Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

CERBUNG Am I Wrong

Kira-kira bakal berakhir kayak mana?


  • Total voters
    215
  • Poll closed .
Dasar Ricky fakboi :( :(
Nanti ditinggal lagi kimi nya :(:(
Trus kimi nangis2 lagi :(:(
Trus aku yg baper :|:|
 
PART 9 (S2)
POV Kimi

Secara perlahan, aku menguakkan mataku. Berkas-berkas cahaya perlahan masuk ke dalam retinaku. Walau masih agak buram, aku sudah berhasil mendapatkan pandanganku. Kukucek mataku sebentar dan kini mataku sudah dapat melihat dengan sangat jelas.

Kulihat di sebelahku ada Ricky yang masih tidur memeluk diriku. Udah lama banget aku gak lihat wajah polos Ricky pas lagi tidur. Kayaknya dibanding tahun-tahun sebelumnya, Ricky jadi makin ganteng deh. Gak tahu deh ini perasaanku aja atau emang begitu.

Dengan iseng, aku mencubit pipinya si Ricky ini. Sayangnya, cubitanku kayaknya terlalu kuat deh saking gemasnya aku sama pipi Ricky. Ia langsung mengaduh dan tersentak bangun dari tidur nyenyaknya.

"KAKAK!" serunya dengan kesal.

"Hihi… maaf deh. Aku terlalu kuat nyubitnya."

"Huh… ganggu tidurku aja, Kak," gerutunya sambil membalikkan badannya.

"Ihhh… Sayang, jangan ngambek dong," desakku sambil menahan lengannya.

Ia tak lagi peduli dengan guncangan di lengannya. Aku langsung memeluk punggungnya itu. Kuraba-raba juga perutnya yang atletis itu. Tapi tetap aja, dia gak menghiraukan semua ini. Uhh! Ricky Sayang, please jangan marah sama aku!

"Kakak, gak bisa tidur kan aku," keluhnya.

"Sayang, jangan kesal dong sama aku. Nanti aku jadi sedih loh."

"Dasar Kakak jahil!" katanya dengan nada yang masih dongkol.

Huhu… aku berpura-pura menangis di punggungnya. Ia langsung bereaksi dengan membalikkan kembali badannya. Dengan penuh perhatian, ia memeluk diriku dan mengelus pelan rambutku. Berhasil juga rencanaku ini.

"Kak, jangan nangis dong. Aku minta maaf nih."

"Huhu… kamu jahat, Sayang! Kamu gak cinta lagi ya sama aku?" tanyaku dengan suara yang kubuat-buat seolah seperti sesenggukan.

"Kak, aku masih mencintai Kakak kok. Maafkan aku, Kak."

Aku membuka telapak tanganku yang menutupi wajah. Begitu wajahku tampak di hadapannya, aku langsung tertawa terbahak-bahak melihat wajah heran Ricky yang berhasil kukerjai. Yaass! Rencanaku sukses!

"Hmm harusnya aku jangan percaya sama Kakak," ucapnya sambil manggut-manggut.

"Hihi… kamu gampang banget kena aku kerjain."

"Dasar Kakak gendeng. Nyesal aku ngasih Kakak tidur di sini."

"Ihh, Sayang. Nanti aku nangis beneran loh."

"Nangis aja, Kak. Nanti kurekam lalu kuviralkan di kantor. Apa kata semua karyawan kalau tahu ternyata Kepala HRD-nya cengeng banget."

"RICKY JAHAT!" seruku sambil memukul-mukul lengannya.

"Masak di kantor tegas tapi di rumah mewek mulu."

"Aku pecat kamu nanti ya," ancamku sambil mencubit lengannya.

"Silakan, aku bisa balik ke Amerika kok nanti," katanya dengan santai.

"Tuh kan. Kamu dari awal udah niat mau tinggalin aku."

"Demi cuan berbentuk dolar, apa pentingnya Kakak di mata aku?"

"Ihhhh! Sayangku mata duitan ah."

"Namanya juga tinggal di negara kapitalis hehe…."

"Alesan kamu ah."

Kami sepakat untuk mengakhiri waktu tidur kami. Ricky mempersilakan diriku untuk gosok gigi terlebih dahulu. Selesai kami berdua gosok gigi, maka saatnya kami untuk melakukan olahraga ringan dulu di pagi hari.

"Jogging aja yuk, Kak. Kebetulan di bawah kan ada jogging track tuh."

"Ok deh."

Ah, kangen banget jogging bareng Ricky. Hampir tiap minggu kalau gak jogging sendiri, aku jogging bareng teman-temanku. Tapi lebih sering sama teman-teman sih, soalnya pas jogging sendiri kadang ada cowok rese yang modus sama aku. Kalau gak pura-pura nanya, nawarin minum pas aku lagi capek. Huh… suka sebel ah sama cowok gak jelas.

Kami pun ber-jogging ria di tempat yang telah disediakan. Segar banget rasanya udara pagi ini. Banyak pohon-pohon yang menjulang tinggi di area ini. Gak kalah deh sama taman yang ada di dekat rumahku dulu.

Karena aku hanya mengenakan hotpants saja, kulihat banyak cowok yang curi-curi pandang ke pahaku. Mana aku sempat gemukan lagi pas masa stres ditinggal Ricky dulu. Saat aku udah berhasil diet, tubuhku memang tambah kurus sih. Yang jadi masalah, pantatku yang udah terlanjur makin gede dan montok malah gak ikut ngecil. Jadinya pantatku juga sering jadi sasaran mata keranjangnya cowok-cowok.

"Pada jelalatan semua tuh, Kak," ujar Ricky yang turut sadar dengan keadaan.

"Iya nih. Sebel aku tuh," gerutuku.

"Siapa suruh pakai baju kayak gini?"

"Ihh kan aku gak bawa baju buat jogging."

"Ya udah, sabar aja deh, Kak hehe…."

Ya aku cuma bisa membenarkan kata Ricky. Masak iya kutampar semua cowok yang ngeliat diriku? Itu hak mereka juga sih ngeliat cewek secantik diriku ini. Toh Ricky sendiri juga sering curi-curi ngeliat pantatku kok. Dasar cowok, semua sama aja ah.

"Pantatku tambah besar ya, Sayang?" Aku menanyai pendapat Ricky.

"Iya, Kak. Kutinggal 4 tahun makin bulat aja pantatnya hehe…."

"Pulang dari Amerika juga tambah mesum kamu ah."

"Hehe… namanya juga cowok, Kak. Yang penting kan aku jujur."

Selesai jogging, kami kembali ke apartemen. Karena kami sudah lelah, maka kami memilih untuk naik lift saja. Di dalam lift itu, kami hanya hening tanpa ada sepatah kata yang meluncur. Tiba-tiba, tangan Ricky langsung meremas-remas pantatku.

"Sayang, mesum banget ah!" protesku.

"Aku gak tahan nih, Kak. Gak bisa aku lihat pantat semontok ini dianggurin," komentarnya nakal.

"Ihhh, aku gak suka ya kalau kamu mesumin aku lagi."

"Hehe… maaf deh, Kak."

Pintu lift pun terbuka. Kami berjalan keluar untuk menuju kamarnya si Ricky. Begitu masuk ke dalam kamar, aku langsung duduk di sofa untuk mendinginkan tubuhku dulu. Ricky juga turut bergabung dengan duduk di sampingku. Ia langsung memeluk diriku ini.

"Aku suka deh nyium bau keringat Kakak."

"Jorok kamu ah."

"Kalau aku udah sayang, gak ada yang jorok buat aku."

"Ahh, gombal nih pagi-pagi."

"Iya dong. Biar semangat dan segar hehe…."

Saat badanku sudah tidak lagi menyisakan keringat, aku pun ingin segera mandi. Aku menuju ke kamar Ricky untuk mengambil baju ganti dan juga handuk. Agar mudah di kamar mandi nantinya, aku memilih buat melepas pakaianku saja di sini. Tetapi saat aku sedang melepas kaos dan celanaku, tiba-tiba saja Ricky masuk karena pintunya lupa kukunci.

"Kyaaa! Ricky!" jeritku langsung melempar bantal kepadanya.

"Aduh, sorry. Aku gak tahu Kakak lagi lepas baju."

"Ihhh, jangan liatin dong." Aku berusaha menutupi payudaraku ini dengan melipat tanganku. Walau tubuhku masih terbungkus oleh pakaian dalam, tetap aja aku malu diliat sama Ricky.

"Waduh, makin seksi aja Kakak sekarang."

"MESUM!" teriakku pada Ricky.

Ricky bukannya keluar dari kamar, melainkan malah langsung mengunci pintu kamar. Ia berjalan mendekat ke arahku dan memeluk diriku. Aku agak sedikit memberontak namun setelah ia mengelus rambutku serta mencium keningku, entah kenapa aku jadi lebih tenang dan tak memberontak lagi.

"Maafkan aku, Kak. Aku gak bermaksud buat lecehin Kakak kok."

Ia melepas pelukannya dari tubuhku. Ia tak henti-hentinya menatap tubuhku yang seksi ini, namun kulihat ia juga berusaha melawan dengan membuang mukanya. Saat ia berbalik untuk keluar dari kamar, ada suatu dorongan yang membuatku menahan tangannya agar tidak pergi.

"Sayang, jangan pergi. Aku rela kok."

~~~~~​

POV Ricky

Damn!
Aku menelan air ludahku sendiri melihat tubuh seksi Kak Kimi yang hanya terbalut oleh pakaian dalam berwarna coklat muda. Walau masih tampak malu-malu, tapi ia sangat menginginkan keberadaanku ini. Aku belum tahu harus berbuat apa, meskipun kondisi kepala bawahku sudah sangat ingin menggenjot tubuh kakak kandungku ini.

"Ihh kamu mah jahat. Aku udah kedinginan gini malah kamu diamin aja," keluh Kak Kimi sambil melipat tangan di depan payudaranya.

Aku menanggapi keluhan Kak Kimi hanya dengan tindakan. Aku maju ke hadapan dirinya dan langsung mencumbu bibirnya tersebut. Ia juga mulai mengimbangi permainan bibirku. Setelah berpagutan selama beberapa menit, aku langsung mengajaknya dirinya ke ranjangku.

Di ranjangku yang putih polos ini, aku membaringkan tubuh seksi Kak Kimi. Rasanya seperti kilas balik saat aku pertama kali berhubungan seks dengan Kak Kimi. Aku mengagumi tubuh indahnya dan membiarkan mataku melahap seluruh tubuhnya sebelum nanti organ tubuhku yang lain mendapatkan jatahnya.

"Sayang, aku malu tahu diliatin kayak gitu," ujar Kak Kimi menutupi payudara dan menyilangkan kakinya.

"Tenang aja ya, Kak."

Aku melepaskan seluruh pakaianku dalam sekejap. Aku langsung menindih tubuhnya dan mengecup leher indahnya itu. Ia mengerang-erang nikmat karena melawan rasa geli yang tak tertahankan.

"Ugh! Ricky! Geli ah, ihh!"

Aku masih ingat kalau Kak Kimi paling gak tahan dicumbu lehernya. Tapi kurasa setelah 4 tahun berpisah, ada baiknya aku kembali 'menyiksa' kakakku ini. Aku juga udah kangen sekali dengan leher putihnya Kak Kimi yang selalu bisa membangkitkan gairahku ini.

Kak Kimi terus menggeliat bagaikan cacing di dalam tanah. Ia sangat tak tahan dengan rasa geli dan sesekali mendorong wajahku. Maka aku memberhentikan aksiku ini karena aku tak tahan wajahku harus terus diserang sama telapak tangan Kak Kimi.

"Ihh, Sayang. Geli tahu!"

"Hehe… habis leher Kakak seksi sih."

"Aku gak mau kamu cium leherku lagi ya."

"Ya udah, aku cium yang lain aja."

Aku langsung kembali mengarahkan wajahku ke Kak Kimi. Bedanya aku tak lagi menyasar lehernya melainkan ke buah dadanya yang masih terbungkus bra coklat. Aku menciumi buah dadanya tersebut dengan serbuan ciuman yang ganas. Tanpa sadar aku menciptakan sebuah cupangan di permukaan kulit putih payudaranya itu.

"Maaf, Kak."

"Ah, Sayang. Merusak penampilan aja ah."

"Kan disitu gak nampak, Kak."

"Udah ah. Lanjutin kalau mau."

Aku berhenti menciumi payudaranya Kak Kimi. Aku mulai mencari kaitan bra Kak Kimi dan melepaskannya. Klik! Dalam satu tarikan, lepaslah penyangga payudaranya tersebut dan terpampanglah kedua bukit indah hasil mahakarya untuk Kakakku.

"Tambah gede aja, Kak," komentarku nakal sembari menatap payudaranya yang putih mulus itu.

"Ihh, malu ah," ujarnya sembari menutup kedua buah dada indahnya itu dengan lengannya.

"Santai aja, Kak." Aku menguak lengannya itu perlahan. Terpampang kembali puting merah mudanya tersebut. Aku yang masih gemas lalu menghisap putingnya tersebut seperti anak bayi yang kehausan. Kak Kimi terus mengerang nikmat setiap kali putingnya itu disedot olehku.

"Ihh… enak banget…."

"Ahh… geli susuku, Yang."

Aku terus menghisap putingnya Kak Kimi tanpa peduli dengan racauannya itu. Benar-benar rindu sekali aku dengan payudara Kak Kimi. Rasanya aku gak pengen lepasin mulutku dari putingnya yang imut itu. Maka dari itu, aku menghabiskan 10 menit untuk gantian menghisap kedua putingnya tersebut.

"Udah puas minum susunya, Sayang?" tanya Kak Kimi yang matanya berair karena menahan nikmat.

"Manis ya putingnya Kakak."

"Ngaco kamu ah."

Aku mengusap air mata Kak Kimi. Setelahnya aku menuju ke bagian bawah tubuhnya. Celana dalamnya itu sudah sangat basah sekali sampai-sampai timbul cetakan "Danau Toba" di daerah kemaluannya. Aku menciumi daerah tersebut dan hmm… harum layaknya bunga mawar di pagi hari. Kemudian kujilat permukaan kain celana dalamnya tersebut sehingga Kak Kimi kembali merasakan geli.

"Ihh jorok ah. Masak celana dalam aku yang dijilat."

"Biarin, Kak."

Aku terus menjilat permukaan halus celana dalam tersebut. Walau aku menjilat secarik kain satin, tapi rasanya itu benar-benar nikmat. Kusibak ke samping celana dalamnya tersebut dan menampakkan vaginanya yang sudah sangat basah tersebut. Kujilat klitorisnya yang sudah menonjol itu dan sesekali kugigit kecil hingga Kak Kimi menjerit-jerit kecil. Tak lama, Kak Kimi kembali mengalami orgasme dan cairan vaginanya meluber keluar mengenai ranjangku dan juga celana dalamnya.

"Basah banget celana dalamnya Kakak," komentarku sembari mengosok-gosokkan jariku ke celana dalamnya yang basah itu.

"Gara-gara kamu sih."

"Ya udah, aku lepasin ya, Kak."

Dengan seizin anggukan pelan dari Kak Kimi, aku menarik karet celana dalamnya tersebut melewati paha, lutut, dan mata kakinya tersebut. Aku menikmati setiap detik dan centi untuk menikmati momen terlepasnya kain penutup daerah suci Kak Kimi yang sudah lama tak kulihat. Setelahnya aku mencium celana dalamnya tersebut yang aromanya selalu bisa membuatku melayang ke awangan. Kemudian kuletakkan benda tersebut di samping ranjang.

Vaginanya Kak Kimi sudah nampak licin dan kesat karena cairannya. Aku yang sudah tak tahan mulai mengarahkan penisku ke lubang kewanitaan Kak Kimi. Perlahan aku membasahi kepala penisku dengan cairan vagina Kak Kimi terlebih dahulu. Barulah aku menempelkannya di bibir vaginanya.

"Sayang…." panggilnya lirih.

"Kenapa, Kak?" tanyaku sembari menahan penisku sebelum masuk.

"Aku udah lama gak dimasukin. Aku takut."

"Tenang aja, Kak. Gak bakal sesakit dulu kok."

"Sayang, pelan-pelan ya."

"Tentu, Kak."

Aku menancapkan penisku secara perlahan sesuai dengan permintaannya. Kulihat wajah Kak Kimi mengerang dan ia menutup matanya tersebut. Ia juga mendesah begitu penisku masuk secara bertahap. Kini tertancaplah penisku seutuhnya ke dalam liangnya tersebut.

"Gak sakit kan, Kak?"

"Sedikit."

"Aku mulai ya, Kak."

"Pelan-pelan ya."

Uhh… ternyata Kak Kimi benar-benar udah lama gak berbuat seperti ini. Vaginanya itu loh… udah kayak pas masih perawan aja. Sempitnya tiada tara. Kayaknya semenjak kepergianku, tak ada lagi yang menyentuh tubuh Kak Kimi. Hebat banget ya kakakku, bisa setia dan menahan hawa nafsunya selama ini.

"Selama ini Kakak gak gituan ya?" tanyaku memastikan.

"Enggak, Sayang. Aku cuma mau kamu aja yang nyentuh tubuhku."

"Setia banget kamu, Kak. Jadi makin sayang deh." Aku mengecup keningnya tersebut. Ia tersenyum sembari mengecup balik di pipiku.

"Dah ah, cepat mulai. Nanti aku pegel loh kalau terus kayak gini."

Sesuai perintah Kak Kimi, aku mulai mengenjotkan kemaluanku di vaginanya Kak Kimi. Duh… sempit banget. Kalau kayak gini bisa-bisa aku keluar dengan cepat nih. Mau tak mau aku memelankan genjotanku agar tak cepat keluar.

"Ahh… Sayang. Enak!" racaunya dengan suara manja.

"Seksi banget suara Kakak kalau kayak gini."

Setelah Kak Kimi mulai menikmati permainanku, aku mengencangkan genjotanku secara berproses. Rasanya sangat nikmat sekali. Suara desahannya Kak Kimi yang merdu dan lembut, lalu ditambah dengan dinding vaginanya yang benar-benar menekan penisku ini. Sepertinya kali ini aku gak bakal bisa main lama. Tapi aku juga harus mengajak Kak Kimi buat mengikutiku juga.

Aku meremas-remas payudara Kak Kimi dan mencubit putingnya. Racauan nikmat keluar dari mulutnya tersebut. Aku jadi semakin bersemangat untuk menyetubuhi kakak tercintaku ini. Aku sangat ingin menghadiahinya sebuah kenikmatan yang sudah kuumbar-umbar ke banyak wanita selama aku meninggalkannya.

"Ahh, Ricky! Enak banget, ahhh!"

Aku terus menghujam vaginanya Kak Kimi dengan sodokan penisku. Mata Kak Kimi merem melek menikmati setiap tusukan daging lonjong yang kuberikan. Payudaranya bergoyang karena hentakanku. Ia mulai mengerang dengan agak keras saat aku mempercepat genjotanku.

"Ahhh! Sakit, Sayang!" rintih Kak Kimi saat aku mulai bermain barbar.

"Hehe… sorry, Kak."

Aku memelankan sodokanku untuk meringankan sakitnya Kak Kimi. Payudaranya yang masih bergoncang kuremas-remas dengan pelan. Kulihat pula wajah yang terus mengernyit karena menahan nikmat dari sodokanku. Sungguh sensual sekali.

Penisku yang tertanam di antara dinding yang sempit semakin lama semakin meronta untuk mengeluarkan isinya. Untung saja, aku masih bisa membendung spermaku agar tak mengalir keluar. Aku pun terus memainkan puting Kak Kimi dengan harapan biar Kak Kimi semakin terangsang dan juga ikut keluar bersamaku.

"Uhh! Sayang, aku mau keluar!" Terucaplah kata-kata yang sesuai dengan harapan dan niatku.

"Uhh! Aku keluar di mana, Kak?" tanyaku sambil terus menggenjot vaginanya.

"Ahh! Terserah! Ahhhhh!"

CROT! CROT! CROT!

Saat Kak Kimi melenguh panjang, penisku memuntahkan seluruh isinya ke dalam liang rahim kakakku. Kulit penisku merasa hangat di dalam sana karena cairan kenikmatan Kak Kimi juga membanjiri liangnya. Mata Kak Kimi terpejam menikmati seluruh sensasi yang ia rasakan. Karena akumulasi banyaknya cairan kami, maka sebagian dari campuran cairan kami meluber keluar dari vagina Kak Kimi.

"Punya Kakak enak banget," ujarku sambil berbaring di sampingnya.

"Punya kamu juga enak, Sayang."

Kak Kimi mengangkang lebar, membiarkan sebagian besar cairannya meluber keluar ke ranjangku. Aku pun memeluk dirinya yang sudah berkeringat sama seperti diriku. Kemudian kukecup pipinya dan menyibak anak rambut yang menutupi telinga kanannya.

"I love you, Kak Kimi," ujarku lembut di samping telinganya

"Love you too, Ricky Sayang," balasnya dengan sebuah senyuman mengembang di bibirnya.

"Aku janji, aku gak bakal ninggalin Kakak lagi selamanya dalam keadaan apapun."

"Makasih. Aku makin sayang deh sama kamu."

Aku mengambil selimut untuk menutupi tubuh kami. Kemudian kami saling memeluk satu sama lain dalam keadaan masih polos tanpa sehelai benang. Aku mencium kening Kak Kimi sebagai tanda sayangku. Tak lama, kami kembali tertidur dalam keadaan saling berdekapan.
.
.
.
.
.
.
Hoamm! Kami terbangun bersama sejam kemudian. Aku mengajak Kak Kimi untuk mandi bersama. Di dalam kamar mandi, aku segera menyalakan pancuran air yang langsung membasahi tubuh kami berdua.

Nafsu birahiku kembali bangkit melihat tubuh polos Kak Kimi yang basah oleh air. Maka tanpa peringatan, aku langsung menyosor ke bibirnya Kak Kimi. Aku memeluk pinggangnya dan meraba-raba bagian pantatnya. Sejenak kemudian, aku membalikkan tubuh Kak Kimi. Seolah mengerti apa yang kuinginkan, Kak Kimi langsung menempelkan kedua tangannya ke dinding dan menunggingkan pantatnya menghadapku. Tampaklah lubang vaginanya yang licin karena dimasuki percikan-percikan air dan bongkahan pantatnya yang montok menggoda.

BLES! Ahhh!

Aku kembali memasukkan penisku ke dalam vaginanya. Kak Kimi langsung melenguh. Aku langsung menyodok-nyodok vaginanya Kak Kimi tanpa memberi ampun. Maka lenguhan Kak Kimi kudengar menjadi lebih keras daripada saat di ranjang tadi.

"Ahhh! Ricky, sakit! Ahhh!"

Aku tak peduli dengan Kak Kimi yang memintaku untuk memelankan genjotan. Aku sudah seperti kesetanan karena nafsuku yang sudah memuncak kembali. Kini aku juga meremas dan sesekali menampar pantat Kak Kimi yang putih itu.

"Ahhh! Ricky! Ahhh! Ahhh!"

Kak Kimi terus menjerit karena rasa nikmat dan sakit. Aku masih cuek dan terus menggenjot liang kewanitaannya. Yang kurasakan saat ini adalah aku harus menghukum Kak Kimi yang mau-maunya menuruti nafsu iblisku saat ini.

"Ahhh! Ricky, kamu jahat! Ahhhh!"

PLAK! PLAK!

Pantat Kak Kimi yang besar dan berguncang karena sodokanku terus membuat nafsuku jadi naik. Aku menamparnya hingga pantatnya yang semula putih mulus jadi kemerahan. Sementara penisku terus menggenjot vaginanya dengan kencang. Suara jeritan Kak Kimi semakin melengking saja karena terus menahan sakit.

"Ahhhh! Ricky!"

CROT! CROT! CROT!

Kebetulan sekali. Kami kembali orgasme secara bersamaan di dalam liang vaginanya Kak Kimi. Aku membiarkan penisku memuntahkan isinya sampai puas di dalam vagina Kak Kimi. Barulah setelah itu, aku mencabutnya dan mencucinya dengan pancuran air.

"Sayang, kamu jahat!" ujar Kak Kimi sambil menceboki vaginanya.

"Habis enak banget sih pantat Kakak."

"Kamu kasar! Aku gak suka, sakit!" Walau wajahnya sedang tersiram oleh pancuran air, aku tahu bahwa ia mengeluarkan tangis air matanya, terlihat dari wajahnya yang berubah jadi muram dan matanya yang memerah.

"Aduh, maaf dong, Kak. Aku lagi kebawa nafsu. Maaf ya." Aku langsung memeluk Kak Kimi namun ia malah mendorong diriku.

"Hiks… Kamu cowok jahat! Kamu sama kayak cowok di luar sana!" Wajahnya jadi semakin muram. Ia menundukkan wajahnya dan menangis. Hatiku menjadi luluh dan tak tega seketika.

"Kak, aku janji gak bakal nyakitin Kakak lagi. Pegang kata-kataku, Kak." Ia hanya diam mendengar kata-kataku. Namun aku tahu, kalau Kak Kimi diam seperti ini, artinya ia sangat marah kepadaku.

"Maafkan aku, Kak. Aku memang keterlaluan."

Aku mencoba untuk kembali memeluk dirinya. Namun mengejutkannya, kini gak ada lagi penolakan dari Kak Kimi. Walau ia masih marah, tapi setidaknya ia menghargai pelukanku ini. Aku mengecup keningnya tersebut dan mengelus rambutnya yang basah.

"Ya udah. Aku gak bakal ganggu Kakak dulu. Maaf."

Saat aku membalikkan badanku untuk mengambil sabun, tiba-tiba Kak Kimi memelukku dan menangis lagi. Aku mematikan pancuranku dan memegang tangannya yang lembut itu.

"Hiks… aku juga minta maaf, Sayang. Aku gak bermaksud buat benci sama kamu."

"Kak, Kakak gak salah kok."

"Aku gak mau kamu ngejauhin aku. Maafkan aku."

"Kak… mana mungkin aku ngejauhin Kakak tersayangku ini."

Aku mengangkat dan mengecup punggung tangannya tersebut. Perlahan tangisan Kak Kimi mulai mereda. Aku mencoba berdamai dengan Kak Kimi dan ia menerima upaya damaiku ini. Maka aku kembali menyalakan pancuran ini. Di bawah air yang mengalir, kami berpelukan, saling membersihkan tubuh, dan tak lupa bertukar ciuman mesra dari bibir.
 
Jangan berjanji, bila tak bisa memenuhi bro Ricky. Every action has consequences
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Dan terjadi lg..
Hehe..
Jangan2 mereka mang bukan saudara kandung..
Dulu Ricky di usir dan dimarahin karena masih kecil dan lom mapan tp udah gitu2an..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
 
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Dan terjadi lg..
Hehe..
Jangan2 mereka mang bukan saudara kandung..
Dulu Ricky di usir dan dimarahin karena masih kecil dan lom mapan tp udah gitu2an..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Ih kita sepikiran aww
 
Thanx upnya suhu @Ichbineinbuch ... :beer:
Yoi gan, sama-sama
Ricky plin-plan nih, ga teguh pendirian, malah kasih harapan lagi , harapan yang ga bisa dicapai :|
Kalau agan di posisi Ricky, bakal pilih Kak Kimi, Elle atau Claire? Dan satu lagi, gak ada harapan yang gak bisa dicapai, kecuali berharap bisa lari keliling galaksi
Cinta mati yg kuat
Kalau cinta mati, pasti kuat gan
Makasi apdetnya suhu...
Yoi gan
berharap Claire nyusul datang ke indonesia, biar Ricky "dipaksa" menentukan pilihan :p
Apakah dia bakal datang? Hmm....
Dasar Ricky fakboi :( :(
Nanti ditinggal lagi kimi nya :(:(
Trus kimi nangis2 lagi :(:(
Trus aku yg baper :|:|
Ya namanya juga cowok, selalu ngembat mana yang paling enak
ijin baca yaa suhu.. thanks
Silakan gan
 
seru nih Hu.. lanjut suhu..
Gaskan gan
Suhu gercep ih..... Saya suka saya suka saya suka..... :kk:
Alah, mang cam tu lah ts yang baek, Mei-mei
Mantap ada update pagi
Makasih hu
Yoi gan, sama-sama
Jangan berjanji, bila tak bisa memenuhi bro Ricky. Every action has consequences
Semuanya, kita serahkan aja lagi ke Ricky
:mantap: :mantap: :mantap:

terimakasih updetnya suhu @Ichbineinbuch

keep posting dan sehat selalu :beer:
Yoi gan, makasih doanya
Mantap dong
Makasi apdetnya suhu..
Yoi gan, sama-sama
Terimakasih atas update ceritanya suhu @Ichbineinbuch ..
Dan terjadi lg..
Hehe..
Jangan2 mereka mang bukan saudara kandung..
Dulu Ricky di usir dan dimarahin karena masih kecil dan lom mapan tp udah gitu2an..
Ditunggu update cerita berikutnya suhu..
Tapi, bukannya udah dibilang karena mereka saudara sekandung, makanya Ayah Ricky sampai murka ngehajar dia?
ugh kimi bikin tegang
Pasti dong, Kimi gitu loh
Ih kita sepikiran aww
Hmm ada pendukungnya nih
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd