Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Masukan suhu untuk cerita ini dengan akhir yang seperti apa?


  • Total voters
    46
Status
Please reply by conversation.
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Ijin diriin tenda om bruno...

@suhu w13r, bukan kah subes....suhu besar..., maaf oot.

Semoga lancar jaya update nya dan cerita ini tamat.

Eh iya yang cerita satu nya dilanjutkan lagi om... sayang cerita nya bagus, stag sebelum acara reuni sma adik nya evan.
 
Part seven


Langit memang memiliki kuasa atas bumi. Namun tanpa keberadaan bumi ,apalah arti langit. Alam membutuhkan keseimbangan sebagaimana Utara membutuhkan Selatan dan timur membutuhkan barat. Hidup harmoni dalam kehidupan juga membutuhkan keseimbangan sebagaimana terang membutuhkan gelap. Ada kalanya seorang kawan menjadi lawan tertangguh. Ada kalanya pula ketika seorang lawan menjadi kawan terbaik.

Tanpa idealisme, seorang insan akan hanyut dalam pusaran kehidupan, hatinya tertutup oleh realitas dan ia lupa bahwa semua perjalanannya hanyalah ilusi sesaat yang tidak pernah akan abadi. Karena Tuhan telah memberi batasan pada tiap insan manusia yang hidup di semestanya yang luas ini. Namun sebaliknya, dengan berfikir realistis seorang justru akan mampu menyikapi segala bentuk ilusi dan mengambil langkah terbaik tanpa terombang-ambing dalam kegalauan dan ketidakpastian yang membelenggu hati manusia.

Inilah hidup harmoni dalam kehidupan. Berfikir realistis dengan tetap mempertahankan idealisme. Hanya itu lah jalan terindah untuk menjaga keseimbangan dalam menempuh perjalanan hidup yang dipenuhi oleh ilusi.

Sebagai mana Andra dan Satria yang tengah menjalani peran nya di CHEONAN, dan para pekerja dari tanah air lainnya juga tengah menjalani peran mereka di Seoul, menjalani hari-hari mereka bekerja di pabrik milik HUNG-GYEKO.

"Beberapa hari terakhir ini suasana pabrik terasa kurang nyaman," ucap salah seorang pekerja dari tanah air kepada rekan yang lain.

Meskipun hari ini adalah hari Minggu, ada kalanya para pekerja terpaksa masuk kerja terutama ketika divisi produksi tengah di kejar deadline pengiriman barang seperti yang terjadi pada hari ini.

"Ya mau gimana lagi, yang sabar saja?" Jawab salah satu rekan nya.

Sekitar lima orang pekerja tampak tengah menikmati makan siang mereka di salah satu sudut pabrik sembari duduk bercengkrama menghabiskan waktu istirahatnya.

"Kudengar para pekerja lain ingin mengajukan kenaikan upah dan tunjangan kesehatan." Lelaki bertubuh gemuk yang pertama kali bicara itu kembali melanjutkan kalimatnya.

"Mereka asli pekerja negeri ini. Berbeda dengan kita yang sebatas pendatang. Lebih baik, jangan terlibat dengan permasalahan mereka." rekanya yang berambut tipis berbicara setengah berbisik. Seakan khawatir pembicaraan mereka di dengar oleh orang lain.

"Dia benar. kita jangan terlibat masalah itu." Rekan yang lain juga ikut mengingat kan si tubuh gemuk.

"Tapi, jumlah pekerja dari luar negeri ini seperti kita ini hampir empat puluh persen dari seluruh pekerja yang ada di pabrik ini. Suara kita amat berpengaruh dan seperti nya mereka ingin kita ikut mendukung." si tubuh gemuk tetap meneruskan pembicaraan nya, namun dengan aksen suara yang di rendahkan.

"Bagaimana pendapat mu Paman?" Salah satu dari mereka mendadak mengarahkan pertanyaan pada Sudirman.

Lelaki paruh baya itu hanya menghela nafas panjang mendengar pertanyaan yang di ajukan pada dirinya. Ia tidak menjawab, ada hal lain yang sedang di pikirkan nya.

"Paman, apakah kau masih mengkhawatirkan Andra dan Satria?" Si tubuh gemuk tampak mencoba menerka isi pikiran Sudirman.

Masih tidak ada jawaban yang terdengar dari mulut lelaki paruh baya itu. Ia meletakkan makan siang nya seakan sudah kehilangan selera untuk melanjutkan. Dengan tatapan sayu, ia memandang lima pekerja yang duduk di hadapannya.

"Entahlah....!" Hanya itu jawaban yang terucap seiring dari helaan nafas panjang nya.

Kelima pekerja lainnya hanya saling berpandangan satu sama lain. Sudirman adalah sosok yang paling dituakan dan ucapnya amat berpengaruh bagi yang lain. Namun untuk kali ini, lelaki paruh baya itu tidak dapat memberikan masukan atau keterangan berarti mengenai keberadaan kedua pemuda tersebut.

Ia merasa bertanggung jawab apabila terjadi sesuatu pada kedua pemuda itu.

Hari ini mereka harus bekerja lembur. Beban pekerjaan yang berat dan di tambah lagi beberapa permasalahan yang terjadi di dalam internal pabrik telah menjadikan suasana terasa kurang kondusif. Namun ini adalah pekerjaan yang harus mereka jalani untuk memberikan kehidupan yang lebih baik bagi anak dan istri mereka di tanah air. Mereka menyadari betapa pun berat beban yang tengah mereka rasakan, mereka harus tetap bertahan karena inilah kenyataan yang mereka hadapi dan inilah perjalanan hidup dengan sepenuh hati yang mengantarkan pada titik nadir sebuah kebahagiaan.

*****

Kota CHEONAN....

Siang terik telah berganti malam dan rembulan dengan segala kecantikan nya bersinar terang menghiasi langit CHEONAN. Jutaan bintang yang bertaburan di angkasa luas seakan menjadi kuasa sang kuasa langit atau kehidupan manusia di muka bumi ini. Namun sayang manusia sering kali terlalu banyak berpikir dan hanya sedikit yang menyadari keindahan itu, semua adalah hikmah dari kekuasaan sang semesta yang ada di hadapan nya.

Andra duduk seorang diri di taman kecil yang berada tak jauh dari apartemen tempat tinggal nya. Ia terus memandangi langit dengan jutaan bintang yang menghiasi di atas sana, bahkan kini udara malam yang semakin lama semakin dingin tak ayal mengusik khayalan yang telah melayang jauh hingga langit ke tujuh.

Di pejamkan kedua mata nya, namun bayang-bayang Kyo In, gadis pendiam berwajah manis yg beberapa hari ini ia diperhatikannya, tak kunjung menghilang.
Entah kenapa Andra merasakan ada sesuatu yang berbeda pada gadis itu, sesuatu yang membuat nya merasa ingin lebih tahu, ingin lebih dekat dan serasa ingin menemaninya. Seakan ada sesuatu yang memanggil hatinya. Sesuatu yang menyentuh jiwa nya dan membangkitkan perasaan aneh di dalam batin yang sama sekali sulit di pahami.

Andra menarik nafas panjang, kegelisahan yang ia rasakan malam ini adalah kegelisahan yang tiada ia pahami penyebabnya. Semakin lama ia memperhatikan gadis itu, semakin besar gejolak yang ia rasakan dalam batinnya. Semakin ia mencoba untuk menghilangkan bayang-bayang Kyo In dari pikirannya, justru semakin kuat kegelisahan yang ia rasakan.

Berkali-kali ia menghela nafas panjang untuk menenangkan hati dan pikiran nya. Waktu terus berjalan malam semakin larut. Andra melirik Swiss amry-nya di tangannya, telah lewat tengah malam. Pemuda berjaket abu-abu itu memandang tepi jalan. Ia yakin sebentar lagi Satria akan datang.

Perkiraan tak jauh meleset. Kurang dari sepuluh menit kemudian, sebuah mobil Hyundai merapat di depan taman dan seorang pemuda berkaca mata hitam keluar dari dalam nya. Satria terus berjalan melangkah mendekati Andra sahabatnya. Tangannya menggenggam sebotol 'Soju' amat cocok untuk menghangatkan badan dan melawan udara malam yang dingin. Sejak awal menginjak kan kaki di negeri ginseng itu, keduanya telah terbiasa meminum berbagai macam jenis minuman memabukkan dan menghangatkan khas negeri ginseng itu. Termasuk 'Soju'''.

"Baru pulang?" sapa Andra saat sahabat nya itu tiba dan duduk di sebelahnya.


Satria tidak langsung menjawab. Ia menyandarkan punggungnya terlebih dahulu sembari memberikan 'Soju' di tangan nya pada Andra.

"Gadis itu sungguh sangat luar biasa. Pagi sampai sore ia bekerja di Galleria Centre City. Jam empat sore ia pulang dan jam lima sore sudah bekerja kembali di sebuah rumah makan hingga larut malam. Benar-benar sulit di percaya!" Satria berbicara sembari menggeleng- gelengkan kepala nya, yg tidak habis pikir dengan apa yang di lakukan oleh Kyo sun.

Andra yang mendengar kan hanya tersenyum kecil sembari meneguk 'soju' pemberian Satria. Rasa hangat seketika merasuk ke dalam tubuh nya dan mengusir hawa dingin yang sempat menyelimuti nya.

"Bagaimana dengan adiknya?" kali ini Satria yang balik bertanya dan membuat Andra kembali teringat Kyo In.

"Hmmm... gadis yang pendiam dan tidak banyak teman. Entahlah, sepertinya tidak banyak yang ia kerjakan selain menyendiri," jawab Andra dengan sedikit nada keraguan.

Untuk beberapa saat keduanya terdiam. Masing-masing bergelut dengan pemikiran nya yang berbeda. Gadis yang mereka bicarakan oleh Satria adalah Kyo sun sedang Kyo In adalah adiknya. Tuan Sung Ji memberi kedua pemuda itu apartemen, uang, bahkan mobil semata-mata untuk mempermudah kan mereka mengawasi kedua gadis tersebut. Ia membagi peran Andra dan Satria, memberi mereka akses serta segala yang di butuhkan untuk mendekati kedua gadis tersebut. Hanya satu tugas sederhana yang harus mereka lakukan yaitu menjaga Kyo sun dan Kyo In. Sebuah tugas sederhana yang tiada mereka pahami maksud serta tujuan sebenarnya.

___________________________________________
Soju= minuman yang terbuat dari beras, palawija, dan ragi yang di fermentasi kan atau distilasi. Kadar alkoholnya cukup tinggi, berkisar 40% sampai 55%.
______________________________________________

******



Son_Ye_Jin_Umur_30_an.jpg

Hyun in

Di pusat kota, sebuah gedung perkantoran pagi ini......

Direktur Woo, lelaki tua berambut nyaris putih semua itu memandang hamparan kota CHEONAN melalui jendela utama ruangannya. Kaca mata yang ia kenakan menambah kharismanya sebagai seorang pemimpin senior di Hung-Gyeko Group.Tepat di belakang nya , manajer Kim Lee yang juga putra bungsu direktur Woo berdiri tegap tanpa suara.

"Dedaunan yang hijau sekalipun pada akhirnya akan kering dan jatuh berguguran. Mereka akan tergantikan oleh dedaunan yang lain yang jauh lebih segar. Itu adalah hukum alam" nada suara direktur Woo terdengar datar, namun kalimatnya penuh arti..

"Tergantikan atau tidak, biarlah wanita yang kan menjawab nya. Yang terpenting adalah mempertahankan agar batang pohon itu sendiri tetap kokoh berdiri." Manajer Kim Lee menjawab dengan pemikiran nya sendiri.

Direktur Woo yang membelakanginya putranya itu tidak menoleh sedikit pun. Ia tetap diam, bergeming dan terus memandang ke arah luar.

"Tanpa daun maka pohon tidak akan hidup. Dahan dan ranting nya perlahan akan mengering hingga akhirnya tumbang terhempas angin."

"Selama memiliki akar kuat, maka selalu ada harapan. Kelak , daun yang terbaik akan tumbuh dengan sendirinya, untuk menaungi dahan dan ranting, membawa kehidupan baru pada pohon itu," manajer Kim terus memberikan tanggapan pada setiap ucapan ayahnya.

Beberapa saat lamanya ia menunggu, namun direktur Woo tidak membuka suara kembali. Sebagai seorang anak ia dapat memahami apa yang tengah di pikirkan ayahnya. Namun sebagai seorang profesional, ia tidak ingin bersikap lancang dengan mendahului pemikiran sang direktur.


"Beberapa hari terakhir ini, kondisi kesehatan Nyonya Jeong gyeko semakin menurun, usianya juga semakin lanjut. Menurutmu , apakah mungkin ia akan melepas kan jabatan nya dalam waktu dekat?" Cara bicara direktur Woo mendadak berubah. Dengan lugas, ia menyinggung kesehatan Nyonya Jeong gyeko yang merupakan pimpinan tertinggi sekaligus pemilik tunggal Hung-Gyeko Group.

Manajer Kim Lee yang mendapat pertanyaan tajam semacam itu tidak berani gegabah memberikan jawaban. Ia menyadari bahwa pertanyaan direktur Woo berkaitan dengan masa depan Hung-Gyeko Group.

"Nyonya Jeong gyeko sangat lah bijak. Saya yakin ia telah memikirkan hal tersebut dan tentu beliau akan mengambil keputusan yang terbaik untuk Hung-Gyeko Group."

Hanya itu jawaban terbaik yang bisa ia berikan oleh manajer Kim Lee. Ia menyadari apabila Jeong gyeko melepas jabatannya, adalah sama artinya dengan membuka perpecahan dalam internal perusahaan. Posisi presiden direktur akan menjadi posisi yang paling di perebutkan oleh direktur senior di perusahaan HUNG-GYEKO. Dan tentu saja hal tersebut tidak baik untuk perkembangan ekonomi HUNG-GYEKO Group. Sedang kondisi Nyonya Jeong gyeko sendiri tidak memungkinkan bagi dirinya untuk terus bertahan dan memimpin HUNG-GYEKO Group.

Direktur Woo menghela nafas panjang mendengar jawaban putra bungsu nya. Kerutan di keningnya tiada berkurang sedikitpun, menunjukkan bahwa lelaki tua itu masih bergelut dengan pemikiran nya sendiri.


Selang beberapa menit kemudian. Manajer Kim Lee tampak melangkah keluar dari dalam ruangan direktur Woo. Pemuda tampan yang memegang tanggung jawab terhadap pengawasan dan pembinaan sumber daya manusia di perusahaan tersebut melangkah kan kakinya dengan tatapan lurus ke depan. HUNG-GYEKO Group telah menjadi bagian dari kehidupan nya, bukan seketika perusahaan tempatnya bekerja, melainkan sebuah bahtera yg membawa impian serta cita-cita nya. Ia ingin terus berlayar bersama HUNG-GYEKO Group, membawa perusahaan ini ke tengah samudera dan pengusaha tujuh lautan....

Namun setiap keinginan di bayangi kekhawatiran dan setiap upaya tiada terlepas dari rintangan. Saat ini, selain ayahnya, terdapat dua direktur utama lainnya yang akan menjadi calon kandidat utama dan terkuat untuk menggantikan posisi Nyonya Jeong gyeko sebagai seorang presiden direktur HUNG-GYEKO. Manajer Kim Lee sungguh berharap ketiganya dapat menahan diri. Pemuda tampan itu tidak ingin terjadi perpecahan yang dapat merusak tatanan serta menggoyahkan pondasi dasar HUNG-GYEKO Group.


Manajer Kim Lee terus melangkah melewati ruangan demi ruangan. Permasalahan yang membebani pikiran nya tiada sedikitpun mengurangi karisma serta pesona yang terpancar dari tubuh nya. Dengan penuh wibawa, ia tersenyum pada staf yg berpapasan dengan dirinya.

Sementara Hyun in melangkah dengan tenang dari arah berlawanan. Gadis cantik dengan blus putih itu baru saja mengambil beberapa dokumen yang ia butuhkan dan hendak menuju lift untuk kembali ke lantai tiga.

"Tingg!!?"

Suara lift terbuka menyita perhatian Hyun in. Jaraknya tak sampai lima meter dari lift yang belum tertutup itu. Terbesit dalam benaknya untuk berlari masuk ke dalam lift, namun mendadak tubuhnya terasa kaku. Hyun in terhenyak saat memandang jauh ke depan sana. Dari tempatnya berdiri, ia dapat melihat dengan jelas sosok Manajer Kim Lee yang melangkah mendekat. Entah kenapa dadanya berdebar. Kembali muncul perasaan aneh yang menjalar di seluruh tubuh, membuatnya ragu untuk melangkah kan kakinya.

"Hei kau mau masuk tidak, nona!" Seru Manajer Kim Lee yang baru saja masuk ke dalam lift untuk memberi kesempatan kepada Hyun in.

"Ahh, ehh, tidak tuan! Maaf ada dokumen yang tertinggal" jawab Hyun in dengan gugup sembari membalikkan tubuh dan melangkah dengan sedikit tergesa, namun sebelum ia lakukan, sebuah tangan lembut menggenggam tangan nya untuk berhenti melangkah menjauh.

"Hei nona, tidak baik berbohong! Ayo kita sama-sama pakai lift ini. Bukan kita itu akan sama-sama turun ke lantai tiga bukan!" Sahut manajer Kim Lee pada Hyun in yang membelakanginya.

"Ehh, ituu...!anu tuan." Wajah Hyun in menjadi pucat pasi dan sedikit gugup disertai rasa canggung saat Manajer Kim Lee memegang tangan nya dengan jarak yang begitu dekat.

"Sudah ayok, masuk dan tidak ada alasan!"

"Ba... Baik tuan!" Hyun in mengangguk pelan kepalanya.

Tapi saat hendak memasuki lift itu, tiba-tiba. Hyun in merasa langkah kaki nya itu tidak seimbang, membuat ia jatuh terkilir.

"Bruuught"

"Nona Hyun in!" Seru Manajer Kim Lee.

"Aww... sakit!!!"

"Anda duduk lurus nona, biar aku coba pijat pergelangan kaki anda yang terkilir ini" ujar manajer Kim Lee pada Hyun in.

"I-IYA... tuan!"

"Chiiitth brught... " Lift tiba-tiba saja anjlog dan mengalami pemadaman arus listrik. Membuat lift itu terhenti sebelum sampai lantai ruangan yang mereka tuju.

"Ahh, shit... Kenapa lampunya mati di saat seperti ini!" Gumam manajer Kim Lee.

"Aww... Sakit tuan. Bagaimana ini tuan, aku tidak ingin terjebak di dalam sini"

"Maaf!! Iya aku tahu, tapi aku tidak terlalu pandai masalah tehnik mesin seperti ini."

Hyun memandang wajah tampan Manajer Kim Lee yang sedikit sudah di penuhi oleh peluh, karena ruangan nya begitu pengap dan panas. Jarak keduanya begitu dekat bahkan tanpa ada penghalang yang memisahkan mereka. Khas parfum yang menyengat dari tubuh Hyun in tanpa sadar telah membakar gejolak nafsu kelakian Manajer Kim Lee.

"Tuan...! Anda mau apa!" Kata Hyun in yg merasa takut tiba-tiba saja manajer Kim Lee mensejajarkan posisi duduknya sama dengan dirinya, bahkan aroma mint dri mulut manajer Kim Lee terendus oleh Hyun in. Dua insan dalam satu ruangan tertutup ini tidak bisa lagi mengelak dan mencegah nya, sesuatu yang membangkitkan sebuah nafsu dan keinginan yg di butuhkan ragawi nya itu.

"Hmmmpttt... Tuan. Jangan....!"


____________________________________________
Raya dulu suhu. Ayoo...
Nanti di lanjut lagi nulisnya..

Maaf y suhu dan Om baru update segitu...
Jangan lupa kripik nya....
 
Terakhir diubah:
Ijin diriin tenda om bruno...

@suhu w13r, bukan kah subes....suhu besar..., maaf oot.

Semoga lancar jaya update nya dan cerita ini tamat.

Eh iya yang cerita satu nya dilanjutkan lagi om... sayang cerita nya bagus, stag sebelum acara reuni sma adik nya evan.
Silahkan suhu...
Selesai kan ini dulu suhu
 
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd