Agen Terpercaya  
 
 
Pasang iklan, hanya lewat Contact Us.
Waspada penipuan iklan. Klik di sini untuk melihat daftar penipu.

Amulet (Tamat)

Bimabet
Bab 13

Duduk di perpustakaan tiga jam kemudian, Jason merasa sulit untuk berkonsentrasi pada tugas-tugasnya. Dia masih harus menyelesaikan laporannya, dan bukannya membawa pulang buku perpustakaan, ia memutuskan untuk menyelesaikannya di sini. Robin Lobeaux menghabiskan harinya dengan adik perempuannya di rumah mereka, dan ia tak punya keinginan untuk melihatnya dan diingatkan akan apa yang telah ibunya lakukan pada Jumat malam. Plus, tak ada di rumah mengurangi kemungkinan dia bertemu dengan ke Sam atau ibunya, ia tak punya keinginan untuk menghadapi mereka saat ini.

Dia baru saja menyelesaikan tugasnya ketika seseorang duduk di kursi di seberang mejanya.

Berbisik dengan keras "Dude!" membuat ia tahu itu adalah suara Danny. Ibunya pasti telah mengatakan pada temannya di mana dia bisa menemukannya.

"Hei Danny," katanya, menghentikan apa yang sedang dikerjakannya. Dia masih bingung tentang tadi malam, dan memiliki beberapa pemikiran yang harus dilakukan sebelum ia keluar dan menuduh temannya berbohong padanya.

"Dude!" Temannya mengulang bisikan kerasnya, "Kau terkenal!"

"Ssst!" Terdengar suara bisikan dari lantai bawah. "Ini adalah perpustakaan." Ini adalah suara Miss Parkes, Kepala perpustakaan, yang menjalankan tugasnya dengan ketat.

Danny mengulangi perkataannya lagi, dengan bisikan sedikit lemah. "Kau terkenal Jason!"

"Kau ngomongin apa sih?" Bisik Jason merespon.

"Kau dan Becky. Ini diseluruh kota."

Jason tampak terkejut. "Apa yang diseluruh kota?"

"kau dan dia, di restoran Angelo, dan sampai ke Brady's Overlook. Kau hebat!"

"Shhhhh," terdengar suara Miss Parkes dari bawah.

"Kau tahu tentang itu?" Tanya Jason.

"Semua orang tahu tentang itu. Seperti aku bilang, kau orang yang dibicarakan di seluruh kota."

Jason menggeleng. Ini tidak bagus. Sam jelas tahu tentang kejadian di Angelo, tapi ia berharap Sam tak akan tahu tentang kejadian di Overlook. Dia membuat ekspresi sedih.

"Apa yang salah? Kukira kau sangat ingin bersama dengan Becky cukup lama?"

"Memang. Tapi bukan berarti aku mau itu terpampang di seluruh kota."

Danny nyengir. "Kalau gitu mungkin kau seharusnya nggak ajak kapten tim cheerleader ke restoran terpopuler di kota ini, lalu pergi ke tempat bermesraan paling populer, pada malam ketika semua orang di sana. Dude, kau praktis memohon agar dimasukkan dalam berita jam 11."

Jason memegangi kepalanya. Tentu saja Danny benar.

"Apa masalahnya sih?" Kata Danny. "Kau mewujudkan impianmu. Apa pedulimu jika orang-orang membicarakan tentang hal itu?"

"Ini rumit. Hei, aku harus pergi" Dia membutuhkan waktu untuk mencerna berita baru yang sedikit berita buruk ini.

"Kalian berdua!" Itu suara Miss Parkes dan dia berjalan menuju kearah mereka. "aku bilang ini adalah perpustakaan dan kau harus-", ia berbelok dan menghadap mereka, dan berhenti di tengah kalimat saat melihat Danny.

"Danny!" Katanya, tampak terkejut. "Aku tak tahu kalau itu kamu. Apa yang kau lakukan di sini?"

"Ngobrol dengan temanku Jason disini."

Dia tak pernah melirik ke arah Jason. "Senang memiliki kau di sini Danny, tidak sering kau datang kesini."

Jason melihat bahasa tubuhnya. Biasanya ia berdiri tegak, memancarkan aura otoritas tak diragukan lagi. Di sini, tubuhnya gelisah dengan gugup, lututnya merapat dan pinggulnya bergerak-gerak. Dan dia memutar seikat rambutnya di jari telunjuknya. Dia tampak seperti anak sekolah ketika diminta menari untuk pertama kalinya. Jason memandang antara Miss Parkes dan temannya yang sedang nyengir. Sialan!

"Maaf tentang kebisingan Miss Parkes," kata Danny, "tapi kami akan segera pergi."

"Oh Danny," katanya sambil melambaikan tangan, seolah-olah ia ingat ini adalah hari Nasional Boleh Teriak di Perpustakaan. "kau tak perlu pergi."

Danny berdiri dan Jason melakukan hal yang sama. "Kami memiliki beberapa hal untuk dibicarakan. Sampai nanti Miss Parkes," kata Danny.

"Bye Danny. Ingat kita buka setiap malam dalam seminggu. Waktu penutupan adalah jam 9 malam"

Terpikir oleh Jason mengapa dia memberitahunya waktu penutupan, dan sekali lagi ia harus bermain game mental untuk mencegah gambaran yang tak diinginkan masuk kedalam kepalanya.

"Jadi ada apa, teman?" Tanya Danny saat mereka melangkah keluar dari pintu masuk perpustakaan. "Ada sesuatu yang tak kau katakan."

"Aku hanya bingung tentang beberapa hal."

"Masalah cewek? Hei, kau sedang melihat masternya masalah cewek."

"Dude," kata Jason, meniru kata favorit Danny, "Satu-satunya masalah cewek yang kau punya adalah bagaimana menjauhkan mereka darimu."

Danny menyeringai. "kau ada benarnya, tapi itu nggak sepenuhnya benar."

Jason memandang temannya. "Tunggu, kau mengalami beberapa masalah dengan seorang cewek? kau? Danny Double-Z Mazzelli?"

Danny tampak malu. "Ini bukan seorang cewek, itu mereka semua."

"Hah?"

Danny berhenti sejenak, seolah mencari kata yang tepat. "Rasanya seperti makan junk food. Maksudku, kita semua suka keripik kentang, Twinkies, permen, dan sejenisnya."

"Aku tak paham arah pembicaraanmu."

Danny tampak frustrasi. "cewek-cewek itu seperti junk food. Makanan ringan yang lezat."

Sinar pemahaman menyala di kepala Jason.

"Dan seperti yang aku bilang, kita semua suka junk food," Danny melanjutkan, "tapi jika kau makan itu setiap hari, bukankah kau akan mulai ingin makan steak?"

"Aku paham. Dan apa yang akan kau anggap sebagai makan steak?"

"Aku nggak tahu," kata Danny, terlihat lebih frustrasi. "Mungkin seseorang yang akan ingin bersamaku karena dia menyukaiku, bukan karena football atau seks. Seseorang yang mungkin bisa aku ajak bicara setelah itu."

Jason tampak kagum. "Kau tahu, kupikir aku tak akan pernah mendengar kau mengatakan sesuatu seperti itu."

Danny menyeringai malu.

Jason memikirkan hal itu sejenak, kemudian berkata, "Kau seharusnya bicara dengan Donna."

"Donna? Dia salah satu dari Makanan ringan lezat yang aku bicarakan. Suatu kali dia dan aku-" Dia berhenti, memutuskan untuk tak melanjutkan.

"Beri dia kesempatan. Dia punya eksterior keras, tapi hatinya lembut. Dan kupikir dia benar-benar peduli tentangmu. Plus, kau mungkin menemukan bahwa kau punya banyak kesamaan dengan dia dari yang kau kira" Jason mengingat kembali saat ke ruang ganti.

"Donna," kata Danny, pikirannya bekerja.

Jason masih membutuhkan jawaban dari temannya. Dia punya ide.

"Danny, kupikir aku dan Becky nggak akan berhasil," kata Jason, mengamati reaksinya.

"Apa yang terjadi?" Kata Danny, nada suaranya benarbenar terkejut. "Kalian makan malam dan pergi ke Overlook. Kedengarannya kau bersenang-senang disana."

"Kau tahu bagaimana ketika kau menginginkan sesuatu," Jason memulai, "tapi ketika kau mendapatkannya, ternyata itu bukan seperti apa yang kau harapkan?"

"Yah," kata Danny, ekspresi kebingungan ada di wajahnya. "Tapi kita sedang bicara tentang Becky Johnson sini. Bagaimana bisa dia bukan apa yang kau harapkan?"

Jason mencoba membaca wajah temannya. Dia tak melihat apa-apa selain kejujuran yang terbuka. Jika Danny bohong, pasti dia aktor yang cukup baik.

"Dia bilang padaku beberapa hal. Hal tentang masa lalunya."

"Wah, tahan dulu sebentar." Danny berhenti berjalan, dan Jason berhenti dengan dia. Temannya menatapnya dengan serius. "Jason, aku nggak yakin apa yang kau harapkan, tapi aku harap kau nggak berpikir dia masih perawan."

Jason menggeleng. "Bukan itu. Nggak sama sekali. "

"Penyebabnya dude, aku bisa memberitahumu beberapa cerita. Kupikir kau nggak ingin mendengarnya."

"Cerita?"

"Ya, cerita." Temannya tampak tak nyaman. Bukan kondisi yang biasa dihadapi oleh Danny.

"Seperti apa?"

Danny menatapnya. "Ayolah Jason, jangan minta aku untuk melakukan itu. kau nggak ingin mendengar hal-hal semacam itu tentang Becky."

"Aku ingin mendengar apa pun yang kau anggap penting bagiku untuk didengar. Ada yang perlu diwaspadai."

Danny menggeleng. "Kau sedang bicara dalam teka-teki di sini. Tanya saja padaku apa yang ingin kau tahu."

Jason mengusap tangannya di dahinya. Ini tak akan ke mana-mana. Dia memutuskan untuk mencoba taktik yang berbeda. Dia mulai berjalan lagi, dan Danny diikuti.

"Aku jatuh cinta pada orang lain."

Danny tampak terkejut. "Dude, orang lain selain Becky? Kenapa kau nggak bilang? Siapa cewek yang beruntung itu?"

"Dia belum tahu."

"Jason, kau jatuh cinta dengan Becky selama dua tahun tanpa dia tahu. Bagaimana ini berbeda?"

"Beda."

"Jadi siapa dia? Orang yang aku kenal?"

"Aku lebih suka tak mengatakannya."

Danny menatapnya dengan penuh perhatian. Setelah beberapa saat, ia berkata, "Ini Sam, kan?"

Jason berhenti dan ternganga pada temannya. "Gimana kau bisa menebaknya?"

Danny menyeringai. "Bung, ternyata dia! Selamat. Kalian berdua diciptakan untuk satu sama lain. Aku selalu tahu itu."

"Ini rumit," lanjut Jason sambil terus berjalan.

"Apa yang rumit? kau menyukainya, dan dia jelas menyukaimu. Kau mungkin buta terhadap kenyataan ini, tapi itu jelas seperti siang hari bagiku. Cewek itu berseri-seri ketika kau didekatnya."

"Kemarin dia melihat aku di Angelo bersama Becky, setelah itu aku baru ingat bahwa aku punya janji kencan dengannya pada saat yang sama."

"Ouch! Dude, kau benar-benar kacau. Seluruh hidupmu kau belum pernah berkencan, dan lalu kau menjadwalkan dua cewek pada saat yang sama?"

"Dan yang lebih parah lagi, sekarang ini berita menyebar di seluruh kota bahwa aku ke Brady Overlook dengan Becky, dia akan tahu tentang itu juga."

"Double Ouch! kau lebih baik menjaga bolamu ketika dia didekatmu, dia mungkin akan memotong bolamu."

"Ya, aku memang kacau." Jason memutuskan untuk kembali ke pertanyaan yang ia butuhkan dari Danny.

"Jadi," katanya, "hal ini berarti aku dan Becky sudah selesai. Kami tak bergaul dengan baik, dan sekarang aku jatuh cinta dengan Sam, Becky keluar dari radarku."

"Keren dude. aku tak pernah bilang apapun, tapi aku selalu berpikir bahwa kau melamun terus tentang dia itu nggak sehat."

"Jadi," lanjut Jason, mencoba untuk mencari tahu bagaimana mengatakannya, "aku tak peduli tentang Becky lagi, jadi jika dia kencan dengan siapapun, atau berhubungan seks dengan siapapun, aku tak peduli. Bahkan jika itu dengan seseorang yang aku kenal."

"Ya," jawab Danny, tampak bingung, "itu nggak perlu dikatakan."

"Aku hanya bilang dia bebas untuk melakukan apapun yang dia mau, dan setiap orang bebas untuk melakukan apa saja dengan dia."

"Sekarang kau bicara aneh lagi." Mereka telah mencapai Mustang kuning Danny, dan dia membuka pintu dengan remote-nya. "Kau mau pulang?"

"Nggak, aku punya beberapa hal untuk dipikirkan."

Danny tertawa. "Tentu kau harus teman. Seperti yang aku bilang, hati-hati dengan bolamu."

Danny masuk ke mobilnya, dan Jason memutuskan untuk mencobanya sekali lagi. "Kalau Sam dan aku jadian, salah satu manfaat adalah ada nol persen kesempatan kau dan aku tidur dengan cewek yang sama."

Danny memandangnya, seolah-olah dia tak tahu apa maksudnya, dan kemudian dia tertawa terbahak-bahak. "Kau benar sekali. Dia membenciku. Tapi ada juga sisi negatifnya yang kau belum pikirkan. Jika kau pacaran dan akhirnya menikah, tak mungkin dia akan mengijinkanku untuk menjadi pendamping pernikahanmu" Dengan itu, Ia tertawa lagi dan melesat pergi.

Jason menyaksikan 'DOUBLEZ' plat menghilang di tikungan, dan memutuskan bahwa ia merasa sedikit lega tentang temannya itu.
 
Bab 14

Jason menyelesaikan laporan di kamarnya, dan merasa perlu untuk berpikir, sehingga ia berbaring di tempat tidurnya. Dia telah berhasil kembali ke dalam rumahnya tanpa harus bertemu dengan salah satu wanita dari keluarga Scott, atau Robin. Sejauh ini, baik-baik saja. Pikirannya berada di dalam pusaran. Danny di perpustakaan adalah Danny yang sama yang ia selalu kenal. Dia tak bisa mendeteksi tanda-tanda ketidakjujuran Danny tentang hubungannya dengan Becky. Dan ketika dia membiarkan Danny tahu dia tidak peduli lagi tentang Becky, reaksi temannya hanya acuh tak acuh. Apakah Danny benar-benar bagus sebagai seorang pembohong?

Di sisi lain, Becky cukup meyakinkan juga. Dia tahu tentang Jason memberi les Danny yang itu tak terbantahkan. Ini tidak benar-benar membuktikan bahwa mereka berdua telah berhubungan seks, tapi itu menunjukkan hubungan mereka jauh lebih dalam daripada yang Danny sadari, karena jika Danny mengatakan padanya tentang hal itu, itu berarti ia mempercayainya. Dan apa yang akan menjadi motifnya untuk berbohong? Dia tidak bisa memikirkan satupun alasan.

Dan apa yang Donna tahu tentang Becky? Dia menyembunyikan sesuatu, tapi apa?

Itu semua berputar-putar di kepalanya hingga otaknya sakit. Tak satu pun yang masuk akal. Bukankah ia seharusnya orang yang pintar? Mungkin di mata pelajaran sekolah ia pintar, tapi ketika berurusan dengan hubungan cowok dan cewek, dia adalah anak paling bodoh di dalam kelasnya, dan ia tahu itu.

Dia memegang kalung itu di tangannya, merasakan kehalusan diantara jari-jarinya. Dan bagaimana dengan benda ini? Mungkinkah ia menggunakannya untuk membantu memecahkan masalah yang dihadapinya? Saat sel-sel otaknya kelelahan, ia mulai tertidur. Dia mencoba memikirkan Sam, berharap mimpinya akan berhubungan tentang dia. Ternyata tidak. Tapi ia bermimpi tentang seorang cewek.

Dalam mimpinya ia duduk di bawah pohon di padang rumput besar. Begitu besar dia hanya bisa melihat rumput di segala arah. Tidak ada gunung dan tidak ada pohon lain selain pohon tempat dimana sekarang ia berada. Di padang rumput matahari bersinar cerah, tetapi di bawah bayangan pohon terasa dingin.

Dia sendirian pada awalnya, tapi kemudian dia melihat seorang cewek bersamanya. Dia tak yakin bagaimana dia sampai di sana, tetapi ketika ia menoleh, dia sudah ada disana. Dia telanjang, dan ini tampaknya tak mengganggu atau menggairahkan dirinya. Dia hanya telanjang,itu saja. Itu hanya sebuah fakta untuk diamati. Lalu ia melihat dirinya telanjang juga, dan itu juga tidak mengganggunya.

Dia tidak mengenalinya, tapi itu juga bisa berarti bahwa dia mungkin telah duduk di belakangnya di kelas Sejarah. Dalam mimpinya, ia tertawa ketika ia berpikir tentang hal ini, dan cewek itu tersenyum oleh tawanya.

Dia memiliki kulit yang bersih, tapi rambutnya hitam seperti tinta. Panjang dan mengalir di sekitar kepalanya seolah-olah berada di bawah air. Mata biru cerahnya tampaknya seperti memandang tembus melalui dirinya. Diantara payudaranya terdapat kalung, berputar dengan warna cerah di sana, hampir berwarna hitam. Dia pikir itu adalah kalung miliknya, tetapi ketika ia melihat ke bawah, kalung itu masih tergantung di lehernya, seterang kalung yang dikenakan cewek itu.

"Hello Jason. Aku Ambriel."

"Halo Ambriel. Dimana kita?"

"Ini adalah tempat di mana kau dan aku bisa bertemu."

"Bagaimana aku sampai di sini?"

"Amuletku yang membawamu ke sini." Entah bagaimana ia tahu bahwa cewek itu sedang membicarakan tentang kalung itu.

"Bisakah punyaku melakukan itu?"

"Tidak semua amulet punya kegunaan yang sama. Amuletmu memungkinkan kau untuk melihat kebenaran."

Ia menyadari bahwa sekarang mereka duduk bersama. Ia bersila dengan punggung menempel pohon, dan cewek itu sekarang berada di pangkuannya, kaki cewek itu melilit pinggangnya, dan penisnya berada di dalam dirinya. Dia tidak keras, dan bertanya-tanya bagaimana caranya ia bisa masuk kevaginanya itu. Entah bagaimana ia mengerti ini bukan seks yang sekarang sedang mereka lakukan, melainkan sejenis koneksi.

"Apakah amuletku selalu menunjukkan kebenaran?"

"Amuletmu selalu menunjukkan kebenaran, tapi kadang-kadang kau mungkin tidak melihatnya."

"Aku tak paham."

"Jika aku mengatakan sebuah kebenaran, dan kau mendengar itu sebagai sebuah kebohongan, apakah itu membuatku jadi seorang pembohong?"

"Tidak," jawabnya. Dia menunduk dan amulet mereka sekarang bersatu, membentuk massa yang menggeliat penuh warna, beberapa warna bahkan ia belum pernah lihat sebelumnya.

"Kau dipilih untuk memiliki amulet ini karena keberanianmu Jason."

"aku tidak merasa sebagai seorang pemberani."

"Keberanian bukanlah tentang perasaan. Ini adalah kekuatan batin untuk membuat pilihan yang tepat ketika pilihan yang tepat itu adalah sulit."

Dia melanjutkan, "Pemilik amulet diuji dua kali, sekali untuk mendapatkannya, dan sekali untuk memilikinya. Tes keduamu sudah dekat. Aku akan membantumu mempersiapkan diri ketika saatnya tiba."

Dia ingin bertanya lebih lanjut tentang pengujian itu, tapi dia berkata, "Kita harus berpisah sekarang. Selamat tinggal Jason."

"Selamat tinggal Ambriel."

Dia meraih amulet di antara tubuh mereka dan menarik amulet itu lepas darinya.
 
harusnya masuk ke cerbung nih .. bgus suhu ceritnya :jempol:
 
Lannjuuutttt :((
Btw ini terjemahan dari web mana yak.. keren bgt
 
Bujug.. Cerita ini bagus amat..

Jgn lama2 updatenya om.
 
Bab 15

Ketika ia terbangun, hari sudah malam. "Mimpi apaan ini," ia bergumam, tapi mimpinya begitu nyata dan hidup. Dan itu tidak memudar seperti mimpi lain yang biasa ia alami.

Dia melirik alarm dan melihat itu sudah jam delapan.

Dia merasa perlu untuk pergi keluar. Ada sesuatu yang akan terjadi yang perlu ia lihat. Dia bisa merasakannya. Memastikan ia membawa amulet, ia pergi keluar.

Di lantai bawah, ia bertanya pada ayahnya apakah boleh jika ia meminjam mobil. Agaknya ibu Jason, yang duduk menunggu sampai ia tiba di rumah tadi malam, telah memberitahu ayahnya tentang keadaan buruknya saat ia tiba di rumah. Jadi ayahnya bersedia untuk memberi kelonggaran padanya.

"Kuncinya ada di gantungan, ia berkata ,"Sampai di rumah jam 10, dan Jase ..."

Jason berbalik ke arah ayahnya.

"Segalanya akan beres nak. Hanya beri sedikit waktu."

"Terima kasih, yah." Jason tersenyum lemah, meraih kunci dan pergi keluar, tanpa tahu ke mana ia menuju.

Dia menyetir tanpa berpikir, pikirannya terganggu. Tapi setelah beberapa saat, itu jelas di mana ia akan pergi. Dia bergerak ke arah lingkungan rumah Becky, tak yakin apa yang dia lakukan di sini. Saat ia melewati rumahnya, ia mempertimbangkan kemungkinannya. Dia bisa mengetuk pintu dan bicara dengannya, atau dia bisa memakai amulet dan mencoba untuk menyelinap ke kamarnya. Dia tak yakin apa yang baik untuk dilakukan. Dia mungkin akan membanting pintu di wajahnya, dan ia juga sedang tak ingin menonton dia duduk kamar hanya dengan celana dalam. Pikiran yang terakhir itu tak pernah terpikirkan dua hari lalu, tapi sudah banyak yang terjadi sejak dua hari terakhir.

Dia memutuskan bahwa ia telah keliru untuk datang ke sini, dan setelah berputar-putar bloknya tiga kali, ia berniat pulang ke rumah. Tapi saat ia berbelok keluar dari gerbang perumahan, sebuah Mustang kuning melintas melewatinya dan melaju ke dalam.

Ia sangat terkejut. Mengapa Danny di ada sini?

Dia berputar dan kembali. Ia berharap tak akan melihatnya, tapi ada disitu, Mustang dengan plat 'DOUBLEZ' diparkir tepat di depan rumah Becky. Itu kosong jadi Danny pasti sudah berada di dalam. Sudah saatnya untuk menggunakan amulet.

Dia parkir di jalan di mana ada semak-semak membuat mobilnya tak terlihat dari pandangan. Dia dengan canggung melepas pakaiannya di dalam mobil, dan memakai amuletnya. Dengan cepat keluar dari mobil sehingga cahaya lampu mobil tidak terlalu lama menyala, ia kemudian menuju ke jalan.

Dia mencoba pintu belakang dulu, yang merupakan pintu kaca geser yang menuju ke dek yang rendah, tapi itu terkunci. Berjalan berputar, ia tak bisa menemukan jalan masuk selain pintu depan. Josh mungkin di tempat tidur sekarang, jadi dia tidak bisa bergantung pada anak kecil itu untuk membukakan pintu buatnya saat ini.

Tak ada pilihan lain - ini pasti pintu depan. Dia berharap itu tak terkunci. Dia menguji pegangan pintu dan ia beruntung, dan pintu bersuara klik terbuka. Mendorongnya terbuka cukup lebar hanya memungkinkan dia untuk menerobos, dia menutupnya dengan pelan-pelan.

Suara TV terdengar dari ujung lain rumah itu, datang dari satu-satunya kamar di mana lampunya menyala. Dia mencari tangga, menemukannya di tengah rumah, dan berjalan dengan hati-hati naik ke lantai atas. Karpetnya sangat mewah, dan karena rumah baru, tidak ada suara yang muncul ketika ia berjalan ke atas. Lorong di lantai atas gelap, tapi kamar tidurnya tidak sulit untuk ditemukan. Ini adalah satu-satunya kamar dengan musik samar terdengar dari balik pintu.

Ia menempelkan telinganya ke pintu, dan mendengar musik yang keras, tapi ada juga suara gumaman. Lampu di kamar mati - sebuah fakta yang menyebabkan rasa sakit ke dadanya.

Dia harus tahu. Dia meraih pegangan pintu dan memutarnya perlahan-lahan. Pintunya tidak terkunci, dan ketika ia tidak bisa memutarnya lebih jauh lagi, ia mendorong dengan lembut dan pintu berayun berbuka sekitar satu inci. Musik terdengar keras. Ia mengira salah satu dari mereka melihat ke arah pintu, dan menunggu respon mereka, tetapi tak ada tanggapan. Dia mendorong pintunya lebih lebar, dan sekarang bisa melihat ke dalam ruangan, setidaknya salah satu sudutnya.

Dia ternyata salah, ada cahaya menyala di dalam. Tapi itu hanya lampu meja dan cahayanya menerangi kamar dengan cahaya yang rendah. Becky ternyata tidak berbohong tentang penghargaan cheerleader-nya. Benda sialan itu ada di mana-mana. Sertifikat dan selempang di dinding, piala dan foto ada di meja. Seluruh ruangan tampak seperti lemari piala.

Dimanapun mereka berada, mereka pasti tak berada di bagian ruang yang ia bisa melihat. Tapi ia mendengar suara mereka lagi, suara gumaman lembut nyaris tak terdengar tenggelam oleh musik. Otot di perutnya terpilin.

Dia mendorong pintu lebih lebar, dan sekarang ada cukup ruang baginya untuk menyelinap ke dalam. Dia menunggu beberapa saat untuk memastikan tak ada yang melihat kondisi pintu yang berubah, tapi sekali lagi tak ada reaksi. Dia dengan hati-hati melangkah kedalam, dan berbalik menuju ujung lain dari kamar itu.

Perutnya melilit. Mereka berada di tempat tidur. Jason berdiri di kaki tempat tidur, dan bisa melihat Danny berbaring telentang, kakinya diluruskan ke arah Jason. Becky mengangkangi dia, duduk, memunggungi Jason, dan menghalangi seluruh tubuh Danny dari pandangannya. Dalam cahaya redup ia nyaris tak bisa melihat penis keras Danny masuk ke dalam Becky. Pinggulnya yang bergoyang-goyang, dan Becky meluncurkan tubuhnya ke atas dan ke bawah. Dia bisa melihat cairan licinnya, dan dia bisa mendengar suara yang basah berasal dari mana organ mereka yang terangsang bertemu. Jason melihat lebih dekat dan melihat sesuatu yang aneh. Dalam cahaya redup ia bisa melihat sebuah vibrator plastik merah muda mencuat keluar dari pantat Danny.

Dia ingin meninggalkan kamar itu. Dia tak bisa menonton ini. Tapi dia masih harus tahu. Apakah mereka melakukan ini karena apa yang ia telah katakan pada Danny hari ini, atau ini sudah berlangsung cukup lama?

"Lebih cepat sayang," bisik Danny.

Irama kecepatan Becky meningkat dan dia bisa mendengar erangan Danny juga bertambah. Pantat Becky bergerak melompat naik turun, menampar keras melawan paha Danny, dan kemudian kembali ke atas, sampai hanya ujungnya berada dalam dirinya. Berulang-ulang, pantatnya berputar naik dan turun di kemaluannya. Danny meraih pinggulnya dan meningkatkan kecepatannya, menarik ke bawah dengan kuat. Tangan Becky bergerak kebelakang dan meraih vibrator, dan memasukkannya lebih dalam lagi.

Tiba-tiba tubuh Danny menegang, dan ia mendorong kemaluannya seluruhnya keatas, jauh di dalam dirinya. Erangan Danny berubah menjadi jeritan bernada tinggi dan Becky mencondongkan tubuhnya ke depan untuk menutupi mulut Danny dengan tangannya, mengingatkan dia untuk diam. Jason mencatat dengan sedikit kepuasan bahwa Becky tidak berbagi orgasme bersamanya.

Becky berbaring diatas tubuhnya, menciumnya saat rambutnya menjuntai di sekitar wajah Danny.

"Kau keluar dengan cepat hari ini sayang," katanya lembut.

"Itu karena aku sudah cukup lama tidak didalam dirimu," bisik Danny. "Tapi jaga tetap seperti ini, aku segera akan keras lagi."

Jason tertegun. Bagaimana bisa Danny jadi pembohong yang ulung?

"Mmmm," katanya, "Ingin mainannya tetap di dalam juga?"

"Yah sayang. Rasanya seperti surga."

"Ok, tapi kita harus tetap tenang agar orang tuaku nggak bisa dengar."

"Ceritakan tentang kencanmu dengan si kutu buku itu," bisik Danny, "Gimana hasilnya?"

"Itu berjalan dengan sempurna. Sama seperti yang kau rencanakan. Kupikir Jason nggak akan jadi masalah lagi."

"Kukira sedikit memuakkan untuk melihat dia menatapmu sepanjang waktu. Aku dengar kalian berdua pergi ke Overlook. Apa kau tidur dengannya?"

"Tidak Sayang, kita hanya bicara. Dia bersikap gentlemen. Dia benar-benar cowok yang baik. aku merasa nggak enak memperlakukan dia seperti itu."

Danny tertawa. "Itu kedengarannya seperti Jason. Pecundang itu nggak akan pernah dapat kesempatan untuk bercinta."

"Kupikir dia punya perasaan pada si Samantha itu."

"Botol cola. Panggilan itu yang kita pakai untuk memanggilnya ketika kita masih kecil karena ia pakai kacamata tebal. Dia masih membenci kita untuk hal itu."

Becky tertawa, "Itu kejam."

"Ya, tapi dia sekarang berubah jadi cewek yang seksi sekarang. Aku punya rencana untuk menidurinya segera."

"Kau bilang dia membencimu?"

"Aku akan merayunya habis-habisan, dan jika itu nggak berhasil, aku tetap akan mengambilnya. Cewek bilang nggak mau sebab mereka sudah diajarkan untuk mengatakan tidak, tapi jauh di dalam hatinya, mereka semua menginginkannya."

"Kau benar-benar romantis," kata Becky pura-pura sinis.

"Hei, kau merasakannya? Berpikir tentang meniduri si Botol cola membuatku jadi keras lagi" Dia menampar pantatnya. "Ayo kerja lagi, seksi."

Dia mulai bergerak lagi, tapi Jason tak bisa menontonnya lagi. Dia sudah tahu apa yang dia perlu tahu, dan amarah telah mengalir keseluruh tubuhnya.
 
Owww yeah.. apdet :hore:
Mantab..

Btw masi brapa x update lg smp tamat?
 
Bab 16

Jam ketiga pelajaran Sejarah. Jason ketakutan. Ini adalah kelas pertama hari ini bersama Becky dan ia tak yakin ia bisa melaluinya. Mimpinya tadi malam dipenuhi dengan bayangan Becky dan Danny, dan dia kesulitan tidur, bangun dalam suasana hati yang buruk.

Beberapa teman-temannya memberinya tanda acungan jempol ketika ia pertama kali tiba di sekolah, dan memintanya untuk menceritakan secara rinci tentang kencannya dengan Becky. Dia terus terang mengatakan kepada mereka untuk meninggalkan dia sendirian, dan mereka mundur, tak terbiasa melihat dia seperti itu.

Berjalan ke dalam kelas sejarah, ia duduk, dan melihat Becky belum datang. Berharap dia beruntung bahwa Becky tak masuk sekolah hari ini.

"Hei Jason."

Dia berbalik dan Donna mengambil tempat duduknya di belakangnya. "Hei Donna," katanya datar.

"Lihat, kan?" Katanya, memberinya senyum, "Aku benar-benar duduk di sini."

Dia tidak membalas senyumnya. Sedang tidak mood.

"Kamu nggak papa?" Tanya Donna.

Dia menjawab dengan mengangkat bahu tanpa komitmen tanpa membalikkan badan.

Sisa murid-murid yang lain mulai masuk, dan ia melihat Becky mengambil tempat duduknya. Dia mengambil resiko melirik sekilas padanya, dan Becky bersikap normal, yang berarti dia benar-benar mengabaikan Jason seperti biasa. Dia melakukan hal yang sama padanya, tidak ingin menjadi 'memuakkan' untuknya. Setidaknya ia sudah menyelesaikan laporannya, itu merupakan keajaiban kecil mengingat apa yang ia telah lalui empat hari terakhir.

Setelah kelas bubar, Donna menyusulnya. "Jason, bisa kita bicara sebentar?"

"Kau ternyata salah Donna," katanya sambil terus berjalan.

Dia mengikutinya. "Salah apa?"

"Tentang Becky. aku bisa mempercayainya."

"Apa yang dia bilang?"

"Dia bilang pada yang sebenarnya. Pada awalnya aku nggak percaya, tapi tadi malam aku membuktikannya sendiri."

"Sebenarnya tentang apa?"

"Tentang siapa sebenarnya sahabatku."

"Katakan padaku apa yang dia katakan Jason."

"Aku harus masuk kelas."

"Jason."

Dia berbelok menuju kelas berikutnya, mengabaikannya.


***


Dia sedang duduk di kantor Kepala Sekolah, dia memegangi kepalanya, menunggu ibunya tiba untuk menjemputnya pulang. Kemejanya bernoda darah dan beberapa kancingnya hilang. Tiga hari hukuman adalah putusan Kepala Sekolah. Ibunya pasti akan marah besar. Persetan! Bagaimana mungkin hidupnya jadi begitu diluar kendali dalam waktu yang begitu singkat?

Masalah yang terbaru awalnya dimulai saat pertemuan dengan Sam sebelum makan siang. Dia berjalan di sekitar sudut lorong dan itu dia disana. Senyum yang biasa menyambutnya sekarang tak ada.

"Hi Sam," katanya, mencoba terdengar optimis.

"Hi Jason." Suaranya datar dan tanpa emosi.

"Sam, um," ia terbata-bata, "aku ingin minta maaf untuk malam kemarennya. Aku benar-benar bodoh."

"Nggak perlu minta maaf." Satu-satunya emosi dalam suaranya adalah ketidakpedulian.

"Mungkin kita bisa ketemu malam ini dan bicara?"

"Aku sibuk."

"Kau dan ibumu pergi ke suatu tempat?"

"Aku ada kencan."

Hatinya sakit. Ini bertambah buruk ketika ia ingat Danny bicara tentang rencananya tadi malam.

"Apakah aku kenal dia?" Dia mencoba untuk terdengar ringan.

Mata hijaunya menatapnya lalu menunduk, dan ia tahu yang sebenarnya.

"Aku harus pergi Jason. Aku harus belajar untuk ulangan."

Dia melihat Sam berjalan pergi, dan kemarahannya dari kejadian tadi malam pada Danny muncul kembali. Ia berusaha sekerasnya mencoba mencegah pikiran itu muncul, gambaran Sam dan Danny berduaan memenuhi pikirannya. Sam duduk di kemaluannya, seperti yang Becky lakukan tadi malam. Selanjutnya, ia melihat Sam mengoral Danny, memegang rambut Sam erat-erat di tangannya saat ia mendorong miliknya jauh ke dalam tenggorokannya, memutar putingnya dengan kejam saat ia mendengus dalam kenikmatan. Bulu mata yang panjang indahnya tertutup dengan lembut saat ia menerima Danny keluar di dalam mulutnya.

Dia tidak punya nafsu untuk makan siang. Sebaliknya, ia berjalan di sekitar halaman sekolah marah tentang Danny dan Sam. Semakin dia berpikir tentang mereka, itu membuatnya semakin marah.

Dia tahu apa yang harus ia lakukan.

Itu tepat sebelum kelas dimulai setelah makan siang, dan ia menemukan Danny berdiri di lokernya, sedang tertawa dengan Gary. Keduanya tertawa lumayan keras, dan Jason berasumsi mereka menertawakannya. Danny mungkin mengatakan pada Gary bagaimana si kutu buku itu tak akan pernah dapat kesempatan bercinta, terutama karena ia akan meniduri cewek yang ia cintai malam ini.

Jason berjalan langsung kearahnya, dan Danny melihat dia pada akhirnya. Danny nyengir padanya, tapi kata yang bisa ia keluarkan adalah "Hey Ja-" sebelum Jason mendorong keras di dadanya, membuatnya membentur lokernya, membuat suara benturan keras.

"Jangan dekati dia!" Kata Jason, suaranya gemetar.

Danny tak bisa berkata-kata. Matanya melebar terkejut saat ia mendapatkan kembali keseimbangannya.

Jason datang padanya lagi, tapi kali ini Danny sudah siap dan dorongan Jason tak banyak berpengaruh padanya.

"Jason!" Kata Danny, "apa-apaan ini?"

"Jauhi dia!"

"Siapa?" Kata Danny, wajahnya tampak kebingungan.

Murid-murid mulai membentuk lingkaran di sekitar mereka.

"Aku nggak peduli kalau kau bohong padaku, tapi jangan berani-berani kau menyakitinya," kata Jason. Dia mengayunkan pukulan canggung ke wajah Danny, Danny menghindarinya dengan mudah. Kehilangan keseimbangan, Jason terjatuh, wajahnya membentur lantai. Ada beberapa anak yang tertawa di sekitar kerumunan itu.

"Sebenarnya apa yang terjadi?" Kata Danny. "Jason, bicaralah padaku."

Jason bangkit, dan meletakkan tangannya ke hidungnya yang sakit. Tangannya basah oleh darah di atasnya.

"Aku nggak akan membiarkanmu menyakitinya," kata Jason, dan mencoba untuk mendorong Danny lagi. Kali ini Danny mencengkeram bagian depan kemejanya, membuat beberapa kancingnya terlepas, dan dengan mudah memutarnya dan menekan tubuhnya kearah dinding loker.

"Jason! Tenanglah!"

"Ok, apa yang terjadi di sini?" Itu suara Mr. Greer yang menggelegar. "Mundur kalian berdua!"

Jason berdiri melihat ke arah guru itu membereskan situasi. Dia menolak untuk menatap Danny saat murid-murid yang lainnya maju dan menjelaskan apa yang mereka lihat. Itu disepakati bahwa Jason yang memulainya, dan ia dikirim ke kantor Kepala Sekolah, Mr. Bennett.

Dua cewek berdiri dikejauhan, masing-masing ada di sisi berlawanan dari kerumunan, keduanya sudah menyaksikan seluruh kejadiannya. Becky akhirnya berpaling, ada senyum puas di wajahnya. Sam tetap tinggal, menatap ke tempat di mana peristiwa itu terjadi, air mata menggenang di matanya.
 
Yeaa.. Update lg. Lanjut terus om. Penasaran nih.

Pk amulet ini mantap bener, bs liat liveshow terus.
 
Bimabet
Apdet lg masbrooo :aduh:

Cendol sent :cendol:
 
Gaple Online Indonesia
Pasang iklan hanya lewat CONTACT US
Back
Top
We are now part of LS Media Ltd