Chapter ?: The Twists (1)
*Bip Bip Bip Bip*
Alarmku berbunyi pada pukul 5 pagi.
Aku sedikit terkaget melihat perempuan yang tertidur tanpa busana di sebelahku. Dia Anya, dia perempuan pertama yang aku tiduri tanpa status, semalam dia memberikanku pengalaman seks terbaik. Mengingat pengalaman semalam penisku kembali mengeras ingin merasakan kenikmatan itu kembali
Aku ke kamar mandi sebentar membersihkan penisku, sikat gigi, dan cuci muka. Setelah itu aku kembali ke kasur. AC kamar hotel begitu dingin dan Anya masih tertidur dengan lelap dengan balutan selimut.
“Anya, bangun.”
Kuelus wajahnya yang tertidur pulas, seperti energinya telah habis setelah beberapa match semalam.
“Aku masih ngantuk sayang.”
Jawabnya dengan nada manja.
Aku berinisiatif mencium bibirnya, ia membalas ciumanku walaupun dengan kondisi setengah sadar dan matanya masih tertutup. Badannya bergerak mulai miring condong kearahku, ciumannya semakin mengganas saat aku mengelus leher belakang, punggung, dan pahanya.
Saat mencumbunya penisku tergesek ke pinggang Anya
“Udah keras banget, nakal kamu ya.”
Tangan Anya mulai mengocok pelan penisku.
Aku membalasnya dengan meraba vaginanya
“Kamu juga udah basah banget.”
Balasku sambil memainkan clitorisnya.
Tanganku menggesek kanan-kiri, atas-bawah, Z clitorisnya tidak begitu sensitif, Anya sangat suka gerakan yang cukup agresif di bawah sana.
“Anya, ayo masukin.” pintaku.
“Aku boleh ngga blowjob kamu dulu?” balas Anya.
Ia berpindah posisi, berlutut diatas aku yang sedang berbaring terlentang. Ia mencengkram dan menghisap penisku dengan kuat sambil bermasturbasi. Ia begitu bernafsu, sensasinya sakit bercampur dengan kenikatan.
“Pelanan dikit, jangan terlalu digenggam” tegurku
Anya mengangguk dan melambatkan ritme blowjobnya.
Ia meraba perutku dan meremas-remas kecil testisku. Sentuhan Anya begitu menghipnotisku, seakan-akan dia begitu tahu cara memberikan kenikmatan yang begitu besar bagiku. Imaji itu seakan-akan tertanam hingga saat ini. Pemandangan yang begitu erotis melihat perempuan cantik menghisap penis sambil menggesekan vaginanya.
“Kamu seksi banget, aku mau puas-puasin having sex sama kamu sampai check out.” goda Anya.
Mendengar itu reflek aku menggenggam kepala Anya dan menggerakan pinggulku seakan-akan aku sedang bersetubuh dengan mulutnya.
“Biar aku aja yang ngontrol, kamu nikmatin aja.” ucap Anya.
Ia memindahkan tanganku. Aku berhenti bergerak dan membiarkan Anya melakukan sesuka hatinya. Ia meliuk-liukan lidahnya, menghisap, dan terus mengocok hingga ada bunyi basah dari liurnya yang melumuri penisku. Aku mendesah-desah kecil menikmati apa yang dilakukan Anya.
“Desahnya lebih keras, aku mau denger.” pinta Anya.
Aku mengangguk mencoba lebih banyak mendesah agar Anya lebih menikmatinya.
“Nah gitu. Aku suka, kamu seksi banget.” respon Anya
Sambil terus memainkan Desahan Anya semakin menjadi-jadi, genggaman dan hisapannya menjadi semakin keras memberikan sensasi sakit dan nikmat seperti sebelumnya lagi. Ia mulai kehilangan fokus dalam melakukan blowjobnya, aku menangkap bahwa itu indikasi Anya mulai mencapai puncak kenikmatan.
Aku berpindah posisi bangun dari posisi terlentang dan membaringkan Anya, aku menciumnya dan menggesek clitorisnya. Badannya mulai menjadi tegang, pinggulnya naik, ciumannya mulai terlepas karena ia mendesah-desah.
“Terus, terus begitu enak banget.”
Aku mengikuti arahan dari Anya, dan badannya mulai mengejang hebat
“AAAAH RIO” teriak Anya
Dia mencapai klimaks pinggulnya masih bergerak naik turun menikmati gelombang kenikmatan yang dicapai.
“Kamu klimaks?” Tanyaku.
“Iya, enak banget.” Jawab Anya dengan nafas tidak beraturan.
“Aku mau intercourse.” Pintaku.
Anya membalasnya dengan anggukan.
“Basahin dulu.” Ku arahkan penisku ke mulut Anya.
Ia melahapnya hingga ke pangkalnya, ia sedikit tersedak.
“Eh kamu coba Deep Throat?” Tanyaku
“Iya tapi punya kamu kelebaran, aku susah Deep Throatnya” Jawab Anya
Ia mencoba beberapa kali Deep Throat tapi kesulitan.
“Mau pake itu ngga?” Tanyaku sambil menunjuk box kondom yang ada di nakas.
“Kalau pake itu kan kamu ngga bisa keluar, kaya tadi malam” Jawab Anya.
Semalam pada saat intercourse aku kesulitan keluar, Anya semalam sampai tidak sanggup mengimbangiku. Ia membolehkanku melepas kondom selama keluar tidak di dalam vaginanya.
“Yaudah ga usah pake aja ya, masih ada sisa 1 di box.” Jawabku.
Aku berada diatas Anya dan memasukan penisku ke dalam vagina Anya yang sudah tidak sabar menerimanya. Sensasi hangat, sempit, dan basah begitu terasa tanpa ada halangan karet.
“Masih geli.. Pelan-Pelan ya” Pinta Anya.
Efek ia klimaks tadi masih tersisa, sehingga ia merasa penetrasi yang dilakukan terasa sedikit geli dan ngilu. Aku memeluk tubuh mungilnya dan menciumi bibirnya tanpa henti menggenjot vaginanya. Ritmenya semakin lama semakin cepat, aku harus mengontrol agar tidak ejakulasi terlalu cepat.
“Mau doggy.” Pinta Anya.
Kami berpindah posisi, pada saat Anya berposisi nungging, aku menjilati vaginanya terlebih dahulu. Setelah beberapa kali menjilat vaginanya, aku mulai menghujam vaginanya.
“Aku mau yang hardcore.” Pinta Anya kembali
Aku menggenjotnya dengan keras dan cepat.
“Fck me harder baby.” Tantang Anya.
Aku menggenjot sekeras dan secepatnya.
Ia terus memainkan klitorisnya pada saat posisi doggy.
“Kamu gantian diatas ya.” Pintaku
Ia menaiki badanku, memasukan penisku. Badannya meliuk-liuk mencari sisi paling nikmat. Sampai ia menemukan posisi paling nikmat, ia bergerak dengan kecepatan yang konstan sambil memainkan klitorisnya.
Gerakannya semakin tidak beraturan dan ia menegang, tanda-tanda ia akan mencapai klimaks. Aku meremas-remas dan menghisap payudaranya, desahannya semakin menjadi-jadi.
“AAAAH…” desah Anya dengan nyaring.
Gerakannya melambat dan ia berhenti bergerak.
Aku terus menggerakan dengan cepat pinggulku dari bawah keatas, membuat Anya begitu kegelian setelah klimaks.
“Pelan-Pelan sayang.” pinta Anya.
“Tadi kamu minta kenceng, sekarang minta pelan.” Godaku.
“Aku kan baru keluar lagi sensitif banget.” Jawab Anya.
“Aku udah boleh keluar belum? Apa kamu masih mau main lama?” Tanyaku.
“Udah kamu keluarin dulu aja.” jawab Anya.
Aku mengambil box kondom yang tersisa dan membukanya.
“Kamu jadi pake itu? Nanti ga bisa keluar.” tanya Anya.
“Udah bisa sebentar lagi aku keluar, aku pengen keluar sambil mencium dan memeluk kamu. Boleh ngga?” Pintaku.
“Okay, sini kondomnya. Aku pakaiin lagi.” Anya membolehkan permintaanku.
Ia memasang kondomnya dengan mulutnya.
Sebelum penetrasi kami berciuman dulu
“You are a great kisser.” pujiku ke Anya.
“You too. Dari first kiss aja sebenernya aku mau naikin kamu.” Balas Anya.
"Haha, kenapa ga dari awal ketemu aja kita udah gini." Godaku
Rasanya air maniku sudah diujung penisku menunggu untuk keluar. Aku masukan kembali ke vaginanya. Posisi man on top cepat membuatku klimaks apalagi dengan ciuman-ciuman yang diberikan Anya.
Selang 3 menit setelah penetrasi kembali, aku mencapai point of no return.
“Anya, mau aku keluar”
“Cum inside me, baby”
Kaki Anya melingkari pinggangku, vaginanya merapat, ia mencium dan memelukku.
“Im cumming”
Akhirnya aku mencapai klimaks, aku terus menggoyangkan menikmati setiap detik-detik dan gesekan-gesekan pada saat itu. Saat mencabut penisku, yang mengenakan kondom air mani yang tertampung begitu banyak.
“Wah kalau kamu keluarin didalam aku beneran, bisa-bisa aku hamil.” Anya kaget melihat banyaknya air mani di reservoir kondom.
Aku yang masih terengah-engah mengatur nafasku setelah ejakulasi yang begitu hebatnya. Anya memblowjob penis yang berlumur mani terasa ngilu karena aku baru saja ejakulasi.
“Aku bersihin ya.” tawar Anya.
Ia memblowjob sebentar dan melap penisku dengan tissue basah.
Kami berpelukan dan pillow talk setelah morning sex itu.
“Anya, aku suka kamu kalau kamu jadi pacarku gimana?” Tiba-Tiba terucap begitu saja dari mulutku.
“Actualy, I have a boyfriend, aku ga mau kamu jadi pacarku. Kamu baik banget. Aku bukan cewek baik-baik.”
Aku shock mendengar jawabannya rasanya saat kita dating dan bahkan sex kita punya chemistry yang baik.
“Kalau friend with benefit aja kamu mau ngga? Tapi kamu jangan protes kalau aku lagi sama pacarku.”
Ya… Itu lah awal pertama kalinya aku menjalin dan “memformalkan” hubunganku dengan Anya sebagai friend with benefit.