Tujuh.
Berjalan Lancar
Rey-
Satu demi persatu rencana gue berjalan dengan mulus, itu berkat si donny juga. Sekarang shanty lebih dekat pengawasann dari gue.
"Ada satu kamar doang"
"isi aja, " shanty langsung masuk kamarnya, gue istirahat sejenak duduk bareng donnya yang lagi asik merokok.
"Rencana lo ngapain lagi?" tanya donny.
"ssstttt, jangan bahas disini"
"oh ia ini respon thalita"
"ssssttt, jangan bahas disini juga!!"
"Kita pindah hotel aja yang gak jauh disini oke, lo yang urus"
"dan sekarang pulang" pinta gue, donny cuman hela nafas.
Gue yang sengaja minta pemilik rumahnya biar shanty keluar dari situ, dan gue juga yang suruh orang buat godain si shanty, Bukan gue, tapi orang suruhan donny.
Ini demi kelancaran jauhin thalita, dan dapatin shanty. Hasilnya tinggal ambil foto diam-diam untuk kasih ke thalita, bisa satu bahkan lebih banyak.
"shanty kita pulang dulu yah, ada apa-apa hubung gue aja,"
"gue sendirian disini?" tanyanya agak terkejut.
"yups, "
"uhmm,okeh makasih yah" senyumnya. gue balas senyum juga. gue yakin dia gak bakalan takut atau gimana, walau jarak villa satu ke villa lainnya agak jauh.
***
Perjalanan kembali ke hotel, gue masih terus lihat chat dari thalita. dia seolah gak percaya gue sama shanty dekat.
"Dia bilang rekasa gue buat dia rey"
"kalau gitu harus lebih dari foto dekat"
"maksud lo?".
"Lo mau tidurin tuh anak? terus gue foto?" gue cuman senyum kecil, donny emang cepat tanggap kalau soal kayak gituan
"WHAAT? lo gila??"
" lagi pula kalau gue sewa cewek, dia juga gak bakalan percaya. Tapi kalau awalnya gue dekat sama shanty. dan fotonya lo kasih ke thalita. itu beda cerita"
"Baru gue mau ngomong kenapa gak sama grace, udah di jawab aja !"
"Gue bantuinnya gimana, dia mana mau langsung lo ajak ML, lihat kejadian tadi aja di nolak mentah-mentah,"
"walau menurut lo dia gampang, tapi penilaian gue beda. dia gak segampangan itu" tapi benar juga kata donny, gak segampang itu juga.
"Gue paham, gue susun rencana kalau udah pindah hotel, yang penting shanty di dalam pengawasan gue sama lo"
Harus cari cara supaya lebih natural agar thalita percaya, agak susah memang tapi apapun harus gue lakuin.
Akhirnya gue checkin di salah satu hotel dekat ubud, dan donny urus check out gue, lumayan jauh memang,
Ini lebih sulit di banding cari karyawan yang punya kualitas, gak mungkin gue rayu dia terus, yang ada dia bakalan tau sebenarnya.
Dan gak lama ponsel gue bebunyi, itu bukan donny tapi papa.
"Haloo pa" gue langsung angkat, biasanya berita penting kalau papa yang telepon.
"Kamu ada dimana?"
"liburan pa, ada apa?"
"Papa dapat laporan kalau kamu ambil cuti lama?"
"iah paling satu bulan, setelah itu rey gak ada hari libur lagi~"
"Baiklah, tapi kalau ada masalah di kantor kamu langsung pulang, bukan tanggung jawab papa soal perusahaan yang papa kasih ok?"
"Iah pa, udah rey urus semua sebelum liburan,"
"ok kalau begitu" papa langsung tutup telepon. kalau di pikir harusnya gak masalah buat gue tinggal selama satu bulan.
Gue percaya sama bawahan gue soal ini, percuma gaji mereka besar kalau tak bisa selesaikan masalah.
***
Paginya gue langsung ke villa tempat shanty berada, gue kesana naik taksi. dan sepertinya dia belum bangun.
Dari pintunya masih ketutup juga dan juga pintunya gak di kunci, kalau udah bangun dia gak di kamarnya juga.
"Ehh?" jeritnya pas gue ke arah dapur, memang dapurnya di ruang sebelah kamar. gue lihat shanty cuman pakai daster yang mirip pas di tindih gue pas kemarin-kemarin.
"lagi apa?" tanya gue pura-pura gak tau kalau si shanty gak pakai bra, gue bisa tau karena itu daster belahan cukup rendah, dan ukuran buah dadanya segitu harusnya udah keliatan bH nya.
"anuu ini, bikin roti bakar hehe, sorry gak bilang," katanya garuk-garuk kepala.
"gak apa-apa, masak aja. emang udah di sediain juga disini" kata gue duduk di meja makan, mata gue lihat roti bakar aja yang baru jadi.
"Gue cicipin boleh?"
"bo boboleh, makan aja, tapi gak tau enak apa ngak"
Satu gigitan kecil, rasanya gurih karena menteganya banyak, isi rotinya coklat sama selai stoberyy,
"enak kok, gue suka" dan beberapa suapan gue akhirnya habis, memang lapar soalnya dari hotel gak sarapan. gak lama shanty juga langsung cicipin bukan satu melainkan dua sekaligus.
"uhm... gue gak tau terima kasih nya gimana"
"tapi gue janji, udah kelar ujiannya gue cari tempat lain hehe" katanya langsung lahap roti bakarnya lagi.
"tenang aja kok, ini villa punya teman,gak di sewain kemana-mana, lo bisa tinggal sampai urusan selesai"
"heehh?" mata langsung melotot.
"Tapi ada satu permintaan gue,"
"apa?"
"Lo harus terus bareng gue gimana?"
"hee?' buset ini anak kagetan terus.
"intinya, lo gue jagain sampai semua kelar, "
"Gue bisa sendiri kok" jawabnya langsung masukin roti bakar ke mulutnya.
"Bukti nya?? kemarin aja di godain, padahal lo biasa aja" dia langsung kerutin dahi sambil terus kunyah. seolah ucapannya tertahan sama roti bakar.
"Telan dulu baru ngomong" racaunya gak jelas,
"AHh, gak jadi!" shanty langsung ambil piring bekas gue dan bekasnya, shanty langsung cuci piring.
Beda banget sama thalita, dia gak pernah sentuh namanya di dapur. kalau gue nikah sama dia dan punya anak. gak bakalan betah di rumah.
Dan juga kalah sama mama gue yang jago masak, walau masaknya satu bulan sekali. Jadi kangen masakannya. yang jelas shanty benar-benar lebih mandiri dari yang gue duga.
***
Shanty langsung mandi, gue tunggu di luar sambil minum teh buatannya. Jarang banget gue minum teh. kopi pun paling di starbuck.
Rasanya pahit-pahit manis, kebanyakan yang manis gula darah gue bisa naik cepat. Kalau mau tau memang hidup gue harus penuh takaran dan aturan.
"Sorry lama,"
"emang kita mau kemana?" tanyanya udah rapih, padahal gue gak bilang mau pergi.
"gak kemana-mana, tunggu donny doang tapi siang dia kesini" kata gue pelan, shanty langsung menghela nafas nahan malu.
"Gue kira ajakin pergi hehee" katanya menyeringai.
"Tapi kalau lo mau kita jalan berdua, lihat sawah. katanya paling bagus disini, gimana?" shanty langsung angguk-angguk,
Kita jalan kaki dari villa, karena pemandangan dari villa udah bagus sih, gue ngerasa dia semakin pendek jadi cuman se dada gue. apa cuman perasaan aja.
Gue suka pakaian yang shanty pakai, lebih casual. Kaos sama celana pendek, pahanya juga kelihatan terawat.
"gue mau tanya boleh?" katanya pas jalan pelan di pinggiran sawah, gue gak tau sawah siapa. Yang jelas sawahnya bagus, hijau ke kuningan.
"boleh"
"Kalau persiapan kuliah susah gak sih?" pertanyaan yang buat gue mau ketawa,
"Gimana yah, simple, asal lo ikutin apa yang di minta, pasti ngerti kok kalau di jalanin."
"gue yakin lo bisa" senyum gue, lucu juga sih pertanyaan yang menurut gue mudah.
"terus kalau dunia kerja gitu?"
"apanya?"
"Suasananya?" angguknya senyum.
"Simple juga, asal lo bisa adaptasi sama likungan. Mau kuliah, mau kerja, pasti bisa"
"termasuk kayak gini, lo bisa beradaptasi sama orang baru kayak gue, itu udah bagus" jelas gue gak tau benar apa ngak. soalnya kalau gue jelasin gak bakalan paham juga.
"awalnya gak kok!, gue kesal banget sama lo kali!" katanya langsung tutup mulut, gue tau di keceplosan.
"Sorry, keceplosan hehe" tawanya.
"Kita mampir disana yuk" ajak gue ke warung yang jual es kelapa,
gue langsung pesan dua, yang satu di pindahin ke gelas, karena gak enak minum dari batoknya. atau tepatnya kotor, kalau serabut kelapanya masuk pas minum. Itu bikin rasanya gak enak.
Tapi gak denga shanty, dia milih di batoknya aja, dengan perlahan di kerok isi daging kelapanya perlahan sampai bersih tak tersisa. Dan langsung di minum, rasanya nikmat banget shanty minumnya.
"bearti kamu test nya tinggal besok dong?"
"iah, lumayan ternyata dari tempat ini ke kampus, " tunjuknya ke ponsel,
"Gampang kok, gak usah di pikirin," Shanty cuman angguk-angguk pelan, gue langsung share location disini, biar donny langsung jemput. bilangnya udah mau sampai.
Shanty terdiam sambil liatin sawah, gue juga ikutan diam,
"shanty sini" kata gue langsung foto selfie, reflek dia cuman julurin lidah.
"ihh, gak mau" dia gak mau lagi gue ajak lagi,
"kenapa?"
"malu hehehe, gak pede" senyumnya tutup muka pas gue terus sengaja foto. dan hasilnya cuman satu foto doang yang pertama.
***
Cukup lama kita disini, gue lihat mobil si donnya berhenti agak jauh dari sini. "yuuk, pergi" ajak gue langsung pegang tangann ke mobil. shanty cuman diam sampai mobil.
"eheemm" dehem donny pas gue masuk.
"Kita kemana sekarang jalan-jalannya?"
"ke goa gajah dulu aja, Gimana shanty?"
"hee? ia ikut aja heheh" dari GPS sih gak terlalu jauh,
Sampainya lumayan ramai, donny langsung beli tiker masuknya. dan gue sama shanty ikutin dari belakang.
"dimana goa nya?"
"lo sendiri punya goa" celetuk gue gak sengaja.
"ihhss seriusan!!"
"tuh turun kebawah" tunjuk gue tangga ke bawah. padahal gue asalan tunjuknya. shanty kayak orang gak sabaran.
"mana goa nya?" tanyanya ke gue.
"Tuh!!" tunjuk donny ke arah batu yang atasnya ada ukiran, shanty langsung ke arah sana,
"Agresif amat tuh anak" bisik donny lihat shanty langsung terobos masuk ke dalam goa nya, gue ikutin dari belakang.
"gak ada apa-apa" gerutu shanty keluar lagi, memang benar goa tapi goa seperti buat bertapa atau sejenisnya.
"Foto gue cepet" pinta gue langsung rangkul shanty, donny kasih jempol. Tapi shanty gak berontak hanya noleh ke arah gue.
Sekiranya cukup lanjut ke tempat ke dua. kita langsung ke Pura Tirta Empul Tampak Siring, katanya disana ada air yang sangat jernih bisa di minum langsung.
Cukup ramai, pas kita mau masuk ke dalam. gue bisa lihat ada air mancur dari batu keluar.
"Tuh cuci muka, biar awet muda" kata donny.
"Gak ah, gak bawa pakaian kalau nyebur" memang sih harus masuk ke dalam air kalau mau cuci di air pancurannya. Dan akhirnya kita cuman lihatin dari jauh sambil foto-foto lagi.
Dan lanjut tempat tujuan berikutnya, Ke Monkey Forest, kalau lo pernah ke taman safari di jawa. tempatnya mirip,
Gue langsugn gandeng tangannya, dan donny selalu foto dari belakang, "don lo doyan pisang gak?"
"Doyan lah?"
"gue beliin ya, tapi jangan rebutan nanti di dalam" kata gue ketawa, shanty juga ketawa.
"MONYET lo" teriaknya, gue beli makanan baut di kasih nanti.
"Noh, anak lo lagi monkey style" tunjuk donny pas lihat ada monyet kawin di jalanan.
"hahaha, kalian berdua mirip" tawa shanty bandingin monyet kawin sama gue.
"enak aja!, yuk ah"
Dan yang jelas disini monyetnya banyak, "Foto yuk" gue tarik tangan shanty pas ada penjaga tempat ini kasih makan.
"takut ah" desisnya mepetin duduk ke gue pas tangannya di kasih sesuatu, gak lama monyet langsung naik ke kepalanya shanty ambil itu makanan.
"AHHHH" Jerit shanty pas ada monyet pegang buah dadanya, itu monyet di kirain makanan kali ngengantung. Giliran donny foto sendirian sama anaknya, gak cuman satu tapi lima ekor sekaligus.
***
Shanty udah kelihatan capek, dan udah mulai sore juga. Seperti biasa dia langsung ketiduran di mobil.
"Kita supermarket dulu don"
"buat?"
"beliin bahan makanan, bisa masak soalnya shanty"
"oke dah " gue gak tau di daerah mana sekarang, soalnya gue malas lihat jalan yang penting udah sampai di salah satu supermarket.
"bangun heii" bisik gue sambil endus tenguknya. gak lama dia menggeliat.
"Sampai mana?"
"Supermarket, belanja dulu" matanya memerah pertanda dia benar-benar lelah, tapi langsung hilang pas lihat isi supermarket.
"Belanja apa?"
"Keperluan lo selama disini" kata gue langsung ajak masuk,
Donny milih di mobil buat ngerokok, karena mulutnya asem. Dan gue sama shanty milih bahan makananm
"Gue yang bayarin, jangan protes" gue langsung bantu dorong trolly yang udah penuh sama, daging ayam, daging sapi, telur, ikan dan semua kebutuhan sehari-hari. Bukan gue yang milih tapi shanty.
"banyak banget" bisiknya pas lihat hargnya hampir satu juta.
"Masih sedikit ini, yuk" gue dorong lagi sampai ke halaman parkir.
Selesainya balik ke villa, Pas banget udah malam, karena lumayan macet di kotanya. Rasanya gak bisa bayangin, harusnya gue berendam, tapi gak bawa pakaian.
"Sebagai gantinya gue masakin yah, ayam goreng mentega" shanty langsung keluarin ayam yang tadi dan langsung sibuk di dapur. Dan donny gue suruh ke hotell ambil pakaian, ke mungkinang gue bakalan menginap disini sementara, sambil mencicipi masakan shanty.
Bersambung...
#Note, update ya hu, agak buru=buru.