Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

[True Story] Memoir of a Libertine

loyderio

Suka Semprot
Daftar
16 May 2017
Post
6
Like diterima
30
Bimabet
Libertines – True Story

/ˈlibərˌtēn/
1. a person, especially a man, who behaves without moral principles or a sense of responsibility, especially in sexual matters.
2. a person who rejects accepted opinions in matters of religion; freethinker.

A memoir of my young age, or should I say my libertine (or hoe phase) era with several girls/FWBs/casual relationships.
Ceritanya mungkin agak terkesan terlalu vanilla, well because this is based on true story.
Buat catatan gw di masa depan juga bahwa pas masih muda sempet jadi cassanova HAHA.
Ceritanya juga ga terlalu sex oriented, dari sisi effort dan relations juga mungkin gw tulis.
Anyway, enjoy!

Index

Part 1 : Anya

Chapter x : The Twist (terjadi setelah Chapter 3)
Chapter 1 : First Impression
Chapter 2 : Escalation
Chapter 3 : Culmination
Chapter x : The Twist
Chapter 5 : Welcome to the Libertines Club
Chapter 6 : Heavenly Indulgence
 
Terakhir diubah:
Chapter ?: The Twists (1)

*Bip Bip Bip Bip*
Alarmku berbunyi pada pukul 5 pagi.
Aku sedikit terkaget melihat perempuan yang tertidur tanpa busana di sebelahku. Dia Anya, dia perempuan pertama yang aku tiduri tanpa status, semalam dia memberikanku pengalaman seks terbaik. Mengingat pengalaman semalam penisku kembali mengeras ingin merasakan kenikmatan itu kembali

Aku ke kamar mandi sebentar membersihkan penisku, sikat gigi, dan cuci muka. Setelah itu aku kembali ke kasur. AC kamar hotel begitu dingin dan Anya masih tertidur dengan lelap dengan balutan selimut.

“Anya, bangun.”
Kuelus wajahnya yang tertidur pulas, seperti energinya telah habis setelah beberapa match semalam.

“Aku masih ngantuk sayang.”
Jawabnya dengan nada manja.

Aku berinisiatif mencium bibirnya, ia membalas ciumanku walaupun dengan kondisi setengah sadar dan matanya masih tertutup. Badannya bergerak mulai miring condong kearahku, ciumannya semakin mengganas saat aku mengelus leher belakang, punggung, dan pahanya.

Saat mencumbunya penisku tergesek ke pinggang Anya
“Udah keras banget, nakal kamu ya.”
Tangan Anya mulai mengocok pelan penisku.
Aku membalasnya dengan meraba vaginanya
“Kamu juga udah basah banget.”
Balasku sambil memainkan clitorisnya.
Tanganku menggesek kanan-kiri, atas-bawah, Z clitorisnya tidak begitu sensitif, Anya sangat suka gerakan yang cukup agresif di bawah sana.



“Anya, ayo masukin.” pintaku.
“Aku boleh ngga blowjob kamu dulu?” balas Anya.
Ia berpindah posisi, berlutut diatas aku yang sedang berbaring terlentang. Ia mencengkram dan menghisap penisku dengan kuat sambil bermasturbasi. Ia begitu bernafsu, sensasinya sakit bercampur dengan kenikatan.

“Pelanan dikit, jangan terlalu digenggam” tegurku
Anya mengangguk dan melambatkan ritme blowjobnya.
Ia meraba perutku dan meremas-remas kecil testisku. Sentuhan Anya begitu menghipnotisku, seakan-akan dia begitu tahu cara memberikan kenikmatan yang begitu besar bagiku. Imaji itu seakan-akan tertanam hingga saat ini. Pemandangan yang begitu erotis melihat perempuan cantik menghisap penis sambil menggesekan vaginanya.

“Kamu seksi banget, aku mau puas-puasin having sex sama kamu sampai check out.” goda Anya.
Mendengar itu reflek aku menggenggam kepala Anya dan menggerakan pinggulku seakan-akan aku sedang bersetubuh dengan mulutnya.
“Biar aku aja yang ngontrol, kamu nikmatin aja.” ucap Anya.
Ia memindahkan tanganku. Aku berhenti bergerak dan membiarkan Anya melakukan sesuka hatinya. Ia meliuk-liukan lidahnya, menghisap, dan terus mengocok hingga ada bunyi basah dari liurnya yang melumuri penisku. Aku mendesah-desah kecil menikmati apa yang dilakukan Anya.

“Desahnya lebih keras, aku mau denger.” pinta Anya.
Aku mengangguk mencoba lebih banyak mendesah agar Anya lebih menikmatinya.
“Nah gitu. Aku suka, kamu seksi banget.” respon Anya

Sambil terus memainkan Desahan Anya semakin menjadi-jadi, genggaman dan hisapannya menjadi semakin keras memberikan sensasi sakit dan nikmat seperti sebelumnya lagi. Ia mulai kehilangan fokus dalam melakukan blowjobnya, aku menangkap bahwa itu indikasi Anya mulai mencapai puncak kenikmatan.
Aku berpindah posisi bangun dari posisi terlentang dan membaringkan Anya, aku menciumnya dan menggesek clitorisnya. Badannya mulai menjadi tegang, pinggulnya naik, ciumannya mulai terlepas karena ia mendesah-desah.

“Terus, terus begitu enak banget.”
Aku mengikuti arahan dari Anya, dan badannya mulai mengejang hebat
“AAAAH RIO” teriak Anya
Dia mencapai klimaks pinggulnya masih bergerak naik turun menikmati gelombang kenikmatan yang dicapai.
“Kamu klimaks?” Tanyaku.
“Iya, enak banget.” Jawab Anya dengan nafas tidak beraturan.
“Aku mau intercourse.” Pintaku.
Anya membalasnya dengan anggukan.

“Basahin dulu.” Ku arahkan penisku ke mulut Anya.
Ia melahapnya hingga ke pangkalnya, ia sedikit tersedak.
“Eh kamu coba Deep Throat?” Tanyaku
“Iya tapi punya kamu kelebaran, aku susah Deep Throatnya” Jawab Anya
Ia mencoba beberapa kali Deep Throat tapi kesulitan.

“Mau pake itu ngga?” Tanyaku sambil menunjuk box kondom yang ada di nakas.
“Kalau pake itu kan kamu ngga bisa keluar, kaya tadi malam” Jawab Anya.
Semalam pada saat intercourse aku kesulitan keluar, Anya semalam sampai tidak sanggup mengimbangiku. Ia membolehkanku melepas kondom selama keluar tidak di dalam vaginanya.
“Yaudah ga usah pake aja ya, masih ada sisa 1 di box.” Jawabku.
Aku berada diatas Anya dan memasukan penisku ke dalam vagina Anya yang sudah tidak sabar menerimanya. Sensasi hangat, sempit, dan basah begitu terasa tanpa ada halangan karet.

“Masih geli.. Pelan-Pelan ya” Pinta Anya.
Efek ia klimaks tadi masih tersisa, sehingga ia merasa penetrasi yang dilakukan terasa sedikit geli dan ngilu. Aku memeluk tubuh mungilnya dan menciumi bibirnya tanpa henti menggenjot vaginanya. Ritmenya semakin lama semakin cepat, aku harus mengontrol agar tidak ejakulasi terlalu cepat.
“Mau doggy.” Pinta Anya.
Kami berpindah posisi, pada saat Anya berposisi nungging, aku menjilati vaginanya terlebih dahulu. Setelah beberapa kali menjilat vaginanya, aku mulai menghujam vaginanya.

“Aku mau yang hardcore.” Pinta Anya kembali
Aku menggenjotnya dengan keras dan cepat.
“Fck me harder baby.” Tantang Anya.
Aku menggenjot sekeras dan secepatnya.
Ia terus memainkan klitorisnya pada saat posisi doggy.

“Kamu gantian diatas ya.” Pintaku
Ia menaiki badanku, memasukan penisku. Badannya meliuk-liuk mencari sisi paling nikmat. Sampai ia menemukan posisi paling nikmat, ia bergerak dengan kecepatan yang konstan sambil memainkan klitorisnya.

Gerakannya semakin tidak beraturan dan ia menegang, tanda-tanda ia akan mencapai klimaks. Aku meremas-remas dan menghisap payudaranya, desahannya semakin menjadi-jadi.
“AAAAH…” desah Anya dengan nyaring.
Gerakannya melambat dan ia berhenti bergerak.
Aku terus menggerakan dengan cepat pinggulku dari bawah keatas, membuat Anya begitu kegelian setelah klimaks.
“Pelan-Pelan sayang.” pinta Anya.
“Tadi kamu minta kenceng, sekarang minta pelan.” Godaku.
“Aku kan baru keluar lagi sensitif banget.” Jawab Anya.

“Aku udah boleh keluar belum? Apa kamu masih mau main lama?” Tanyaku.
“Udah kamu keluarin dulu aja.” jawab Anya.
Aku mengambil box kondom yang tersisa dan membukanya.

“Kamu jadi pake itu? Nanti ga bisa keluar.” tanya Anya.
“Udah bisa sebentar lagi aku keluar, aku pengen keluar sambil mencium dan memeluk kamu. Boleh ngga?” Pintaku.
“Okay, sini kondomnya. Aku pakaiin lagi.” Anya membolehkan permintaanku.
Ia memasang kondomnya dengan mulutnya.

Sebelum penetrasi kami berciuman dulu
“You are a great kisser.” pujiku ke Anya.
“You too. Dari first kiss aja sebenernya aku mau naikin kamu.” Balas Anya.
"Haha, kenapa ga dari awal ketemu aja kita udah gini." Godaku

Rasanya air maniku sudah diujung penisku menunggu untuk keluar. Aku masukan kembali ke vaginanya. Posisi man on top cepat membuatku klimaks apalagi dengan ciuman-ciuman yang diberikan Anya.
Selang 3 menit setelah penetrasi kembali, aku mencapai point of no return.
“Anya, mau aku keluar”
“Cum inside me, baby”
Kaki Anya melingkari pinggangku, vaginanya merapat, ia mencium dan memelukku.

“Im cumming”

Akhirnya aku mencapai klimaks, aku terus menggoyangkan menikmati setiap detik-detik dan gesekan-gesekan pada saat itu. Saat mencabut penisku, yang mengenakan kondom air mani yang tertampung begitu banyak.
“Wah kalau kamu keluarin didalam aku beneran, bisa-bisa aku hamil.” Anya kaget melihat banyaknya air mani di reservoir kondom.
Aku yang masih terengah-engah mengatur nafasku setelah ejakulasi yang begitu hebatnya. Anya memblowjob penis yang berlumur mani terasa ngilu karena aku baru saja ejakulasi.

“Aku bersihin ya.” tawar Anya.
Ia memblowjob sebentar dan melap penisku dengan tissue basah.
Kami berpelukan dan pillow talk setelah morning sex itu.

“Anya, aku suka kamu kalau kamu jadi pacarku gimana?” Tiba-Tiba terucap begitu saja dari mulutku.
“Actualy, I have a boyfriend, aku ga mau kamu jadi pacarku. Kamu baik banget. Aku bukan cewek baik-baik.”
Aku shock mendengar jawabannya rasanya saat kita dating dan bahkan sex kita punya chemistry yang baik.
“Kalau friend with benefit aja kamu mau ngga? Tapi kamu jangan protes kalau aku lagi sama pacarku.”

Ya… Itu lah awal pertama kalinya aku menjalin dan “memformalkan” hubunganku dengan Anya sebagai friend with benefit.
 
Chapter 1 : First Impression

Selepas ku putus dengan mantanku,
aku membuang perasaan kesepian dan menghabiskan waktu
dengan bermain aplikasi dating.

People really judge a book by it's cover.
Ketertarikan awal pasti munculnya dari foto.

Ku pasang foto profil terbaikku
1. Foto close up setengah badan sedang hang out di cafe.
2. Foto full body dengan scenery outdoor/luar negeri.
3. Foto dengan business attire yang rapih.

3 saja mungkin cukup? Terlalu banyak foto malah nanti pada berpikir
aku terlalu narsistik.

Foto, done.

Selanjutnya bio perlu diisi
pakai ilmu marketing dulu, segmenting, targeting, dan positioning.
Susah juga ternyata membuat bio yang menarik, agar terlihat memiliki value tinggi tanpa terlihat sombong atau terkesan showoff-ish.
Di pasaran aplikasi dating pasti banyak laki-laki dan ku harus standout dari pasaran ini dengan point of parity dan point of differentiation yang menarik.
Kelebihanku mungkin dibandingkan pasaran aku adalah orang yang rapih dan rutin berolahraga,
mungkin aspek lainnya aku juga bisa menonjolkan background edukasiku.
Make sure to wrap it in smart, witty, and fun way.

Bio, done.

Okay time to do the swipey-swipey

"It's a match!"

Notifikasi muncul, beberapa orang yang aku like berhasil menjadi match.
Matchku tidak terlalu banyak karena aku hanya like perempuan yang menarik dari sisi profil dan bio.

Anya, 19 tahun
Umurnya terpaut 6 tahun denganku
background pendidikannya mirip denganku karena berasal dari kampus yang sama.
Dari fotonya ia terlihat mungil, kulitnya putih, mukanya manis
Tingginya sekitar 165 dengan berat 49
Im really into petite girls, so Anya is my priority above all my matches.

"Hi Anya, kamu suka lari? Kapan-Kapan lari yuk di daerah kampusmu"
"Halo kak, salam kenal ya. Aku jarang olahraga. Boleh nanti kapan-kapan kita lari bareng"

"Kalau jarang olahraga berarti susah dong kemungkinan kita ketemunya? Haha. How about a movie date?"
"Sounds fun kak."

Selanjutnya kita menjadwalkan movie dan dinner date. Aku menawarkannya di mall x yang berada di titik tengah,
namun ia memilih mall yang jauh dari tempat tinggalnya.
 
Chapter 3 : Escalation

Finally hari H bertemu Anya tiba. Kita beberapa kali bertukar gambar serta video call namun ini
pertama kalinya aku bertemu langsung dengan Anya.

"I've just arrived. Kamu dimana?" kukirimkan chatku ke Anya sembari.
merapihkan rambut dan menyemprotkan beberapa spray minyak wangi di toilet pria.

Dalam persiapan kencan pertama ini aku mempersiapkan diri sebaik mungkin.
Aku selalu berpakaian rapih saat membangun kesan pertama.
Outfit yang selalu ku gunakan saat first date adalah kemeja dengan luaran, serta celana panjang.
Luaran kadang membantu saat partnerku kedinginan atau membutuhkan extra layer saat berada di tempat yang dingin.

"Sebentar ya, 10 menit lagi aku sampai kesana." Anya mengabariku
"Okay aku tunggu di bioskop ya" Balasku

Setelah penantianku, there she is
Finally I met Anya in person
She's as beautiful as her picture
Dia menggunakan atasan sabrina berwarna khaki yang memperlihatkan
pundaknya ia terlihat kombinasi antara seksi dan cute.

"Anya!" Sapaku dengan melambaikan tangan
"Hey Rio! You look so mature." Anya melihatku dari ujung rambut hingga ujung kakiku
"In a good way or bad way? Is that a compliment?" Tanyaku
"In good way. Aku suka outfitmu. Kamu auranya hot daddy banget." Jawab Anya
"Jadi kita timpang banget dong? Kamu kaya anak SMA." Godaku ke Anya

Kita memutuskan untuk menonton terlebih dahulu.
"Tiket untuk film x ya mba, mau duduk dimana kita? Disini?" Aku mengarahkan di bagian tengah di row belakang.
"Kalau disini gimana?" Anya menunjuk row belakang pojok.
DAMN apakah ini suatu kode? Jantungku berdetak kencang membayangkan kita akan berciuman pada saat itu.
Aku memakan permen mint. just in case kita terbawa suasana dan berciuman mulutku akan terasa segar.

Setelah membeli cemilan dan minuman kita masuk ke dalam studio dan menonton film.
Aku mencoba menggandeng tangannya saat masuk ke studio
Di dalam studi, Anya terlihat sangat nyaman, kita bercanda sebelum film mulai dan terasa begitu akrab.
Saat lampu bioskop meredup Anya bersender ke pundakku.
"Ah, this date starts really well" pikirku.
Kita sudah seperti kekasih yang begitu dekat,
tidak ada kecanggungan sama sekali saat kurangkul di kursi bioskop.

Dari awal bertemu eskalasi sentuhan kita selalu berjalan dengan baik
Mulai dari bergandengan, memegang pinggang, merangkul ia merespon positif sentuhanku.
Ah sepertinya Anya memang tertarik denganku.

"Anya..." panggilku
"Ya?" Ia menatapku
Kita terdiam hanya menatap wajah
Nafas Anya ku perhatikan mulai memberat.

Aku dekatkan mukaku dan Anya seperti menyambutnya dengan bibir sedikit terbuka
kita berciuman pertama kalinya, ciuman itu hanya ciuman bibir yang plain.
Hingga semakin lama sedikit demi sedikit terus bereskalasi.
Kita mulai saling menghisap, dan menggigit bibir.
Leher dan dagu Anya kuusap saat berciuman.
Nafas Anya semakin terdengar berat.

"How was it, Anya?"
"You are a good kisser."
"On a scale of 1-10, how good is my kiss?"
"69, you make me so horny"

Kita melanjutkan berciuman di studio itu,
Anya mulai berani mengelus daerah penisku.

"Mau dibuka?" tanyaku
Anya mengangguk
Aku membuka jaket dan resletingku, aku gunakan jaket untuk menutupi penisku.
Tangan Anya masuk kedalam jaket dan meraba-raba penisku.

"Udah hard banget" bisik Anya
Ia menciumi leherku dan mengocok penisku.
Tanganku mulai bergerilya meraba vaginanya.
Vaginanya sudah sangat basah.
Namun sedikit susah karena bawahannya agak ketat.
Selama menonton bioskop kita terus petting hingga film selesai.

"Mau lanjut di mobilku?"
"Yuk"

Kita berjalan menuju ke parkiran, dan di mobilku berlanjut lah
pelampisan libido kami yang sudah begitu memuncak.

Di kursi belakang mobil kuturunkan celanaku,
ku raba dadanya yang kecil namun perky dan kuturunkan sehingga nipplenya terlihat
Dia langsung melahap penisku yang sudah ereksi begitu tegak
Blowjobnya terasa begitu nikmat, ia seperti sudah sangat terbiasa memblowjob
Mulutnya mungul namun tidak kena gigi sama sekali
Ia menghisap-hisap dan menjilat dengan manuver lidah yang begitu nikmat.

Penisku mulai terasa geli-geli
"Anya, aku mau keluar" aku mengambil tissue
Anya mengangguk dan terus melanjutkan blowjobnya
"Mau keluarin dimana?" Tanyaku
Anya melepas penisku
"Dimulutku aja, mau ngga?"
Aku mengangguk, ia menciumku sambil mengocok penisku
lalu melanjutkan blowjobnya hisapan dan kocokannya semakin menguat.
Rasa nikmatnya membawaku lebih dekat ke orgasme.

"IM CUMMING" aku menahan kepalanya yang terus menghisap dan bergerak naik turun
Ia tidak berhenti walaupun aku sudah keluar
ia membuatku begitu gemetar
"Stop geli banget..." pintaku ke Anya

Pemandangannya begitu erotis melihat Anya yang mulutnya penuh mani, ia melapnya dengan tissue
"Enak ga?" Tanya Anya
"Enak banget. Aku biasanya kalau diblowjob keluarnya lama, sama kamu cepet banget."
Jawabku sembari memulihkan ritme nafas.

"Kamu mau difingering atau oral?" Tawarku
"Celanaku susah dibukanya, next time aja ya." Jawab Anya
Aku ingin mencoba menyetubuhinya tapi karena sulit kita berada di parkiran yang agak crowded
mungkin paling jauh hanya bisa petting.

"Anya, Minggu depan mau nginep?"
"Boleh."

Setelah itu aku mengantarkan Anya pulang.
Sesampainya di kompleknya, aku memeluknya
"Thanks for today ya. Im looking forward to having second date with you"

The date went really well dan kita menjadwalkan staycation di hotel dalam waktu dekat.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd