Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

DRAMA Malaikat Paling Sempurna Diantara Lima Malaikat (by : meguriaufutari)

User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Wait for me Val....eh....Jay n Senja dink makaudnya....
Gw mah nunggu apdate yg berikut nya aja deh.....hehehehe
Thx suhu...
 
EPISODE 40 : Initial Raid

Sekarang, aku dan Senja sudah sampai di bangunan yang sangat besar. Mungkin tepatnya bukan bangunan, tetapi komplek yang terdiri dari banyak bangunan. Sekeliling komplek bangunan ini dilindungi oleh pagar kawat berduri, dan bahkan ada tanda bertuliskan “HIGH VOLTAGE”, yang artinya pagar itu juga dialiri arus listrik. Pengamanan yang sangat tidak main-main. Mungkin aku cukup percaya jika ini dikatakan sebagai markas besar sebuah grup mafia yang besar.

“Gimana ko rencananya?” Tanya Senja.

Hmmm, rencana ya? Aku melihat kearah depan, kearah pintu utama komplek bangunan ini. Hmmm, pintu utama yang besar itu dijaga oleh dua orang berpakaian tentara. Hmmm, jadi mereka ingin mengkamuflasekan markas mereka sebagai fasilitas milik tentara ya? Aku segera maju dan mendekati mereka.

“Maaf, pak. Orang tidak boleh masuk kesini.” Kata salah satu penjaga itu.

“Maaf, pak. Saya mau tanya, betulkah ini markas grup Naga Emas Berapi?” Tanyaku.

Mereka berdua tampak bingung dengan pertanyaanku.

“Naga Emas Hijau, koooo...” Bisik Senja.

“Oh, maaf. Naga Emas Hijau.” Kataku.

Mendengar perkataanku, dua orang itu langsung siaga. Hmmm, tampaknya benar ya bahwa tempat ini adalah markas Naga Emas Berapi. DOORR!!! Aku mendengar suara tembakan pistol dari arah belakangku. Seketika itu juga, salah satu penjaga yang berada disebelah kanan rubuh. Penjaga satunya lagi tampak terkejut dengan rekannya yang rubuh begitu saja. Aku segera memanfaatkan kesempatan penjaga yang lengah ini. Aku langsung maju secepat mungkin kearahnya. Begitu ia menyadari seranganku, sudah terlambat. Aku melancarkan tinju yang sangat cepat kearah wajahnya, dan kemudian aku melancarkan tendangan dengkul ke perutnya. Seketika itu juga, penjaga itu langsung pingsan. Akan tetapi, kemudian aku sadar dengan penjaga yang baru saja ditembak oleh Senja.

“Sen, kamu ngebunuh orang itu?” Tanyaku.

“Nggak usah khawatir. Ini bukan peluru, tapi obat bius.” Kata Senja.

Oh, obat bius ya? Bikin aku kaget saja.

“Tapi, kok bisa Sen? Emang bisa ya sesuatu selain peluru masuk ke dalam pistol?” Tanyaku.

“Temenku itu punya kenalan ko sama broker dunia bawah. Aku tinggal minta peluru yang isinya obat bius aja.” Kata Senja.

Kemudian, Senja memeriksa salah satu penjaga yang sudah terkapar di tanah itu. Ia pun menemukan pistol yang dimiliki oleh penjaga itu. Kemudian, ia mengeluarkan seluruh isi peluru pistol penjaga itu, dan mengisinya dengan peluru berisi obat bius miliknya. Waah, sepertinya Senja bisa jadi kawan yang sangat berharga dalam misi penyerbuan ini. Kalau begini sih, memang bisa dibilang bahwa kesempatan berhasilku akan naik beberapa bersen karena ada Senja.

“Yuk, ko. Masuk. Koko di depan ya, aku backup dari belakang. Pokoknya koko fokus aja lari terus. Kayanya sih pusat markas mereka ada di gedung tinggi yang letaknya di tengah-tengah itu deh.” Kata Senja.

Hmmm, di tengah-tengah komplek gedung ini memang ada gedung yang sangat tinggi. Mungkin sekitar 25 lantai, aku perkirakan. Jebakan kah? Akan tetapi, kita tidak akan pernah tahu jika tidak mencoba. Lagipula, kurasa mereka belum tentu menyadari kehadiran kita. Mungkin, serangan mendadak bukan pilihan yang jelek.

“Siap, ko?” Tanya Senja.

“Yok, Sen.” Kataku.

Aku pun mulai berlari. Saat kami mulai memasuki area komplek gedung ini, banyak orang-orang yang sepertinya terkejut melihat kehadiran kami. Akan tetapi, mereka langsung jadi mangsa empuk peluru bius Senja. Aku sempat melihat kebelakang untuk melihat aksi yang dilakukan oleh Senja. Wih gila, bukan hanya cantik dan imut, tetapi ternyata dia juga seorang penembak yang elegan. Pelurunya tidak ada satupun yang meleset. Ia menembak ke segala arah dengan elegan. Aku pernah berlatih bela diri bersama Senja waktu di PT. Ancient Technology. Senja ini memang mahir dalam hal akurasi, sehingga pistol dan pisau lempar selalu menjadi pilihan senjatanya.

Akhirnya, kami pun sampai di gedung tinggi yang kami tuju. Kami segera bersembunyi di balik pilar yang ada di depan gedung ini. Aku melihat Senja pun membuang kedua pistolnya. Ia memberi kode kepadaku bahwa pelurunya sudah habis. Aku mengacungkan jempol kearahnya. Bisa sampai disini saja menurutku sudah hebat. Aku berbisik-bisik kepada Senja.

“Kita masuk saja ke dalam, dan pura-pura menyamar sebagai anggota mafia ini. Jangan celingak-celinguk di dalam. Berjalan saja lurus ke depan, pokoknya pede aja dan jalan terus. Kalo bisa pasang tampang galak kaya mafia.” Kataku.

Senja hanya tertawa kecil mendengar perkataanku.

“Yuk, masuk.” Kataku sambil berjalan ke pintu gedung ini.

Senja pun mengikutiku berjalan di belakang. Saat kami memasuki gedung, ternyata bagian dalamnya tidak seperti yang kubayangkan. Bagian dalamnya berbentuk persegi panjang dan cukup luas. Banyak meja kursi disana-sini, dan banyak juga orang yang duduk. Dari penampilannya, sepertinya mereka semua preman. Eits, ingat. Jangan celingak-celinguk. Berjalanlah lurus ke depan apa adanya. Aku dan Senja segera berjalan lurus ke depan, menuju tangga yang letaknya di ujung ruangan. Aku merasa banyak mata yang memandangi kami. Akan tetapi, aku tetap acuh tak acuh berjalan ke depan.

“Oi, lu berdua! Dari kesatuan mana lu?” Tanya salah seorang preman itu.

Kesatuan? Buset, udah kaya polisi sama tentara aja, maennya kesatuan mana.

“Kita dari kesatuan alfa. Mao ketemu sama Valensia untuk nyampein informasi tentang virus.” Kata Senja.

Jawaban yang sangat tenang, brilian,... dan juga gegabah!!!

“Oh, dari kesatuan alfa.” Kata preman itu.

Oh, ternyata jawaban Senja manjur juga ya? Hebat kamu, Sen. Aku segera melanjutkan perjalananku menuju tangga naik.

“Oi, lu tau ini tempat apa?” Tanya preman itu lagi.

Buset, ini preman tidak ada lelah-lelahnya.

“Gua mao ketemu Valensia. Satu-satunya jalan ya dari tempat ini kan?” Kataku dengan datar.

“Ya, petinggi-petinggi itu emang ada disini semua. Tapi biar lu tau aja, gedung bawah ini namanya Gedung Ujian, satu-satunya jalan masuk yang sah di gedung ini.” Kata preman itu.

“Terus?” Tanyaku.

“Kalo lu masuk dari gerbang depan itu, artinya lu menyanggupi untuk ikut ujian. Kalo lu ada perlu sama bos besar, itu ada akses lift nya dari bawah tanah, langsung ke lantai dua puluh. Kalo lu masuk dari lantai satu, artinya lu harus ikut ujian, dari lantai satu sampai sembilan belas. Makin keatas yang jaga itu makin jago.” Kata preman itu.

Ups! Sial... Berita yang sangat buruk... Artinya mereka sudah tahu kalau kita itu adalah musuh mereka... Dan betul saja, dalam beberapa detik kemudian, mereka semua langsung berdiri dan berlarian kearah kami. Ada yang membawa pedang, clurit, pentungan. Eh buset. Bagaimana caranya melawan mereka semua? Sial! Aku tahu Senja kurang mahir dalam bertarung jarak dekat. Mereka betul-betul mengepung dari segala arah. Lari pun tidak mungkin.

Cih, tidak ada jalan lain. Mau tidak mau memang harus menghadapi mereka. Saat mereka sudah dekat, tiba-tiba pandanganku gelap semua. Ah, begitu tidak sakitkah kematianku. Aku mendengar teriakan-teriakan dari sana dan sini. Selain teriakan, aku juga mendengar suara tubuh manusia yang jatuh ke lantai. Hanya beberapa belas detik saja sampai teriakan-teriakan itu berhenti. Aku merasa bahwa kita sudah ada di neraka. Berikutnya, giliran aku dan Senja kah untuk disiksa?

“Ko Jay.” Terdengar suara Senja.

“Sen. Kamu masih disitu?” Tanyaku.

“Iya, ko. Ada apaan nih?” Tanya Senja.

“Hmmm, mungkin giliran kita yang berikutnya disiksa sama penjaga neraka.” Kataku.

“Iiihh... koko ngomong apaan sih? Kita masih hidup tau. Ini tiba-tiba mati lampu.” Kata Senja.

Oh, ya ampun. Itu toh yang terjadi. Aku kira kita sudah berada di neraka. Akan tetapi, kenapa tiba-tiba mati lampu dan jadi tenang begini? Ada apa sebetulnya? Tiba-tiba, semua lampu pun kembali menyala. Preman-preman yang tadi mengelilingi kita sudah jatuh semua di tanah. Ada yang pingsan, dan ada juga yang bersimbah darah. Apa yang sebetulnya terjadi?

“Sepertinya kamu masuk kesini tanpa persiapan ya? Memang anak yang cukup merepotkan.” Kata suara dibelakangku.

Eh? Suara ini... Sepertinya aku kenal. Aku segera menoleh ke belakang untuk melihat asal suara itu. OOHHH!!! Mustahil! Tidak ada bantuan yang lebih hebat dari mereka sepertinya.

“Sepertinya kamu lega melihat kita.” Kata Bu Novi.

Waduuuhh. Si ibu seksi itu ngapain pakai ikut segala?

“Bu, maaf, bu. Ibu berlindung saja, daerah sini berbahaya sekali.” Kataku.

Mendengar hal itu, Bu Novi hanya tersenyum. Uoohh, senyumnya itu betul-betul bikin horny. Hot dan seksi sekali si ibu ini.

“Hati-hati Jay kalo ngomong. Ibu ini tuh bos kita, dia lebih kuat lho dari aku.” Kata Pak Jent sambil tertawa.

“Eh... Begitu ya?” Kataku dengan begitu tidak percaya.

“Mau mencoba?” Tanya Bu Novi.

“Eh... ga usah bu. Hehehe.” Kataku.

“Terus, gimana caranya ibu bisa matiin lampu?” Tanya Senja.

“Gimana caranya ibu bisa matiin lampu? Yang matiin lampu itu gua. Sok tahu aja lu. Hati-hati, tar ****** terus tuh kaya cowo lu.” Kata Pak Abby.

Ukh, sial... Lagi-lagi kata-katanya begitu menusuk hati.

“Tapi, kenapa kalian semua ada disini?” Tanyaku dengan heran.

“Yaah, kita mau menjemput Fera kesini. Bisa repot kita kalau dia sampai ikut-ikutan kejadian ini dan mati terbunuh.” Kata Bu Novi.

“Hoki lu, Jay. Kebetulan kita juga ada perlu kesini. Mao ikut kita sekalian? Ato lu mao naek tangga aja, habis-habisin preman yang ada di lantai dua sampe sembilan belas? Hitung-hitung buat latihan lumayan.” Kata Ci Diana.

Boro-boro latihan, jika mereka tidak datang menolongku, mungkin aku sekarang sudah jadi sate. Bagaimana dengan tingkat-tingkat atasnya yang lebih kuat lagi? Tapi, bagaimana mereka akan naik keatas jika tidak lewat tangga?

“Tapi, jika tidak naik tangga, gimana kita akan naik keatas?” Tanyaku.

“Nah ini nih. Punya otak kaga pernah dipake. Teknologi makanya dipake.” Kata Pak Abby.

Ukh, sial!

“Kita lewat jalan rahasia, Jay. Abby udah nemuin seluruh sistem bangunan ini. Lift khususnya harus diakses dari ruang bawah tanah. Kita harus masuk dari bangunan yang ada diluar.” Kata Pak Jent.

Kemudian, mereka berempat pun berjalan keluar. Aku dan Senja hanya mengikuti mereka. Kemudian, kami memasuki salah satu bangunan yang ada diluar gedung ini, dan kemudian Pak Abby menggunakan kode rahasia untuk membuka pintu yang dilindungi oleh kartu akses masuk. Gila, bukan hanya tata letak seluruh gedung, tapi seluruh listrik dan kode keamanan pun sudah ada dalam cengkraman tangannya. Jujur saja, jika otakku digabung dengan otak Valensia sekalipun, belum tentu bisa mengalahkan Pak Abby. Tidak, bukan belum tentu, melainkan tidak memungkinkan. Pak Abby betul-betul jenius sejati. Pantas saja, Pak Jent selalu mengandalkannya.

Akhirnya, setelah berjalan di lorong bawah tanah yang agak panjang, kami sampai juga di depan pintu lift. Sepertinya, ini lift rahasia yang dimaksud oleh preman-preman itu. Dengan lift ini, kita bisa langsung sampai di lantai dua puluh ya? Kemudian, kami sama-sama menaiki lift itu, dan lift itu pun membawa kami keatas. Mereka berempat pun tidak mengeluarkan suara apapun. Sepertinya, mereka sangat berkonsentrasi penuh. Aku yakin mereka sudah memikirkan beberapa langkah ke depan ketika pintu lift ini terbuka. Aku? Jangan beberapa langkah? Hanya ada satu yang kupikirkan ketika pintu lift ini terbuka, yaitu memperhatikan keadaan sekitar.

TRIINGG! Pintu lift pun terbuka. Aku keluar dengan cepat dan melihat-lihat keadaan sekitar. Aku tidak boleh ketinggalan, saat ini mungkin mereka berempat sudah berlarian ke segala arah. Akan tetapi, saat aku menoleh ke belakang, ternyata mereka semua masih ada di dalam lift. Mereka hanya melihatku dengan penuh kebingungan.

“Lu ngapain, Jay?” Tanya Ci Diana.

Oh, sial! Ternyata mereka begitu santai. Aku hanya terbatuk kecil saja, dan kemudian berjalan ke depan dengan cool. Sial, aku betul-betul malu. Kuperhatikan sekitar, tampaknya ini seperti gudang. Banyak boks kayu yang ditumpuk dimana-mana. Jalan untuk lewat sangat sempit sekali karena banyak boks kayu dimana-mana. Aku saja kesulitan untuk berjalan. Yang lain pun juga aku lihat begitu kesulitan berjalan disini. Eh, tunggu... Aku baru saja memikirkan hal yang menyeramkan.

“Semuanya! Balik ke depan pintu lift!” Kataku sambil memberitahu orang-orang yang ada di belakangku.

Semuanya tampak bingung mendengar perkataanku. Sepertinya, hanya Bu Novi dan Pak Jent yang sadar akan apa yang sedang kupikirkan, karena hanya mereka berdua yang melihat kearah boks-boks kayu yang disusun tinggi-tinggi. Akan tetapi, belum sempat seorangpun lari, tiba-tiba ruangan ini bergetar dengan hebat. Tidak hanya itu, terdengar suara ledakan yang jaraknya cukup dekat sepertinya. Boks-boks kayu yang ada di dekatku langsung pecah. Puing-puing pecahannya terbang ke segala arah. Aku sibuk menghindari puing-puing pecahan boks kayu itu. Gawat! Senja! Aku segera menoleh kebelakang, tetapi percuma, karena jalan belakang sudah tertutup.

Sial, aku terlambat menyadarinya. Boks-boks kayu yang disusun sedemikian rupa, menyisakan ruang yang sempit untuk berjalan, itu adalah taktik untuk memecah kawanan. Jalan yang begitu sempit ini hanya muat untuk satu orang, sehingga mau tidak mau kita hanya bisa berjalan secara berbaris depan dan belakang. Kemudian, boks kayu ini tinggal diledakan secara acak, dengan demikian akan memecah kawanan dan bahkan jika sial, kita akan mati tertimpa boks kayu ini atau tertusuk oleh puing-puing. Ledakannya sangat rapi. Kurasa, mana boks kayu yang diledakkan dan urutan-urutannya sudah diperhitungkan dengan seksama.

“Semuanya baik-baik aja?” Tanyaku.

“Aku nggak apa-apa, ko.” Terdengar suara Senja.

“Aman, Jay.” Terdengar suara Bu Novi.

“Disini sih aman.” Terdengar suara Pak Jent.

“Gw juga nggak apa-apa.” Terdengar suara Ci Diana.

Akan tetapi, tidak terdengar suara Pak Abby.

“Pak Abby?” Tanyaku.

“Ga usah khawatir, Jay. Aku yakin dia baik-baik aja.” Kata Pak Jent.

“Kalian, apakah kalian semua sendirian?” Tanyaku.

“Aku sih iya, ko.” Kata Senja.

“Aku juga.” Kata Bu Novi.

“Iya, aku juga sendirian. Taktik musuh berhasil ya.” Kata Pak Jent.

“Iya, aku juga terlambat sadar, lho. Malah kamu yang sadar duluan, Jay.” Kata Bu Novi.

“Sebetulnya ada apa, ko?” Tanya Senja.

“Boks-boks kayu ini gunanya tuh untuk memecah-belah kekuatan kita. Aku rasa posisi ledakan dan urutan boks kayunya udah diatur sedemikian rupa, sampe-sampe kekuatan kita terpecah belah total.” Kataku.

“Semuanya, ada yang nggak bisa nerusin perjalanan? Dengan kata lain terjebak.” Tanya Bu Novi.

Aku melihat sekelilingku. Hmmm, hanya ada satu jalan sih.

“Aku sih ada satu jalan, bu.” Kataku.

“Sama, disini juga.” Kata Ci Diana.

Semuanya pun mengkonfirmasi bahwa mereka bisa meneruskan perjalanan.

“Hati-hati. Sepertinya kedatangan kita udah diantisipasi.” Kata Pak Jent.

“Apa maksudnya, pak?” Tanya Senja.

“Selain memecah belah kekuatan, kita juga sepertinya diundang oleh mereka untuk jalan sendiri-sendiri dalam markas mereka. Aku duga, yang menanti di ujung jalan kita adalah seseorang, lebih tepatnya lawan.” Kata Pak Jent.

Hmmm, masuk diakal.

“Sen, kamu tunggu di tempat aja, ya.” Kataku.

“Nggak, Jay. Gw tau lu khawatir sama Senja, tapi sayangnya, maju ke depan itu adalah langkah paling aman. Disini terlalu bahaya. Terlalu banyak sekat, bisa digunain ama musuh untuk sembunyi. Satu-satunya hal yang paling aman adalah maju ke depan secepat mungkin, dan temukan ruang yang luas, paling nggak untuk memperhatikan keadaan sekitar, dan ruang untuk berantem.” Kata Ci Diana.

Sial! Akan tetapi, memang harus kuakui bahwa perkataan Ci Diana itu memang benar. Ya, tenang saja, Jay. Kamu sudah lihat Senja kan tadi? Dia bukan orang lemah yang tidak bisa apa-apa. Percayalah pada Senja.

“Sen, jaga diri kamu, ya.” Kataku.

“Iya, ko.” Kata Senja.

“Oke, semuanya! Kita maju ke depan. Sampai ketemu lagi semuanya, semoga kita semua berumur panjang.” Kata Bu Novi.

Heh, perkataan yang blak-blakan, tapi aku cukup suka kata-katanya. Tanpa menjawab, aku pun berlari sekencang-kencangnya ke depan. Aku juga mendengar beberapa langkah kaki sedang berlari menuju jalannya masing-masing. Aku terus berlari sekencang mungkin, sampai akhirnya aku menemukan pintu. Aku membukanya, dan aku telah sampai di suatu ruangan yang luas dan terang. Dihadapanku, seseorang yang kukenal sedang duduk seolah-olah menungguku.

“Jadi, apakah kali ini kita musuh, atau teman?” Tanyaku.

“Apakah aku musuh atau teman, sebaiknya kamu bisa mengalahkan aku. Karena kalo ngalahin aku aja nggak bisa, jangan harap bisa nyampe ke tempat Valensia.” Kata wanita itu.

“Oke. Ayo kita mulai.” Kataku.

Wanita itu pun berdiri, dan menyiapkan tiga buah pisau di masing-masing tangannya. Sepertinya kali ini dia betul-betul serius, tidak seperti yang dulu-dulu.

“Kamu mao maju duluan? Atau aku yang serang kamu duluan?” Tanya Mbak Fera.

BERSAMBUNG KE EPISODE-41
 
Eh.. Fera yang mau diselametin malah berhadapan dengan jay...

Seruu...
 
Terakhir diubah:
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Semoga ada 'adegan' sama bu fera hahahaha :konak:

Btw thanks suhu buat updatenya, kereen!
 
Adoh....pada kentang semua dari kemaren...tapi thanks update nya suhu

yaaah, nanti kl ga diputus, bisa panjang banget itu 1 episode gan hahaha

Eh.. Fera yang mau diselametin malah berhadapan dengan jay...

Seruu...

hahaha
thanks gan

Semakin seru nih pak jent dan bu novi sampe turun gunung
Wih makin seru, sampe" para atasan turun tangan

ya begitulah hahaha

yah... jay kalah lagi nih lawan mbak Fera ...

hmmm, I wonder...


Kata Jay, "ha?"

Semoga ada 'adegan' sama bu fera hahahaha :konak:

Btw thanks suhu buat updatenya, kereen!
@meguriaufutari, thanks update-nya, Hu

Ko Jay jangan kalah lagi sama Mbak Fera kalau bisa ente 'tindih' aja Mbak Fera-nya, biar klepek-klepek ama ente

itu ga akan terjadi gan
Fera udah ada yang punya hahaha
 
itu ga akan terjadi gan
Fera udah ada yang punya hahaha

Jangan-jangan Pak Jent atau Pak Abby?

Hmm, ditunggu
 
Bimabet
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd