Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Masukan suhu untuk cerita ini dengan akhir yang seperti apa?


  • Total voters
    46
Status
Please reply by conversation.
Bimabet
Romance story.

tapi aing kalo baca nama karakter nya pakai bahasa korea or jepang suka pusing :ngakak ilang feels nya.

lanjut kan deh hu
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Romance story.

tapi aing kalo baca nama karakter nya pakai bahasa korea or jepang suka pusing :ngakak ilang feels nya.

lanjut kan deh hu
Begitu y suhu..

Haha it dia ts juga kadang blibet nulis namanya suhu...
 
Part six


Seorang pria tua bernama Sang Han menyambut kedatangan mereka di depan apartemen dengan penuh rasa hormat dan langsung mengantarkan keduanya menuju sebuah kamar di lantai tiga. Tidak tahu apa yang harus dilakukan dan tidak yakin dengan apa yang sebenarnya sedang terjadi, mereka berdua hanya mengikuti langkah kaki lelaki tua yang meminta di panggil Paman Han itu.

Sebuah kamar apartemen mewah lengkap dengan ruang tamu, ruang santai serta sebuah kamar tidur utama terbentang di dalam ruangan itu. Berbagai fasilitas yang tersedia di dalam ruangan tersebut mulai dari peralatan olahraga, home teater, hingga peralatan dapur yang modern. Andra dan Satria berdecak kagum melihat semua itu, namun tak ada seorang pun di sana yang mereka temui selain Paman Han.

Dengan sikap ramah, lelaki tua itu mempersilakan mereka untuk beristirahat sembari menunggu kedatangan seseorang. Andra yang semakin merasakan keganjilan berusaha untuk mencari informasi pada Paman Han terkait beberapa hal, namun lelaki tua itu hanya menanggapi dengan senyum tanpa penjelasan berarti.

"Istirahat lah dulu, nanti tuan Sung Ji yang akan menjelaskan semua nya"

Walaupun merasa sedikit canggung dengan segala kemewahan itu, tampak nya memang tidak ada pilihan lain yang dapat mereka lakukan selain menunggu karena Paman Han sendiri tidak berkenan untuk menjelaskan apa pun.

"Siapakah tuan Sung Ji yang akan kita temui nanti Paman?" Tanya Satria yang telah merebahkan tubuhnya di atas sofa, sementara Andra masih mengamati keadaan disekelilingnya.

"Nanti, beliau yang akan menjelaskan. Saat ini, kalian berdua beristirahat saja."

Hanya kata-kata itu yang terucap dari mulut Paman Han . Dengan tenang , lelaki tua itu menuju ruang dapur dan mengeluarkan berbagai sayuran serta daging dari lemari pendingin, nampak nya ia hendak mempersiapkan makan malam istimewa untuk keduanya.

Kembali Andra dan Satria hanyut dalam pikiran masing-masing. Semua yang mereka jalani ini serasa aneh dan di luar batas kewajaran. Keduanya tidak di perlakukan sebagai mana layaknya seorang pekerja kasar, melainkan bagai tamu istimewa yang telah di nantikan kedatangan nya.

19.30 waktu bagian CHEONAN, Seoul....

Andra dan Satria baru saja menikmati makan malam termewah yang pernah mereka rasakan semenjak menginjakan kaki di negeri ginseng itu. Tak disangka ternyata Paman Han adalah seorang ahli masak yang pintar dan pilih tanding. Tidak hanya itu, ia juga pandai dalam membersihkan ruangan serta mengurus segala kebutuhan kedua pemuda itu dengan sangat cekatan. Baik Andra maupun Satria semakin heran diperlakukan sedemikian rupa.

Malam ini seseorang yang mereka nanti kan telah hadir, seseorang yang akan memberikan penjelasan akan tugas baru yang mereka jalani selama berada di CHEONAN. Tuan Sung Ji yang beberapa saat lalu telah datang kini duduk di hadapan Andra dan Satria. Sementara Paman Han dengan santai menghabiskan waktu di dapur, membersihkan peralatan makan yang baru selesai dipergunakan.

Lelaki berkumis tipis berusia sekitar berusia kepala empat tahun itu mengenakan jas hitam yang di panggil Sung Ji itu duduk dengan tenang sembari sesekali melempar senyum ramah pada dua pemuda di hadapannya. Satria tampak mulai tak sabar dan ingin segera mengetahui apa pekerjaan baru mereka, sementara Andra tampak lebih menahan diri sembari mencoba menganalisis keadaan.

"Jadi, tuan Sung Ji, katakanlah kapan kami harus mulai bekerja?" Tanya Satria yang sudah mulai habis kesabaran. Biasanya pemuda yang satu ini tak acuh dalam menanggapi suatu hal, namun semua keganjilan yang mereka rasakan semenjak tiba di CHEONAN seperti nya telah membangkitkan rasa ingin tahu Satria.

"Waktunya terbatas, jadi kalian sudah bisa mulai bekerja besok pagi." Jawab tuan Sung Ji dengan sikap yang tenang dan bersahaja.

"Besok pagi? Kami bekerja di mana? Apakah bekerja di pabrik atau....? " Kalimat Satria terputus. Dia sengaja memancing dan mengharapkan jawaban pasti dari lawan bicaranya.

Tuan Sung Ji hanya tersenyum mendengar pertanyaan tersebut dan sepintas ia melirik Paman Han di dapur yang ternyata juga ikut tersenyum penuh arti. Belum sempat Andra maupun Satria bertanya kembali, mendadak tuan Sung Ji menuturkan beberapa hal yang cukup mengejutkan bagi keduanya.

"Satria , semenjak kekasih mu pergi, kau memang menghabiskan banyak waktu dengan sia-sia. Tiada uang yang kau tabung dan tiada keluarga yang menantimu di tanah air. Sungguh menyedihkan."

Kalimat tuan Sung Ji seketika membungkam mulut Satria . Lidahnya terasa kelu.

"Dan kau Andra , sebagai tulang punggung keluarga, kau bertanggung jawab atas semua masa depan kedua adikmu. Padahal, sebenarnya mereka bukanlah adik kandung mu. Sebuah ironi, bukan?"

Kali ucapan tuan Sung Ji langsung menikam dada Andra. Pemuda itu seketika merasa sesak dan sulit bernafas.

Keterkejutan keduanya bukanlah tanpa sebab. Apa yang di sampaikan oleh tuan Sung Ji adalah sebuah masalah pribadi yang tak pernah mereka sampaikan pada siapapun, bahkan dengan sesama pekerja yang berasal sama dari tanah air. Dari cara nya berbicara , jelas sekali bahwa tuan Sung Ji mengetahui banyak hal tentang diri mereka berdua.

Tidak tertutup kemungkinan bahwa lelaki tersebut telah melakukan penyelidikan terhadap kehidupan keduanya. Tetapi untuk apa melakukan hal itu? Kenapa perusahaan begitu repot nya melakukan penyelidikan terhadap dua pekerja kasar yang tiada memiliki arti ataupun peran penting bagi mereka? Berbagai pertanyaan muncul bertubi-tubi dalam benak kedua pemuda itu.

"Siapa sebenarnya, Anda?" Tanya Andra dengan wajah tegang.

Satria yang merasakan adanya sesuatu yang tidak beres mengubah posisi duduknya. Pemuda itu tampak jauh lebih serius dari biasanya.

"Aku adalah bagian dari HUNG-GYEKO. Mulai saat ini, kalian bekerja untuk ku." Tuan Sung Ji menjawab dengan tenang, namun kali ini disertai dengan penegasan.

"Apa maksud anda, tuan?" Satria juga ikut membuka suara.

" Bukankah sudah kukatakan, mulai hari ini kalian berdua bekerja untuk ku." Jawabnya tenang sembari menengguk secangkir green tea hangat yang telah di sediakan oleh Paman Han di atas meja.

"Sebenarnya , pekerjaan apa yang harus kami lakukan?" Andra dan Satria bertanya silih berganti berusaha menyelediki lebih jauh.

"Apakah kalian sudah siap untuk melaksanakan pekerjaan ini?" Tuan Sung Ji balik bertanya. Kali ini dengan tatapan mata tajam seakan hendak menembus relung hati dari kedua pemuda di hadapannya itu.

Andra dan Satria yang di pandang sedemikian rupa seakan menyadari makna di balik tatapan lelaki tersebut.

"Perusahaan sudah melakukan penyelidikan mendalam terhadap kami. Apakah kami masih memiliki pilihan selain melaksanakan keinginan kalian? Sepertinya perusahaan tidak ingin melepas kami begitu saja, bukan? "Andra berbicara apa adanya, tetapi penuh hati-hati. Sebisa mungkin ia menata kalimat dan berusaha agar tidak menyinggung.

Baik Andra maupun Satria mulai membaca situasi. Mereka menyadari bahwa tugas yang akan dibebankan pada mereka sepertinya bukan lah pekerjaan biasa bahkan mungkin tidak ada hubungannya sama sekali dengan urusan perusahaan.

"Kalian berdua memang pandai. Aku tidak salah menilai kalian berdua." Ucap tuan Sung Ji penuh kepuasan. Lelaki berkumis tipis itu tertawa kecil seorang diri dan membiarkan kedua lawan bicaranya diam termangu.

Paman Han yang masih sibuk di dapur hanya tersenyum kecil mendengar perbincangan mereka bertiga. Tangan tangan terampil nya terus bekerja membersihkan perabot dapur.

Untuk beberapa saat , tuan Sung Ji kembali meneguk green tea hangat nya. Ia tampak amat menikmati minuman nya tersebut. Tuan Sung Ji berusaha untuk menghela nafas panjang sebelum akhirnya kembali memulai pembicaraan.

"Mulai hari ini jangan banyak bertanya dan jangan melakukan kontak dengan rekan-rekan kerja yang berasal satu dengan kalian. Tidak seorang pun yang boleh mengetahui tugas yang akan ku berikan pada kalian ini, paham?" Perintah tuan Sung Ji terdengar cukup jelas dan tegas .

Andra dan Satria hanya mengangguk kepala sebagai tanda mengiyakan.

"Jika kalian melakukan pekerjaan ini dengan baik, maka perusahaan akan memberikan penghargaan yang sepadan. Kau Andra dapat membuka usaha sendiri di tempat asalmu sebagai mana yang kau inginkan. Sedangkan kau, Satria dapat bersenang-senang sepuasnya selama beberapa tahun ke depan." Tuan Sung Ji menjanjikan banyak hal untuk kedua pemuda tersebut.

"Seandainya kami gagal?" Tiba-tiba Satria memotong senyum lelaki dihadapan nya.

"Jika kalian berdua gagal, maka seluruh rekan kerja kalian yang berasal satu negara dengan kalian akan kena imbasnya." Wajah tuan Sung Ji nampak lebih serius. Ancaman nya cukup menggetarkan hati Andra dan Satria. Jelas sekali lelaki di hadapan mereka ini bukan orang biasa. Perintahnya tak dapat dipandang sebelah mata. Yang di pertaruhkan bukan hanya pekerjaan mereka berdua tetapi juga masa depan para pekerja lainnya yang satu negara dengan nya.

"Apakah kalian sudah paham?" Kembali tuan Sung Ji membuat penegasan.

Dengan menelan ludah penuh keterpaksaan, baik Andra maupun Satria hanya mampu mengangguk pelan. Ini adalah sebuah situasi yang sulit bagi keduanya dan tiada banyak pilihan yang tersedia.

Malam ini terasa panjang dan menegangkan. Andra dan Satria terus mendengarkan setiap penjelasan dan instruksi yang diberikan oleh tuan Sung Ji. Setiap detailnya mereka perhatikan dengan seksama tanpa satu pun yang terlewat hingga pada akhirnya. Kedua pemuda tersebut hanya mampu terkejut bukan main mendapatkan kenyataan akan tugas yang harus mereka kerjakan di CHEONAN. Sebuah tugas yang tak pernah terlintas dalam benak mereka sebelumnya.

°°°******°°°

20170610_230433.jpg

Kyo in
3rd hari sesudah nya...

Disebuah tempat yang berbeda di sudut kota CHEONAN....

Menghirup udara segar di pagi yang indah, berjalan di permadani hijau dan bersenda gurau di bawah rindangnya pepohonan sembari menikmati alunan merdu kicauan burung. Itulah aktivitas para mahasiswi di kompleks asrama putri di Institut Seni CHEONAN pagi ini. Indah nya suasana di sekitar kompleks menjadikan tempat itu bagai kan taman surga yang di huni para bidadari khayangan.

Institut Seni CHEONAN memang salah satu universitas unggulan di kota itu. Memiliki luas puluhan hektar dan berada di areal seperti berbukit. Menyatu dengan alam adalah konsep awal pembangunan universitas itu dan sungguh konsep itu telah menghasilkan sebuah mahakarya dengan keindahan alam yang luar biasa. Di dalam area kampus , terdapat beberapa fakultas yg terpisah oleh bentangan alam. Pepohonan yang rindang, sungai yang mengalir jernih, danau buatan menjadi kan tempat itu sedemikian nyaman, menjadikannya sebagai tempat terindah untuk belajar dan meraih masa depan.

Kyo in seorang mahasiswi semester akhir tampak melangkah perlahan keluar dari dalam gedung asrama putri. Tubuhnya yang ramping bergerak ringan melewati kerumunan mahasiswi yang sedang bersenda gurau di bawah rindangnya pepohonan. Wajah manis nya nampak indah tersentuh oleh pancaran sinar matahari pagi ini. Kaos yang ia kenakan seakan menunjukkan kesederhanaan dan kerendahan hati. Kyo in , gadis manis itu terus melangkah hingga ke tepian sebuah kolam kecil nan jernih. Ia tersenyum melihat ikan-ikan cantik yang menyembulkan kepalanya ke permukaan air, seakan menyambut kedatangan dirinya.

"Kalian sudah lama menunggu ya?" Ucapnya lembut sembari menaburkan remah remah roti ke atas permukaan air.

Tiada jawaban tentunya, namun semua ikan itu tampak gembira menyambut remah roti pemberian nya. Dan pemandangan itu sudah menjadi jawaban yang cukup berarti bagi Kyo in.

Gadis manis berkulit putih halus itu memandang ke sekeliling . Ia melihat keceriaan di wajah wajah mahasiswi lainya yang tengah asyik dengan aktivitas masing-masing. Kyo in tersenyum seorang diri. Ia menarik nafas lega, bersyukur pada penguasa langit atas indah nya hari ini walau jauh di dalam hati , ia menyadari bahwa dirinya tak pernah jadi bagian dari keceriaan yang di rasakan oleh teman temannya. Bisa di bilang Kyo in itu mahasiswi yang terkucilkan.

Beberapa tahun telah berlalu semenjak ia pertama kali menginjakkan kaki di kampus itu. Mungkin ia tak pernah benar-benar merasakan arti persahabatan. Namun ia tidak pernah gundah karena ikan ikan kecil di kolam itu telah menemani hari-hari nya. Ikan-ikan kecil itu selalu mendengarkan dirinya , tak pernah menyanggah atau menghindari nya. Mungkin mereka sahabat terbaik yang pernah ia miliki.

Perlahan Kyo in merendahkan badan dan duduk di tepian kolam. Rok panjang yang ia kenakan menutupi kakinya yang terlipat di atas rerumputan hijau.

"Ini hari Minggu . Pasti kakak sedang sibuk bekerja hari ini." Ucapnya pada beberapa ikan yang berada paling dekat dengan tepian kolam.

Seperti biasa, tiada jawaban yang terdengar , namun ikan ikan itu terus berenang di dekat tepian kolam sembari sesekali menyembul kan kepala seakan hendak menyampaikan sesuatu.

Kembali Kyo in tersenyum kecil. Entah apa yang ia rasakan, namun hatinya selalu merasa tenang manakala menghabiskan waktu bersama sahabat sahabat nya itu. Beberapa saat lamanya, ia memandangi ikan - ikan itu sebelum akhirnya membuka buku tebal yang sejak tadi di bawanya.

"Pagi ini kita lanjutkan membaca. Kalian dengarkan baik-baik ya!" Kembali Kyo in berucap dengan suara lembut penuh kehangatan.

Tiada jawaban yang terdengar selain suara riak air di tepi kolam. Kyo in telah tenggelam dalam kesyahduan bersama ikan-ikan nya, tanpa seorang pun yang memahami apa yang mereka rasakan, tanpa seorang memperdulikan.

Tetapi jauh di seberang jalan sana, tanpa seorang menyadari, seorang pemuda yang bersandar pada sebuah batang pohon terus memperhatikan apa yang tengah dilakukan oleh Kyo in. Tiada yang istimewa dari pemuda berjaket abu-abu itu. Ia hanya lah seorang tenaga kebersihan yang belum lama di pekerjakan. Ia tak lain adalah Andra. Ini adalah hari ketiga ia bekerja di kompleks tersebut dan inilah tugas yang diberikan oleh tuan Sung Ji.

********


Kim_Tae_Hee.jpg

Kyo sun

Disebuah tempat di pusat kota CHEONAN....


Pagi ini , Galleria Centre City di penuhi oleh pengunjung, jauh lebih ramai dari hari biasanya. Semua penjaga stand yang berada di masing-masing lantai harus bekerja ekstra melayani setiap pengunjung yang datang. Hal yang serupa terjadi pula di stand Young Mo tempat Kyo sun bekerja. Stand tersebut menyediakan berbagai aneka busana yang sedang menjadi trend terbaru di Korea. Young-Mo sendiri adalah sebuah perusahaan fashion yg merupakan bagian dari HUNG-GYEKO Group.

"Selamat datang", sapa ramah Kyo sun dan temannya setiap pengunjung yang memasuki area stand mereka.

Hari masih pagi, namun Kyo sun dan temannya sudah harus melayani belasan pengunjung. Untunglah setiap hari Minggu atau pun hari libur, biasanya mereka di bantu oleh tenaga tambahan yang sengaja di datang kan oleh perusahaan.

Dengan penuh semangat mereka melayani setiap pengunjung yang hendak mencoba busana. Namun berbeda dengan teman- teman yang lain nya, raut wajah Kyo sun masih mengisyaratkan rasa lelah. Sebisa mungkin ia menutupi rasa lelah nya dengan senyum dan sapaan hangat. Namun tentu saja upaya itu tidak berguna bagi Airi yang sudah sehari hari bekerja bersamanya.

"Sudah ku katakan jangan bekerja di dua tempat. Tubuhmu tidak akan mampu bertahan terus." Bisik Airi pada Kyo sun yg sedang melayani seorang pengunjung .

"Kau ini...., Aku tidak apa-apa?" Jawab Kyo sun sembari melempar senyum seakan berusaha menghilangkan kecemasan sahabat nya.

"Kau tidak mungkin seperti ini. Suatu saat nanti kau akan jatuh sakit, kyo sun!"

"Airi, Airi, jangan bicara yang tidak -tidak." Sanggah Kyo sun sembari mendorong tubuh teman nya pelan.

"Kami ambil yang ini" ucap salah satu pengunjung di hadapan mereka.

Dengan sikap ramah, Kyo sun mengambil blus yang di pilih oleh pengunjung itu dan membawanya ke meja kasir, sementara temannya membuat kan nota.

Hanya dalam waktu singkat nota yang di buat Airi telah berpindah tangan dan tidak berapa lama kemudian Kyo sun telah kembali ke stand.

Langkah kaki Kyo sun begitu ringan. Perlahan gadis dengan rambut yang di ikat pita biru itu memasuki area stand dan mendekati teman nya. Namun ada sedikit perubahan pada raut wajah Kyo sun. Ada sebuah perasaan aneh yang mendadak menjalar merasuki benak Kyo sun dan membuat jantung nya berdegup sedikit lebih kencang.

"Kau kenapa?" Airi yang berdiri menanti melihatnya jelas perubahan air muka sahabatnya itu.

Kyo sun tidak langsung menjawab. Ia memandang wajah Airi dengan tatapan penuh isyarat.

"Ada seorang pemuda berambut pendek dan berkaca mata hitam berdiri di dekat pilar tidak jauh dari stand ini. Apakah ia masih di sana?" Tanya kyo sun dengan tetap berdiri membelakangi arah yang di maksud.

Airi yang di tanya dengan refleks menolehkan wajah ke arah luar dan berusaha mencari sosok pemuda yang di maksud Kyo sun. Dia memutar pandangan ke segala arah , namun tidak berhasil menemukan pemuda yang di maksud tersebut.

"Tidak ada. Tidak ada siapapun!" Jawab Airi membuat Kyo sun terhenyak .

Dengan cepat ia membalikkan tubuh dan memastikan dengan mata kepalanya.

"Tidak ada" suara Kyo sun terdengar lirih, namun Airi tidak begitu memperhatikan karena di saat bersamaan seorang pengunjung memanggil dirinya.

Kyo sun berdiri memandang ke arah luar. Stand mereka bernuansa eksklusif hanya di batasi oleh kaca tebal yang transparan sehingga dengan jelas ia dapat melihat keadaan di luar stand mereka. Pemuda berambut pendek itu tidak meninggalkan bayangan sedikit pun. Namun entah kenapa kehadiran nya yang singkat masih menyisakan sedikit ganjalan di hati Kyo sun.


Beberapa saat lalu, ia dengan jelas melihat sosok pemuda itu berdiri di dekat pilar dan beberapa saat lalu pula, ia yakin pemuda itu tengah mengamati dirinya. Kyo sun yakin telah melihat pemuda itu selama tiga hari belakangan ini dan entah kenapa ia juga merasakan bahwa pemuda itu memang sengaja mengawasi dirinya.

Terlepas dari apa yang di rasakan Kyo sun, para pengunjung terus datang silih berganti ke stand mereka dan aktivitas tetap berjalan sebagaimana biasanya. Galleria Centre City sebagai salah satu pusat perbelanjaan di kota ini memang kerap kali di padati pengunjung setiap hari nya. Tidak hanya pengunjung lokal, bahkan wisatawan asing sekalipun senantiasa menyempatkan ke tempat itu.

Satria menyandarkan tubuh nya di tepi eskalator yang berjalan turun dan membawanya ke lantai bawah, menjauh dari lokasi stand tempat dimana Kyo sun bekerja. Pemuda berkaca mata hitam itu menoleh sedikit ke arah lantai atas, tempat di mana stand Kyo sun berada. Senyum penuh arti terlukis di bibirnya. Ini bukan pertama kalinya ia berada di tempat ini.


Keberadaan Satria berada di sana tentu saja tidak terlepas dari apa yang di perintahkan oleh tuan Sung Ji . Ia belum sepenuhnya memahami keinginan lelaki itu. Namun bagi Satria tugas baru nya ini jauh lebih baik dari pada bekerja seharian di pabrik. Sudah tiga hari semenjak ia pertama kali ditugaskan, ia keluar masuk pusat perbelanjaan Galleria Centre City itu dan tampak jelas ia menikmati nya.


__________________________________________
Maaf msih belum ada seks scene-nya...
Berharap masih menyukai tulisan jelek Nubi....

Kripiknya silahkan suhu bila berkenan....



To be continueee


 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd