Agen Terpercaya  
 
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

FANTASY Veiled Sins 4 (Final) - Hijab Hunt(ed) [TAMAT]

Ok mantap, kalo bisa untuk korban berikutnya dari awal hingga akhir tetap terpaksa jangan jadi binal juga hhheee
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
part 3 : Fatin & Arafah Story

[/url vs [url=https://postimg.org/image/ow4yxysqb/]


Sejak kejadian pemerkosaan pada dirinya, Fatin menjadi lebih waspada dan sering menoleh kebelakang jika pulang konser atau kuliah. Ia juga mengantongi sprei air merica setiap hari dan mulai berlatih bela diri setiap akhir pekan untuk berjaga-jaga. Tak lupa setiap masuk apartemen, ia selalu mengunci pintunya untuk jaga-jaga dari orang sejenis Andi yang masuk dan mengintainya. Saat pulang latihan bela diri, Fatin merasa sangat lelah dan langsung berjalan ke kamar mandi. Setelah mengunci pintu kamar, Fatin membuka seluruh pakaiannya lalu masuk ke kamar mandi. Ia menyalakan shower dan mulai keramas. Saat menyabuni tubuhnya, ia pun mulai merasa gairahnya naik. Ia sabuni payudara indahnya dengan lembut sambil membayangkan seseorang meremas-remas payudaranya. “uuhhh…” desahan kecil keluar dari mulutnya yang mungil. Ia kemudian mengambil botol sabun lalu ia gesekkan di bibir vaginanya. “uuhh… gatel banget sih…” ujar Fatin berbicara pada dirinya sendiri. Fatin memaju mundurkan botol itu di vaginanya sambil tangan satunya meremas dan memilin putingnya. “ooohhh… enaakkk… uuhh…” racaunya menikmati sodokan botol sabun itu. Setelah 10 menit, Fatin akan orgasme dan ia mempercepat sodokan botol sabun itu. “uugghhh… mmmmhhh…. Aahh… aahh.. ” Fatin membuka selangkangannya lebar-lebar lalu cairan vaginanya menyembur keluar.

Setelah merasa puas, ia melanjutkan mandinya lalu memakai piyama pink favoritnya lengkap dengan hijab pink. Ia tiduran sambil menonton televisi dan sedang berlangsung acara stand up comedy. Ia melihat sosok gadis yang berwajah lugu namun mampu membuat penonton tertawa oleh aksinya. Namanya Arafah Rianti. Gadis lugu dengan suara unik itu baru saja memenangi audisi di salah satu stasiun televisi. Fatin yang melihat keluguan dan kecantikan Arafah kemudian tanpa sadar menggigit bibir bawahnya. Fatin kemudian membuka sosmedgram nya untuk mencari akun Arafah. Beruntung belum ada akun palsunya sehingga Fatin langsung menemukan profil Arafah di sosmedgram. Ia klik tombol follow kemudian ia scroll layar hape nya untuk melihat-lihat foto Arafah baik saat menjadi komika atau sebelum menjadi komika. “uuhh… manis banget…” batin Fatin. Tanpa terasa air liurnya menetes karena kagum dengan foto-foto Arafah. Hal itu membuat Fatin ingin bermastubasi lagi, namun karena kelelahan akhirnya Fatin memutuskan untuk tidur dengan tv yang masih menyala.

Akhir pekan sudah tiba. Fatin keluar dari apartemennya untuk jogging pagi. Ia mengenakan setelan sporty dengan training yang agak ketat hingga mencetak paha dan pinggulnya. Ia juga mengenakan jaket yang tidak mampu menutupi tonjolan dadanya. Beberapa orang melihat Fatin yang sedang berlari-lari dengan setelan seperti itu. Fatin pun santai kemudian setelah jogging ia langsung pulang ke kamar untuk berganti baju dan bersiap ke studio untuk rekaman acara talkshow. Fatin mengenakan hijab dan gamis hitam serta legging hitam diikuti kaos kaki dan sepatu hak. Sesampainya di studio, ia melihat sosok gadis yang familiar. “Itu Arafah !” batinnya. Segera ia hampiri Arafah lalu menepuk pundaknya. “Mbak Arafah ya ?” sapa Fatin ramah. Arafah kemudian menoleh dan terkejut melihat sosok wanita yang baru saja menyapanya. “Mbak Fatin ? Wah aku nge fans banget loh sama mbak. Minta foto bareng dong.” Ujarnya girang. Kemudian mereka berdua beberapa kali mengambil selfie. “Mbak ada acara juga disini ?” Tanya Arafah. “Ia aku mau shooting acara talkshow.” Jawab Fatin. “Wah sama dong mbak. Aku juga disana. Barengan yuk. Takut nyasar nih hehe.” Ujar Arafah. Mereka berdua kemudian berjalan ke studio yang dimaksud dan melakukan shooting hingga selesai.

Selesai shooting, Arafah hendak berpamitan ke Fatin namun diluar tiba-tiba hujan sangat deras. “Aduh, aku lupa bawa payung. Mana ujannya deres banget lagi.” keluh Arafah. “Mau aku anter ? aku bawa mobil nih.” Fatin menawarkan diri. “Seriusan ? wah makasih banyak mbak. Jadi ga enak saya.” Ujar Arafah girang. “Gapapa. Ntar kamu aku bikin enak.” Ujar Fatin. “Eh maksudnya mbak ?” Tanya Arafah yang bingung dengan kalimat Fatin. “Eh. Nggak apa-apa. Maksudnya dibawa santai aja. Ayo jalan sekarang.” Jawab Fatin sambil menggaet tangan Arafah menuju mobilnya. “Kamu nginep di tempat aku dulu ya. Gapapa kan ?” tawar Fatin. “Wah, beneran mbak ? waduh mimpi apa saya semalem diajak nginep sama mbak.” Ujar Arafah. “Yaa… daripada nanti keujanan kamunya juga.” Ujar Fatin. “makasih banyak loh mbak. Beneran nih jadi ga enak.” Ujar Arafah. Fatin hanya tersenyum melihat tingkah Arafah yang lucu. Sesampainya di apartemen, Fatin mempersilahkan masuk. “Wih, luas banget. Bisa main badminton ya disini ?” ujar Arafah yang kagum dengan kamar Fatin. “Halah bisa aja. Mbak Arafah ga mandi dulu sana ? ntar bajunya pake punya aku aja.” Tawar Fatin. “Eh. Makasih loh mbak jadi malah repotin.” Ujar Arafah. Arafah kemudian pergi ke kamar mandi untuk menyegarkan diri. Selama Arafah di kamar mandi, Fatin membuka seluruh pakaiannya hingga menyisakan hijab dan kaus kaki di tubuhnya. Kemudian ia tutup seluruh jendela dan mengunci pintu kamar. Sambil menunggu Arafah selesai mandi, Fatin bersiap untuk menggarap tubuhnya.

Momen yang ditunggu pun tiba. Arafah keluar dari kamar mandi dengan kepalanya yang sudah dipakai hijab dan kemben handuk. Saat melihat Fatin, ia terkejut karena Fatin hanya mengenakan hijab dan kaos kaki. “Mbak kok telanjang ? malu tau.” Ujarnya sambil menutup mata. Fatin kemudian menghampiri Arafah lalu memeluk tubuhnya. “Gausah malu. Kita kan sama-sama cewek.” Bisik Fatin sambil melepas kemben handuk di tubuh Arafah hingga terlihat tubuh mulusnya yang hanya ditutupi celana dalam. “Mbak mau apa ? mmpphhh….” Belum sempat Arafah bertanya, bibirnya langsung dicium oleh Fatin dengan lembut. “mbak… mmmhhh…” lenguh Arafah karena serangan bibir Fatin begitu intens. Fatin kemudian mencari lidah Arafah lalu diadu dengan lidahnya. Arafah hanya diam karena terkejut dengan perlakuan sosok idolanya itu. Fatin kemudian melepas ciumannya dan menatap Arafah dengan senyuman kecil. Tubuh Arafah kemudian didorong ke kasurnya lalu Fatin menidihnya sambil kembali berciuman.

“mbaakk… stop.. udaahh… aaahhh…” lenguh Arafah saat tangan Fatin mulai meraba-raba payudaranya. Ciuman Fatin kemudian turun ke perut Arafah lalu Fatin mengigit celana dalam pink Arafah sambil ditariknya. “mbak… apa-apaan sih… geli…” ujar Fatin sambil kedua tangannya menutupi selangkangannya. Kedua tangan Fatin kemudian memegangi tangan Arafah sambil terus menarik celana dalam Arafah menggunakan giginya. “Mbaaakk…” Arafah tidak berontak dan hanya melihat Fatin yang berhasil melorotkan celana dalamnya. Lalu kedua tangan Fatin menarik celana dalam Arafah yang masih menyangkut di lutut Arafah dan membuangnya ke lantai. “mbak…. Mbak mau apa ?” ujar Fatin melangkah mundur sambil menutupi selangkangannya. Vagina Arafah masih rapat dan hanya ditumbuhi sedikit bulu halus. Fatin yang melihat Arafah sudah terpojok kemudian menghampiri Arafah dan memeluknya. “mbaakk… jangaann…” Arafah memohon kepada Fatin. Namun, Fatin hanya tersenyum lalu tangannya menepis tangan Arafah yang menutupi vaginanya. fatin memasukkan jarinya ke vagina Arafah sambil dikorek-korek dengan lembut. “aaahhh… uuhhh… mbakkk… geli… stooppp… ooohhh…” desah Arafah sambil menggelinjang menahan serangan jari Fatin di vaginanya. Agar tidak banyak bergerak, Fatin menidih Arafah sambil jarinya kembali mengobok-obok vagina Arafah. “mbaakkk… aaahhh… udaahhh… ooohh…. Mbaakkk…” desah Arafah membuat Fatin semakin bernafsu mengorek vaginanya. 10 menit kemudian, tubuh Arafah mulai mengejang. “mbaaakkk… pipisss…. Aaaahhhhh…” Arafah memeluk Fatin kemudian vaginanya berkedut-kedut. Cairan vaginanya muncrat membasahi kasur dan jari Fatin. Fatin yang puas kemudian menjilati cairan vagina Arafah di jari dan kasurnya. Kemudian, Fatin menuju ke vagina Arafah lalu dijilati dengan nafsu.

“mbaakkk…. Udah…. Mbaakkk…” desah Arafah sambil tangannya memegangi kepala Fatin. Fatin terus menjilati vagina Arafah sambil sesekali memasukan lidahnya kedalam selama 15 menit. “uuhhhh… mbaaakk… mau pipis lagiiii… mbaaakkk…” kedua paha Arafah menghimpit kepala Fatin dan Arafah melenting menikmati orgasme keduanya. Wajah Fatin belepotan dengan cairan vagina Arafah yang muncrat keluar. Fatin kemudian melepas wajahnya dari vagina Arafah lalu ia mencium Arafah sambil memasukkan sebagian cairan vagina yang ada dimulutnya. “mmmhh… glek…. Oohkk… ini apa mbak ?” Tanya Arafah. “Ini namanya cairan enak.” Jawab Fatin. Dua kali bercinta membuat tubuh mereka berdua berkeringat dan memberi efek mengkilat karena cahaya lampu. Arafah terbaring lemas kemudian Fatin menidihnya karena kelelahan. Fatin menarik selimut di ujung kasurnya lalu memeluk Arafah. “maaf ya sayangku. Kamu belum pernah ya ?” Tanya Fatin. “be…belumhhh… mbak… oohhh… capeekk.. tapi kok enak ya ?” lenguh Arafah. “besok aku ajarin caranya. Sekarang tidur ya.” Fatin dan Arafah kemudian tidur sambil berpelukan.

Arafah terbangun dan ia mendapati dirinya masih telanjang. Ia pun bangun dan berdiri di hadapan kaca. “Ternyata badanku bagus juga.” Batin Arafah sambil memutar-mutar pinggulnya. “Udah bangun fah ?” sapa Fatin yang mengenakan hijab kemarin dan kimono tipis. Arafah sedikit menelan ludah melihat tubuh Fatin yang tembus pandang itu. “eh kok bengong aja ? ayo sarapan.” Ajak Fatin membuyarkan lamunan Arafah. “Pake nih. Dingin tau kalo telanjang.” Tambahnya sambil memberi handuk ke Arafah. Mereka berdua kemudian makan bersama dengan lahap. Terkadang, Fatin iseng menyuapi Arafah sambil memainkan bibirnya menggunakan jari lentik Fatin. “ih… mbak mah…” ujar Arafah sambil menepis tangan Fatin yang asyik memainkan bibir Arafah yang cukup sexy. Fatin hanya tertawa kecil mendengar nada bicara Arafah yang unik dan menggemaskan.

Setelah mereka makan, Arafah bergegas ke kamar mandi. Namun, saat ia mau masuk kamar mandi Fatin memeluknya dari belakang. “Mandi bareng yuk. Sambil aku ajarin yang semalem.” Bisik Fatin sambil memegang payudara Arafah. “mmhh… mbak… iya deh…” lenguh Arafah. Mereka berdua kemudian masuk ke kamar mandi dan melepas pakaian yang tersisa di tubuhnya. Rambut Fatin langsung terurai begitupun rambut Arafah. “Sini fah. Coba siniin tangan kamu.” Fatin memegang tangan Arafah lalu ditempelkan ke payudara Fatin yang kenyal. “Ih punya mbak kenyal gitu kayak ager-ager.” Ujar Arafah polos. Fatin hanya tersenyum melihat reaksinya. Kemudian Fatin menggaet tangan kiri Arafah lalu dijilati jari-jarinya satu persatu. “ih… mbak…” ujar Arafah sambil melihat dengan agak jijik. “biar jari kamu basah.” Ujar Fatin sambil mengarahkan jari-jari Arafah yang sudah basah oleh air liur Fatin ke vaginanya. “kamu obok-obok kayak cebok gitu.” Ujar Fatin. Arafah dengan ragu-ragu kemudian mengobel sedikit vagina Fatin. “aaahhhsss…” lenguh Fatin sambil sedikit menggeliat. “eh sakit ya mbak ?” Arafah menghentikan aksinya. “Gapapa lanjut ajah.. Cuma geli doang kok.” Ujar Fatin. Arafah kemudian melanjutkan mengobel vagina Fatin sesuai dengan instruksi yang diberikan. Setelah 10 menit tubuh Fatin mengejang. “ooohh…. Arafah… terus say… aku keluaar… aaahhhhh…” Fatin meraih orgasme pertamanya lalu cairan vaginanya membasahi jari Arafah. “Eh muncrat..” ujar Arafah. “oohhh… mmhhh… coba kamu jilat…” lenguh Fatin yang masih menikmati sisa orgasmenya. Arafah kemudian menjilati jarinya yang basah oleh cairan vagina Fatin dan rasanya agak aneh. “kok rasanya aneh mbak. Tapi lumayan sih.” Ujar Arafah.

Setelah puas dengan orgasme pertamanya, Fatin meminta Arafah melakukan sesuatu yang lain. “Sekarang kamu ambil botol sabun di rak itu.” Ujar Fatin. Arafah kemudian mengambil botol sabun itu. “masukin ke vaginaku say.” Ujar Fatin sambil melebarkan kedua pahanya. “Ih… emang muat mbak ?” ujar Arafah heran. “muat kok… udah masukin sini udah gatel…” ujar Fatin sambil menarik tangan Arafah yang memegang botol sabun itu ke vaginanya. “oohhh… enaak… aahh…” lenguh Fatin saat botol sabun itu disodok oleh Arafah hingga setengahnya masuk kedalam vagina Fatin. “eh muat..” celetuk Arafah. “maju mundurin say…” pinta Fatin. Arafah kemudian mengikuti instruksi memaju mudurkan botol sabun itu di vagina Fatin yang becek dan licin. “ooohhh… yyaaahhh… terusss…. Arafaahh… teruusss…” racau Fatin sambil meremas payudaranya. Beberapa saat kemudian, Fatin kembali akan orgasme dan meminta Arafah menambah kecepatannya. “cepetin lagi fah… aku mau… keluaar…. Aaaahhh…. Yyyessss…. Gilaaa….” Fatin berteriak puas dan cairan vaginanya menyemprot lebih banyak dibanding orgasme pertamanya. Arafah kemudian mencabut botol sabun tersebut dan melihat Fatin yang sudah ngos-ngosan.

“oohhh…. Enak banget… kamu mau nyoba ?” tawar Fatin. “Eh… mau sih mbak.. tapi takut…” jawab Arafah. “Gausah takut. Perawan kamu gabakal sobek kok. Coba yah.. tapi basahin dulu punya kamu biar licin. Kayak yang tadi kamu lakuin ke mbak.” Ujar Fatin. Arafah kemudian menggesek-gesek jarinya di bibir vaginanya. Fatin tertawa kecil melihat Arafah yang masih sangat kaku dalam bermasturbasi. Kemudian, Arafah memasukkan dua jarinya pelan-pelan ke dalam vaginanya lalu mulai mengobel. Saat mengobel vaginanya, Arafah merasakan sensasi yang berbeda ketika vaginanya dijilati dan dikobel Fatin semalam. Ia merasa lebih nyaman dan lebih enak ketika mengobel vaginanya sendiri. “sshhh… mmhhh…” desah Arafah. “bagus fah. Terus begitu, lebih cepet coba.” Ujar Fatin. Arafah kemudian mencoba mempercepat gerakan jarinya dan sensasi kenikmatannya menjadi lebih baik. “geli mbak… ooohhh… enakk… aaahhh… ssshhh..” Arafah mendesah keenakan dan melebarkan kedua kakinya. Beberapa menit kemudian, Arafah akan orgasme. “uuhhh… mau pipis…. Aaaaaaahhhhh…” Arafah melenguh kencang sambil mendongakkan kepalanya keatas. Vaginanya berkedut-kedut dan mengucurkan cairan vagina yang cukup banyak. Arafah kemudian duduk bersandar di tembok kamar mandi sambil ngos-ngosan. “gitu aja udah lemes. Coba masukin botolnya.” Ujar Fatin. Arafah kemudian mencoba memasukkan botol sabun yang digenggamnya namun tidak berani dalam-dalam. Setelah ia merasa sudah masuk, Arafah memaju mundurkan botol sabun tersebut sambil mencoba meremas payudaranya sendiri. “oohhh… enak mbak… geli-geli gimana gitu… aahhh… mmmhhh..” desah Arafah. Fatin yang kembali on fire melihat Arafah kemudian mengambil botol sampo dan memasukkan ke vaginanya. “Ayo adu lama-lamaan. Yang muncrat duluan traktir makan siang.” Tantang Fatin. “Ayo mbak. Pasti aku yang… aahh… sshh… hehe..” ujar Arafah. Mereka berdua kemudian berlomba masturbasi sambil beradu desahan. “ooohhh…. Tahaann… aahhh… aduuhhh… mmhhh…” desah Fatin. “aaahhh… yeesss…. Jangan kalah… ooohhh…” racau Arafah. Setelah 15 menit mereka berdua bermasturbasi, desahan mereka semakin nyaring. “aaahhhh…. Anjiirrr… udah gakuat…. Aaaahhh… iiyaaaaahhh….” Fatin orgasme lalu menyemburkan cairan vaginanya dengan deras dan sebagian mengenai Arafah. “iihh… jauh banget nyemprotnya… uuhhh… aku juga udah…. Ga… kuatt…. Aaaaahhhh….” Arafah mengejang dan cairan vaginanya juga menyembur deras hingga mengenai Fatin. “Yess aku ditraktir mbak Fatin.” Ujar Arafah sambil mengatur nafasnya. “Curang ih, pasti kamu tahan-tahan tadi.” Balas Fatin. Kemudian mereka berdua tertawa dan menyelesaikan mandi mereka. Setelah keluar dari kamar mandi mereka melihat jam sudah pukul 11. Sudah hampir 3 jam mereka menghabiskan waktu di kamar mandi. Mereka kemudian bergegas dan berangkat makan siang.

Setelah makan siang, Fatin kemudian mengantar Arafah pulang. Sesampainya di depan rumah Fatin, Arafah membisikkan sesuatu. “Makasih banyak mbak udah dikasih nginep sama… mmmhhh… hehe..” ujar Arafah. Fatin tersenyum kemudian mencium bibir Arafah dan mereka saling berpagutan. Arafah kemudian melepas ciumannya sambil mencubit pipi Fatin. “Udah ah… ntar keterusan.. kapan-kapan aku kalo mau eehhmmm… aku kontak mbak ya.” Ujar Arafah. Fatin kemudian melambaikan tangan tanda perpisahan lalu memacu mobilnya. Arafah yang dulunya adalah gadis alim dan polos kini sudah mengenal seks dan masturbasi. Tentu saja, jika Fatin mengontak dirinya itu adalah pertanda bahwa kehidupan baru Arafah sebagai budak Fatin akan dimulai.

(bersambung...)
maaf kalo kependekan[/url]
 
Saran nih buat ts. Di ending tolong donk ada 1 cerita yg semua pemeran kumpul jadi satu di situ. Bakalan Seru kayak nya . Semangat suhu ....
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ganas nih cerita, lanjutkan terus suhu jarang2 ada cerita akhwat yang ganas + nggak kentang + rajin update kayak gini :ampun:
 
update dulu ah bentar lagi tamat...

(sambungan part 2)








Sudah tiga minggu berjalan sejak Arafah menjadi pelampiasan nafsu Fatin. Di waktu tertentu, jika Fatin tiba-tiba menelpon atau mengirim chat, itu adalah kode kalau Arafah harus melayani nafsu Fatin di kamar apartemennya. Arafah kadang sering menginap karena keterusan berlesbian dengan Fatin. Keluarganya tidak curiga sedikitpun karena Arafah hanya melakukan masturbasi bersama Fatin. Di rumah, Arafah cenderung tidak mau untuk melakukan hal itu. “ooohhh… sodok lagi sayang… aaahhh… iyaaahhh… teruusss… oohhh…” desah Fatin saat vaginanya disodok-sodok Arafah menggunakan dildo. “mbak juga… uuhhh…. Enaakkk…” desah Arafah sambil menikmati kobelan jari Fatin di vaginanya. “aku keluar…. Cepetiiinnn… aaaahhh…” , “aku juga mbak…. Ooohhhh…. Mmmmhhh…. Aku keluaaar…. Aaahhhh…” mereka berdua berpelukan sambil melepaskan orgasme mereka yang sudah kesekian kali. Kasur Fatin menjadi banjir oleh cairan vagina mereka berdua. “Capek nih… aku mau istirahat…” ujar Arafah yang masih menidih tubuh Fatin. “Kamu kuantar pulang aja ya. Baju kamu ga belepotan kan ?” ujar Fatin yang masih terengah-engah. “iya mbak. Aku mandi dulu kalo gitu… iihh… mbakk… aahhhsss…” lenguh Arafah saat Fatin iseng mengobel cairan vagina yang menempel di vagina Arafah. “kamu gemesin sih. Yaudah aku mandiin ya.” Fatin dan Arafah kemudian mandi bersama dan saling menyabuni satu sama lain. Setelah mandi, Fatin mengantar Arafah ke rumahnya. Sesampainya di rumah, Fatin melihat ibunya yang khawatir. “kok jam segini pulang ? bukannya nginep aja di tempat mbak Fatinnya ?” ujar ibunya. Memang saat itu sudah jam 11 malam. “Arafah maunya langsung balik tante. Ini kayaknya dia udah capek banget. Saya langsung pulang aja ya.” Fatin berpamitan kemudian masuk ke mobilnya. Selama perjalanan ke kamarnya, Fatin memasang vibrator di vaginanya sehingga ia menyetir sambil mendesah keenakan. Beruntung, kaca mobilnya gelap sehingga tidak ada yang melihat aksi masturbasi Fatin. Sementara itu, Arafah langsung melangkah ke kamarnya lalu membantingkan diri ke kasur. Ia pun langsung tidur pulas sambil bermimpi indah.

Arafah terbangun setelah matanya tersorot sinar matahari pagi. Ia melihat jam sudah menunjukkan pukul 8 pagi. “Aduh, gue ketiduran. Bisa telat nih.” Ujar Arafah sambil melompat dari kasur. Dia langsung keluar kamar dan berlari ke dapur. “Eeehhh… jangan lari-larian. Siapa suruh bangun siang.” Teriak ibunya. “Kok gaada yang bangunin sih ?” gerutu Arafah sambil memakan telur rebus dan roti isi yang tersisa di meja. “hayo makannya jangan buru-buru.” Ujar ibunya dari dapur. Setelah sarapan, Arafah langsung berlari ke kamar mandi dan melakukan semuanya dengan cepat. Setelah bersiap-siap, sebuah chat whatsapp masuk dan ternyata dari Fatin. “Arafah sayang. Aku udah di depan nih.” Isi chat itu mengagetkan Arafah lalu ia mengintip keluar. Benar saja, mobil Fatin sudah terparkir di depan rumahnya. “Eh, itu temennya udah nungguin.” Ujar ibunya sambil menepuk pundak Arafah. “Iya mak. Arafah langsung berangkat ya.” Arafah kemudian berpamitan ke ibunya lalu berlari ke mobil Fatin. “Maaf mbak aku tadi kesiangan.” Ujar Arafah sambil mengatur nafasnya. “Santai aja fah. Aku juga baru sampe.” Jawab Fatin sambil mengatur AC mobilnya. Mereka berdua kemudian meluncur ke salah satu perusahaan pakaian muslimah untuk sebuah promosi.

Sesampainya di lokasi, Arafah takjub karena kantor perusahaannya sangat luas dan modern. Berbagai fasilitas seperti spa, gym, bahkan salon juga tersedia. Maklum, perusahaan ini hampir seluruh karyawannya adalah perempuan. Hanya ada satu orang laki-laki yaitu sang pemilik perusahaan bernama Johan. “Selamat pagi pak Johan.” Sapa Fatin dan Arafah saat masuk ke ruangannya. “Pagi mbak. Silahkan duduk, maaf ruangan saya agak kecil.” Ujar Johan. Fatin dan Arafah kemudian duduk sambil bersalaman. Fatin mengenakan setelan favoritnya yaitu atasan serba hitam serta rok panjang dilapisi legging putih. Sementara Arafah mengenakan hijab dan gamis putih serta bawahan jeans. Mereka bertiga kemudian berbincang serius mengenai produk baru perusahaan Johan sambil membuka buku catalog. Setelah melihat-lihat, kemudian Johan mengajak mereka berdua ke studio pemotretan yang ada di lantai 3. Sambil menjelaskan, mata Johan sesekali melirik kearah dada Fatin yang menonjol. Fatin yang menyadari aksi Johan kemudian sengaja menyenggol payudaranya. “Aduh, lantainya agak licin ya.” Ujar Fatin. “Eh mbak gapapa ? saya bantu ya.” Johan memegang tangan Fatin yang lembut lalu menarik tubuh Fatin. Saat Fatin bangkit, tanpa sengaja mereka berpelukan lalu Johan melepaskan pelukannya. “Maaf mbak.” ujarnya. “Ga apa-apa. Ohiya fotografer dan kru nya perempuan semua ya ?” ujar Fatin. “Iya mbak. Karyawan saya semuanya perempuan.” ujar Johan. “Kalo gitu saya mau mas yang foto. Produknya juga saya yang pilih sendiri dari katalog itu. Gimana ? Arafah juga setuju ga ?” ujar Fatin sambil menoleh ke Arafah. Arafah pun hanya mengangguk sambil bingung dengan pembicaraan Fatin. “Kalo mbak yang minta yasudah. Kebetulan kru saya juga sedang ada sesi pemotretan di tempat lain dan ada yang masih sakit jadi biar saya yang turun tangan. Mbak-mbak silahkan pilih suka-suka. Saya mau ambil alatnya dulu.” ujar Johan. Fatin pun tersenyum kemenangan karena sejak awal ia ingin sekali menyicipi laki-laki dan Johan adalah target pertamanya.

Sambil memilih-milih, Fatin menyuruh Arafah untuk duduk manis. “Kamu gausah ikutan. Biar mbak aja yang pilihin semua.” Ujar Fatin sambil mengambil beberapa produk baju renang dan pakaian ketat lainnya. “mbak, kok pakaiannya yang kayak gini semua ?” ujar Arafah heran. Fatin kemudian menempelkan telunjuknya di bibir Arafah sambil bersiul. “Udah kamu ikutin aja. Ganti pake ini sekarang.” Mereka berdua kemudian mengganti pakaian dengan yang sudah Fatin ambil. Saat mereka berdua berdiri di kaca, tubuh mereka tercetak jelas dari balutan pakaian ketat mereka. Fatin mengenakan pakaian menyelam yang membalut ketat seluruh tubuhnya sehingga pinggul, pantat dan payudaranya tercetak jelas. Sementara Arafah mengenakan kaus lengan panjang yang sangat ketat hingga payudaranya tercetak serta legging ketat yang menonjolkan gundukan vagina dan bongkahan pantatnya. Saat Johan kembali, ia terkejut dengan penampilan Fatin dan Arafah yang sangat menggoda. Fatin kemudian menghampiri Johan lalu mengambil kamera yang sedang digenggamnya. “rekam nih.” Ujar Fatin sambil menyerahkan kamera itu ke Arafah. Fatin menatap Johan dengan tajam lalu ia menarik tubuh Johan hingga menidihnya. Johan yang mengerti maksud dari Fatin kemudian langsung mencium bibir mungilnya. “mmmhhh… mmm…” lidah mereka berdua saling beradu dan saling berbagi air liur. Arafah merekam kejadian itu sambil terdiam. Fatin kemudian melepas ciumannya lalu tangannya membuka gesper Johan dan memeloroti celananya. Setelah itu, Fatin juga memeloroti celana dalam Johan dan penis Johan yang terdesak langsung mengacung keluar. “ugghh.. gede juga.” Batin Fatin sambil memegang penis 15 cm dan diameter 3,5 itu. Kemudian Fatin meludahi penis Johan dan dikocok-kocok menggunakan tangannya. Sementara mulutnya menjilati biji bawah Johan dengan lembut. “mmhh… terus mbak…” desah Johan. Fatin menambah kocokan dan mengemut biji bawah sehingga membuat Johan kegelian. 10 menit berselang, Johan akan orgasme. “Mbaakk… aku keluarr… oohhh…” tubuh Johan mengejang lalu spermanya menembaki wajah Fatin dengan deras. Fatin kemudian mengolesi sperma Johan ke seluruh wajahnya sambil dijilati.

Setelah orgasme, Johan bangkit kemudian melepas semua pakaiannya. Ia langsung menidih tubuh Fatin lalu meremas-remas payudaranya yang tercetak dibalik baju renang. Johan kemudian menciumi perut Fatin lalu turun kebawah hingga selangkangannya yang membentuk gundukkan. Dengan beberapa kali korekan, bagian selangkangan Fatin berhasil dirobek dan ternyata sudah tidak ada celana dalam. Lidah Johan lengsung bergerilya di vagina Fatin sambil menggigit klirotisnya. “ooohhh…. Aaahhhh…. Terusss… mmmhhh…” desah Fatin. Johan terus menjilati vagina Fatin dengan rakus hingga membuat tubuh Fatin menggelinjang. “aaahh…. Geli…. Enaaakk… ooohhhh…” racau Fatin sambil mengapit kepala Johan menggunakan kedua pahanya yang empuk. Arafah hanya menelan ludah melihat aksi Fatin dan Johan sambil terus merekam. 5 menit kemudian, Fatin akan orgasme pertamanya. “iyyaaahhh… aku keluaarr… aaiihhh…. Yeeesss…. Aaaahhh….” Tubuh Fatin mengejang lalu cairan vaginanya menyemprot wajah Johan. Johan melepas jilatannya lalu membersihkan cairan vagina di wajahnya menggunakan pakaian renang Fatin di bagian paha. Johan kemudian menarik kaki Fatin dan mengangkangnya lebar-lebar. Johan memasukkan penisnya ke dalam vagina Fatin yang licin dan langsung ambles selurunya hingga mentok. “uuuhhh…” lenguh Fatin sambil mengangkat selangkangannya. Vaginanya terasa penuh oleh penis Johan yang besar. Johan dengan nafsu memburu langsung memompa penisnya dengan cepat dan kasar. Hal itu membuat Fatin berteriak sambil menahan sensasi keluar masuk penis Johan. “aaahhhh… iayaahhh… pelan-pelaann… ooohhhh…. Yeeess…” racau Fatin sambil menggeleng kepalanya.

Sudah hampir setengah jam Johan menikmati tubuh Fatin. Fatin sudah berkali-kali orgasme dan mulai kelelahan. “Kok kamu belum keluar sih…. Aaahhh… ooohh… capek nih ….. aaahhhh…” racau Fatin yang tubuhnya bergoyang mengikuti genjotan Johan. “dikit lagi nih… ooohhh… gue keluar…. Aaahhh…. Fatiiinnn…” Johan memeluk Fatin erat dan Fatin melingkari kakinya di pinggul Johan. Johan menekan penisnya dalam-dalam sambil menyemburkan spermanya mengisi rahim Fatin. “ooohhh… banyak banget… anget say….” lenguh Fatin sambil mencium Johan. Setelah beberapa menit berciuman, Johan melepas ciuman dan mencabut penisnya. Sisa sperma yang tidak tertampung di rahim Fatin meleleh keluar. “maass… banyak banget keluarnyaahh…” ujar Fatin. “Udah kamu tinggal minum obat yang kukasih waktu itu.” Ujar Johan sambil mengedipkan matanya. Ternyata ini merupakan rencana Fatin untuk merangsang Arafah supaya menjadi lebih binal. Dan Johan tentu langsung menyetujuinya karena selain paras yang lugu dan suara yang menggairahkan, Arafah juga masih perawan sehingga akan menjadi keuntungan ganda untuknya.

Fatin yang sudah menikmati permainan dengan Johan kemudian bangkit dan menghampiri Arafah. Fatin mengambil kamera yang dipegang Arafah lalu diletakkan di sebuah meja dan setting untuk menyorot mereka bertiga. “Sekarang giliran kamu.” Ujar Fatin sambil membuka baju Arafah. “mbak… jangan… aku takut… “ujar Arafah sambil memegang tangan Fatin. Fatin hanya tersenyum lalu lengsung memegangi Arafah dari belakang. “mbaaakkk… jangaannn…” ujar Arafah sambil meronta. Johan pun sigap memegangi kaki Arafah. “apa-apaan ini…. Gamau… aku gamau…” Arafah menendang-nendang kakinya untuk melepaskan diri dari sergapan Fatin dan Johan. Johan kemudian melepas kaki Arafah lalu menembakkan jarum bius tepat di paha Arafah. Gerakan tubuh Arafah kemudian melemah dan akhirnya tertidur. Fatin mengambil sebuah kursi yang senderannya agak landai lalu meletakkan tubuh Arafah di kursi tersebut. Fatin juga mengambil tali yang ada di studio lalu diikatkan ke kedua kakinya. Sementara itu kedua tangannya diikat kebelakang lalu tak lupa Fatin juga mengikat perut Arafah supaya ia tidak bergerak bebas.

Johan yang nafsunya sudah diubun-ubun kemudian mengambil sebuah pil dan meminumya. Penisnya kemudian menjadi lebih besar dua kali dari ukurannya hingga membuat Fatin takjub. “ini pil khusus dari Korea. Kamu juga bisa untuk gedein susu kamu itu hehe.” Ujar Johan menyeringai. “ih punya gue udah gede kali gausah dikasih obat-obat segala.” Ledek Fatin. “Sambil nunggu dia bangun, mau nyobain nih ?” tawar Johan. “mmm…. Tapi pelan-pelan ya… gede banget itu…” ujar Fatin. “yaudah kamu diatas aja.” Johan kemudian berbaring dan Fatin berjongkok sambil mengarahkan penis Johan ke vaginanya. “Jir… gamuat ah… Arafah gimana ya nanti ?” ujar Fatin yang agak kesulitan memasukkan penis Johan yang sangat besar sambil mencemaskan Arafah. “Udah tenang aja gabakal mati juga disodok beginian. Sini gw yang coblosin.” Johan memasukkan kepala penisnya ke vagina Fatin lalu langsung disosok dengan sekali hentakan. “aaaahhh…. Sakiiittt…. Gilaaa…. Memek gue bisa robek ini….” Teriak Fatin menahan rasa perih karena penis Johan yang terlalu besar berhasil ambles di vagina Fatin. “Tuh gapapa kan ? udah gw yang genjotin deh.” Johan mengangkat pantat Fatin naik turun. “aaahhh… pelan gila…. Sakkiiitt bangeettt… aaahhh…. Ooohhhh…” rintih Fatin sambil memejamkan matanya. Setelah 20 menitan, Johan mempercepat genjotannya dan akan orgasme lagi. “Fatiiiin…. Tahan yaa…. Ooohhhh…” Johan menekan penisnya hingga mentok di rahim Fatin. “aaaahhhh… Johaaannn…. Aaaaaaakkkhhhh…. Panaaasss….” teriak Fatin. Sperma Johan langsung muncrat dengan deras dan Fatin mendongakkan kepalanya menahan perih di vaginanya. Fatin kemudian ambruk dan matanya sayu. “sakiittt… aduuhhh….” Rintihnya. Johan mencabut penisnya diiringi teriakan Fatin. Sperma Johan langsung tumpah keluar dari vagina Fatin yang melebar akibat menyesuaikan diri dengan ukuran penis Johan. “aahhh… jadi melar…” keluh Fatin. “Ntar juga memek lo rapet lagi. sekarang ada perawan yang lagi nungguin senjata gue nih.” Ujar Johan sambil mengelus penisnya yang masih mengacung tegak dan berurat. “Jangan kenceng-kenceng ya. Kasihan gue.” Ujar Fatin. “Udah tenang aja. Lo mending istirahat dulu sana.” Ujar Johan sambil menghampiri Arafah yang mulai tersadar.

Arafah terbangun dari pingsannya dan ia mendapati dirinya sudah tidak bisa bergerak karena kaki, tangan dan perutnya terikat. Johan juga tiba-tiba sudah ada di hadapannya dengan penis besar yang siap membelah selangkangan Arafah. “Halo manis. Gimana tidurnya ? mimpi indah ?”sapa Johan sambil menggesek kepala penisnya. Arafah hanya diam pasrah sambil menatap penis Johan yang kepalanya sudah merangsek masuk ke vaginanya. “uuughhh… sempit juga..” ujar Johan sambil berusaha menyodok penisnya. Arafah yang mulai merasakan perih hanya bisa melenguh pelan karena efek obat biusnya masih belum sepenuhnya hilang. “paakkk… jangan….” Ujar Arafah pelan sambil menangis. Akhirnya setelah beberapa upaya, penis Johan berhasil menerobos selaput keperawanan Arafah dan membuatnya berteriak. “aaaahhhhh… sakiiittt….” Teriak Arafah dengan keras. Fatin tidak tega melihat ekspresi Arafah yang kesakitan karena vaginanya serasa terbelah oleh penis Johan yang sangat besar. “Tahan ya sayang..” Johan mulai memaju mundurkan penisnya. Arafah yang masih merasakan sakit terus berteriak setiap Johan menggenjot penisnya. Fatin yang merasa kasihan kemudian menghampiri Arafah lalu mengelus kepalanya. “sakitnya sebentar kok. Nanti juga enak.” Bisik Fatin. johan sedikit kesulitan menggenjot penisnya karena vagina Arafah yang masih seret dan terlalu sempit. Hal itu malah membuat Arafah semakin menderita hingga suaranya habis. “udaahhh… sakiiittt… huhuhu…. Oohhhh…” tangis Arafah menghiasi studio pemotretan itu. Johan yang sudah kepalang tanggung justru mempercepat genjotannya. “aaahhh… aaaaakkkhhh… paaakkk…. Udaaahhh… aaaahhhh…” teriak Arafah. Fatin kemudian mencoba mengurangi rasa sakit Arafah dengan memainkan payudaranya. “mbaakkk… sakiiittt mbaakkk… uuuhhh…” isak Arafah sambil menatap Fatin dengan sayu. Air mata dan teriakan Arafah tidak mampu menahan rasa sakit di vaginanya yang sedikit mengembung. “oohhh… gw keluarr… Arafaahhh… ooohhh…” Johan menekan penisnya dalam-dalam sambil mendongakkan kepalanya. “aaahh… jangan didaleeemm… ooohh… aku juga keluaarrr…. Aaaaahhhhh…. Haaaaa…” Arafah mengeluarkan sisa suaranya hingga serak sambil memejamkan mata. Cairan mereka berdua akhirnya saling semprot di rahin dan liang vagina Arafah. Saking rapatnya, sepertinya akan ada banjir besar jika Johan mencabut penisnya.

Benar saja, setelah melepaskan semua spermanya, Johan mencabut penisnya lalu sisa sperma bercampur cairan vagina dan darah muncrat dari vagina Arafah yang jadi melebar karena penis Johan. “aaahhhh… udah… aku gamau lagi…” suara Arafah sudah serak karena terus berteriak. Tubuhnya berkeringat dingin dan vaginanya berkedut-kedut sambil terus melelehkan sisa sperma Johan. Johan kemudian mengelap air mata Arafah lalu mencium keningnya. “makasih sayang.” Bisik Johan lalu ia meninggalkan Fatin dan Arafah untuk menyegarkan diri. “mbaakk… aku takut hamil mbak…” ujar Arafah. “Tenang aja sayang. Kamu ga akan hamil.” ujar Fatin sambil mengelus perut Arafah. Fatin melepas ikatan di tubuh Arafah lalu tubuh Arafah tersungkur ke lantai karena sudah sangat lemas. Fatin merangkul Arafah dengan baju acak-acakan lalu dibawa ke mobil. Sesampainya di mobil, Fatin kembali berpakaian seperti biasa lalu ia juga mengelap sisa sperma di vagina Arafah dan memakaikan kembali pakaiannya. Fatin kemudian berjalan masuk kembali ke kantor dan kembali dengan selembar map berisi uang dan sepucuk surat. “Gila servis lo sama temen lo bikin gue tepar. Nih bayarannya sesuai sama yang lo minta. Kapan-kapan gue pake lagi ya temen lo.” Isi surat dari Johan membuat Fatin tersenyum puas. Ya, Fatin baru saja menjual dirinya dan Arafah kepada Johan untuk mendapatkan uang lebih. Fatin sengaja bilang pemotretan dan pura-pura berbincang dengan Johan supaya Arafah mau ikut dan tidak curiga dengannya. Fatin memacu mobilnya untuk mengantar Arafah pulang sementara Arafah berusaha bermimpi indah untuk menghilangkan kenangan buruk yang baru saja merenggut keperawanannya itu.

(bersambung)
 
Gan. Ceritanya dari 1 sampai 4 topcer bingit. Jgn cepet2 final. Lanjut trus gan. Bnyk agan2 dukung ceritanya hehe
 
update...

sebenernya ini epilog dan teaser untuk proyek ane berikutnya.
jadi maaf kalo pendek

...

Sejak keperawanannya direnggut paksa, Arafah yang biasanya periang jadi sedikit pendiam. Keluarganya berusaha untuk memaksa Arafah bercerita tentang masalah yang dialami namun hanya dijawab senyum sambil menjelaskan ia hanya bad mood saja. Saat menonton TV, hape nya berbunyi dan chat dari Fatin masuk di LINE nya. “Halo sayangku. Lagi sibuk ga ?” begitulah isi pesan tersebut. “Hm.. nggak nih. Kenapa ?” balas Arafah. “Kamu mau nemenin aku jalan ga ? Bosen nih di apartemen. Nanti aku jemput.” Balas Fatin. “Iya mbak. Aku mandi dulu ya.” balas Arafah. “Oke nanti aku jemput ya :*” balas Fatin. Setelah membaca chat Fatin, Arafah kemudian bangun dan melangkah ke kamar mandi. Saat tengah menyabuni tubuhnya, ia merasakan vaginanya menjadi gatal. “Aduh, lagi bad mood pake acara gatel.” batin Arafah. Ia kemudian memasukkan jari-jarinya ke vaginanya kemudian diobok-obok. Arafah berusaha menahan desahannya agar tidak terdengar keluar. Ia juga menyalakan keran air untuk meredam desahannya yang tiba-tiba. Setelah 10 menit bermasturbasi, tubuh Arafah mengejang lalu cairan vaginanya mengucur keluar. “aahhh…” desah Arafah pelan sambil menyabuni payudaranya. Setelah menyelesaikan mandinya, Arafah langsung bersiap-siap. Ia mengenakan hijab berwarna cerah dengan atasan gamis dan rok panjang cerah. Saat ia ke ruang tamu, Fatin sudah ada disana dan tersenyum menyambut Arafah. “Cantik banget kamu fah.” puji Fatin. “Eh bisa aja mbak. Cantikkan mbak lah.” ujar Arafah. Kemudian Arafah berpamitan kepada ibunya lalu berjalan ke mobil Fatin.

Setelah masuk ke mobil, mereka berdua kemudian berjalan ke suatu tempat. “Mau kemana kita mbak ?” tanya Arafah sambil memakan snack yang ada di mobil Fatin. “Ada dehh… liat aja nanti.” ujar Fatin. Mobil Fatin terus melaju keluar dari jalan raya lalu memasuki jalan yang sepi dan dikelilingi pepohonan. “Kita kemana sih ? Serem jalannya. Kalo ada rampok trus kita diapa-apain gimana ?” ujar Arafah takut. “Bentar lagi sampe kok. Yaaa palingan kita dibikin keenakan sama mereka hihihi..” canda Fatin. “ih mbak mah..” ujar Arafah sambil cemberut. Mobil mereka kemudian sampai di sebuah villa yang cukup besar. Fasilitas nya mewah seperti kolam renang indoor, listrik dari panel surya serta peralatan mewah lainnya. Di villa itu juga terparkir tiga mobil lain. Arafah sedikit khawatir kalau-kalau ia akan dikenalkan lagi kepada laki-laki untuk kemudian menikmati tubuhnya. Fatin yang mengetahui raut khawatir Arafah kemudian mengelus kepalanya. “Gausah takut. Disini semuanya perempuan kok. Dan pastinya kamu akan kenal sama mereka-mereka.” hibur Fatin. “Oh iya mbak. Iya.” Arafah kembali merasa tenang. Setelah memarkir mobilnya, Fatin menggandeng Arafah untuk masuk kedalam villa. Disana mereka disambut oleh empat orang wanita yang tentunya Arafah sangat mengenali mereka.

“Huu…. Dek Fatin telat nih.” ujar salah satu wanita yang duduk di sofa. “Wah kamu Arafah ya ? cantik banget kamu.” ujar wanita lainnya sambil menghampiri dan menyalami tangan Arafah. Arafah sangat mengenal kedua wanita itu. Wanita yang duduk di sofa adalah Oki Setiana Dewi salah satu artis yang membintangi film dan punya bisnis oleh-oleh. Begitupun wanita yang satu lagi adalah Zaskia Mecca, aktris yang sudah terkenal jauh sebelum dirinya menjadi komika. “Maaf mbak ku. Tadi macet sama nunggu Arafah dulu.” ujar Fatin sambil membantingkan dirinya ke sofa depan tv. “Ohiya dua orang lagi siapa ya mbak ?” ujar Arafah sambil celingak-celinguk. “Mereka lagi diatas tuh ngurus sesuatu.” ujar Oki sambil tersenyum. “Aduh mau pipis lagi. toilet dimana ya ?” Arafah tiba-tiba ingin buang air kecil. “Toiletnya ada di lantai atas. Lantai bawah airnya lagi macet.” jawab Zaskia yang sedang masak sesuatu di dapur. “Sini aku bantuin mbak.” Fatin bangkit dari sofa lalu menghampiri Zaskia. “makasih mbak.” Arafah kemudian naik tangga ke lantai dua. Setelah buang air kecil, tiba-tiba ia mendengar suara desahan kecil dari sebuah kamar. Saat ia menoleh, pintu kamar itu sedikit terbuka. Arafah pun tergerak penasaran untuk melihat kejadian di kamar itu.

Saat ia mengintip, ia terkejut bahwa ternyata di kamar itu sedang ada dua wanita yang saling mengobok vagina mereka satu sama lain. Arafah semakin terkejut mengetahui kedua wanita itu adalah aktris yang dikenal dengan nama Meyda Sefira dan seorang wanita bernama Laili Meutia. “aaahh…. Udah kak… ampuuunn.. ooohhh…” desah Laili sambil memejamkan matanya. “kamu juga kocok yang cepet… aaahhh… ahh… ah…. Iyaahhh…” racau Meyda sambil menggigit bibir bawahnya. Arafah pun mengintip aksi mereka sambil menelan ludah. “kaakkk… aku udah sampeee…. Aaahhhh…” Laili meraung sambil melebarkan kakinya. “Akuu jugaaakkk… aaahhh…. Laili….” Racau Meyda sambil mengangkang. Kedua wanita itu kemudian orgasme bersama sambil melentingkan tubuh mereka. “ooohhh… enaakk… nanti malem udah siap yah ?” ujar Meyda sambil mengatur nafasnya. “Iya kak. Kita kalahin dua hot mama sama dua abg amatiran itu.” ujar Laili yang kelalahan. Arafah tidak mengerti maksud dari apa yang akan terjadi malam nanti. Pesta sex kah ? atau aka nada satu orang laki-laki yang akan dijadikan tumbal sex mereka di villa ini ? Arafah kemudian meninggalkan kamar tersebut sambil turun ke bawah dengan perasaan bingung.

-Veiled Sins (final) : The End-

Bersambung di cerita lain…

Nantikan dua proyek ane :
- The V-Club (SF Fiksi)
- Fakultas Ilmu Seks 2 (SF Cerbung)

stay tune :semangat:
 
huikkk ud nyiapin 2 judul lagi nih...jd tmbh g sabar aj hu hehe
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd