuh ke vagina Bu Kristin, tangan ane menekan dan meremasi pantan Kristin membuat Bu Kristin semakin mendesis.

Ane:
“Ouhgg.. ahhgg.. bu.., tangan saya sudah lepas.. kita bebasin dulu ikatannya atau bagaimana? ouhgg,”

Ane bertanya sambil menahan nikmatnya digenjot Bu Kristin. Ya pinggul Bu Kristin sudah cukup lama menggenjot ane membuat penis ane bebas keluar masuk ke vaginanya.

Bu Kristin:
“Akhh banghh… sshh.. terserah abanghhh sekaranghhh.. ouhss..,”

Bu Kristin sudah sangat melayang merasakan kenikmatan penis ane, apalagi rangsangan ane secara liar di payudaranya membuatnya semakin hilang kendali.

Ane:
“Baik buhh.. akhh.. kalau begituhh kita tuntaskan duluh saja.. ouhsss..,”

Ane kemudian melepaskan ikatan tangan Kristin tapi membiarkan ikatan di pinnggang kami tetap seperti semula.

Bu Kristin:
“Iyaahh banghh.. terusinnn duluhh… tuntaskan.. dulu.. akhhsss.. tanggung... ouhh…,”

Tangan Bu Kristin yang sudah bebas langsung merangkul leher ane dan kami berdua kembali saling berpagutan, sementara gerakan pinggul Bu Kristin semakin liar dan kencang.

Masih disatukan dengan ikatan di pinggang, ane membalik tubuh BuKristin sehingga kini Bu Kristin ditindih badan ane yang besar ini. Lalu dengan kekuatan penuh, ane kembali menggenjot sehingga membuat penis ane membobol vagina Bu Kristin secara utuh. Cairan vagina Bu Kristin menimbulkan bunyi kecilpakan setiap kali berbenturan dengan pangkal penis ane.

"Plok.. Plok.. Plok.."
"Plok.. Plok.. Plok.."
"Plok.. Plok.. Plok.."

Terada gerakan ane makin keras dan makin cepat mengakses vagina bu Kristin. Ia pun mengimbangi gerakan ane dengan menggoyang pinggulnya lebih kencang.

Bu Kristin:
“Oughh.. banghhhss… akhhsss.. sayaahhh banhgg… akhhhsss say..ah.. sampaaiiihhh bangghhsss… ouhhhggg… aaahhhh... ,”

Bu Kristin merasakan klimaksnya memuncak, pertahanannya bobol dihantam penis ane yang terus menerus menghujamnya. Tubuhnya menegang merasakan kontraksi otot vaginanya berkedutan intens mengantar kenimatan puncak.

Ane:
“Aghh… ahhh… yehh… buhhh… akhhsss uhhh…mmmpphhh..,”

Ane membenamkan seluruh penis ane ke vagina Bu Kristin dan melepas sperma ans menyembur dinding rahim Bu Kristin sambil bibir ane langsung melumat bibir Kristin. Tubuh kami seakan menegang bersamaan mencapi klimaks seksual.

Nafas kami memburu seperti orang habis dikejar anjing. Ane tetap berada di atas tubuh Bu Kristin yang kini masih memejamkan matanya. Penis ane pun tetap berada di dalam vagina Bu Kristin hingga mengecil dan keluar dengan sendirinya.

"Plop"
Seolah tanda bunyi itu menjadi penanda kembalinya kesadaran Bu Kristin yang masih terpajam di bawah sana memeluk tubuh ane.

Beberapa saat setelah itu, ane lalu melapas iakatan lakban yang menyatukan pingang kami. Kami berdua lalu merapihkan busana masing-masing. Perampokan baru saja usai, dan kawanan perampok sudah meninggalkan bank dengan barang jarahannya.

Ane:
“Emm.. bu.. maafkan atas yang barusan terjadi bu. Saya hilaf… engg..,”

Bu Kritstin:
“Sudah.. sudah bang. Lupakan saja ya.. saya juga hilaf..,”

Bu Kristin memotong pembicaraan ane. Kami pun berjanji untuk sama-sama menyimpan kejadian itu hanya di antara kami berdua.

To be continue......
 
Terakhir diubah:
Lanjutttt hu, ekentang nih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd