Agen Terpercaya  
 
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Masukan suhu untuk cerita ini dengan akhir yang seperti apa?


  • Total voters
    46
Status
Please reply by conversation.
Satria kayak nya yang membekap Shin Eun, tapi tujuan nya apa ngga tau juga...

Satria ini menurut ane cucu pemilik HUNG-GYOKO GRUP.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
User di-banned, maka konten otomatis dihapus.
User is banned, content is deleted automatically.
 
Part Fourteen

Image_1.jpg

Shin Eun

"Hmmmpttt....!" Shin Eun masih sedikit meronta dan berusaha melepaskan dirinya. Namun gerakan tubuhnya terhenti saat orang yang membekapnya memberi isyarat.

"Sssttts... !" Ucap orang tersebut nyaris tak terdengar. Di waktu yang bersamaan, beberapa orang pelayan melintas di dekat mereka. Namun tak seorang pun menyadari keberadaan Shin Eun dan orang yang membekapnya karena terhalang oleh tembok.

Para pelayan itu terus melangkah menuju paviliun di taman sembari membawakan hidangan untuk tamu istimewa mereka tanpa seorang pun menyadari apa yang terjadi.

"Nah, pencuri kecil, sekarang kau sudah aman." Ucap orang tersebut sembari melepaskan Shin Eun.

Gusar dan marah, Shin Eun berusaha bergerak menjauh sembari membalikkan tubuhnya menghadap orang yang telah membekapnya. Shin Eun berdiri dengan wajah merah padam melihat seorang pemuda dengan rambut berantakan bersandar seenaknya di dinding sembari garuk-garuk kepala dan tersenyum seorang diri.

"Siapa kau?" Dengan nada kesal Shin Eun bertanya. Jika tidak ingat dengan apa yang sedang ia lakukan, ingin rasanya ia menendang penis pemuda di hadapannya hingga mules- mules meringis kesakitan. Baginya hal itu melecehkan dan di rasa telah bersikap kurang sopan.

"Kenapa marah ! Bukankah aku sudah menyelamatkanmu ?" Pemuda yang tidak jelas asal usulnya itu tidak menanggapi serius kekesalan Shin Eun, senyumnya seakan bernada mengejek sehingga membuat Shin Eun semakin kesal tidak karuan.

Shin meradang dalam hati , tetapi logika ia bermain sebagai gadis yang cerdas, ia menyadari bahwa tindakan pemuda itu memang telah menyelamatkannya. Jika tidak, tentu gerak-gerik nya yang mencurigakan akan di ketahui oleh para pelayan yang baru melintas tadi. Namun sebagai seorang gadis terhormat, ia merasa harga dirinya sedikit di lecehkan oleh pemuda yang nggak jelas asal-usulnya itu.

"Bagaimana pencuri kecil? Apa kau sudah mendapatkan apa yang kau inginkan?" Kembali pemuda itu bertanya dengan sikap semaunya seakan sengaja memancing amarah Shin Eun.

Meskipun masih gusar dengan sikap pemuda itu, merasa khawatir keberadaannya di ketahui manajer Yong, Shin Eun mengambil keputusan untuk pergi meninggalkan tempat itu.

"Awas kau, lain kali akan ku balas!" Ancam Shin Eun sembari membalikkan badannya dan mencari jalan keluar rumah makan ini.

"Heii... Tunggu...!" Tiba-tiba pemuda itu memanggil nya.

"Apa lagi.?" Hardik keras Shin Eun.

"Kita belum berkenalan, dan kau juga tak usah terburu-buru begitu. Kita bersenang-senang dulu di sini." Ucapnya seakan tak memperdulikan perkataan keras Shin Eun. Apa lagi dia terlihat merendahkan harga diri gadis itu.

"Untuk apa aku berkenalan dengan orang seperti mu. Nggak ada waktu untuk hal itu." Gusarnya.

"Aku Dong Shu. Ayolah barang sejenak, kita bersenang-senang dulu." Ujarnya lagi dan menarik tangan Shin Eun sedikit memaksa. Shin Eun tak mau diam begitu saja ajakan pemuda itu. Ia sedikit berlari ke luar rumah makan itu, tapi pemuda itu tak mau membiarkan targetnya lepas, dan dia mengejar Shin Eun hingga ke luar jalanan.

"Mmmpph... Toolll....!"

"Sssts...! Udah mending kau nurut aja jalang. Kita bersenang-senang tanda perkenalan kita." Ucap pemuda itu dengan penuh kemenangan. Berhasil membekap mulut Shin Eun dan menariknya untuk masuk ke dalam mobilnya yang terparkir tidak jauh dari tempat itu.

"Apa mau mu, HAHH... Brengseekk?" Pekik Shin Eun dari dalam mobil yang tertutup.

"Kita akan bersenang-senang cantik, sayang banget kalau aku melepaskan mu begitu aja, tanpa meminta imbalan dari tubuh seksi dan menggairahkan mu ini. "ujar pemuda itu.

"Dasar brengseekk, kau bajingan!!!" Hardik keras Shin Eun. Kedua kakinya sedikit meronta karena pemuda itu sudah mengunci kedua tangan milik Shin Eun.

"Mmmpph...! Lepas.... brengseekk" ucap Shin Eun memberontak dan mencoba melepaskan panggutan bibir pemuda bernama Dong Shu itu. Namun tenaga Dong Shu lebih kuat dari tenaga yang di miliki Shin Eun, ia sudah pasrah dengan keadaannya sekarang ini. Di sudut pelupuk matanya terus menitikkan air mata kepedihan meratapi nasib yang menimpa dirinya.

"Bruakk.... Bruaakkk..." Suara keras benturan sebuah benda mengenai pintu mobil itu.

Dalam keadaan samar Shin Eun bisa melihat apa yang terjadi dan siapa yang melakukan hal itu. Ya, Satria terus berusaha memukul kaca mobil itu sekerasnya dengan sebuah kunci Inggris yang di miliknya. Beberapa kali gagal namun tidak untuk kali ini.

Praangggkkhh...... traaangghh....

"Bajingan kau...! kau apakan gadis itu brengseekk...!" Nada keras Satria menghardik ke arah pemuda yang tengah menindih tubuh mungil Shin Eun. Tapi bagi Satria saat ini adalah menyelamatkan gadis itu dan tidak ingin berlama-lama bercakap-cakap dengan pemuda bajingan itu.
"Damn, "Satria menariknya ke luar dari dalam mobil.

"Buggh... Buggh... Bugh...
"Desh... Desh...

"Argh.... Sial. Siapa kau, beraninya ikut campur urusan ku!" Geram Dong Shu.

"Nggak perlu kau tau siapa aku. Itu tidak penting! Yang terpenting adalah memberikan pelajaran kepada kau si penjahat kelamin seperti mu...!" Ucap Satria ke arah Dong Shu. Belum sempat membalas ucapan Satria, pemuda itu sudah terkena pukulan keras berkali-kali dari Satria yang membuat tubuh pemuda itu limbung jatuh tak sadar diri. Tak mau membuang waktu Satria langsung menghampiri Shin Eun yang masih menunduk dan menangis di dalam mobil itu.

"Aaa... Jangan... aku mohon...!!! jangan lakukan itu padaku. Pergi...!" Ucap Shin Eun sambil terus meronta-ronta.

"Hei... Tenang ini aku Satria, semua sudah aman. Dia sudah tak sadar kan diri, lebih baik kita cepat pergi dari sini, sebelum orang-orang semakin ramai datang mengerumuni tempat ini." Tutur Satria dengan penuh rasa hati-hati merangkul tubuh Shin Eun untuk segera bangkit dan keluar dari mobil itu.

"Mmm... Terima kasih tuan. Lagi-lagi kau datang di saat yang tepat untuk membantu ku."

"Ah... Tidak perlu berlebihan seperti itu, aku juga kebetulan belum pergi jauh meninggalkan tempat di mana terakhir tadi mengantarkan mu." Sanggah Satria merendah diri.

"Tidak berlebihan kok, tuan. Kau seperti malaikat bagi ku. Kau selalu ada disaat aku sedang butuh bantuan. Kalau tidak ada kau, mungkin aku sudah...! Hiks... Hiks..." Ucap Shin Eun terputus karena ia tidak bisa menahan lagi laju air matanya itu.

"Sudah-sudah. Semuanya sekarang sudah aman, bahkan kamu juga belum sempat di jamah sama cowok itu, bukan. Jadi tersenyum lah Princess..." Kata Satria dengan tersenyum manis ke arah Shin Eun dan ia memeluk tubuh gadis itu dengan erat untuk memberikan rasa aman.

"Sekali lagi terimakasih tuan. Kalau kau tidak datang menyelamatkanku apa jadinya aku ini." " Ucap lirih.

"Sudah lupakan. Sekarang aku antar kau pulang untuk menenangkan pikiran dan perasaan mu saat ini, setuju!!! " ajak Satria di balas dengan anggukkan setuju oleh gadis itu. Kini baik Shin Eun atau Satria tidak merasakan kecanggungan di antara keduanya. Shin Eun tanpa sadar menjatuhkan dirinya pada pelukan hangat tubuh pemuda itu. Begitu juga Satria sesekali ia menciumi puncak kepala gadis itu.

~•••o 234 o•••~

Udara sejak dulu hingga sekarang tak mampu terlihat wujud sejatinya. Namun dia dapat dirasakan oleh setiap insan yang berada di semesta ini. Demikian juga Tuhan, tak ada satupun kiranya kita yang mampu melihat keberadaan nya. Namun hati dan pikiran kita bisa merasakan keberadaannya. Demikian pula sebuah perasaan hati seseorang tak akan mampu kita dapat melihat siapa yang dia sukai dan di cintainya. Bahkan kita juga tidak tahu sesungguhnya hati ini berjalan hingga kemana? Hanya sang penguasa langit yang mengetahui perjalanan hati ini akan berlabuh pada akhir tujuan. Sesungguhnya semua itu adalah sebuah permainan takdir dari Tuhan kepada setiap insan di semesta ini.

Cuaca yang cerah, hari yang indah untuk memulai beraktivitas. Sang Surya memancarkan sinarnya penuh pesona, sementara barisan awan dengan malu-malu bergeser beradu dengan desiran angin kencang yang berhembus menari-nari di angkasa sana.

Sebuah mobil Hyundai sport tengah melaju dengan kencang membelah jalanan pagi ini. keramaian nampak di sisi jalan maupun lalu lalang mobil pribadi memadati jalan-jalan kota kecil ini. Tapi tidak menimbulkan sebuah kemacetan, semua rambu-rambu lalulintas di taati dengan baik oleh pengguna jalan maupun penyebrang jalannya. Untuk kedua kalinya pemuda bernama Satria menolong gadis cantik yang tengah tertidur bersandar di bahu lengan kanannya yang sedang mengemudi. Entah sebuah takdir atau sebuah kebetulan semata dari penguasa langit untuk keduanya.

"Ehh... Huoammm... !" Shin Eun menggeliat dari tidurnya. Namun tidak untuk melepaskan pelukannya pada lengan pemuda itu. Sesekali Shin Eun merasakan jika pemuda itu melirik ke arahnya.

"Apa...?" Saat Shin Eun memergoki tatapan Satria bertemu pandang dengan manik coklat miliknya.

"Ahh... Engg... Enggak... apa- apa?" Sedikit terbata nada bicara Satria menjawab pertanyaan dari Shin Eun.

Dalam hati Shin Eun merasa tergelitik mendengar dan melihat tingkah laku pemuda itu. Tapi tak di pungkiri juga olehnya, jika terlalu lama membalas tatapan mata pemuda itu terasa ada yang mendesir dalam lubuk hatinya yang terdalam. Bahkan di dalam alam pikirannya terus berkecamuk antara yakin dan ragu dengan perasaannya saat ini. Namun dia tidak pernah munafik, jika pertolongan kecil dan tulus yang dilakukan pemuda itu telah mampu mengusik dan mengikis benteng perasaan yang selama ini ia batasi dengan egonya, kini benteng itu telah runtuh oleh kebaikan-kebaikan yang di tanam pemuda itu. Dua kali pertemuan sebelumnya dengan pemuda itu Shin Eun selalu membantah prasangka dan perasaannya. Tapi kali ini sebuah kebaikan kecil dan tulus mampu menumbuhkan perasaan cinta pada pemuda itu.

"Eun, lepas dong tangan aku ini. Aku mau mindahin gigi transmisinya susah." Sahut Satria pada Shin Eun yang semakin mengeratkan pelukannya di lengan kanannya penuh kemanjaan.

"Ahh... Tria... Gangguin aja, aku masih pengen kayak gini sampai di depan apartemen ku." Balasnya setengah merajuk.

"Huhh... Iya, iya...! Dasar manja...!" Dengus kesal Satria yang tak mampu membantahnya.

"Biar...!"

"Peluk bayar, nggak gratis lho...?" Sungut Satria memancing ke agresifan Shin Eun.

"Boleh berapa 'won' Tria minta bakal aku kasih asal bisa seperti ini sampai depan apartemenku." Balas Shin Eun tampak ia terpancing godaan Satria.

"Aku nggak butuh uang kamu, tapi aku butuh ini dari kamu, Eun!" Sanggah cepat Satria menunjukkan bibirnya meminta di kiss.

"Ah... Nggak, nggak mau. Tria mesum." Sahutnya dengan wajah yang sudah sangat memerah tersipu malu.

"Ya, udah berarti, Eun juga nggak boleh melukin tangan Tria dong!"

"Ah... nggak, nggak mau!" Shin Eun justru makin mengeratkan pelukannya.

"Dasar, cewek memang egois yah. Maunya menang sendiri, huh...!" Gumam Satria pura- pura tersungut kesal.

"Tria jangan marah gitu, nanti tambah tua lho?"

"Biar aja...! Biar nggak ada cewek manapun yang mau deket sama aku. Itu jauh lebih baik, agar aku tidak merasakan sakit hati di khianati dan di bohongi oleh kemunafikan mereka." Kali balasan Satria sedikit serius, dan kembali membuka sayatan di dalam hatinya yang telah lalu.

"Maksud Tria apa? Jadi Tria menyindir Eun wanita yang Tria maksud gitu? Menganggap Tria mesum, lantaran Eun menolak mencium bibir Tria." Sahut keras Shin Eun kali ini ia merasa tersinggung dengan ucapan yang di lontarkan Satria barusan. Ia merasa di samakan dengan wanita yang di maksudkan pemuda itu. Gadis itu benar-benar marah pada Satria, bahkan ia terlihat menjauhinya.

"Bukan kamu Eun yang ku maksud, tapi dia mantan ku yang cantik tapi seperti mawar beracun." Balas Satria saat menepikan mobilnya. Satria menarik tubuh gadis itu kedalam pelukannya dan menciumi puncak kepalanya.

"Lalu apa hubungannya ucapan Tria sama aku?"

"Tidak ada sama sekali hubungannya dengan mu, eun. Kamu jauh lebih baik darinya, kamu jauh lebih sempurna yang bahkan tidak di miliki olehnya, Eun. Dia penjahat hati, serigala berbulu domba. Aku sayang sama dia, aku tulus mencintainya, bahkan aku tidak sedikit pun pernah menyentuh atau sampai menciumnya sampai kita benar-benar sah ada ikatan pernikahan. Sampai-sampai aku berikan segala yang ku punya untuk nya."

"Di ralat aku ini juga banyak kekurangan, Tria. enggak ada yang sempurna. Dan dia beruntung dong, punya cowok kayak kamu, Tria. Pasti dia cinta banget sama kamu, Tria."


"Pemikiranmu salah, Eun. Tiga tahun kami berpacaran, ternyata cintanya palsu. Cinta sama aku sebatas rasa kasihan dan hanya di manfaatkan. Pernah suatu ketika aku ingin meminta dirinya melakukan hubungan intim, dia menolaknya."

"Ya jelaslah, Tria mintanya begituan, dia pasti menentang, jadi jangan salahkan dia. Kalau dia marah dan Tria menganggap cinta dia palsu dan tidak beralasan."

"Kamu salah Eun, kamu nggak tau tentang dia. Aku pernah mergoki dia chek in di hotel sama laki-laki lain. Pertama, kedua kali aku merasa nggak pernah curiga sama sekali, menganggap tidak ada apa-apa. Untuk ketiga, empat kalinya aku merasa ada yang mereka sembunyikan, aku melabrak paksa kamar itu dan keduanya tengah bersetubuh. Saat itu juga perasaan ku hancur lebur, rasanya bom atom meluluh lantakkan semua isi hatiku. Rasa respek aku ke dia itu nggak ada lagi, cinta itu langsung lenyap tak berbekas. Hanya rasa sakit sangat amat itu yang aku rasa. Orang yang paling kucinta dan ku jaga kehormatannya, teganya berbuat kayak gitu. ."

"Aku nggak nyangka, dia bisa berbuat kayak gitu ke Tria."

"Aku sama dia memang sudah di gariskan tidak berjodoh oleh Tuhan, Eun. Bahkan yang ku tau dia juga sudah sekali melakukan ******. Dan sekarang entah dimana dia, aku tidak tau. Makanya saat itu aku putuskan untuk merantau di negeri mu ini, Eun. Menghilangkan bayang-bayang masa lalu menatap masa depan."

Satria mengakhiri penuturannya itu dengan melepaskan pelukannya pada tubuh Shin Eun.

"Kita jalan lagi, hari sudah cukup siang. Kamu udah percaya kan kalau aku, nggak bermaksud apa-apa sama kamu."

"He emh... Percaya sama Tria!" Ucap lirih dan gadis itu kembali membenamkan wajahnya di bahu lengan Satria.

Mobil itu kembali melaju kencang meninggalkan tempat itu, hanya menuju satu tujuan yaitu apartemen Shin Eun.

"Eun...!"

"Iya...!"

"Apartemen milik mu sebelah mana Eun?" Satria kembali bertanya.

"Mmm... Blok perkantoran sebelah sana Tria."

"Ohhh... Baiklah, sudah tidak jauh lagi dari sini!" Seru Satria.

"Iya, tapi hati-hati bawa mobilnya Tria, nggak perlu ngebut juga."

"Iya, Eun..." Balas Satria.


~•••o 234 o•••~

Rumah apartemen berlantai tiga yang tersusun seperti rumah susun terpampang di sisi kiri jalan.

"Kita udah sampai cantik!" Sahut Satria seraya mengusap lembut puncak kepala Shin Eun dengan penuh rasa sayang.

"Mmm... Udah sampai ya,!"

"Iya, udah sampai cantik, tapi kok kamu nggak suka gitu sih Eun?" Sorot mata Satria memandang tajam ke arah Shin Eun.

"Iya nggak suka cepat sampai! Padahal aku kepenginnya lama sampai atau yang jauh kalau perlu perjalanannya tadi." Ucap Shin Eun sedikit gusar.

"Aish... Kamu itu aneh, Eun."

"Apanya yang aneh. Aku kan cuma pengen bisa peluk Tria lebih lama lagi." Gumam gadis itu dengan mulut mencebik.

"Ada-ada aja kamu ini, Eun!"

"Biar...!" Tanpa bergeming Satria melepaskan pelukan Shin Eun dri lengan nya. Dan Satria membuka pintu mobil bagian kanan yang kemudian menggendongnya dari depan. Sontak gadis itu terkejut dengan perlakuan Satria. Tapi dalam hatinya merasa bahagia di perlakukan seperti itu. Rasa jengkel yang sempat hinggap di batinnya seketika hilang.

"Nah sekarang kamu bisa peluk aku lagi, jadi jangan manyun lagi, serem tau, Eun!" Ujar Satria, tatapan mata keduanya begitu dekat. Shin Eun yang di tatap seperti itu merasa seluruh wajahnya sudah sangat memerah. Bahkan saking merasa malunya ia memeluk Satria erat- erat dan membenamkan wajahnya di dalam dada bidangnya.

"Huh... Dasar manja!" Bisik Satria.
Bukan menjawab malah mencubit dadanya.

"Awww... Sakit tau."

"Bodoh..." Shin Eun terus membenamkan wajahnya di dada bidang Satria, tanpa berani menatap ke arahnya.

" Sekarang sudah sampai, ayo turun" perintah Satria ketika sudah berada di dalam kamar gadis itu.

"Iya, Tria...! Terima kasih untuk semuanya, Tria baik banget. Cuups..." Ucap Shin Eun yang kemudian masuk ke dalam kamarnya. Sementara Satria spechless dibuatnya.

"Eun, kalau begitu aku pamit pulang dulu, ya! Semuanya sudah aman"

"Tria... jangan pulang dulu, ya? Eun mau mandi sebentar. Tria jangan kemana-mana, tunggu di sini." Teriak Shin Eun dri dalam kamarnya.

"Ttt... Tapppi.... Eun...?"

"Sssstttss.... nggak pake tapi.. tapian...!"

"Aish... Iya, iya. Aku bakal nungguin kamu di sini, kok...?" Jawab Satria singkat sembari melangkah pergi ke arah kitchen set milik Shin Eun.

"Wih, kulkasnya lumayan penuh. Tapi aku nggak bisa masak. Mending buat coklat hangat sama roti bakar aja kali dua porsi, dua gelas cukup." Batin Satria. Hampir lima belas menit berkutat di dapur yang di tunggui belum keluar dri dalam kamarnya. Cewek mandi berlama-lama dalam kamar mandi entah apa yang dilakukannya.

Setelah siap semua sajian yang di buat Satria selesai. Sesosok tangan melingkar di pinggang Satria , payudara setengah mengkal itu terasa empuk menekan- tekan punggungnya. Aroma khas sabun wanita tercium begitu menggoda Indra penciuman Satria. Hembusan nafasnya yang hangat dan beraroma mint, menggelitik tengkuk leher pemuda itu.

"Ternyata Tria ada di sini. Eun tadi nyari-nyari Tria, kirain beneran pulang." Ucap Shin Eun masih dalam posisi yang sama, memeluk tubuh Satria dri belakang.

"Aku dri tdi di sini Eun. Daripada menunggumu terlalu lama mending kubuatkan roti bakar sama coklat hangat. Semoga kau menyukainya."

"Ih... Tria nggak perlu repot-repot gitu. Harusnya Eun yang ngelakuin itu semua, bukan Tria."

"Sssttts... Udah nggak apa-apa Eun. Cuma hal simple aja. Tpi ngomong- ngomong pelukannya di lepas dong. Aku mau bawa makanannya susah ni, Eun!"

"Nggak, nggak mau, aku maunya kayak gini sampai di meja makan." Gumamnya lirih dan manja.

"Aish... Peluk bayar lho, nggak gratis!" Canda Satria.

"Mmm... Tria ...!" Ucap Shin Eun sedikit ragu.

"Ya, Eun...!"

"Tria, coba sekarang balik badan. Eun mau bayar pelukan yang Tria minta." Perlahan tapi pasti Satria mulai membalikkan badannya menghadap ke arah Shin Eun.

"Astaga..... Eun..."

Pekik Satria saat melihat keadaan Shin Eun sudah sangat polos tak sehelai benangpun menutupi seluruh tubuhnya yang putih bersih, seksi, walau payudaranya tidak besar, tapi cukup untuk wanita ideal sepertinya. Walau ini bukan pertama kalinya ia melihat tubuh wanita telanjang di depan matanya. Namun untuk masalah ranjang Satria tak ada pengalaman sama sekali.

"Aa... Apa yang kau lakukan, Eun.?" Nada bicaranya sedikit terbata.

"Ingin membayar apa yang Tria minta." Ucap Eun menyandarkan kedua tangannya tepat di kedua bahu Satria.

"Tt... Tapi... Bukan ini yang aku maksud, Eun...!" Satria merasa canggung, Shin Eun semakin menyudutkan dirinya.

"Anggap aja, ini bonus dari aku ,Tria. untuk kamu." Suara Shin Eun begitu menggoda dan agresif.

"Ttt... Tap....." Ucapan Satria terputus karena bibir Shin Eun sudah menyumpal bibir pemuda itu dengan sangat agresif.


"Mmmmph... Slurrrrrpph ckckck ahh ahhh...


 
Terakhir diubah:
Status
Please reply by conversation.
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd