Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Akhirnya.....

Bimabet
Wah,,,itu gimana cerita check sperma-nya...
Jadi gak tuh...
Apa emang dah kelar...???
Apa kudu pake dua gadis gitu...???
Satu aja dah langsung full speed...
Apalagi dua gadis...
Wooow...hehehe...

Dek putriii cek sperma abang dooong
:)
Mantap apdetnya suhu

Aluuuuuusss mengalir

Thanks suntikan semangatnya Gan..... mohon agak bersabar ya.... setelah senin baru bisa update.... after week end...
 
episode 7

Ternyata nggak mudah......, pakai celana panjang buru-buru. Mana celananya kebalik, cdnya nyangkut lagi. Plus batang kemaluan sedang kaku-kakunya.... haduuuuuh. Kapan-kapang kayaknya bagus deh kalau dipakai jadi salah satu cabang permainan di acara outbond hehehe...Aku putuskan celana dalam tak kupakai,nyesek rasanya, rasanya jadi geli-geli sakit dibagian ujung batang kemaluanku.

Tertutup sudah bagian bawah tubuhku. Suster Putri eh Putri aja deh... tanpa embel-embel suster.... kan belum jadi suster beneran... wong sekolah perawat aja belum kelar, keberadaannya di klinik ini kan masih dalam rangka Praktek Kerja Lapangan, belum karyawan tetap. Pantesan tadi mudah banget dia horny, terangsang oleh ulahku. Gadis remaja seumuran Putri dan Wulan (seperti yang pernah aku baca) sedang mendekati masa akhir pubertas, masa masa kematangan organ seksualitasnya. Sudah memiliki sel telur yang matang dan siap dibuahi. Tubuhnya pun mulai membentuk sebagaimana fisik wanita dewasa, dan saat ini ibarat bunga sedang mekar-mekarnya. Ibarat buah sedang ranum-ranumnya. Fresh from the open...... dorongan seksualnya juga sedang kuat-kuatnya karena mereka sudah merasa nyaman dengan perubahan tubuhnya. Awal pubertas biasanya kan ada perasaan malu, risih atau kadang menimbulkan rasa sakit. Contohnya Payudara... dalam buku yang aku baca, saat pubertas Payudara akan tumbuh membesar dan berbentuk seperti payudara wanita dewasa. Pertumbuhan ini dimulai dengan terbentuknya gundukan lembut tepat di bawah aerola yang akan terasa sakit terutama jika ditekan. Tahu aerola?? Aerola itu kulit yang berwarna coklat disekitar puting payudara.... itu aerola namanya. Nah kalau sekarang jangankan ditekan, diremas, diemut sudah tidak sakit, justru menimbulkan rangsangan seksual. Dibagian kemaluanpun sudah sangat-sangat sempurna. Labia mayora, labia minoranya sangat peka oleh sentuhan. Rambut kemaluannya juga sudah tumbuh, meski belum selebat wanita dewasa, tapi setidaknya sudah lebih lebat dari pada masa puber dulu. Mereka sudah memiliki rasa bangga kepada bentuk fisik tubuhnya. Karena Tonjolan dan lekukan tubuhnya sudah terpahat dengan indah. Hormon-hormon seksualitasnya juga sudah terproduksi sehingga kadang-kadang ada aroma yang mengundang kumbang-kumbang untuk hinggap dan mengisap madunya. Makanya saat usia ini orang tua yang punya anak gadis harus lebih waspada menjaga pergaulan anak. Eeehhh.... kok aku jadi pintar gini ya.... hehehe... orgasm side effect, efek samping ejakulasi ternyata otak jadi lebih encer buat mikir..... trus sampai di mana ceritaku tadi, kok jadi malah ngelantur kemana-mana... emm... eh iya... sampai aku sukses pakai celana, dan kami (aku dan putri maksutnya...) sudah berdiri berhadap-hadapan, ngobrol walau agak canggung... sambil menunggu Wulan yang masih kerasan di dalam kamar mandi.

" Jadi Putri teman Wulan ya....?" Aku langsung sebut nama, biar lebih akrab.

"Iya kak...?" Jawab Putri pun kelihatan mencoba mengakrabkan diri dengan mengganti sebutan bapak menjadi "kak".

"Jadi Putri ini Perawat PKL ya...?"

"Iya kak...?"

"Satu kelompok dengan Wulan ?"

"Iya kak...?"

"Kok dari tadi jawabnya cuma iya... iya...iya saja sih, agak panjangan kenapa jawabnya..."

Putri cuma tersenyum...., manis sekali kalau tersenyum, ada lesung pipit di kedua pipinya. Hidungnya yang secara proposional pas ukuranya, mancung nggak, pesek juga nggak serasi banget dengan mulutnya yang mungil.

"Belum pernah main ke rumah ya? Kok perasaan belum pernah ketemu? Padahal banyak lho teman Wulan yang sering ke rumah ngerjain tugas atau makalah bareng-bareng?"

"Kita memang lain kelas kak. Satu angkatan kan ada 5 kelas. Baru pas PKL ini kelompoknya dicampur." Putri sudah mulai berani bikin jawaban panjang.... asyiikkk.

" Oooo gitu ya.... eh... Put... ini kakak penasaran saja.... misalnya... ini misalnya lho... boleh nggak kakak lihat...em.. lihat... anu... , kalo boleh lho.... pengin lihat..."

"Lihat app...pa kak.....??!

"Hehehe... pengin lihat anu... lihat sperma kakak.. boleh nggak?"

"Sperma??" Maksud kakak.....???"

"Ya lihat sperma kakak... kan tadi kakak sudah mastur.... eh sudah melakukan itu... perasaan tadi kakak sud..suddah keluar...hehehe....." Agak malu juga sih njelasinnya ke Putri, tapi memang aku penasaran, seberapa banyak yang tertampung... hehehe...

Dengan wajah yang kembali memerah... Putri mengambil wadah plastik transparan yang tergeletak di ranjang. Dengan menggigit bibir seperti menahan senyum kecilnya, dia serahkan wadah itu padaku.

"Lho kok kosong sih.... masak spermaku transparan Put?????"

"Hihihihi... ya kosonglah kak.... kakak tadi waktu.. ejakulasi eh.. maaf, ditampung nggak?" Putri akhirnya tertawa geli melihat kebingunganku...

"Lho harus aku ya yang harus menampung......?!"

"Ya iyalah.... prosedurnya begitu kak. Kan tadi kakak bilang mau melakukannya sendiri, kalau kakak tadi mas..eh... mas.. massssturbasinya sama istri ya istri kakak bisa membantu menampungnya...."

"Wah gitu ya....," Jawabku sambil garuk-garuk kepala, aku pandangi wadah tempat menampung sperma. Aku geleng-geleng kepala. Putri yang melihat ekpresi keheranan lalu bertanya.

"Ada apa kak? Kok kelihatannya bingung begitu?"

"Lihat wadah ini lho Put.... dengan wadah sekecil ini bagaimana aku bisa memasukkan spermaku. Sama kepala burungku saja masih besar kepala burungku,,,,??!"

"Iiih kakak.... ya Putri mana tahu...., wadah standartnya memang segitu. Habis mau bagaimana lagi??!" Wajah Putri memerah lagi, mungkin karena aku tadi keceplosan menyebut "kepala burung".

"Padahal aku berfikir tadi pas kamu...ehmm....ehmm... memegang.... burung...eh.. pen..pennis kakak tadi.... karena mau menampung sperma kakak...?!"

"Aduuuhh... kakak kok membahas itu sih... Putri kan jadi malu...... Itu tadi kan kecelakaan."

"Kecelakaaan.....?" Kecelakaan bagaimana?!"

"Emmm...ee.. Seharusnya kakak tadi masturbasinya dengan melihat film bokep yang ada di dvd ini, atau melihat majalah dewasa yang ada di rak bawah itu. Pas Putri coba nyalakan dvdnya gag mau menyala kak... begitu balik badan Putri lihat... kakak suuuudaaahhhh...... sudah itu... Putri panik. Putri tadinya pengin menghentikan kakak....emm... makanya Putri dekap tangan kakak.... nggak taunya Putri malah jadi ter...eh.. aduh.... maaf... Putri jadi... yaaa... begitu tadi deh kak...," Wajah putri semerah jus strowberyy.... bingung bagaimana menyelesaikan kalimatnya.

Mendengar penjelasannya akupun jadi paham kalau yang terjadi adalah salah paham, salah paham yang berujung kenikmatan. Andai setiap hari harus salah paham semacam ini sepertinya aku ikhlas....

"Wah... kakak tidak tahu itu Put.... Kakak minta maaf ya.... Kakak baru pertama kali ini cek sperma, dan kakak tahu ada cek spermapun baru hari ini... jadi kakak bener-bener tidak tahu... maafkan kakak ya Put...?"

"Sama kak... putri juga belum pernah menangani pasien yang mau cek sperma, di kuliahanpun belum pernah di ajarkan. Putri tahu hanya secara teori, itu pun setelah baca SOP di Klinik ini.... jadi kakak tidak salah, malah mungkin Putri yang salah..."

Ceklek.....

Pintu kamar mandi terbuka, Wulan keluar....

"Lama banget sih kamu di kamar mandinya.... Mencret ya...?" Ku coba sedikit menggoda Wulan biar suasana menjadi lebih cair. Wulan hanya menyengir.

"Ayo Put... keluar... Biarin saja kakakku, biar segera melaksanakan kewajibannya sebagai Pasien cek sperma!"

"Hoi... enak saja...!" Kewajibanku sudah aku laksanakan."

"Haaaaa! Kakak tadi... sud..sudah Mass......??" Wulan tampak kaget. Dia pandangi aku dan Putri bergantian....

"Benar Put?" Tanya Wulan kepada Putri mencoba meyakinkan dirinya sendiri.

"Be...bener." Jawab Putri dengan kepala kembali tertunduk.

"Lha trus.... kalau sudah kenapa wadah tempat sempel sperma kok masih kosong begitu??!

"Anu.... kakak tidak sempat menampungnya. Entah muncrat kemana sperma kakak tadi...."

"Alamaaaaaak.... kakak... ini. Trus kakak tadi mas.. masturbasinya....?? Putri... ada di dalam ruangan ini....?"

"Aku yang salah..... aku salah prosedur..... jadi tadi..emh... pas kakakmu melakukan ak..akku ...iya di sinnnn...ni.... "

"Aduuuuh.... gimana sih ini.... Kakaaaaak!.... Masa masturbasi di depan teman Wulan siiiih.... aduh kakak ini... parah banget deh!"

"Sudahlah Wulan.... bukan kakakmu yang salah... aku yang salah penanganan.... Sekarang bagaimana kalau kita nanti ditanya mana sempel sperma kakak sama Dokternya......?"

"Bodo banget..... bilang aja pasiennya gagal ejakulasi karena impoten.......!"

"Enak aja aku dibilang impoten, kalian tadi lihat sendirikan burungku bisa ereksi.....!"

"Kakaaaaaaaak.......!," Wulan melotot kepadaku, aku jadi sadar kalau keceplosan omongan lagi. Habis masak dalam rekam medisku nanti tertulis aku impoten. Kan malu....

"Sudah kamu laporkan saja pasien tidak nyaman, jadi gagal ejakulasi. Sudah itu saja gitu saja Put. Dan kakak sekarang langsung pulang dan jangan kembali ke klinik ini lagi.... !" Wulan heboh sendiri dan mengusir aku, seperti klinik ini dia yang punya. Tapi aku salut sama ide cerdasnya.

Akhirnya aku melangkah keluar dari ruang klinik setelah sebelumnya berpamitan kepada Putri dengan isyarat mata. Ketika langkahku mendekati pintu, aku dengar jeritan keterkejutan Wulan.....
"Ya...ampun Put..... kenapa celanamu basah... kamu ngompol ya???"...atau jangan-jangan kamu tadi ......" Tak sempat aku simak kata-kata Wulan karena aku segera bergegas keluar dari ruangan takut Wulan lebih mengamuk lagi......

:mindik::mindik::mindik::mindik:

Sesampai di luar ruang periksa, meninggalkan kehebohan Wulan dan Putri, aku tengok kanan kiri mencari dik Ayu. Seharusnya dia duduk di bangku panjang depan ruang periksa. Aku cek hpku barangkali dik Ayu kirim pesan, dan ternyata benar di hp a ada pesan singkat dari dik Ayu.

"MAS... AKU TUNGGU DI TEMPAT PARKIR. AKU TADI LIHAT DIK WULAN DI KLINIK. TAKUT DI KIRA YANG NGGAK-NGGAK, MUMPUNG DIA BELUM LIHAT. AKU LARI MENYELAMATKAN DIRI"

Segera aku menuju tempat parkir, sambil tersenyum sendiri dengan apa yang aku alami hari ini. Tanpa sengaja aku sudah memperawani dua payudara, yang satu payudara pacarku, satunya payudara perawat PKL..... walaupun untuk itu aku sendiri harus kehilangan keperjakaanku..... ahhhh indahnya hidup............

sambung ber...
 
Loh ilang perjaka gimana, kan below masuk ke.....
 
Loh ilang perjaka gimana, kan below masuk ke.....

keperawanan ilang kalo sobek entah ketusuk jari ato penis.... nah sama aja gan... keperjakaan bisa hilang kalo udah pernah masuk ke lubang depan, belakang, atas atau lobang yang di bikin tangan cewek.... hehehehe....
 
bukannya kebanyakan ya laki2 hilang perjakanya di tangan sendiri,., hahahahahaha,.,.,

:kbocor:

;););)
jeli banget ente gan.....
pepatah mengatakan senjata makan tuan

hahahaha....
 
Ah....indahnya hidup....jika update setiap hari 🙏

Semangka gan untuk updatenya
 
Trilogy Episode Sisipan
RAHASIA AYU


Aku dengan Mas memang dijodohkan oleh orang tua kami. Namun tanpa dijodohkan Mas sudah jadi calon suami idamanku sejak aku masih SD. Mas adalah cinta pertama dan terakhirku. Namun, terkadang aku ragu dengan kesungguhan Mas atas perjodohan kami. Jangan-jangan Mas tidak tega menolak perjodohan kami, tidak tega dengan aku atau karena kepatuhan Mas kepada orang tuanya membuat Mas tidak tega menolak keputusan mereka.. Sehingga Mas terpaksa menerima aku sebagai calon istrinya walaupun sesungguhnya Mas tidak mencintai aku. Memang perhatian Mas kepada sangat luar biasa. Aku begitu dimanja. Mas selalu siap sedia kapanpun aku membutuhkan. Pokoknya Siaga, Siap – Antar – Jaga. Siap dengan kemanjaanku, cerewetku, jutekku, sedihku, senangku, cemberutku, curhatku, apapun suasana hatiku Mas selalu siap dengan senyumnya, nasehatnya, yang membuatku hatiku bahagia. Antar dan jemput kemanapun, kapanpun siap. Jaga, Mas layaknya bodyguard yang selalu siap menjagaku dari segala marabahaya. Dengan perhatian Mas yang sebegitunya aku harusnya menjadi wanita yang paling bahagia sedunia. Namun ada yang menjadi ganjalan hatiku. Perhatian Mas itu sudah Mas lakukan jauh hari sebelum kami di jodohkan, sejak kami masih kecil hingga kami sama dewasa. Maklum kami dibesarkan bersama, karena orang tua kami adalah dua sahabat yang saking dekat dan akrabnya sudah seperti saudara sendiri. Ah mungkin aku jenis manusia yang kurang bersyukur kali ya... dengan semua materi yang Mas miliki tentu aku akan hidup dalam kenyamanan, dengan semua perhatian yang Mas berikan aku akan menjadi wanita yang paling tersanjung.

Tapi kadang apa yang kita raih tanpa perjuangan akan sedikit rasa kehambaran di sana. Ibarat orang makan, langsung nelan, tanpa mengunyah...kan kurang asyik. Nikmatnya makan justru saat kita mengunyah, dimana makanan bertemu lidah yang akan mengecap semua rasa. Proses itu tidak aku lalui akhirnya sehingga pada akhirnya aku butuh kompensasi atas apa yang tidak aku dapatkan. Butuh sesuatu bukan hanya sekedar api cintaku menyala, aku butuh agar api yang sudah menyala itu lebih berkobar membara dalam kehidupan asmaraku. Aku butuh hasratku yang terpendam sekian lama terlampiaskan.

Dan itu.... Tepat sekali, selain perhatian dan kasih sayang, aku haus belaian dari lawan jenisku. Karena sebagai layaknya wanita dewasa yang normal akupun memiliki gairah seksual. Kali karena masa pertumbuhanku berkecukupan gizi, membuat hormon estrogenku berlimpah sehingga aku memiliki libido yang tinggi. Sayangnya Mas tidak menangkap gelagat itu atau malah mengabaikannya. Setiap bertemu kontak fisik kami paling banter kecup bibir.... Cup.... sudah, dan itupun jarang. Tak ada saling melumat atau bertukar lidah kaya french kiss.... . Lebih sering cium kening, sun pipi, remas tangan. Pengin banget rasanya aku berciuman bibir yang lamaaaa..... menumpahkan kangen, sayang, rasa memiliki, dan hehehe.... birahi.

Ngomong langsung sama Mas kalo aku pengin french kiss? Ya malu lah... aku kan wanita. Ntar dikiranya aku wanita apaan.... belum lagi kalo ternyata Mas menolak.... waaaaah bisa malu tujuh turunan.

Lalu bagaimana aku melampiaskan birahiku selama ini? Masturbasi? Pernah aku coba masturbasi. Pas aku lagi BT alias birahi tinggi, aku coba remas-remas payudaraku sendiri, hasilnya? Gatot, gagal total. Gairahku justru hilang, yang ada malah payudaraku jadi sakit. Menggesek-gesekan kemaluan ke guling pernah pula aku lakukan, itu pun tak mempan. Bukan puas malah selangkanganku panas. Bahkan aku sampai coba masturbasi sesuai tips yang aku cari di Google dan Youtube. Aku ikuti tips-tips itu, dari bagaimana cara melakukan stimulus dengan menyibak bibir kemaluanku, sampai penetrasi pada klitorisku dengan jari dengan memutar halus lalu makin cepat, persis petunjuk youtube. Ada sedikit rasa nikmat, namun seperti mendaki gunung namun tidak pernah sampai kepuncak. Akhirnya ... ya tetap saja gagal. Meraba tubuh telanjang ku sendirian, aku malah merasa kaya orang aneh.

Lihat bokep?? Sempat aku coba. Sayangnya kalau lihat yang hardcord atau vulgar malah ngeri. Bagaimana tidak??! Yang aku lihat bukan hubungan romantisme yang indah, tapi justru eksploitasi tubuh wanita oleh pria. Wanita seolah hanya seperti lubang jamban tempat buang hajat. Kalau menonton yang softcore, semi, aku memang terangsang. Tapi begitu aku mulai melakukan sentuhan-sentuhan ketubuhku sendiri, langsung deh birahi jadi drop, jadi ill fell. Aduh... jadi uringan-uringan sendiri. Kalau sudah begitu Mas aku jadikan tempat pelampisan kekecewaan. Dengan kecemberutanku, dengan kesewatanku, dengan kejutekanku. Nah ini yang bikin aku tetap sayang sama Mas........ Mas sangat sabar dengan perilakuku itu, tak sedikitpun Mas marah, justru candanya, kelakarnya, sikapnya, membuat aku luluh.

Mencoba memberi signal ke pada Mas??! Pernah lho aku coba..... dulu waktu masa akhir SMA, kami sering belajar bersama. Kebiasaan yang sudah aku lakukan sedari SD. Kadang di rumah Mas, lebih sering di rumahku. Keakraban orang tua kami membebaskan untuk berdua saja di kamar kami. Saat itu entah mengapa, sebelum belajar bersama aku merasakan hasrat birahi terusik. Mungkin ovariumku sedang matang, berharap ada sperma yang membuahinya. Sehingga ada tubuhku menuntut belaian. Apalagi dengan tempat dan cara belajar bersama kami..... Karena jangan kira kalau belajar bersama kami lantas duduk serius di meja belajar...tidak.... kami belajar sambil berbaring di lantai atau diranjang, itupun sambil ngrumpi ngobrol sana sini dan becanda. Dan saat bercanda kadang kami bergumul seperti orang gulat. Kok Bisa??? Bisa aja.... wong pas becanda kita kadang seperti anak kecil... Misalnya rebutan remote tv, Mas iseng mau maca diaryku..... hehehe...

Nah saat itu entah siapa yang mulai dan entah gurauan apa pemicunya, kami terlibat pergulatan seru karena berebut sesuatu. Celakanya, karena sebelumnya sudah ada bibit birahi maka saat bergulat yang seharusnya hanya sebuah candaan bagiku berasa rangsangan.
Payudaraku yang bersentuhan dengan (walau tak sengaja) tangan, punggung, dada atau bagian tubuh Mas lainnya, terasa seolah elusan, remasan, dan remasan. Aku begitu menikmati setiap gesekan-gesekan dan tekan pada payudaraku saat pergulatan itu. Aku ingin melepas bajuku agar kulit payudaraku lebih nyata merasakan sentuhan dengan tubuh Mas. Tapi itu mustahil. Setelah bercanda dan melanjutkan belajar bersama aku pura-pura tertidur di samping Mas yang serius belajar. Dalam kepura-puraanku tidur aku seolah tanpa sengaja memamerkan kemolekan tubuhku. Aku angkat kaki kananku, sehingga bawahanku tersibak menampakan pahaku seutuhnya, sehingga sedikit gerakan saja akan menampakkan celana dalamku. Kaosku yang longgar pada bagian leher aku buat sedemikian rupa melorot melewai bahu sampai di atas siku sehingga pangkal payudaraku tampak jelas. Aku sangat berharap Mas melihat itu, terangsang dan kemudian mencumbuku. Namun saat melihat posisiku yang sedemikian mengundang, Mas justru merapikan bawahanku, kaosku, menyelimuti tubuhku, mengecup keningku, kemudian ke luar kamar.... Sebeeeeeel.... rasanya jika ingat saat itu. Padahal jika malam itu Mas menghendaki keprawananku pasti sudah aku berikan.

Namun semua berubah kemarin hari saat Mas aku ajak untuk periksa payudara di sebuah Klinik di kota. Sebelumnya aku iseng baca sebuah artikel dimajalah wanita tentang kanker payudara. Aku merasakan ada kecocokan gejala awal yang sama saat mengikuti tips sadari atau periksa payudara sendiri. Paniklah aku. Langsung saja aku minta Mas mengantarkanku ke Klinik buat periksa. Dari itulah akhirnya hubungan kami memasik babak baru....

Saat mendaftar aku ke Klinik aku mengaku jika kami sudah menikah. Maka ketika aku diperiksa Mas dipersilahkan menemani. Semula aku kaget dan malu. Namun sudah terlanjur mengaku kalau suami istri ya sudah, toh paling (menurut perkiraanku) aku diperiksa oleh dokter atau suster di ruangan dan tertutup. Memang benar begitu, walau aku diperiksa di dalam ruangan dimana Mas berada saat itu namun ada tirai yang memisahkan kami.....Yang tak kusangka, ada kejadian yang sungguh tak terduga namun membuat aku bahagia.

Pemeriksaan awal sama seperti yang aku baca diartikel majalah wanita. Aku di bawa ke ranjang pemeriksaan, dan di sana aku harus melepas baju atasanku. Seharusnya aku malu membuka pakaian di depan orang meskipun itu wanita, namun terdorong rasa cemas dan takut pada kanker payudara, rasa itu hilang. Demikian pula ketika tangan dokter mulai meraba setiap jengkal payudaraku, akupun biasa saja. Apalagi setelah dokter menyatakan bahwa payudaraku baik-baik saja, bahwa yang aku rasakan hanyalah "wrong alarm" dalam istilah kedokterannya, yang berarti payudaraku baik-baik saja. Dokter hanya menyarankan agar aku lebih sering melakukan SADARI mengingat (menurut pengakuanku) memasuki tahun ke 3 pernikahan aku belum memimiliki momongan. Akupun mengiyakan saja walaupun dalam hati aku tertawa geli, senang karena merasa berhasil mengelabuhi dokter.

Namun tawaku dalam hati tidak berlangsung lama, karena Dokter menyarankan untuk melibatkan pasanganku untuk ikut membantuku SADARI. Dan sebelum sempat aku mengiyakan dokter sudah membuka tirai yang menjadi sekat antara tubuhku yang terbuka pada bagian atas dengan Mas yang duduk di kursi pasien ruang periksa. Aduhhhh ...... wajahku langsung memerah, yang aku bisa lakukan hanya menundukan kepala dan menutupi payudaraku dengan kedua tangan. Malu sekaliii...

Aku lirik Mas justru menatap nanar ke arah payudaraku. Apalagi ketika dokter kemudian malah menyuruhku menurunkan kedua tanganku. Ingin aku lari, tapi kemana?! Kalau aku tolak tentu akan ketahuan sandiwaraku bahwa Mas belum sah menjadi suamiku, apa bukan akan bertambah malu lagi aku. Akhirnya dengan kenekatan menahan malu aku turunkan tanganku pelan-pelan. Payudaraku kini terbuka bebas sekal di depan pandangan Mas. Payudara yang selama ini aku sembunyikan dibalik pakaianku kini harus menampakan perwujudan nyatanya di depan laki-laki calon suamiku. Aku lihat bagaimana tatapan Mas yang sangat terpesona oleh payudaraku. Berkali-kali Mas kelihatan menelan ludah. Melihat reaksi Mas demikian, rasa maluku sedikit demi sedikit terkikis. Dan tak lama berselang rasa maluku berubah menjadi rasa bangga. Tubuhku yang semula agak membungkuk kini aku tegakan membuat payudaraku kian tegak dan jelas dalam pandangan Mas. Hasratku yang selama ini terpendampun pelan namun pasti mulai bangkit. Apalagi ketika tangan suster mulai mengekplorasi payudaraku sebagai pelajaran praktek SADARI yang benar kepada Mas dan aku.

Hanya ada desiran-desiran halus yang seolah menggelitik organ genitalku selama proses itu.... penjelasan suster tidak lagi aku pahami karena hanya terdengar sayup-sayup. Tubuhku begitu terbakar gairah yang sangat luar biasa. Semua berjalan begitu cepat. Termasuk aku tidak begitu ingat bagaimana muasalnya kini bukan lagi tangan suster yang mengelus, mengusap, meremas payudaraku, tapi justru...... tangan Mas.

"Oooooh....." gelombang yang dasyat mendorong udara dalam tubuhku dan keluar menjadi lenguhan kecil. Aku sudah tidak bisa mikir lagi. Tak kupedulikan seberapa keras lenguhanku, karena setiap sentuhan tangan Mas pada payudara menimbulkan sensasi rasa yang tak terkatakan.

Tiba-tiba ada sengatan yang mengejutkan tubuhku, saat ada usapan hangat dan basah pada ujung putingku, kejutan itu kian membuat tubuhku menggelinjang nikmat. Dan kejutan itu kian menyengat saat aku rasakan pada puting payudaraku ada isap lembut yang konstan. Entah apa yang Mas lakukan pada payudaraku, aku tidak peduli. Kuatnya dorongan birahi membuatkan hanya bisa melenguh dan bergelinjang.

Apa yang aku rasakan pada payudaraku menjalar pada vaginaku. Oooooh.... setiap hisapan pada putingku, aku rasakan kedutan nikmat pada syaraf-syaraf vaginaku. Dan setiap vaginaku berkedut....Ooooh my ghosttttt...... seluruh tubuhku bergetar hebat. Aku rapatkan pahaku untuk menekan bibir vaginaku yang kian cepat berkedut, namun yang terjadi justru membuat bibir luar vaginaku saling bergesekan dan...... achhhh....ehmmmmm...... menghadirkan getar-getar halus mengelitik nikmat di setiap ujung-ujung syaraf. Dan tiba-tiba ada sebuah gelombang besar yang mengayunkan birahiku tinggiiiiii.... tinggii... tinggiiii....... saling susul menyusul.... bertubi-tubi.... pada puncak hentakkan gelombang terakhir melemparkanku menggapai surga dunia......membuatku melenguh panjang ....Aaaaaaachhhhhhhh.......... aku menggeliat kuat... tubuhku menenggang dan berujung pada ledakan nikmat yang membalur sekujur tubuhku....

Akhirnya tuntas sudah penantianku......
 
Terakhir diubah:
Trilogy Episode Sisipan
RAHASIA PUTRI


Namaku Putri. Aku mahasiswi Akademi Keperawatan Semester Akhir. Bungsu dari tiga bersaudara. Sulung cowok, tengah cewek, dan aku bungsu, cewek. Kedua kakakku sudah menikah dan memiliki rumah sendiri. Sedangkan aku masih tinggal bersama orang tuaku. Sampai segedhe ini aku belum pernah punya pacar, jangankan pacar, teman akrab cowok aku tidak punya. Jomblo luar dalam..... hehehe.... Namun jangan dikira wajahku di bawah standart lho....... Kata orang aku memiliki wajah yang manis dan imut. Kulit tubuhku putih bersih. Bukan karena memakai pemutih atau karena rekayasa kosmetik, tapi memang asli dari sononya. Kejomboanku... terlebih karena peraturan yang sangat ketat orang tuaku dalam pergaulan. Orang tuaku melarang aku mempunyai pacar. Setiap ada cowok mendekatiku pasti keder menghadapi ketusannya sambutan orang tuaku, kalaupun ada yang berani nekat pasti akan mendapat teror dari Kak Anto kakak sulungku dan genknya.

Mereka menjagaku bak guci keramik antik dari Dinasti kekaisaran Cina. Sedari SMP, SMA, sampai kuliah sekarang ini kemana-mana aku selalu dalam kawalan ketat, entah Papa, Mama, atau Kak Yanto. Sehingga sebagai seorang gadis remaja aku termasuk kuper. Kurang pergaulan. Bagaimana tidak?? Berangkat Pulang kuliah diantar. Hang out dengan teman tidak ada dalam agenda Papa Mama. Jalan-jalan ke Mall atau sekedar kongkow di kafe?? Sering juga tapi itu dengan keluarga. Handphone selalu dalam pengawasan mereka. Setiap SMS, WA, atau BBM tidak lepas dari skrening. Jika menurut mereka ada yang janggal maka akan ada introgasi secara intens dan masif....(lebay) ... sampai aku bisa membuktikan jika pesan-pesan itu bukan dari cowok atau janjian rahasia dengan teman perempuan lain. FB??? ya jelas tidak punyalah aku......


Sebelumnya orang tuaku tidaklah sekolot sekarang ini. Orang tuaku membebaskan kami untuk bergaul dengan teman-teman. Malah orang tuaku memperbolehkan Kakak-kakakku untuk memiliki pacar. Kak Santi, kakak perempuanku dulu adalah idolaku. Orangnya cantik, tubuhnya yang ideal. Pada masa puber, aku mengagumi bentuk tubuh Kak Santi. Bagaimana payudara kak Santi tegak membusung, tidak seperti payudaraku hanya berupa tonjolan daging tidak lebih dari nol koma sekian centi meter. Pingganggnya yang ramping menyambung dengan pantatnya yang membulat padat. Cara merias diri dan memadu padankan busana membuatnya menjadi idola teman-teman cowoknya. Orangnya juga aktif berkegiatan dari dance, cherr leader bahkan sering ikut fashion show. Pacarnya pun sering berganti-ganti dan semuanya cakep-cakep. Hingga petaka itu datang. Setahun setelah ulang tahun ke 17 Kak Santi berbadan dua, entah dengan kekasihnya yang mana. Saat itu aku antara paham dan tidak, karena aku baru kelas 5 SD. Kak Santi kemudian dinikahkan dengan pria pilihan Papaku kemudian pindah ke kampung halaman mamaku.

Semenjak peristiwa itu perlakuan Papa dan mama kepadaku berubah drastis. Mereka begitu over protektif. Mungkin karena mereka tidak mau kejadian yang membawa aib bagi keluarga terulang lagi kepadaku. Bukan hanya pergaulan saja yang dibatasi namun juga gaya busanaku dan cara berdandanku. Bahkan akses informasi yang aku butuhkan untuk menambah wawasan masa remajakupun dibrangus. Jadilah aku tumbuh menjadi remaja gadis yang lugu, imut dan penurut.

Herannya, meski Papa dan Mamaku menyembunyikanku dari peradaban, dengan balutan pakaian yang tidak begitu gaul bahkan cenderung tertutup dan wajah yang tidak tersentuh make up, ternyata banyak juga yang menaksir aku. Baik yang secara sembunyi-sembunyi, atau terang-terangan. Kata Wulan sahabatku. Tepatnya satu-satunya temanku yang mendapat pengakuan baik secara de facto maupun de yure orang tuaku, kata wulan sih wajahku itu asli manis alami tanpa pemanis buatan, gaya busanaku serasi dengan wajahku yang imut dan innocent. Entahlah.... benar atau tidak...

Aku sebenarnya pengin banget menikmati masa remaja layaknya teman-temanku namun keinginanku harus aku buang jauh-jauh. Aku yakin kelak bila tiba waktunya aku akan menikmati kebebasanku. Aku hanya butuh bersabar menunggu waktu itu dengan rajin menuntut ilmu di bangku kuliah. Aku ingin membahagiakan orang tuaku, menjadi anak yang dapat dibanggakan, sebagai obat kekecewaan atas apa yang terjadi dengan kakakku Santi. Dengan tekatku itu pelan-pelan aku bisa menerima semua peraturan-peraturan orang tuaku.

Tak ku sangka tak ku duga, saat Praktek Kerja Lapangan aku mendapat pengalaman baru yang selama ini aku ketahui hanya sebagai sebuah teori dalam buku kuliah keperawatan. Aku menemukan betapa indah dan nikmatnya menjadi wanita dewasa. Ya... dalam Praktek Kerja Lapangan di sebuah klinik yang seharusnya tempat aku mempraktekkan ilmu keperawatan yang aku peroleh dari bangku kuliah namun justru aku menemukan episode hidupku yang hilang karena disembunyikan orang tuaku. Sex yang selama ini mereka tabukan untukku, sehingga merubah mainset berpikirku bahwa sex tidaklah lebih ilmu reproduksi dan pemahaman organ reproduksi, kejadian yang aku alami pada saat PKL aku menyimpulkan dengan yakin bahwa Sex adalah kenikmatan surga dunia.

Bermula pada PKL hari kedua, aku mendapat tugas menangani sepasang suami istri yang ingin melakukan cek sperma. Semula aku mengganggap tugas yang biasa dan dengan mudah bisa aku tangani. Namun pada prakteknya tidak semudahlah teori. Adalah perilaku mereka yang menurutku sangatlah mesra. Bagaimana sang istri menggelayut manja, sedangkan si suami (kelak aku tahu ternyata kakak Wulan) dengan sengaja melakukan usapan-usapan tipis pada pantat istrinya saat tanganya menggamit pinggangnya.

Pada awalnya aku risih namun ketika melihat ekpresi wajah mereka justru timbul rasa penasaran. Apalagi begitu kami masuk ruangan cek sperma, karena ruangan itu begitu tertutup, tanpa jendela dan lubang angin. Sirkulasi udara dalam ruangan agar selalu sejuk segar hanya bergantung pada putaran AC. Memang semua sarana itu disediakan untuk menjaga privasi pasien yang sedang melakukan masturbasi. Begitu kami masuk ruangan, gestur tubuh mereka kian membuatku penasaran. Saat aku sedang mencoba menjelaskan prosedur standart untuk mereka, justru aku lihat dengan tidak kentara tangan Kakak Wulan mengusap pangkal payudara istrinya. Jika beberapa saat yang lalu aku risih, kini aku merasakan desiran dalam darahku memicu perasaan yang aneh namun aku menikmatinya. Desiran itu berubah kian nyata dan makin membuatku terhanyut ketika si istri keluar dari ruangan meninggalkan kami berdua karena Kakak Wulan memilih masturbasi sendiri tanpa bantuan istrinya. Saat itulah aku baru menyadari ada cairan yang berlahan membasahi liang kemaluanku..... Sebagai seorang mahasiswi Ilmu keperawatan dan sebagai gadis remaja yang sudah memiliki organ reproduksi sempurna, sadarlah aku bahwa diriku sedang terangsang secara seksual.

Bagaimana mungkin secepat ini libidoku terbangun, sehingga kemaluanku bereaksi mengeluarkan cairan pelumas. Pertanda bahwa liang vaginaku siyap menerima penetrasi. Bermodal kecerdasanku dalam ilmu keperawatan segera aku menemukan jawabannya. Pheromone.... ya Pheromonelah biang kerok bangkitnya birahiku. Yang aku pelajari, Pheromone atau feromon adalah zat yang dihasilkan oleh kelenjar endoktrin yang berada di ketiak, wajah, kulit dan kemaluan. Zat feromon ini bersifat kasat mata atau tidak terlihat, tidak memiliki ukuran, tidak dapat dirasakan oleh panca indera manusia dan mudah menguap, paling sering dikeluarkan oleh tubuh saat tubuh berkeringat. Ngeeh sudah aku sekarang.... mengapa aku tadi begitu penasaran dengan pasangan suami istri ini. Ternyata tubuh mereka berdua begitu basah berkeringat. Keringat yang bukan berasal dari kegiatan olah raga atau gerah namun dari aktivitas seksual. Dampaknya aku rasakan saat ini, karena senyawa pheromon itu memiliki andil dalam menimbulkan rasa ketertarikan kepada lawan jenis, rasa sayang, cinta, dan......***irah seks.....

Menyadari hal itu, walau aku menikmati tubuhku yang bangkit birahinya, namun demi profesionalitas aku tidak boleh larut dan tenggelam dalam rangsangan yang kian kuat. Apalagi aku merasakan lendir kewanitaanku kian membanjir, nafasku terasa berat menahan desakan biologis yang menuntut penuntasan. Aku harus segera menyelesaikan tugasku dan keluar dari ruangan agar segera terbebas paparan pheroman. Maka dengan terburu aku menuju rak Televisi, untuk menyalakan film dewasa penstimulus pasien melakukan masturbasi. Entah karena rusak atau karena aku yang kian terbakar birahi, sekian kali usaha, aku gagal menyalakannya.

Di saat aku sedang kebingungan menyalakan DVD dan mencoba mengendalikan nafsuku yang kian memuncak, aku mendengar desahan yang sangat erotis. Aku yang selama berusaha menyalakan DVD membelakangi pasienku, secara spontan, demi mendengar suara desahan itu, menengokan kepala..... dan.....

"Achhhh..... !"

Penis, masturbasi, pheromone, libido yang selama ini hanya sebuah teks bacaan dalam perkuliahan kini aku melihat, merasakan, dan menikmatinya secara nyata.

Kakak Wulan terbaring di ranjang, dengan kemaluan yang mengacung tegak. Bagian kepala yang plontos mengkilat menggemaskan akibat basah oleh cairan pelumas alami..... Pemandangan yang mempesonaku secara birahi. Vaginaku bergetar menerima signal yang tertangkap mataku. Kakiku mendadak menjadi lemah, karena semua energi terhisap oleh birahi yang kian mengelora. Tangan kakak Wulan bergerak mengelus dan mengocok batang kemaluannya, membuat benda itu kian lama kian tegang menampakan urat-uratnya. Wajah kakak Wulan menampakan ekspresi kenikmatan yang amat sangat. Tidak...... aku harus menghentikan semua ini, sebagai seorang perawat aku tidak boleh mempermalukan diriku dengan menikmati suasana mesum saat pasien sedang melakukan masturbasi.

Dengan langkah gontai aku mendekati kakak Wulan, aku raih tanganya yang sedang melakukan penetrasi pada batang kemaluannya. Dengan sisa tenaga dan kesadaranku sebagai perawat aku dekap tangan Kakak Wulan yang makin menikmati gejolak birahinya. Saat aku berhasil mendekap tangannya......saat itu pula tangan kakak Wulan melepaskan genggaman pada batang kemaluannya....... daaannnnnn......


Jreeeettttt.... ouchhhhhh........

Aliran birahi tegangan tinggi menyengat seluruh tubuhku, karena bukan tangan Kakak Wulan yang aku dekap, namun justru kejantannya kini bersentuhan langsung dengan kulit tanganku.

"Ohhhhh...... aku jatuh tersimpuh, kakiku lemas tidak berdaya. Gerakan maju mundur batang kemaluan Kakak Wulan menggesek tanganku, membuat pantatku ikut bergoyang seirama. Posisi jatuhku yang tidak sempurna membuat kakiku menekuk dan aku menuduki kakiku sendiri dengan tungkai tepat pada selakanganku. Pantatku bergoyang erotis menggesekan bibir kemaluanku yang masih terbungkus seragam pada tungkai kakiku.

"Ohhh......achhh..... " Aku melenguh merasakan kejutan-kejutan birahi saat merasakan gesekan dan tekanan pada labia mayoraku. Dan lenguhanku kian terdengar berat saat aku merasakan ada remasan pada payudaraku. Remasan yang berasal dari tangan Kakak Wulan yang tak kuasa aku menolaknya. Kini ada tiga titik sumber energi birahi yang menyerangku. Getaran nafsu sudah benar-benar menguasaiku.

Gairah seksualku yang selama ini aku abaikan dengan kegiatanku belajar dan belajar kini menuntut balas, menguasai tubuhku untuk menuntaskan rasa haus, mereguk nikmatnya birahi surga dunia.

Hilang sudah keprofesinalanku sebagai perawat, niat tanganku tadi yang ingin menghentikan prosesi masturbasi kini malah aktif mengocok batang kemaluan Kakak Wulan. Hal ini membuat Kakak Wulan kian terbakar menikmati permainan tanganku. Aku sendiri sudah benar-benar larut dengan remasan-remasan tangan Kakak Wulan pada payudaraku. Pada bagian tubuh bawahku, kian membanjir dan kian liar goyangan pantatku. Karena yang aku rasakan seolah batang kemaluan Kakak Wulan yang keraslah yang menggesek bibir vaginaku...

Melenguh, menggelinjang, saling menggesek, meremas, yang seharusnya bukan dari bagian dari tugas Praktek Kerja Lapangan justru, kini aku lakukan bersama kakak Wulan yang mestinya adalah pasienku..... Achhhhh.... kini menjadi patnerku mengayuh nikmatnya birahi seksuala.......setelah sekian waktu secara bersama dan konstan, seiring dorongan yang kian memuncak maka gerakan-gerakan kami berdua perpacu makin cepat... kian liar.... dannnn..... saat batang kemaluan Kakak Wulan berdenyut keras, aku rasakan liang senggama berkontraksi seakan mendorong gairah nafsuku menuju puncak semesta kenikmatan..... tak lama berselang...kami berdua bersama mengejannnnnn.... achhhhhhh....... oohhhhh.... bendungan birahi kami bobol.... menumpahkan cairan kenikmatan.......

Akhirnya..... kami terkulai dengan nafas tersengal......
 
Terakhir diubah:
Trilogy Episode Sisipan
RAHASIA WULAN

Aku termangu sendiri di dalam kamar mandi. Ragu... antara iya dan tidak, namun akhirnya aku pelorotkan celana panjang putih bawahan seragamku. Tidak sampai lepas tuntas, hanya sebatas lutut. Aku tatap cermin yang menempel di dinding, nampak jelas pangkal pahaku terbalut celana dalam motif berwarna putih yang telah basah pada bagian tengah. Dengan sedikit memburu aku turunkan pula celana dalamku. Aku raba area intim kewanitaanku yang sejengkal kurang sedikit di bawah pusar. Area yang ditumbuhi rambut, yang mulai melebat rimbun menyembunyikan liang kenikmatan. Rambut yang selalu aku tata rapi tampak menggemaskan. Jari tengahku pelan menerobos kerimbunan rambut kemaluanku. Menelusup di sela lipatan luar belahan bibir kemaluan, ehmmmm.....seperti yang sudah aku duga, lendir bening licin telah merembes sampai permukaan luar organ genitalku. Tanda bahwa libidoku dalam tegangan tinggi. Ahhhh..... gara-gara terjebak suasana mesum diruang cek sperma bersama Kakak dan Putri sahabatku kini aku terlilit birahi dan butuh pelampiasan. Aku harus masturbasi.... ahhhh... tapi masak aku harus masturbasi di sini sih... ini kan bukan kamar tidurku. Keberadaanku saat ini yang membuatku ragu melangkah lebih jauh mengeksploitasi libidoku yang memuncak. Andai saat ini aku berada di kamar tidurku, tentu aku sudah menggelinjang penuh nikmat. Namun saat ini aku terdampar di toilet ruang spermatorium di sebuah klinik swasta. Namun..... achhhhh.... aku tidak terbiasa menahan nafsuku, oooohhhh....

Masturbasi bukanlah hal yang asing buatku. Aku sudah mengenalnya sejak masih kelas 1 SMA. Kini menjadi rutinitas, setidaknya seminggu dua tiga kali. Bahkan jika aku sedang suntuk, atau menghadapi ujian maka kwantitasnya pun bertambah. Asal sedang tidak menstruasi. Masturbasi selain penyaluran nafsuku yang menggebu juga sebagai pelepas penat. Beban menjadi anak angkat membuat aku selalu merasa dalam tekanan. Walaupun keluarga angkatku tidak menuntut lebih, namun sebagai bentuk balas budi atas kebaikan mereka aku berusaha untuk tidak mengecewakan mereka. Misalnya dalam nilai pelajaran, aku memathok nilai 80 adalah nilai terendah. Karena dengan nilai itu aku selalu dalam 3 besar rangking kelas. Untuk memperoleh itu aku harus berusaha maksimal dan berlaku hingga aku kuliah. Masturbasilah dopingku, nikmat yang membawa berkah. Karena setelah masturbasi otakku menjadi fresh... menjadikan mudah untuk mencerna soal-soal sulit. Benar-benar mengatasi masalah tanpa masalah. Coba jika dopingku adalah sabu....eemmmm sudah mahal, resiko menjadi pesakitan di hotel prodeo sudah menanti. Belum lagi efek buruk pada kesehatan.

Sebenarnya ada doping lain yang bisa membangkitkan gairah belajar, yakni pacar. Sayangnya aku jatuh hati pada seseorang yang tidak mungkin aku miliki. Seorang yang selama ini diam-diam mengisi relung hati terdalam. Seseorang yang menjadi tambatan cinta asmaraku. Dialah kakak angkatku. My brother is my secret at mayer.... perhatian dan kasih sayangnya kepadaku membuat aku runtuh, bersimpuh mengharapkan cinta kasihnya. Namun aku menyadari itu adalah hal yang mustahil, selain karena dia sudah memiliki jodoh yang sepadan, aku hanyalah anak angkat.... Masa masih harus nglunjak???. Cintaku yang terpendam inilah yang membuat dia aku jadikan sebagai obyek fantasi seksual, dan dalam masturbasi setiap lenguhan nikmatku selalu aku sebut lirih namanya.

Hari ini fantasi seksual sedikit menjadi kenyataan, aku bisa melihat dengan mata kepalaku sendiri, real di depan mata, bentuk batang kemaluan Kakak angkatku yang mengacung tegak. Benda yang selama ini hanya aku terka-terka wujudnya, benda yang walaupun hanya dalam imajinasi telah membuatku melayang nikmat. Bahkan, meski hanya karena sebuah ketidak sengajaan, kulit tangan ku sudah bersentuhan langsung dengan kulit benda yang aku idam-idamkan. Benda yang hanya bisa aku nikmati dari tonjolan samar di balik sarung atau celana boxer kakak angkatku. Birahikupun bangkit seketika, melemparkanku terdampar di dalam toilet ini sekarang.

Ditengah rongrongan birahi yang kian kuat, mau tidak mau aku harus melampiaskan dorongan hasrat biologisku. Akupun duduk di dudukan toilet. aku tarik kebawah resleting rompiku, rompi sebagai penanda mana perawat klinik dan perawat PKL. Setelah rompiku terbuka lebar, satu persatu kancing bajuku aku buka, terakhir bra yang menjadi belenggu terakhir payudaraku aku singkap. Aku lirik pantulan tubuhku yang sungguh erotis di cermin toilet. Payudaraku yang padat, bulat, membusung tegak, seperti dua gunung yang indah. Putingku yang berwarna coklat terang mengacung tegang karena dorongan birahi yang sudah sedemikian menggebu. Segera tangan kiri membelainya, mengelus, meremas, dan memilin putingnya. Ukuran payudaraku memang termasuk besar, walaupun tak sebesar jupe, namun jelas lebih besar dibanding dengan payudara teman-temanku. Mungkin ini efek samping karena aku sering meremas dan memijitnya.

Nampak pula, Kakiku menjuntai setengah mengangkang. Di tengah pangkal pahaku tersamar oleh rambut kemaluanku nampak garis vertikal lurus belahan vulva ku. Dengan nafas yang kian memburu jari telunjuk dan jari manis tangan kananku menyibaknya.....

"Ooooohhhh..... aku gigit bibirku agar lenguhanku tidak sampai keluar dari mulutku..... terbukalah vulvaku.

Organ intim kewanitaanku, terpampang jelas anatominya. Rekahan daging merah muda dikitari oleh sebentuk bibir berlipat yang agak tebal, itulah labiya mayoraku, merupakan tepi terluar dari vulvaku. Semakin aku sibak, nampaklah lipatan bibir dalam, labiya minoraku, yang kini sangat becek. Kemudian tampak pula lobang yang samar di ujung tepi bawah vulvaku, liang vagina kini pun nampak jelas. Liang senggama penuh dengan cairan pelumas yang membanjir. Aku elus setiap mili labiya moyoraku, memutar pelan. Matakupun kini mulai terpenjam, menikmati sensasi rasa yang menyelubungi seluruh syarafku.

Bibirku semakin kuat aku gigit, karena desakan birahi yang semakin kuat menuntut aku ekspresikan dengan lenguhan.

"Ehmmm..... acheeeemmmmm..... akheeemmmmm....."

Kemudian jari tengahku mengelus labiya minoraku, memutar dan setiap sekali putaran aku mengelinjang nikmat, karena jari tengahku nebyerempet lobang kencingku. Sedangkan tangan kiriku masih sibuk mengeksploitasi payudaraku yang kini mengkilat basah oleh keringat.

Sebelum jari tengahku lebih masuk ke dalam, ku tekuk jari tengah untuk menjangkau tepi atas vulvaku, ada tonjolan kecil di sana yang sedari tadi berteriak ingin meresakan sentuhan. Tonjolan kecil yang dalam bahasa medis disebut clitoris atau kelentit bahasa awamnya merupakan sumber dari segala sumber rangsangan yang selalu membuatku menggelinjang.

Dan benar saja, begitu ujung jari tengahku menyentuh clitorisku, bibirku terbuka mengeluarkan desahan nikmat.....

"ochhhhhhhh...... ochhhh.... meski aku berupaya meredam namun kelepasan juga akhirnya.

Jari tengah ku putar pelan dan lembut dipermukaan clitorisku, dan efeknya sungguh dasyat, tubuhku bergetar hebat, pantatku ikut perputar seirama gerakan jari tengahku... nafasku terasa berat sehingga membuatku terengah. Ingin aku berlama menikmati sensasi ini, namun luapan birahiku harus segera aku tuntaskan.

Tekukan jari tengahku yang melengkung seperti mata kail, perlahan aku tusukan pada liang kemaluanku. Mengapa jariku harus menekuk dan tidak lurus saja agar bisa mengeksplorasi lebih dalam? Kulakukan itu demi keamanan selaput daraku.... iya... jika jari tengahku masuk terlalu dalam lorong vaginaku pasti akan merusak selaput daraku. Itu harus aku hindari. Tidak Ikhlas seandainya keperawanan hilang bukan karena tusukan alat kelamin suamiku, rugi dong...... dan lagi kenikmatan seksual tidak harus mengorbankan selaput dara. Tekukan jari tengahku yang mengarah ke atas, justru mampu menjangkau G-spot. Titik G-spot terletak tidak jauh dari bibir dalam vulva, posisinya agak ke atas kemungkinan tepat berada di bawah lubang pipisku.

Meski cairan pelumas sudah membanjir, Liang kemaluanku yang masih sempit kuat menjepit jari tengahku, dengan menahan derakan birahi yang kian menyiksa, ku tekan pelan menelusup....setelah satu setengah ruas kurang lebih ujung jari tengah masuk mengait ke atas lobang senggamaku, segera ujung jari tengahku membuat gerakan mengorek seperti gerakan jari orang yang mengorek upil hidung....

"Oaaah........ ooahhhhh..... ehhhh...akhhh... kepalaku menggeleng cepat menahan gelombang energi birahi yang luaaaar biasaaa besar. Pantatku pun bergoyang liar.... menyambut gelitikan pada titik G-spot ku yang sungguh sangat nikmat... dan hanya dalam hitungan detik....

"Aaaaaakhhhhhhh............ tubuhku menenggang hebat, pantatku terangkat ringan dengan posisi paha yang rapat menjepit, mataku membeliak.... seluruh energiku berkumpul pada satu titik, tepat di ujung jari tengah. Berawal letupan-letupan kecil, kumpulan energi itu akhirnya meledak dasyat melontarkanku kepuncak cakrawala birahi....
.
Mataku terpejam rapat, meresapi sisa puncak kenikmatan yang berupa kedutan-kedutan kecil di liang senggamaku........

Akhirnya aku menemukan kenikmatan masturbasi yang sungguh dasyat jauh dari apa yang pernah aku rasakan........
 
Terakhir diubah:
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd