EPISODE 14 : Haichi, part 3
Scene 1
Houzuki Anegawa
Matsuyama Edo
Bellinda Varnadoe
Ukh, ternyata jalang ini lebih merepotkan dari yang kuduga. Aku tidak mengerti bagaimana caranya, tetapi jarum yang kulemparkan selalu meleleh sebelum sempat mencapai dirinya. Trik apa yang digunakan olehnya?
“
I see. Some nice poison you have. (Oh. Racun yang kamu punya menarik juga.)” Kata si
dokudan
“
Hmph. Do you know what is my ephitet in the underworld? It’s Poison violet. (Hmph. Apa kalian tahu apa julukanku di dunia bawah? Si Racun ungu (Poison Violet))” Kata Bellinda.
“
Oh nice, mine is dokudan, which means poison bullet. (Oh begitu, julukanku
dokudan, yang artinya peluru beracun.)” Kata Matsuyama.
“
Nobody ask. (Tidak ada yang tanya.)” Kata Bellinda sambil menggerakan tangannya kearah Matsuyama.
“
Actually, I just spoke to myself. (Sebetulnya, aku hanya bicara sendiri.)” Kata
dokudan sambil menghindar.
Aku tidak mengerti. Daritadi, si
dokudan dan si jalang itu bertarung dengan cara yang tidak kupahami.
Dokudan hanya menembakkan pistolnya, yang tidak mengeluarkan peluru apapun. Adapun, si jalang itu hanya menggunakan tangannya untuk digerak-gerakan, yang membuat si
dokudan melompat kesana kemari seolah-olah menghindari sesuatu.
“
Tobari, choudo anata ga shitte imasu. Kono shoujo no nouryoku ha doku no seigyo de arimasu. Kanojo no doku ha, kuuki to no kongou shi, kagira reta haninai de nomo yuukoude. Dakara, kanojo to anata no kyori wo toozakemasu. (
Tobari, hanya sekedar informasi. Kemampuan wanita ini adalah racun. Racun miliknya melebur di udara, tetapi hanya efektif dalam jarak tertentu saja. Karena itu, jaga jarak dengannya.)” Kata Matsuyama.
Hmmm, jadi racun ya yang menyebabkan jarumku melebur?
“
So no baai, anata ha tadashii, kanojo to issho ni taisho suru koto ga dekiru hazu desuka? (Kalau begitu, harusnya kamu bisa menghadapinya kan?)” Kataku.
“
Mondai ha kanojo no doku ha watashi yori mo tsuyoi arimasu. (Masalahnya, racunnya lebih kuat dari milikku.)” Kata Matsuyama.
“
Anata dake no kyouryokuna doku wo tsukuru koto ga dekimasenka? (Tidak bisakah kamu membuat racun yang lebih kuat?)” Tanyaku.
“
Watashi ha watashi to watashi no saikyou no doku wo motte imasu. Shikashi, kanojo no doku ha izentoshite tsuyoi desu. (Aku membawa racun terkuatku. Tapi, tetap saja racunnya lebih kuat.)” Kata Matsuyama.
“
Kanojo ha doku ni kanojo no ki wo hairenakereba narimasen. (Dia pasti memperkuat racunnya dengan tenaga ki.)” Kataku.
“
Heee? Sore ha kanou desuka? (Heee? Apakah itu mungkin?)” Tanya Matsuyama.
“
Karera ha gijutsu to ki no kongoumono de senmon no asashin desu. (Mereka itu pembunuh bayaran yang berspesialisasi di gabungan teknologi dan tenaga ki.)” Kataku.
“
Kono youna kiken na soshiki... (Organisasi yang berbahaya...)” Kata Matsuyama.
“
Dokudan, kite koi. (
dokudan, kemari.)” Kataku.
Dalam sekejap, si
dokudan menghindari “serangan tangan” milik Bellinda, kemudian melompat kesampingku.
“
Doushita? (Ada apa?)” Tanya
dokudan yang kini sudah berada disampingku.
“
Watashi ha keikaku wo motte imasu. Anata ha kanojo no ki wo surasu koto ha dekimasuka? (Aku punya rencana. Bisakah kamu mengalihkan perhatiannya?)” Tanyaku.
“
Anata no keikaku ha juubun ni yoi desuka? (Apakah rencanamu cukup bagus?)” Tanya
dokudan.
“
Dono you ni kikanaide kudasai. Watashi ha kanojo no booei wo toppa shimasu. Sonogo, watashi ha kanojo ni dageki wo chakuriku suru yotei. Watashi ga shuuryou shitara, watashi ha anata no koodo wo ataemasu. Anata ha watashi no koodo wo kiita nochi, anata no saikyou no doku de kanojo no kokoro wo uchimasu. (Jangan tanya bagaimana. Aku akan menembus pertahanannya. Setelah itu, aku akan mendaratkan beberapa serangan kearahnya. Aku akan memberikan kode setelah aku selesai. Setelah mendengar kode itu, tembak jantungnya dengan racun terkuatmu.)” Kataku.
Si
dokudan mengernyitkan alisnya, tanda bahwa ia tidak percaya bagaimana semuanya bisa kulakukan.
“
Watashi ga itta no to onaji youni, dono you ni kikanaide kudasai. Anata ga kanojo wo taosu rame ni shitai baai ha choudo watashi wo shinjite imasu. (Seperti yang kubilang, jangan tanya bagaimana. Percaya saja padaku jika kamu mau mengalahkannya.)” Kataku.
Si
dokudan sepertinya berpikir sejenak, kemudian ia menganggukkan kepalanya. Kemudian ia mulai maju beberapa langkah. Ia mengeluarkan pisau dengan tangan kirinya. Hah? Apakah ia akan beresolusi untuk bertarung jarak dekat? Tiba-tiba, si
dokudan maju sambil menembakkan beberapa peluru kearah si jalang. Lagi-lagi, peluru kosong. Si jalang hanya diam tak bergeming. Setelah si
dokudan sepertinya masuk ke dalam jangkauan si jalang, si jalang itu langsung memulai “serangan tangan”-nya kembali. Si
dokudan menghindar dengan melompat ke kiri sambil menembakkan dua peluru kosong kearahnya. Aku melihat ada asap yang timbul dekat Bellinda. Oh, aku mengerti sekarang. Rupanya si
dokudan itu tidak menembakkan peluru kosong. Pistol yang dia gunakan itu adalah pistol khusus yang menembakkan udara padat, yang kuduga berisi racun. Hooo, Hikari mempunyai teknologi semacam itu ya? Dan sepertinya, aku mengerti apa yang Bellinda lakukan. Hipotesaku adalah, dia bisa mengendalikan racun dengan tenaga ki miliknya, dan mencampurnya dengan udara, sehingga udara di sekitarnya menjadi beracun. Racunnya sepertinya sangat kuat, sampai-sampai bisa meleburkan jarumku.
Cukup lama si
dokudan dan Bellinda terlibat dalam permainan mereka sendiri. Sampai akhirnya, stamina si
dokudan sepertinya sudah mulai terkuras. Si
dokudan sepertinya tidak sengaja masuk dalam jangkauan si jalang, sehingga racun milik si jalang mulai melumpuhkan si
dokudan.
“
Now, die!” (Matilah kamu sekarang!)” Kata si jalang itu.
Ini kesempatanku. Aku segera menusukkan jarumku di beberapa tempat di tubuhku, yang berfungsi untuk menambah kecepatanku. Kemudian, aku lari sekencang-kencangnya kearah si jalang. Akan tetapi, sepertinya si jalang itu menyadari tindakanku. Tenaga ki miliknya langsung terasa, sepertinya ia memasang racun disekitar tubuhnya. Aku tetap maju. Saat memasuki jangkauannya, racun si jalang itu mulai membakar kulitku. Perih sekali rasanya, tetapi harus kutahan. Saat tahu bahwa aku terus maju, sepertinya si jalang cukup panik dan berusaha bertahan. Akan tetapi, sudah terlambat. Aku segera menusukkan jarum di beberapa titik disekitar jantungnya. Kemudian, aku melompat kebelakang.
“
Dokudan, ima da!!! (
Dokudan, sekarang!!!)” Teriakku.
Saat itu juga, si
dokudan langsung berusaha berdiri, dan ia menembak jantung si jalang dengan racun terkuatnya. Saat itu juga, si jalang itu langsung terbujur kaku di lantai. Huff, berhasil dengan sukses rupanya.
“
Dono you ni kanojo no doku ha, anata no hada ni eikyou shite kimasuka? (Bagaimana bisa racunnya hanya berefek pada kulitmu?)” Tanya si
dokudan.
“
Himitsu~ (Rahasia~)” Kataku.
Yah, caranya sih cukup simpel. Selama enam bulan masa latihan, aku mempelajari anatomi tubuh makhluk hidup dan titik akupunktur di tubuh mereka secara lebih mendalam. Yang kulakukan tadi adalah, menusuk beberapa titik akupunktur ditubuhku, yang menyebabkan peredaran darah dari dan kedalam kulitku berhenti, dan juga memblokir oksigen yang masuk ke dalam hidungku. Dengan demikian, racun si jalang itu tidak bisa masuk ke dalam tubuhku, karena racun mengalir kedalam tubuh lewat darah atau pernapasan. Karena tidak ada darah yang mengalir dari kulitku, dan juga jalur oksigen dari hidungku terblokir, otomatis racun tidak bisa masuk ke dalam tubuhku. Yang tersisa hanyalah kemampuan korosif racun miliknya yang bisa melelehkan logam. Akan tetapi, karena tidak ada darah yang mengalir ke kulitku, otomatis kulitku menjadi mati, sehingga yang racunnya hanya berefek pada kulitku yang sebetulnya bisa dikatakan “mati”. Setelah itu, aku melancarkan serangan jarum ke titik darah yang memblokir peredaran darah ke jantungnya. Setelah itu, si
dokudan tinggal menembakkan racun terkuatnya ke jantungnya. Aku menduga bahwa ia memiliki semacam antibodi racun di tubuhnya, sehingga untuk amannya, aku memblokir peredaran darah ke jantungnya, yang kuduga kuat merupakan sumber antibodi tubuhnya.
“
Watashi ha kanojo no doku ha anata wo utsu koto wo kangaemashita. Dono you ni anata ha daijoubu desu kimasuka? (Setahuku, kamu terkena racunnya. Bagaimana bisa kamu baik-baik saja sekarang?)” Tanyaku.
“
Himitsu. (Rahasia.)” Kata si
dokudan.
Heh, menyebalkan. Akan tetapi, tiba-tiba seluruh tubuhku mati rasa. Aku langsung terjatuh ke lantai. Sepertinya,
dokudan pun mengalami hal yang sama.
“
So, you managed to hit me twice. But, not anymore. (Jadi, kamu berhasil menyerangku dua kali. Tetapi, tidak akan lagi.)” Kata si jalang.
Ah, mustahil. Bagaimana bisa?
“
I suppose you think that my blood circulation is the source of my antibody. But too bad, that’s not it. (Rasanya kalian beranggapan bahwa peredaran darahku adalah sumber antibodiku. Sayang sekali, bukan begitu tepatnya.)” Kata si jalang.
Ukh, badanku semakin lemas. Racun apa ini? Kuat sekali. Aku tidak bisa bergerak sekalipun, sementara aku merasa seluruh tenaga di tubuhku tersedot keluar. Aku semakin lama semakin lemas.
“
Let me tell you, my ability is... (Biar kuberitahu, kemampuanku adalah...)” Kata si jalang.
Belum selesai ia menyelesaikan kata-katanya, tiba-tiba aku melihat cahaya putih seperti laser menembus jantung si jalang itu. Cepat sekali, bahkan si jalang itu tidak punya kesempatan untuk kaget. Ia langsung jatuh ke lantai, dan sepertinya tidak bernyawa. Saat itu juga, seluruh tubuhku kembali sehat. Aku merasa baik-baik saja.
Dokudan pun juga ikut bangun, sepertinya ia pun sehat-sehat saja.
“
Are mita? (Apa kamu melihatnya?)” Tanyaku.
“
Anata ga kanojo no kokoro wo sashite hakushoku hikari wo imi suru baai ha, watashi ga yarimasu. (Jika maksudmu adalah cahaya putih yang menembus jantungnya, aku lihat.)” Kata
dokudan dengan sangat serius.
Aku dan
dokudan masuk dalam dunia kebisuan yang sangat lama. Cahaya putih apa itu tadi?